expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 2 )



“Seperti yang kalian tau bahwa bla..bla.. bla…”

            Kelas sejarah yang sangat membosankan. Kebetulan Gretta duduk di belakang sambil memasang headset di telinganya. Kali ini Gretta menyetel lagu yang nadanya lebih kalem dari All Time Low. Yaitu Secondhand Serenade. Walau ber-genre rock acoustic namun Gretta sangat menyukai lagu-lagu Secondand Serenade. Lagu yang bernada santai dan cocok menjadi teman pengantar tidurnya.

            “Nah Gretta, setelah pelajaran ini selesai kamu pergi ke ruang Ibu. Ada hal penting yang perlu Ibu sampaikan padamu.” Ucap Miss Titan yang pada dasarnya sudah tau kalau sedari tadi Gretta mendengarkan lagu dan tidak mendengarkan penjelasannya.

            Sebagai wali kelas, Titan tentu tidak ingin ada murid-muridnya yang bermasalah. Dan sebagian besar muridnya yang bermasalah adalah cowok. Tapi kali ini, bahkan yang lebih parah adalah Gretta. Si murid tomboi yang sangat cuek dan tidak peduli dengan nilai. Titan sudah berbicara dengan Mama Gretta dan paham bagaimana kisah masa lalu Gretta.

            “Grett, Miss Titan menyuruhmu datang ke ruangannya setelah pelajaran ini selesai.” Ucap Eleanor sambil menyenggol lengan Gretta.

            Gretta yang tengah asyik menyetel lagu langsung mematikan lagu itu dan melepas headsetnya. Eleanor menatap Gretta dengan tatapan ngerti. Kenapa daerah di sekitar mata Gretta menjadi hitam? Mengapa wajah Gretta tiba-tiba berubah menjadi hantu?

            “Dan lagi. Miss Titan tidak ada henti-hentinya menasehatiku. Sudah tau aku tidak bisa diatur. Dia keras kepala sekali.” Ucap Gretta.

            “Bukannya begitu Grett. Kau harus melaksanakan nasehatnya agar kau tidak menyimpang. Sudah banyak guru yang lelah dengan sikapmu.” Ucap Eleanor.

            Gretta menatap Eleanor dengan tatapan tajam. “Sekali lagi Ele, jika kau berada di posisiku, tentu kau akan sama sepertiku. Sama-sama tertekan karena masa lalu yang menyedihkan.” Ucapnya.

            “Iya aku tau. Tapi dendam tidak akan membuatmu bahagia dan puas. Dendam hanya membuat hatimu sakit dan orang yang kau dendami akan terus merasa bersalah dan itu dosa.” Ucap Eleanor.

            Gretta menarik nafas dalam-dalam. “Setidaknya aku sudah tidak melihat keluarga yang sudah membuatku kehilangan Ayah dan kak Harry. Untuk saat ini.” Ucapnya.

***

            Di perjalanan menuju ruang Miss Titan, mendadak jantung Gretta berdebar-debar tatkala berpapasan dengan Connor yang tengah membawa tumpukan buku. Connor.. Kalau saja Connor mau mencintainya asalkan ia bisa berubah menjadi gadis yang sebenarnya dan menghapus dendam itu, maka Gretta bersumpah untuk melakukannya demi Connor.

            “Hai Gretta!” Sapa Connor dengan senyuman yang mampu menenggelamkan Gretta.

            Gretta tersadar. “Eh, hai juga kak. Mau kemana?” Jawab+Tanya Gretta.

            “Mau ke ruangan Miss Titan untuk mengantar buku ini.” Jawab Connor.

            Jodoh! Batin Gretta girang. Miss Titan juga mengajar sejarah di kelas Connor. Jadi ceritanya ia dan Connor bisa berjalan bersama menuju ruangan Miss Titan dan itu akan menjadi hal yang romantis dan penuh kenangan. Connor mendapati Gretta yang sedang tersenyum tidak jelas. Gretta. Sejak awal pertemuannya dengan Gretta membuat Connor penasaran akan sosok Gretta dan kenapa Gretta memilih berpenampilan buruk seperti itu. Tapi Connor begitu kagum dengan permainan basket Gretta.

            “Wah aku juga mau ke ruangan Miss Gretta. Biasa. Anak sepertiku suka bermasalah dengan guru.” Ucap Gretta dengan senyuman lebar.

            Bahkan Gretta tidak malu-malu menampakkan kejelekan dalam dirinya dan hal itu membuat Connor semakin heran dan penasaran dengan Gretta. Apakah gadis itu baik-baik saja? Entah mengapa Connor ingin mengetahui sedikit masa lalu Gretta dan apa yang menyebabkan Gretta menjadi seperti itu.

            “Kalau begitu, ayo kita sama-sama kesana.” Ucap Connor.

            Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan Gretta. Gretta merasa Connor seakan-akan memperhatikannya dan ingin banyak mengajaknya bicara. Keduanya pun berjalan bersama dan tidak peduli banyak pasang mata yang menatapnya dengan iri. Bahkan gadis tercantik di sekolah ini susah berbicara dan akrab dengan Connor. Sementara Gretta….

            Pertanyaannya, apa perlu harus mengikuti ekskull basket dan jago main basket agar mau dekat dengan Connor meski penampilan hancur seperti Gretta? Apa jangan-jangan… Connor tertarik dengan Gretta?

            “Aku heran deh. Kenapa penampilanmu seperti ini?” Tanya Connor.

            Gretta tidak langsung menjawab. “Kenapa? Apa kakak tidak suka dengan penampilanku ini?” Tanyanya.

            Mendadak Connor salah tingkah. “Bukan. Maksudku.. Aku hanya heran saja. Barangkali ada masa lalu yang membuatmu menjadi seperti ini.” Ucapnya.

            Masa lalu? Gretta menelan ludahnya. Hatinya yang sedang dipenuhi bunga-bunga dan kegembiraan berubah menjadi kesedihan dan kekesalan. Dendam itu tiba-tiba muncul dan membuat Gretta ingin berteriak sekencang-kencangnya.  Kenapa? Kenapa dendam itu masih menggentayanginya dan membuat hari-harinya menjadi kelam?

            Dan sampai tiba di ruangan Miss Titan, Gretta masih tidak menjawab keheranan yang dirasakan Connor. Tetapi Gretta merasa senang karena Connor mau peduli dengannya meski ia tidak langsung menceritakan kisah masa lalunya pada Connor. Mungkin belum waktunya.

            “Gretta..” Ucap Miss Titan.

            Mau tidak mau Gretta duduk di hadapan Miss Titan sambil memainkan gelang-gelangnya. Sementaran itu Miss Titan menatap Gretta dari atas sampai bawah. Tentu Titan tidak sepenuhnya kesal terhadap Gretta. Gretta adalah murid yang berbakat. Gretta jago bermain basket dan Titan yakini Gretta bakal dimasukkan ke dalam tim inti meski Gretta masih kelas sepuluh.

            “Sebenarnya, Ibu bangga padamu.” Ucap Miss Titan.

            Langsung saja Gretta mengangkat wajahnya. “Bangga? Apa yang Ibu banggakan dari saya? Sebenarnya saya ingin sekolah ini mengeluarkan saya dan saya akan menjadi bebas.” Ucapnya.

            Titan tersenyum. “Tidak. Kau adalah murid yang berbakat. Kau berbakat dalam bidang olahraga. Ibu perhatikan kau pandai bermain basket. Connor pernah cerita ke Ibu kalau kau cocok dimasukkan ke dalam tim inti yang akan bertanding beberapa bulan lagi.” Ucapnya.

            Apa? Connor pernah bercerita tentangnya ke Miss Titan? Dan Gretta baru tau bahwa Miss Titan adalah kakak kandung dari Mamanya Connor. Tidak heran jika Connor dekat dengan Miss Titan. Jadi tujuan Miss Titan menyuruhnya kesini hanya untuk mengatakan kalau Connor pernah menceritakan tentang dirinya pada Miss Titan?

            “Hei! Ibu suka sama anak perempuan yang tomboi. Dulu, Ibu juga seperti itu.” Ucap Miss Titan.

            Bukan. Wanita dihadapannya bukanlah Miss Titan. Gretta kenal betul dengan Miss Titan yang suka bersikap dingin pada siapapun. Apa Miss Titan hanya berpura-pura atau menyindirnya? Gretta memang sangat cocok untuk dijadikan bahan sindiran oleh siapapun.

            “Maksud Ibu apa sih? To the point saja.” Ucap Gretta.

            “Oke. Ibu hanya ingin kamu membahagiakan Mamamu. Ingat. Kau satu-satunya anak Mamamu dan jangan pernah membuat sedih Mamamu. Ibu tidak melarangmu berpenampilan tomboi tapi jaga sikapmu. Bukalah hatimu pada semua teman-temanmu dan jangan memasang tampang menakutkan. Dan Ibu ingin kamu sedikit memperhatikan nilai-nilamu yang hancur. Kamu tidak ingin tidak naik kelas kan?”

            Demi apa, Gretta mengira Miss Titan melanjutkan cerita tentang Connor. Hal apa saja yang Connor ceritakan pada Miss Titan tentangnya. Sudahlah. Mungkin ia hanya kegeeran saja. Siapa tau kan banyak cewek yang Connor ceritakan pada Miss Titan terutama teman-teman basket ceweknya yang jauh lebih berbakat dibanding dirinya.

            “Aku tau kalau Ibu tentu sudah tau gimana masa laluku. Ya mungkin ini yang terbaik buatku. Gretta akan belajar untuk menjadi gadis pada umumnya dan cewek yang normal, yang ramah pada siapapun. Dan mau mempedulikan nilai.” Ucap Gretta. ‘Asalkan Connor mau memahami perasaanku dan balik mencintaiku juga..’ Tambah Gretta dalam hati.

            “Baiklah. Ibu berharap kamu bisa berubah sedikit demi sedikit dan Ibu berharap kamu bisa membawa tim kamu memenangkan kejuaraan basket antar sekolah dan membanggakan sekolah seperti Connor. Banyak-banyak latihan sama Connor. Ibu yakin anak itu mau melatihmu hingga kamu semakin jago seperti Connor.” Ucap Miss Titan.

            Mendengar Miss Titan mengucapkan nama ‘Connor’, senyum Gretta menjadi lebar dan merasa bahagia sekali. Tidak peduli apakah Miss Titan mencurigainya atau tidak.

            “Memangnya… Memangnya Connor cerita apa tentangku?” Tanya Gretta.

            Bodoh! Mengapa ia bisa mengucapkan pertanyaan itu? Mendadak Gretta menjadi malu setengah mati dan kalau saja Miss Titan tau kalau ia mati-matian mengagumi dan mencintai Connor dan memberitahu pada Connor tentang perasaannya, apakah Connor tetap mau berbicara dengannya?

            “Ah tidak. Itu tidak penting. Tapi Ibu menyimpulkan anak itu begitu penasaran denganmu.” Jawab Miss Titan tanpa sedikit curiga.

            “Ya. Mungkin tidak hanya Connor saja. Aku tau aku anaknya aneh. Tapi aku janji akan mengikuti pertandingan itu dan membanggakan sekolah meski seandainya aku dijadikan pemain cadangan saja.” Ucap Gretta sambil tersenyum.

***

            Hari ini tidak ada jadwal latihan basket. Tapi Gretta merasa bosan. Gadis itu merasa bosan kalau sore-sore tidak keluar rumah. Biasa. Gretta anaknya suka berkeliaran dan tidak tahan di rumah yang terlihat sepi dan menyedihkan. Teresa bekerja dari pagi sampai sore dan itu melengkapi kesepian rumah itu. Tapi hari ini hujan dan Gretta tidak bisa keluar rumah.

            Hujan. Hujan adalah salah satu hal favorit Gretta di waktu kecil. Jika hujan tiba, Gretta langsung berlari menerobos hujan dan bermain air disana. Tidak peduli teriakan Teresa yang melarangnya bermain hujan karena itu bisa membuatnya sakit.

            “Lihat! Hujan datang! Ayo kita mandi hujan!”

            Gretta tersenyum ceria melihat langit gelap yang telah menurunkan hujan. Langsung saja Gretta dan sahabatnya berlari menerobos hujan dan tidak peduli pakaian yang basah. Gretta dan sahabatnya saling kejar mengejar dan tertawa tanpa merasakan lelah. Tiba-tiba sahabatnya terjatuh dan bajunya kotor akibat campuran tanah dan air. Bukannya menolong. Gretta malah tertawa terbahak-bahak.

            “Hahaha.. Rasain tuh!” Tawa Gretta.

            Sepertinya sahabatnya itu tidak mau kalah. Dia malah melempar tanah untuk mengkotori baju Gretta dan tentu saja Gretta menjad sebal. Alhasil terjadi perang-perangan antara keduanya yang ujung-ujungnya mendapat jeweran dari Teresa.

            “Kalian itu! Sudah dibilangin mandi hujan itu tidak baik! Kalau kalian sakit, Mama yang repot!” Ucap Teresa.

            Gretta meringis menahan sakit di telinganya. “Tapi hujan itu menyenangkan Ma..”

            Sial! Sebagian masa lalunya tentang hujan dan sahabat kecilnya tiba-tiba saja memenuhi pikirannya. Hujan.. Sahabatnya… Gretta tersenyum miris. Anak itu bukan sahabatnya! Bukan sahabatnya! Walau Gretta sangat menyayanginya dan selalu ada disamping sahabatnya itu, dendam-lah yang menghancurkan segalanya.

            Keluarga sahabatnya itulah yang membuat ia kehilangan Ayah dan kak Harry. Dan kenapa harus sahabatnya? Mau tidak mau Gretta langsung membenci sahabat kecilnya itu dan memilih meninggalkan sahabatnya itu meski hatinya perih. Meski ia tidak ingin meninggalkan sahabat yang sangat disayanginya itu.

            Dan sampai sekarang Gretta masih membenci sahabatnya itu. Ups salah! Yang benar mantan sahabatnya meski tidak ada yang namanya mantan sahabat. Gretta tidak peduli. Dimanakah dia? Dimanakah mantan sahabatnya itu? Gretta tidak tau dan tidak mau tau. Dendam-lah yang membuat hatinya untuk membenci mantan sahabatnya itu.

            Kemudian Gretta teringat dengan Connor dan pertemuan mendadaknya dengan Connor. Sambil mengantar buku menuju ruang Miss Titan, ia dan Connor berbicara walau hanya sedikit. Senyum menghiasi wajah Gretta. Sungguh, ia sangat mencintai Connor dan ingin menjadi gadis istimewa di hati Connor.

            Mumpung masih ada kesempatan. Dan bagaimanapun juga Gretta harus memperjuangkan cintanya itu. Harus!

***

            Makan malam yang sepi. Makan malam yang sedih. Entah mengapa belakang-belakangan ini Gretta amat merindukan sosok Ayah dan kak Harry. Jika saja Ayah dan kak Harry masih ada, pasti bakal lebih ceria dan Gretta bisa menganggu Harry. Dan yang paling penting Gretta akan menjadi gadis yang normal, seperti Eleanor.

            “Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Teresa.

            Sedaritadi Gretta hanya memainkan sendok dan garpu tanpa menyentuh makanan sedikitpun. Apa yang sedang ia pikirkan? Masa lalu yang menyedihkan? Tragedi sembilan tahun lalu yang membuatnya kehilangan Ayah dan kak Harry?

            “Dimana sekarang mereka?” Tanya Gretta dengan suara yang tidak jelas.

            Teresa menatap Gretta dengan serius. “Grett, Mama ingin kamu menghapus dendam itu.” Ucapnya.

            “Tidak Ma. Tidak semudah itu menghapus dendam dan memaafkan keluarga itu. Gretta sudah terlalu sakit Ma.” Ucap Gretta.

            “Sudah Mama bilang. Dendam itu tidak akan menyelesaikan semuanya. Jika kamu menghapus dendam itu, Mama yakin hidupmu akan lebih ceria dan lebih ringan. Mama tau kamu sangat merasa sakit. Tapi, menurut Mama bukan keluarga itu yang membuat Ayah dan Harry kecelakaan.”

            Tiba-tiba Gretta berdiri. “Lantas siapa kalau bukan mereka? Gretta masih ingat Ma bayangan mobil Ayah yang rusak dan tubuh Ayah serta kak Harry yang menyedihkan. Gretta masih ingat mobil yang membuat mobil Ayah hancur! Mobil yang tidak lain adalah mobil keluarga itu! Dan kenapa harus keluarga sahabat Gretta? Kenapa Ma? Gretta sangat menyayanginya dan ingin bertemu dengannya. Tetapi Gretta sangat membencinya Ma! Karena dia dan keluarganya Gretta jadi kehilangan Ayah dan kak Harry!” Ucapnya dengan penuh air mata.

            “Tidak nak. Kamu jangan berpikiran seperti itu. Saat itu kamu masih kecil, kamu belum tau apa-apa..” Ucap Teresa.

            Sebisa mungkin Gretta menahan agar air matanya tidak banyak turun. “Dendam itu sangat besar Ma dan bukan main-main walau saat itu Gretta masih kecil. Dan kenapa Ayah harus meninggal? Kenapa kak Harry juga harus meninggal? Kenapa tidak keluarga itu yang meninggal bahkan sahabat Gretta?”

            Wajah Teresa berubah menjadi pucat. Gretta belum tau. Gretta belum mengetahui hal itu dan entah mengapa Terasa enggan menceritakan tentang hal sebenarnya tentang keluarga itu. Keluarga yang dulu Gretta sayangi dan berubah menjadi sebuah dendam yang tidak berujung. Dan Teresa mengingat anak dari keluarga itu yang tidak lain adalah sahabat kecil Gretta.

            Anak yang sukses membuat Teresa menangis semalaman. Teresa memang sangat menyayangi anak itu meski menurut Gretta orangtua anak itu yang telah membuat Gretta kehilangan Ayah dan Kak Harry. Tetapi Teresa tetap menyayangi anak itu. Anak laki-laki yang hebat dan Teresa ingin sekali melihat anak itu sekarang, yang telah berubah menjadi seorang pemuda tampan yang dipuja banyak gadis.

            Sebentar lagi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar