“Tolong jangan tinggalkan aku..”
Suara
anak laki-laki itu terdengar lemas dan sepertinya ingin menangis. Dia sahabat
Gretta. Dua hari setelah Ayah dan Kak Harry dimakamkan, Gretta dan Teresa
memutuskan untuk pindah rumah, sekaligus untuk mengobati kesakitan dan kepedihan
yang Gretta rasakan. Anak perempuan itu terus saja menangis tanpa henti dan
membenci semuanya.
“Kamu
bukan sahabatku lagi! Kamu jahat! Ayahmu jahat! Karena Ayahmu, Ayah dan Kak
Harry meninggal!” Ucap Gretta.
Suara
anak laki-laki itu memohon. “Tolong jangan tinggalkan aku Gretta. Kau-lah
satu-satunya sahabat yang mengerti keadaanku. Aku tau Ayahku salah, tapi tolong
maafkan dia. Maafkan aku. Aku tidak ingin kehilanganmu Gretta..”
“Tidak!
Setelah ini aku tidak mau melihat wajahmu lagi! Aku benci kamu! Kamu bukan
sahabatku lagi!” Ucap Gretta lalu berlari meninggalkan anak laki-laki bersama
air matanya yang mengalir membahasi pipinya.
Gretta
sudah pergi dan ia merasa kehilangan. Sangat merasa kehilangan.
***
Entah mengapa Gretta bisa terbangun
malam-malam dan memimpikan tentang masa lalunya. Tentangnya yang pergi bersama
Teresa meninggalkan rumah lama dan membangun kehidupan baru. Sangat susah
memang meninggalkan rumah lama yang sudah Gretta huni selama tujuh tahun. Dan
meninggalkan semua kenangan-kenangan yang indah.
Dan mengapa Gretta masih
mengingatnya? Anak laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya? Gretta tau anak
laki-laki yang tidak lain adalah sahabat kecilnya begitu menyayanginya dan
tidak ingin kehilangannya. Begitu pula dengan Gretta. Ia sangat menyayangi anak
laki-laki itu dan tidak mau berpisah dengan anak laki-laki itu. Dan dendam
serta kebencian menghancurkan segalanya. Rasa cinta, sayang, kasih pada anak
laki-laki itu mendadak hilang dan digantikan menjadi rasa kebencian dan dendam
yang mendalam. Mungkin jika Ayah dan Kak Harry masih hidup, akan berbeda
ceritanya. Mungkin saja Gretta mau memaafkan Ayah anak laki-laki itu dan tidak
dendam sedikitpun.
Gretta merasa haus. Gadis itu pun
keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tengah. Sebelumnya, Gretta tidak
sengaja melihat Teresa yang sedang bertelponan. Kenapa Teresa belum tidur? Ini
sudah sangat malam. Diam-diam Gretta mendengar pembicaraan Teresa dengan
hati-hati.
“Bagaimana keadaannya? Oh saya
sangat sedih mendengarnya. Apakah sekarang dia baik-baik saja? Baiklah. Besok
akan menjadi hari yang besar baginya, juga Gretta. Iya, Gretta. Putri-ku
satu-satunya..”
Apa yang sedang Teresa bicarakan?
Mengapa besok adalah hari yang besar baginya? Dan siapa sosok yang dibicarakan oleh
Teresa dengan penelpon di sebrang sana? Rasa penasaran meliputinya dan Gretta
ingin sekali meminta penjelasan pada Teresa.
Namun Gretta harus cepat-cepat
kembali ke kamar dan tidak sabaran menunggu hari essok.
***
Mengapa pagi ini terasa berbeda?
Setelah terbangun dan mendengar pembicaraan Teresa, tidur Gretta menjadi tidak
nyenyak. Alhasil pagi ini kepala Gretta pusing dan Gretta merasa mengantuk.
Ingin sekali ia tidak masuk sekolah hari ini, tapi berhubung ada tes, terpaksa
Gretta sekolah karena Gretta berjanji pada Miss Titan untuk berubah menjadi
lebih baik dan peduli dengan nilai-nilanya.
Ketika tiba di kelas, Gretta
langsung duduk di bangkunya dan melihat ekspresi wajah Eleanor yang tampak
berbeda. Seperti sedang sedih. Kemudian Eleanor menatapnya dan Gretta merasa
ada hal yang tidak baik hari ini.
“Apa kau baik-baik saja?” Tanya
Gretta.
Eleanor tidak langsung menjawab.
“Tidak. Aku baik-baik saja.” Jawabnya.
“Tapi kenapa wajahmu kusut begitu?”
Tanya Gretta heran.
Eleanor tersenyum sedih. “Aku
baik-baik saja. Justru kau yang tidak baik-baik saja.” Jawabnya.
“Hah?”
Tentu saja Gretta menjadi kaget. Dia
tidak baik-baik saja? Gretta memang selalu tidak baik-baik saja tapi Gretta
tidak peduli. Memangnya apa yang sedang terjadi? Tapi Eleanor kelihatan serius.
Entah mengapa jantung Gretta berdebar-debar dan merasakan sedikit takut.
“Kak Connor. Dia..” Ucap Eleanor.
“Kak Connor? Ada apa dengan Kak
Connor? Dia baik-baik saja kan?” Tanya Gretta cemas.
Perasaan Gretta semakin tidak baik
dan ini ada hubungannya dengan Connor. Tolong jangan beritahu bahwa Connor
sedang tidak baik-baik saja. Gretta takut kehilangan Connor. Gretta ingin terus
melihat Connor meski Connor tidak pernah menyadari perasaannya.
“Kau kenal Aleisha?” Tanya Eleanor
dengan suara sedikit hati-hati.
Mendadak keringat dingin membasahi
wajah Gretta. Siapa yang tidak mengenal Aleisha? Gadis yang bukan gadis
sembarangan. Gadis yang sangat cantik dengan mata biru, rambut pirang dan
senyuman yang begitu manis dan tulus. Bukan hanya itu, Aleisha juga pintar dan
pernah memenangkan olimpiade sains. Intinya, Aleisha sangatlah sempurna. Apa
jangan-jangan…
“Iya. Kak Connor dan Kak Ale resmi
pacaran kemarin. Tadi pagi berita sudah beredar dimana-mana. Ku kira kau sudah
mengetahuinya..” Ucap Eleanor.
***
Akhirnya tiba juga. Inilah Kota yang
sangat ingin ia datangi. Kota yang akan ia tinggali entah berapa lama. Ini
adalah keputusannya dan ia sudah yakin dengan kepuutusannya. Penerbangan dari
Australia menuju Inggris sangatlah melelahkan dan membosankan. Bayangkan saja
duduk berjam-jam di pesawat tanpa ada pemandangan indah untuk dilihat. Ia hanya
bisa melihat langit biru dengan awan-awan yang bentuknya cepat berubah.
Setelah mengurusi kedatangan dan
mengambil koper, cowok berusia tujuh belas tahun itu berjalan keluar.
Penampilannya sederhana. Hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jeans
panjang. Rambutnya terlihat sedikit acak-acakan. Tiba-tiba pandangan matanya terarah
pada seorang wanita yang membawa kertas besar yang bertuliskan namanya. Wanita
itu…
“Welcome
To London!” Sambut wanita itu dengan ramah.
***
Sudah berapa lamakah ia menangis dan
memarahi keadaan? Saat jam istirahat, Gretta langsung berlari menuju belakang
sekolah dimana tempat itu sangat sepi dan cocok untuk menyendiri. Gretta sudah
lama menangis dan membenci hidupnya. Sangat membenci hidupnya. Tuhan tidak
menyayanginya. Tuhan selalu memberinya cobaan dan cobaan tanpa memikirkan
perasaannya.
Connor, cowok yang diimpikannya itu
sudah memiliki seorang pacar dan pacarnya bukanlah gadis sembarangan. Dia
adalah Aleisha. Tentu jika dibandingkan dengan dirinya yang awut-awutan,
Aleisha jauh berada di atasnya. Aleisha adalah langit sedangkan ia adalah
tanah. Tapi Gretta tidak bisa membenci gadis itu karena Aleisha sangatlah baik.
Tapi kenapa harus dengan Connor? Mengapa Aleisha harus bersama Connor? Mengapa?
“Gretta..”
Dan pada akhirnya Eleanor berhasil
menemukannya. Eleanor berlari dan langsung memeluk tubuh sahabatnya itu.
Eleanor tentu bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Gretta. Sangat sakit
memang melihat seseorang yang kita cintai telah bersama orang lain. Sangat
sakit. Eleanor pernah merasakannya dulu saat SMP. Dan rasanya begitu sakit.
“Coba bayangkan. Hidup Kak Ale
begitu sempurna. Wajah cantik, tinggi, pintar, kaya, banyak disayang orang,
sedangkan aku?” Ucap Gretta.
“Gretta, jangan berkata seperti itu.
Bersyukurlah atas pemberian Tuhan padamu. Kau masih mempunyai Ibu yang sangat
menyayangimu. Kau masih memiliki aku. Kau jago bermain basket dan musik. Jangan
banding-bandingkan dirimu dengan siapapun.” Ucap Eleanor.
“Tapi seakan-akan hidup kak Ale
begitu sempurna..” Ucap Gretta.
Eleanor tersenyum. “Iya aku
mengerti. Bukan hanya kau saja yang sedih. Banyak gadis yang merasa patah hati.
Kak Connor sudah memutuskan untuk memilih kak Ale sebagai kekasihnya. Kau harus
belajar untuk lebih kuat lagi Gretta. Biarpun kak Connor sudah punya pacar, aku
yakin sekali hubungan kalian baik-baik saja. Kalian masih bisa berlatih basket
bersama dan tertawa bersama.” Ucapnya.
Gretta menghapus air matanya. “Tapi
rasanya akan berbeda. Aku takut melihat ketika kak Connor bertemu dengan kak
Ale dan mereka tersenyum bahagia. Kak Connor yang menatap kak Ale dengan mesra.
Itu cukup membuatku sakit El..” Ucapnya.
“Belajarlah untuk mengikhlaskan
keadaan. Rasa cemburu itu wajar. Kalau kau masih mencintai kak Connor, tetaplah
terus mencintainya dan jangan dendam dengan kak Ale. Kalau kak Connor adalah
jodohmu, pasti tidak akan kemana.” Ucap Eleanor.
“Tapi rasanya sakit El..”
“Grett, kau adalah gadis yang kuat.
Setelah Ayah dan kak Harry meninggal, kau semakin bertambah kuat dan aku yakin
sekali kau lebih kuat dari sebelumnya.”
“Jangan sebut hal itu! Aku cukup
sakit sekarang! Adakah kesakitan yang harus aku terima lagi?” Teriak Gretta
seakan-akan menyindir hidupnya.
Eleanor sadar saat ini kondisi
Gretta sangat tidak baik dan Eleanor takut sahabatnya itu akan melakukan hal
yang tidak wajar. Tapi Eleanor berharap Gretta akan baik-baik saja dan tetap
ceria. Grett, yang kuat ya…
***
Jalanan kota London yang begitu
ramai namun terlihat nyaman di matanya. Jadi inikah London? Indah sekali.
Banyak bangunan-bangunan bersejarah seperti Big Ben dan kebanyakan
bangunan-bangunan berbentuk seperti bangunan kerajaan namun terlihat modern. Ia
juga tidak menyangka bisa berada di Kota ini.
“Aku tidak menyangka kau tumbuh
secepat ini. Kau sangat tampan. Tadi aku sempat ragu kalau kau adalah kau.”
Ucap Teresa sambil tersenyum. Wanita itu fokus menyetir ke depan.
Ia tersenyum. “Terimakasih. Ku harap
hidupku lebih baik dari sebelumnya.” Ucapnya.
Akhirnya mobil Teresa tiba di rumah
dan keduanya turun. Cowok yang tadi bersamanya keluar dari mobil sambil
mengeluarkan koper dan tasnya. Teresa mencoba membantu cowok itu namun cowok
itu menolak.
“Aku bisa sendiri. Terimakasih.”
Ucapnya sambil tersenyum.
Teresa sangat menyukai senyum yang
tulus itu. Ah, anak laki-laki itu begitu sempurna. Teresa bersumpah jika ia
masih muda, ia bakal jatuh cinta dengan anak laki-laki itu. Tiba-tiba Teresa
teringat dengan Gretta. Apakah Gretta akan siap dengan semuanya? Apakah
nantinya Gretta akan marah?
“Aku tidak sabaran meliha Gretta..”
Ucap cowok itu dengan semangat.
***
Pemandangan yang indah. Bahkan
saking indahnya Gretta merasa ingin pergi jauh dari dunia ini dan tertawa
sekencang-kencangnya atas keadaannya. Gretta bisa melihat sebagaian anak yang
patah hati karena Connor taken dengan Aleisha, si gadis sempurna itu. Tapi
Gretta-lah yang paling merasa sedih dan sakit.
Ketika Connor merangkul pundak
Aleisha dengan penuh rasa sayang, ketika Connor menciumi puncak rambut
Aleisha.. Semuanya terlihat jelas. Bahkan sangat jelas. Gretta yang malang
melihat pujaannya bersama gadis lain dan mereka tampak bahagia. Tapi Gretta
tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Connor dan Aleisha adalah pasangan
yang cocok. Connor, si tampan dengan sejuta pesona dan bakat yang luar biasa,
dan si Aleisha, si gadis cantik yang wajahnya bak putri Inggris.
Semuanya terasa jelas sekarang.
Sangat jelas.
***
Setelah membereskan barang dan
menemukan kamar barunya, cowok itu pergi ke ruang tamu dan disana ada Teresa.
Di meja ruang tamu, ada beberapa makanan kecil dan dua gelas es yang berwarna
oren. Cowok itu duduk di sofa sambil meregangkan tubuhnya yang agak pegal
akibat perjalanan jauhnya.
“Sebentar lagi Gretta pulang.” Ucap
Teresa sambil melihat jam di tangannya.
Ada sedikit desiran di dadanya
ketika mendengar Teresa mengucapkan nama ‘Gretta’. Desiran yang membuat hatinya
bahagia dan perasaan rindunya pada sosok Gretta. Sudah sembilan tahun ia tidak
melihat Gretta dan ia begitu penasaran bagaimana Gretta sekarang. Pasti Gretta
bertambah cantik dan dewasa.
“Apakah.. Apakah dia masih
mengingatku?” Tanyanya.
Teresa menghela nafas panjang. Namun
tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu dan sukses membuat keduanya kaget.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar