Setelah
kejadian itu, Gretta berubah jadi diam dan tidak mau bicara dengan siapapun.
Termasuk Teresa. Berkali-kali Teresa mencoba bicara padanya namun Gretta
mengabaikan Teresa. Apa yang sedang terjadi pada Gretta? Kerjaan Gretta selain
sekolah hanyalah berdiam diri di kamar dan keluar jika ada sesuatu yang ia
butuhkan. Ditambah lagi wajah Gretta yang pucat seperti mayat hidup.
“Ini semua salahku.” Ucap Luke.
Teresa menyesap cokelat panasnya
karena udara memang benar-benar dingin. Sekarang sudah pertengahan Desember dan
sebentar lagi natal akan datang. Tapi natal kali ini tidak akan berjalan
seperti semestinya mengingat kondisi Gretta yang buruk.
“Gretta sudah membuat suatu
keputusan.” Ucap Teresa.
“Apa itu?” Tanya Luke.
“Dia akan menjadi seseorang yang
penyendiri dan asing. Gretta ingin hidup sendiri dan hanya berbicara dengan
bayangannya. Seperti dulu saat Ayahnya meninggal. Gretta sangat depresi dan
tidak mau diajak bicara. Akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke
psikiater.” Jelas Teresa.
Luke sedih mendengar penjelasan
Teresa. Gretta.. Bisakah ia membuat Gretta sedikit saja tersenyum? Oh tidak. Ia
hanya akan bisa membuat Gretta marah dan semakin membencinya. Hanya itulah yang
bisa ia lakukan.
“Apa kau tidak merayakan hari natal
bersama keluargamu di Aussie?” Tanya Teresa mengubah topik.
Luke tersenyum pahit. “Aku ingin
tetap disini. Mungkin aku akan pulang setelah tahun baru dan tidak akan pernah
kembali lagi.” Jawabnya.
***
“Kau berubah!” Ucap Eleanor.
Sudah berkali-kali Eleanor
mengucapkan dua kata sederhana itu namun Gretta tetap tidak mau peduli. Gadis
itu bersikap cuek seolah-olah tidak menganggap Eleanor ada. Tentu saja Eleanor
merasa kesal dan akhirnya memilih untuk mencuekkan Gretta. Mungkin Gretta butuh
waktu untuk menyendiri. Tapi melihat sorot mata Gretta yang sembab itu membuat
hati Eleanor serasa teriris-iris.
Saat jam istirahat, Gretta
memutuskan untuk pergi ke kantin dan tidak mempedulikan mereka yang memanggil
namanya. Beberapa diantara mereka menganggapnya sebagai orang yang sombong dan
tuli. Hah! Gretta sudah tidak mempedulikan semua itu. Ia hanya ingin hidup
sendiri dan menjadi sosok yang asing.
Tepat di ujung kantin yang sepi,
Gretta memberhentikan langkahnya dan melihat sebuah pemandangan yang entahlah
apakah membuat hatinya sedih atau tidak. Namun Gretta merasa ada cairan hangat
yang mengalir membasahi pipinya.
Dia.. Connor.. Cowok yang selama ini
dianggapnya sebagai pangerannya, cowok yang selama ini dianggapnya sebagai
penyelamat hidupnya, cowok yang selama ini dianggapnya sebagai sosok yang ia
cintai… Gretta terdiam sambil berpikir. Kalau begitu cara Connor, mengapa
Connor berani mengungkapkan kalau Connor mencintainya sedangkan saat ini Connor
sedang bermesraan dengan gadis yang entahlah siapa? Tapi gadis itu terlihat
cantik dan seksi. Apa semua pernyataan Connor hanyalah sebuah kebohongan untuk
menyakitinya? Tapi tidak mungkin Connor berani menyakitinya. Apa ini semua
rencana licik Luke?
Oh stop Gretta! Kau sudah berjanji
untuk tidak memikirkan semua itu. Yang jelas di hatinya muncul rasa kebencian
dan penyesalannya karena pernah menyukai sosok yang bernama Connor. Oke. Mudah
saja baginya untuk menghapus rasa cinta itu karena tentu dalam keadaannya yang
seperti ini, tidak akan ada cinta yang bisa datang padanya.
Oke kak kalau itu kemauanmu!
***
Rasanya hidup ini terasa lebih
santai walau terkadang hatinya sakit karena kejadian-kejadian yang mampu
memaksa air matanya untuk turun. Syukuri saja apa adanya. Gretta bersyukur
karena ia masih bisa mendengarkan lagu dan itulah satu-satunya yang membuat ia
bertahan sampai detik ini. Mendengarkan lagu mampu menenangkannya dan bisa
membawanya pergi menuju dunia lain. Gretta akui hidupnya tidak akan bisa tanpa
lagu.
Besok adalah hari natal dan Gretta
merasa heran karena Luke tidak pulang ke Australia. Seharusnya cowok itu pulang
demi menemui kedua orang tuanya. Astaga kenapa tiba-tiba ia memikirkan Luke?
Gretta tidak sengaja melihat Luke yang sedang duduk di sofa sambil bermain
gitar. Disana Luke terlihat serius. Style
Luke memang kelihatan keren dalam keadaan apapun. Apalagi jika sedang bermain
gitar. Hal itu mampu membuat dadanya bergetar dan hatinya tersentuh ketika
mendengar nada-nada indah yang diciptakan Luke.
Ingin sekali Gretta bertanya pada
Luke kenapa cowok itu enggan pulang ke Australia. Alasannya apa? Apa keluarga
Luke tidak mau menganggap Luke? Sebenarnya bagaimana kehidupan Luke saat ia
meninggalkan Luke? Apakah Luke baik-baik saja atau…
Lagi dan lagi. Sebisa mungkin Gretta
membuang pikiran-pikiran yang memang seharusnya tidak ia pikirkan. Baginya,
Luke sudah tidak ada. Bahkan Luke sudah tidak ada dimana-mana.
Dimana-mana.
***
Natal yang paling menyedihkan.
Gretta hanya bisa mengurung diri di kamar padahal kegiatan di luar banyak
sekali. Dan sepertinya Teresa bisa memahami perasaannya dan membiarkan ia
sendirian. Oke. Tidak apa-apa. Ini adalah keinginannya dan Gretta ingin hidup
sendiri dan diabaikan oleh semua orang.
Besok tahun baru dan pagi ini Gretta
merasa tidak enak badan. Biasanya tahun baru sangatlah seru. Sekolah akan
mengadakan acara untuk menyambut tahun baru dan disana ada banyak
penampilan-penampilan seru. Kalau dipikir-pikir sudah lama ia menyendiri dan
tidak bicara dengan siapapun. Sekolah emang sudah lama diliburkan dan Gretta
tidak bisa melihat orang-orang yang ngobrol riang ataupun bergosip.
Gretta keluar dari kamarnya dan ia
kaget mendengar suara-suara anak cowok. Ternyata di ruang tamu ada Luke, Calum,
Ashton dan Michael. Oh baru pertama kali mereka datang kemari. Disana mereka
tampak begitu ceria dan Gretta sempat melihat tawa Luke yang mampu membuat
hatinya.. Ah entahlah. Diam-diam Gretta menguping pembicaraan mereka.
“Aku benar-benar tidak menyangka
kita akan menjadi band pembuka konser One Direction beberapa bulan lagi. Ah
kita harus mempersiapkan banyak lagu.” Ucap Calum semangat.
“Ini adalah kesempatan yang langka.
Aku ingin menunjukkan pada dunia kalau band kita memang pantas dan bukan hanya
band biasa.” Ucap Michael.
“Kemudian kita membuat single, membuat album dan…” Ucap Ashton.
Mereka tampak bahagia dan
bersemangat. Namun Luke tampak diam dan tidak ikutan heboh seperti tiga
sahabatnya. Luke banyak diam dan tersenyum. Gretta melihat wajah Luke dari
kejauhan dengan tatapan kasihan. Oh Gretta kenapa hal itu bisa terulang lagi?
“Bagaimana pendapatmu Luk? Kenapa
kau diam saja?” Tanya Calum.
“Oh ya aku sangat bersemangat.”
Jawab Luke singkat.
“Hmm..” Gumam Calum dan merasa ada
sesuatu yang tidak beres dari Luke namun Calum mengabaikannya. “Nanti malam
kita akan tampil di acara akhir sekolah untuk menyambut tahun baru.
Ngomong-ngomong katanya kau ingin tampil solo di panggung. Kau serius dengan
ucapanmu?” Tanya Calum.
Tentu saja pertanyaan itu untuk
Luke. “Aku sudah menyelesaikan laguku dan aku akan menyanyikannya nanti malam.”
Jawabnya.
“Hebat! Kali ini kau misterius Luk.
Kau menulis lagu diam-diam dan tidak mau memperlihatkan pada kami.” Ucap
Michael.
“Dan apakah lagu itu kau ciptakan
untuk Gretta?” Goda Ashton.
Dada Luke terasa berdesir saat
mendengar Ashton mengucapkan nama Gretta. “Aku tidak tau.” Jawabnya.
“Ayolah Luk ungkapkan saja
perasaanmu pada Gretta, mudah kan.” Desak Calum.
Luke tersenyum mendengar ucapan
Calum. “Aku sudah mengungkapkannya tapi ku rasa Gretta menanggapi ucapanku
sebagai candaan yang tidak lucu.” Ucapnya.
***
Tidak. Ia tidak boleh datang malam
ini sekalipun hatinya memaksanya untuk datang. Meski Gretta sedikit flu tapi
Gretta masih bisa keluar rumah dan menghadiri acara itu. Sekali lagi ia tidak
boleh datang dan akan tetap tinggal di dalam kamarnya.
***
“Kau akan tetap pergi malam ini?”
Tanya Teresa.
Luke tidak baik malam ini. Dia
terlihat pucat dan nafasnya tidak bisa dikatakan normal. Tadi Luke sempat
mengunjungi dr. Smith dan dr. Smith menyuruh Luke untuk istirahat dan tidak
boleh beraktivitas yang berat. Bahkan Luke disuruh istirahat total di rumah
sakit tapi Luke menolaknya dan berjanji pada dr. Smith untuk istirahat di rumah
dan tidak akan keluar rumah. Tapi sekarang?
Luke sudah siap untuk malam ini dan
sebentar lagi akan pergi. Rasanya ia sudah cukup telat dan secepatnya ia harus
tiba ke sekolah. Perlahan Luke mencoba mengatur nafasnya dan meyakinkan dirinya
kalau ia baik-baik saja dan tidak perlu dikhawatirkan.
“Aku akan tetap pergi.” Tegas Luke.
“Tapi jika ada apa-apa gimana? Kau
akan tampil dalam waktu yang cukup lama.” Ucap Teresa.
“Aku sudah bisa mengatasinya.
Percayalah.” Ucap Luke.
“Kau akan mengajak Gretta?” Tanya
Teresa.
Ya, Gretta. Luke sudah berjanji
untuk mengajak Gretta dan menonton penampilannya malam ini bersama Calum,
Ashton dan Michael. Jika Gretta menolak, Luke berani untuk memaksa gadis itu
karena malam ini adalah malam yang sangat penting baginya. Luke pun pergi ke
kamar Gretta dan berharap kali ini saja Gretta mau mendengarnya. Kamar Gretta
di buka dan Luke bisa melihat Gretta yang sedang mendengarkan lagu.
“Hai Gretta..” Sapa Luke.
Gretta yang sedang mendengarkan lagu
terserentak kaget mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar. Luke.
Mengapa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang hanya mendengar suara itu? Gretta
menatap Luke yang sedang tersenyum dan Gretta sangat menyukai senyum tulus itu.
Sial. Disana Luke sangatlah tampan dan keren. Dia memakai kaos abu-abu yang
dibaluti jaket berwarna biru tua. Rambutnya sudah di tata rapi dan perasaan Gretta
menjadi tidak enak.
“Kau tidak pergi ke acara itu?”
Tanya Luke mendekati Gretta.
Mungkin ini efek dari sikap Luke
yang cuek padanya dan itu membuat Gretta gugup dan kaku saat berhadapan dengan
Luke. Dan apa maksud Luke menanyakan hal itu? Jelas-jelaslah ia tidak ingin
pergi ke acara itu.
“Aku tidak akan pergi. Dan untuk apa
kau menanyakan hal itu? Ku kira kau sudah tidak mau lagi mengangguku.” Ucap
Gretta.
Ucapan Gretta memberikan efek yang
dahsyat bagi Luke namun cowok itu berusaha tetap tenang. “Aku hanya ingin kau
menyaksikan acara itu. Aku ada disana dan aku ingin kau melihatku bernyanyi.”
Ucap Luke.
Gretta menatap Luke dengan tajam.
“Hei! Aku sudah tidak berurusan lagi denganmu. Kita sudah tidak saling sapa
lagi. Kau tidak inginkan membuatku semakin membencimu?” Tanyanya.
Luke mendekatkan jaraknya pada
Gretta dan keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Sial! Umpat Gretta
lagi. Mengapa debaran jantungnya semakin tak karuan? Luke, apa maksud dari
semua ini? Kini mata Gretta bertatapan dengan mata biru Luke. Gretta menelan
ludahnya. Andai saja semua itu tidak terjadi…..
“Ku mohon Gretta. Tolong ikut aku.
Setelah itu aku berjanji untuk tidak lagi menganggumu, sekaligus..” Ucap Luke.
Luke menyetop pembicaraannya. Cowok
itu mulai menampilkan ekspresi yang membuat hati Gretta terasa pedih. Luke yang
berusaha menahan sakit yang entahlah bagaimana rasanya. Gretta heran mengapa
Luke mau mengikuti acara yang bagi Gretta tidak begitu penting dan memaksanya
untuk datang ke acara itu.
“Kau bodoh. Kau sakit dan kau tetap
mengikuti acara itu.” Ucap Gretta.
“Aku.. Aku tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan ini.” Ucap Luke.
“Aku tidak mengerti maksud dari
kesempatan yang kau ucapkan. Sudahlah lebih baik kau pergi saja.” Ucap Gretta.
Gretta memberikan Luke waktu untuk
meninggalkan kamarnya ini namun Luke tidak mau keluar juga. Gretta kembali
menatap Luke. Kali ini ia menatap Luke dengan kesal. Dasar anak keras kepala!
“Aku belum selesai bicara tadi. Aku
hanya ingin meminta satu saja permintaan darimu yaitu ikut padaku dan menonton
acara itu sampai habis. Setelah itu aku akan pergi dan tidak akan pernah lagi
menganggumu.” Ucap Luke dengan serius.
Gretta terdiam mendengar ucapan Luke
yang terdengar sedikit misterius. Memangnya apa pentingnya acara itu? Palingan
Luke akan menyanyi bersama teman-temannya dan bagi Gretta itu sangat tidak
penting. Toh ia juga pernah melihat 5 Seconds of Summer sebelumnya.
“Acara tidak penting.” Ucap Gretta.
Lama kelamaan Luke menjadi
frustrasi. “Apa susahnya mengikutiku dan menonton penampilan seru itu? Pasti
ada banyak shows dari teman-teman
kita. Aku juga tidak menyuruhmu untuk menunjukkan bakatmu di depan.” Ucapnya.
Tiba-tiba Gretta berdiri dan masih
menatap Luke dengan tajam. “Kau keras kepala ya? Apa kau tidak sadar kalau kau
sudah menghancurkan hidupku tapi kau malah memaksaku seenaknya? Apa di
pikiranmu tidak terbesit mengenai perasaanku? Bahkan sedikit saja! Kau sudah
membuatku kehilangan kak Connor walau sekarang aku sudah tidak peduli lagi
padanya. Dan kau tau, selama kau mencuekkanku, hidupku terasa tenang. Ku harap
kau cepat pergi dari rumah ini.” Ucapnya.
“Karena itulah.” Ucap Luke lalu
terdiam sesaat. “Aku akan pergi setelah ini asalkan kau mau melihat acara itu.”
Sambungnya.
Gretta tersenyum sinis. “Tidak. Aku
tidak akan pergi!” Ucapnya.
Hening sesaat. Gretta bermain
bersama pikirannya dan tidak tau bagaimana reaksi Luke. Yang jelas ia ingin
Luke cepat-cepat pergi dari kamarnya ini. Itu saja.
“Gretta..” Ucap Luke.
Entah apa yang membuat Luke berani
mengangkat dagu Gretta dan menatap Gretta dengan lekat sementara Gretta tidak
mau menatapnya. “Tatap mataku.” Ucap Luke.
Sihir Luke memang sangat kuat dan
Gretta selalu tunduk dengan sihir itu. Kini matanya bertatapan dengan mata Luke
dan jantungnya kembali berdebar-debar tak karuan. Tapi hatinya terasa tenang
sekali. Tenang sekali.
“Maafkan aku, Gretta..” Ucap Luke.
Gretta memejamkan matanya sebentar
lalu ia buka. “Sangat sulit memaafkanmu, Luk. Aku hanya bisa menunggu waktu
yang tepat untuk memaafkanmu.” Ucapnya.
Terlihat jelas disana mata Luke yang
berkaca-kaca. “Baiklah. Aku akan pergi dan berharap kau mengubah pikiranmu
untuk pergi ke acara itu. Aku yakin sekali kau akan datang dan melihatku
disana. Aku ada di bagian show
terakhir.” Ucapnya lalu melepaskan tangannya di dagu Gretta.
Gretta tidak bisa membalas ucapan
Luke. Gadis itu malah ingin Luke yang terus bicara dan membiarkannya berpikir.
Memikirkan semuanya. Dan mengapa rasanya sakit sekali? Oke. Gretta memang ingin
Luke pergi dari rumah ini namun mengapa rasanya terdengar sakit? Mengapa…
Mengapa Gretta menginginkan Luke untuk tetap disini?
“Aku mencintaimu Gretta. Terimakasih
untuk semuanya.” Ucap Luke lalu berjalan menuju pintu kamar Gretta.
Sakit. Kenapa rasanya sakit sekali?
Batin Gretta. “Luke!” Seru Gretta ragu.
Luke membalikkan tubuhnya. “Ada
kalimat terakhir yang ingin kau sampaikan padaku sebelum aku pergi?” Tanyanya.
Dada Gretta menjadi sesak dan
rasanya ia ingin menangis. “Kau.. Kau tidak bermaksud untuk membuat hidupku
menderita kan? Dan kau tidak sedang memainkan permainanmu untuk membuatku
menderita?” Tanyanya.
Luke tertawa samar. “Tidak. Tidak
ada niatku untuk menyakitimu. Semua itu terjadi secara tiba-tiba. Tapi Gretta
jika kau mempercayaiku dan mau memaafkanku, maka semuanya akan menjadi ringan.
Aku mencintaimu dan tentu saja seseorang yang sedang jatuh cinta tidak mungkin
berniat ingin menyakiti orang yang dia cintai?” Ucapnya.
Pipi Gretta menjadi merah mendengar
ucapan Luke. “Kau tidak boleh mencintaiku. Oke. Aku maafkan kamu dan setelah
ini berjanjilah bahwa kita tidak saling kenal mengenal. Aku berharap setelah
ini kau pergi dan tidak lagi menampakkan diri di rumah ini agar aku yakin
dengan keputusanku dan semua masalah ini akan selesai.” Ucapnya.
“Aku janji. Tapi aku sangat berharap
padamu untuk datang ke acara itu. Baiklah. Aku sudah terlambat. Terimakasih
Gretta karena sudah mau memaafkanku. Aku pergi.” Ucap Luke lalu meninggalkan
kamar Gretta.
Setelah kepergian Luke, air mata
Gretta sudah tidak bisa ditahan lagi dan ia pun menangis. Apa? Apa yang ia
tangiskan? Luke sudah pergi dan itu keinginannya bukan?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar