expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 24 )



Setelah kejadian itu, Gretta berubah jadi diam dan tidak mau bicara dengan siapapun. Termasuk Teresa. Berkali-kali Teresa mencoba bicara padanya namun Gretta mengabaikan Teresa. Apa yang sedang terjadi pada Gretta? Kerjaan Gretta selain sekolah hanyalah berdiam diri di kamar dan keluar jika ada sesuatu yang ia butuhkan. Ditambah lagi wajah Gretta yang pucat seperti mayat hidup.

            “Ini semua salahku.” Ucap Luke.

            Teresa menyesap cokelat panasnya karena udara memang benar-benar dingin. Sekarang sudah pertengahan Desember dan sebentar lagi natal akan datang. Tapi natal kali ini tidak akan berjalan seperti semestinya mengingat kondisi Gretta yang buruk.   

            “Gretta sudah membuat suatu keputusan.” Ucap Teresa.

            “Apa itu?” Tanya Luke.

            “Dia akan menjadi seseorang yang penyendiri dan asing. Gretta ingin hidup sendiri dan hanya berbicara dengan bayangannya. Seperti dulu saat Ayahnya meninggal. Gretta sangat depresi dan tidak mau diajak bicara. Akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke psikiater.” Jelas Teresa.

            Luke sedih mendengar penjelasan Teresa. Gretta.. Bisakah ia membuat Gretta sedikit saja tersenyum? Oh tidak. Ia hanya akan bisa membuat Gretta marah dan semakin membencinya. Hanya itulah yang bisa ia lakukan.

            “Apa kau tidak merayakan hari natal bersama keluargamu di Aussie?” Tanya Teresa mengubah topik.

            Luke tersenyum pahit. “Aku ingin tetap disini. Mungkin aku akan pulang setelah tahun baru dan tidak akan pernah kembali lagi.” Jawabnya.

***

            “Kau berubah!” Ucap Eleanor.

            Sudah berkali-kali Eleanor mengucapkan dua kata sederhana itu namun Gretta tetap tidak mau peduli. Gadis itu bersikap cuek seolah-olah tidak menganggap Eleanor ada. Tentu saja Eleanor merasa kesal dan akhirnya memilih untuk mencuekkan Gretta. Mungkin Gretta butuh waktu untuk menyendiri. Tapi melihat sorot mata Gretta yang sembab itu membuat hati Eleanor serasa teriris-iris.

            Saat jam istirahat, Gretta memutuskan untuk pergi ke kantin dan tidak mempedulikan mereka yang memanggil namanya. Beberapa diantara mereka menganggapnya sebagai orang yang sombong dan tuli. Hah! Gretta sudah tidak mempedulikan semua itu. Ia hanya ingin hidup sendiri dan menjadi sosok yang asing.

            Tepat di ujung kantin yang sepi, Gretta memberhentikan langkahnya dan melihat sebuah pemandangan yang entahlah apakah membuat hatinya sedih atau tidak. Namun Gretta merasa ada cairan hangat yang mengalir membasahi pipinya.  

            Dia.. Connor.. Cowok yang selama ini dianggapnya sebagai pangerannya, cowok yang selama ini dianggapnya sebagai penyelamat hidupnya, cowok yang selama ini dianggapnya sebagai sosok yang ia cintai… Gretta terdiam sambil berpikir. Kalau begitu cara Connor, mengapa Connor berani mengungkapkan kalau Connor mencintainya sedangkan saat ini Connor sedang bermesraan dengan gadis yang entahlah siapa? Tapi gadis itu terlihat cantik dan seksi. Apa semua pernyataan Connor hanyalah sebuah kebohongan untuk menyakitinya? Tapi tidak mungkin Connor berani menyakitinya. Apa ini semua rencana licik Luke?

            Oh stop Gretta! Kau sudah berjanji untuk tidak memikirkan semua itu. Yang jelas di hatinya muncul rasa kebencian dan penyesalannya karena pernah menyukai sosok yang bernama Connor. Oke. Mudah saja baginya untuk menghapus rasa cinta itu karena tentu dalam keadaannya yang seperti ini, tidak akan ada cinta yang bisa datang padanya.

            Oke kak kalau itu kemauanmu!

***

            Rasanya hidup ini terasa lebih santai walau terkadang hatinya sakit karena kejadian-kejadian yang mampu memaksa air matanya untuk turun. Syukuri saja apa adanya. Gretta bersyukur karena ia masih bisa mendengarkan lagu dan itulah satu-satunya yang membuat ia bertahan sampai detik ini. Mendengarkan lagu mampu menenangkannya dan bisa membawanya pergi menuju dunia lain. Gretta akui hidupnya tidak akan bisa tanpa lagu.

            Besok adalah hari natal dan Gretta merasa heran karena Luke tidak pulang ke Australia. Seharusnya cowok itu pulang demi menemui kedua orang tuanya. Astaga kenapa tiba-tiba ia memikirkan Luke? Gretta tidak sengaja melihat Luke yang sedang duduk di sofa sambil bermain gitar. Disana Luke terlihat serius. Style Luke memang kelihatan keren dalam keadaan apapun. Apalagi jika sedang bermain gitar. Hal itu mampu membuat dadanya bergetar dan hatinya tersentuh ketika mendengar nada-nada indah yang diciptakan Luke.

            Ingin sekali Gretta bertanya pada Luke kenapa cowok itu enggan pulang ke Australia. Alasannya apa? Apa keluarga Luke tidak mau menganggap Luke? Sebenarnya bagaimana kehidupan Luke saat ia meninggalkan Luke? Apakah Luke baik-baik saja atau…

            Lagi dan lagi. Sebisa mungkin Gretta membuang pikiran-pikiran yang memang seharusnya tidak ia pikirkan. Baginya, Luke sudah tidak ada. Bahkan Luke sudah tidak ada dimana-mana.

            Dimana-mana.

***

            Natal yang paling menyedihkan. Gretta hanya bisa mengurung diri di kamar padahal kegiatan di luar banyak sekali. Dan sepertinya Teresa bisa memahami perasaannya dan membiarkan ia sendirian. Oke. Tidak apa-apa. Ini adalah keinginannya dan Gretta ingin hidup sendiri dan diabaikan oleh semua orang.

            Besok tahun baru dan pagi ini Gretta merasa tidak enak badan. Biasanya tahun baru sangatlah seru. Sekolah akan mengadakan acara untuk menyambut tahun baru dan disana ada banyak penampilan-penampilan seru. Kalau dipikir-pikir sudah lama ia menyendiri dan tidak bicara dengan siapapun. Sekolah emang sudah lama diliburkan dan Gretta tidak bisa melihat orang-orang yang ngobrol riang ataupun bergosip.

            Gretta keluar dari kamarnya dan ia kaget mendengar suara-suara anak cowok. Ternyata di ruang tamu ada Luke, Calum, Ashton dan Michael. Oh baru pertama kali mereka datang kemari. Disana mereka tampak begitu ceria dan Gretta sempat melihat tawa Luke yang mampu membuat hatinya.. Ah entahlah. Diam-diam Gretta menguping pembicaraan mereka.

            “Aku benar-benar tidak menyangka kita akan menjadi band pembuka konser One Direction beberapa bulan lagi. Ah kita harus mempersiapkan banyak lagu.” Ucap Calum semangat.

            “Ini adalah kesempatan yang langka. Aku ingin menunjukkan pada dunia kalau band kita memang pantas dan bukan hanya band biasa.” Ucap Michael.

            “Kemudian kita membuat single, membuat album dan…” Ucap Ashton.

            Mereka tampak bahagia dan bersemangat. Namun Luke tampak diam dan tidak ikutan heboh seperti tiga sahabatnya. Luke banyak diam dan tersenyum. Gretta melihat wajah Luke dari kejauhan dengan tatapan kasihan. Oh Gretta kenapa hal itu bisa terulang lagi?

            “Bagaimana pendapatmu Luk? Kenapa kau diam saja?” Tanya Calum.

            “Oh ya aku sangat bersemangat.” Jawab Luke singkat.

            “Hmm..” Gumam Calum dan merasa ada sesuatu yang tidak beres dari Luke namun Calum mengabaikannya. “Nanti malam kita akan tampil di acara akhir sekolah untuk menyambut tahun baru. Ngomong-ngomong katanya kau ingin tampil solo di panggung. Kau serius dengan ucapanmu?” Tanya Calum.

            Tentu saja pertanyaan itu untuk Luke. “Aku sudah menyelesaikan laguku dan aku akan menyanyikannya nanti malam.” Jawabnya.

            “Hebat! Kali ini kau misterius Luk. Kau menulis lagu diam-diam dan tidak mau memperlihatkan pada kami.” Ucap Michael.

            “Dan apakah lagu itu kau ciptakan untuk Gretta?” Goda Ashton.

            Dada Luke terasa berdesir saat mendengar Ashton mengucapkan nama Gretta. “Aku tidak tau.” Jawabnya.

            “Ayolah Luk ungkapkan saja perasaanmu pada Gretta, mudah kan.” Desak Calum.

            Luke tersenyum mendengar ucapan Calum. “Aku sudah mengungkapkannya tapi ku rasa Gretta menanggapi ucapanku sebagai candaan yang tidak lucu.” Ucapnya.

***

            Tidak. Ia tidak boleh datang malam ini sekalipun hatinya memaksanya untuk datang. Meski Gretta sedikit flu tapi Gretta masih bisa keluar rumah dan menghadiri acara itu. Sekali lagi ia tidak boleh datang dan akan tetap tinggal di dalam kamarnya.

***

           
            “Kau akan tetap pergi malam ini?” Tanya Teresa.

            Luke tidak baik malam ini. Dia terlihat pucat dan nafasnya tidak bisa dikatakan normal. Tadi Luke sempat mengunjungi dr. Smith dan dr. Smith menyuruh Luke untuk istirahat dan tidak boleh beraktivitas yang berat. Bahkan Luke disuruh istirahat total di rumah sakit tapi Luke menolaknya dan berjanji pada dr. Smith untuk istirahat di rumah dan tidak akan keluar rumah. Tapi sekarang?

            Luke sudah siap untuk malam ini dan sebentar lagi akan pergi. Rasanya ia sudah cukup telat dan secepatnya ia harus tiba ke sekolah. Perlahan Luke mencoba mengatur nafasnya dan meyakinkan dirinya kalau ia baik-baik saja dan tidak perlu dikhawatirkan.

            “Aku akan tetap pergi.” Tegas Luke.

            “Tapi jika ada apa-apa gimana? Kau akan tampil dalam waktu yang cukup lama.” Ucap Teresa.

            “Aku sudah bisa mengatasinya. Percayalah.” Ucap Luke.

            “Kau akan mengajak Gretta?” Tanya Teresa.

            Ya, Gretta. Luke sudah berjanji untuk mengajak Gretta dan menonton penampilannya malam ini bersama Calum, Ashton dan Michael. Jika Gretta menolak, Luke berani untuk memaksa gadis itu karena malam ini adalah malam yang sangat penting baginya. Luke pun pergi ke kamar Gretta dan berharap kali ini saja Gretta mau mendengarnya. Kamar Gretta di buka dan Luke bisa melihat Gretta yang sedang mendengarkan lagu.

            “Hai Gretta..” Sapa Luke.

            Gretta yang sedang mendengarkan lagu terserentak kaget mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar. Luke. Mengapa jantungnya tiba-tiba berdetak kencang hanya mendengar suara itu? Gretta menatap Luke yang sedang tersenyum dan Gretta sangat menyukai senyum tulus itu. Sial. Disana Luke sangatlah tampan dan keren. Dia memakai kaos abu-abu yang dibaluti jaket berwarna biru tua. Rambutnya sudah di tata rapi dan perasaan Gretta menjadi tidak enak.

            “Kau tidak pergi ke acara itu?” Tanya Luke mendekati Gretta.

            Mungkin ini efek dari sikap Luke yang cuek padanya dan itu membuat Gretta gugup dan kaku saat berhadapan dengan Luke. Dan apa maksud Luke menanyakan hal itu? Jelas-jelaslah ia tidak ingin pergi ke acara itu.

            “Aku tidak akan pergi. Dan untuk apa kau menanyakan hal itu? Ku kira kau sudah tidak mau lagi mengangguku.” Ucap Gretta.

            Ucapan Gretta memberikan efek yang dahsyat bagi Luke namun cowok itu berusaha tetap tenang. “Aku hanya ingin kau menyaksikan acara itu. Aku ada disana dan aku ingin kau melihatku bernyanyi.” Ucap Luke.

            Gretta menatap Luke dengan tajam. “Hei! Aku sudah tidak berurusan lagi denganmu. Kita sudah tidak saling sapa lagi. Kau tidak inginkan membuatku semakin membencimu?” Tanyanya.

            Luke mendekatkan jaraknya pada Gretta dan keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Sial! Umpat Gretta lagi. Mengapa debaran jantungnya semakin tak karuan? Luke, apa maksud dari semua ini? Kini mata Gretta bertatapan dengan mata biru Luke. Gretta menelan ludahnya. Andai saja semua itu tidak terjadi…..

            “Ku mohon Gretta. Tolong ikut aku. Setelah itu aku berjanji untuk tidak lagi menganggumu, sekaligus..” Ucap Luke.

            Luke menyetop pembicaraannya. Cowok itu mulai menampilkan ekspresi yang membuat hati Gretta terasa pedih. Luke yang berusaha menahan sakit yang entahlah bagaimana rasanya. Gretta heran mengapa Luke mau mengikuti acara yang bagi Gretta tidak begitu penting dan memaksanya untuk datang ke acara itu.

            “Kau bodoh. Kau sakit dan kau tetap mengikuti acara itu.” Ucap Gretta.

            “Aku.. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.” Ucap Luke.

            “Aku tidak mengerti maksud dari kesempatan yang kau ucapkan. Sudahlah lebih baik kau pergi saja.” Ucap Gretta.

            Gretta memberikan Luke waktu untuk meninggalkan kamarnya ini namun Luke tidak mau keluar juga. Gretta kembali menatap Luke. Kali ini ia menatap Luke dengan kesal. Dasar anak keras kepala!

            “Aku belum selesai bicara tadi. Aku hanya ingin meminta satu saja permintaan darimu yaitu ikut padaku dan menonton acara itu sampai habis. Setelah itu aku akan pergi dan tidak akan pernah lagi menganggumu.” Ucap Luke dengan serius.

            Gretta terdiam mendengar ucapan Luke yang terdengar sedikit misterius. Memangnya apa pentingnya acara itu? Palingan Luke akan menyanyi bersama teman-temannya dan bagi Gretta itu sangat tidak penting. Toh ia juga pernah melihat 5 Seconds of Summer sebelumnya.

            “Acara tidak penting.” Ucap Gretta.

            Lama kelamaan Luke menjadi frustrasi. “Apa susahnya mengikutiku dan menonton penampilan seru itu? Pasti ada banyak shows dari teman-teman kita. Aku juga tidak menyuruhmu untuk menunjukkan bakatmu di depan.” Ucapnya.

            Tiba-tiba Gretta berdiri dan masih menatap Luke dengan tajam. “Kau keras kepala ya? Apa kau tidak sadar kalau kau sudah menghancurkan hidupku tapi kau malah memaksaku seenaknya? Apa di pikiranmu tidak terbesit mengenai perasaanku? Bahkan sedikit saja! Kau sudah membuatku kehilangan kak Connor walau sekarang aku sudah tidak peduli lagi padanya. Dan kau tau, selama kau mencuekkanku, hidupku terasa tenang. Ku harap kau cepat pergi dari rumah ini.” Ucapnya.

            “Karena itulah.” Ucap Luke lalu terdiam sesaat. “Aku akan pergi setelah ini asalkan kau mau melihat acara itu.” Sambungnya.

            Gretta tersenyum sinis. “Tidak. Aku tidak akan pergi!” Ucapnya.

            Hening sesaat. Gretta bermain bersama pikirannya dan tidak tau bagaimana reaksi Luke. Yang jelas ia ingin Luke cepat-cepat pergi dari kamarnya ini. Itu saja.

            “Gretta..” Ucap Luke.

            Entah apa yang membuat Luke berani mengangkat dagu Gretta dan menatap Gretta dengan lekat sementara Gretta tidak mau menatapnya. “Tatap mataku.” Ucap Luke.

            Sihir Luke memang sangat kuat dan Gretta selalu tunduk dengan sihir itu. Kini matanya bertatapan dengan mata Luke dan jantungnya kembali berdebar-debar tak karuan. Tapi hatinya terasa tenang sekali. Tenang sekali.

            “Maafkan aku, Gretta..” Ucap Luke.

            Gretta memejamkan matanya sebentar lalu ia buka. “Sangat sulit memaafkanmu, Luk. Aku hanya bisa menunggu waktu yang tepat untuk memaafkanmu.” Ucapnya.

            Terlihat jelas disana mata Luke yang berkaca-kaca. “Baiklah. Aku akan pergi dan berharap kau mengubah pikiranmu untuk pergi ke acara itu. Aku yakin sekali kau akan datang dan melihatku disana. Aku ada di bagian show terakhir.” Ucapnya lalu melepaskan tangannya di dagu Gretta.

            Gretta tidak bisa membalas ucapan Luke. Gadis itu malah ingin Luke yang terus bicara dan membiarkannya berpikir. Memikirkan semuanya. Dan mengapa rasanya sakit sekali? Oke. Gretta memang ingin Luke pergi dari rumah ini namun mengapa rasanya terdengar sakit? Mengapa… Mengapa Gretta menginginkan Luke untuk tetap disini?

            “Aku mencintaimu Gretta. Terimakasih untuk semuanya.” Ucap Luke lalu berjalan menuju pintu kamar Gretta.

            Sakit. Kenapa rasanya sakit sekali? Batin Gretta. “Luke!” Seru Gretta ragu.

            Luke membalikkan tubuhnya. “Ada kalimat terakhir yang ingin kau sampaikan padaku sebelum aku pergi?” Tanyanya.

            Dada Gretta menjadi sesak dan rasanya ia ingin menangis. “Kau.. Kau tidak bermaksud untuk membuat hidupku menderita kan? Dan kau tidak sedang memainkan permainanmu untuk membuatku menderita?” Tanyanya.

            Luke tertawa samar. “Tidak. Tidak ada niatku untuk menyakitimu. Semua itu terjadi secara tiba-tiba. Tapi Gretta jika kau mempercayaiku dan mau memaafkanku, maka semuanya akan menjadi ringan. Aku mencintaimu dan tentu saja seseorang yang sedang jatuh cinta tidak mungkin berniat ingin menyakiti orang yang dia cintai?” Ucapnya.

            Pipi Gretta menjadi merah mendengar ucapan Luke. “Kau tidak boleh mencintaiku. Oke. Aku maafkan kamu dan setelah ini berjanjilah bahwa kita tidak saling kenal mengenal. Aku berharap setelah ini kau pergi dan tidak lagi menampakkan diri di rumah ini agar aku yakin dengan keputusanku dan semua masalah ini akan selesai.” Ucapnya.

            “Aku janji. Tapi aku sangat berharap padamu untuk datang ke acara itu. Baiklah. Aku sudah terlambat. Terimakasih Gretta karena sudah mau memaafkanku. Aku pergi.” Ucap Luke lalu meninggalkan kamar Gretta.

            Setelah kepergian Luke, air mata Gretta sudah tidak bisa ditahan lagi dan ia pun menangis. Apa? Apa yang ia tangiskan? Luke sudah pergi dan itu keinginannya bukan?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar