expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 4 )



“Tolong jangan tinggalkan aku..”

            Suara anak laki-laki itu terdengar lemas dan sepertinya ingin menangis. Dia sahabat Gretta. Dua hari setelah Ayah dan Kak Harry dimakamkan, Gretta dan Teresa memutuskan untuk pindah rumah, sekaligus untuk mengobati kesakitan dan kepedihan yang Gretta rasakan. Anak perempuan itu terus saja menangis tanpa henti dan membenci semuanya.

            “Kamu bukan sahabatku lagi! Kamu jahat! Ayahmu jahat! Karena Ayahmu, Ayah dan Kak Harry meninggal!” Ucap Gretta.

            Suara anak laki-laki itu memohon. “Tolong jangan tinggalkan aku Gretta. Kau-lah satu-satunya sahabat yang mengerti keadaanku. Aku tau Ayahku salah, tapi tolong maafkan dia. Maafkan aku. Aku tidak ingin kehilanganmu Gretta..”

            “Tidak! Setelah ini aku tidak mau melihat wajahmu lagi! Aku benci kamu! Kamu bukan sahabatku lagi!” Ucap Gretta lalu berlari meninggalkan anak laki-laki bersama air matanya yang mengalir membahasi pipinya.

            Gretta sudah pergi dan ia merasa kehilangan. Sangat merasa kehilangan.

***

            Entah mengapa Gretta bisa terbangun malam-malam dan memimpikan tentang masa lalunya. Tentangnya yang pergi bersama Teresa meninggalkan rumah lama dan membangun kehidupan baru. Sangat susah memang meninggalkan rumah lama yang sudah Gretta huni selama tujuh tahun. Dan meninggalkan semua kenangan-kenangan yang indah.

            Dan mengapa Gretta masih mengingatnya? Anak laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya? Gretta tau anak laki-laki yang tidak lain adalah sahabat kecilnya begitu menyayanginya dan tidak ingin kehilangannya. Begitu pula dengan Gretta. Ia sangat menyayangi anak laki-laki itu dan tidak mau berpisah dengan anak laki-laki itu. Dan dendam serta kebencian menghancurkan segalanya. Rasa cinta, sayang, kasih pada anak laki-laki itu mendadak hilang dan digantikan menjadi rasa kebencian dan dendam yang mendalam. Mungkin jika Ayah dan Kak Harry masih hidup, akan berbeda ceritanya. Mungkin saja Gretta mau memaafkan Ayah anak laki-laki itu dan tidak dendam sedikitpun.

            Gretta merasa haus. Gadis itu pun keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tengah. Sebelumnya, Gretta tidak sengaja melihat Teresa yang sedang bertelponan. Kenapa Teresa belum tidur? Ini sudah sangat malam. Diam-diam Gretta mendengar pembicaraan Teresa dengan hati-hati.

            “Bagaimana keadaannya? Oh saya sangat sedih mendengarnya. Apakah sekarang dia baik-baik saja? Baiklah. Besok akan menjadi hari yang besar baginya, juga Gretta. Iya, Gretta. Putri-ku satu-satunya..”

            Apa yang sedang Teresa bicarakan? Mengapa besok adalah hari yang besar baginya? Dan siapa sosok yang dibicarakan oleh Teresa dengan penelpon di sebrang sana? Rasa penasaran meliputinya dan Gretta ingin sekali meminta penjelasan pada Teresa.

            Namun Gretta harus cepat-cepat kembali ke kamar dan tidak sabaran menunggu hari essok.

***

            Mengapa pagi ini terasa berbeda? Setelah terbangun dan mendengar pembicaraan Teresa, tidur Gretta menjadi tidak nyenyak. Alhasil pagi ini kepala Gretta pusing dan Gretta merasa mengantuk. Ingin sekali ia tidak masuk sekolah hari ini, tapi berhubung ada tes, terpaksa Gretta sekolah karena Gretta berjanji pada Miss Titan untuk berubah menjadi lebih baik dan peduli dengan nilai-nilanya.

            Ketika tiba di kelas, Gretta langsung duduk di bangkunya dan melihat ekspresi wajah Eleanor yang tampak berbeda. Seperti sedang sedih. Kemudian Eleanor menatapnya dan Gretta merasa ada hal yang tidak baik hari ini.

            “Apa kau baik-baik saja?” Tanya Gretta.

            Eleanor tidak langsung menjawab. “Tidak. Aku baik-baik saja.” Jawabnya.

            “Tapi kenapa wajahmu kusut begitu?” Tanya Gretta heran.

            Eleanor tersenyum sedih. “Aku baik-baik saja. Justru kau yang tidak baik-baik saja.” Jawabnya.

            “Hah?”

            Tentu saja Gretta menjadi kaget. Dia tidak baik-baik saja? Gretta memang selalu tidak baik-baik saja tapi Gretta tidak peduli. Memangnya apa yang sedang terjadi? Tapi Eleanor kelihatan serius. Entah mengapa jantung Gretta berdebar-debar dan merasakan sedikit takut.

            “Kak Connor. Dia..” Ucap Eleanor.

            “Kak Connor? Ada apa dengan Kak Connor? Dia baik-baik saja kan?” Tanya Gretta cemas.

            Perasaan Gretta semakin tidak baik dan ini ada hubungannya dengan Connor. Tolong jangan beritahu bahwa Connor sedang tidak baik-baik saja. Gretta takut kehilangan Connor. Gretta ingin terus melihat Connor meski Connor tidak pernah menyadari perasaannya.

            “Kau kenal Aleisha?” Tanya Eleanor dengan suara sedikit hati-hati.

            Mendadak keringat dingin membasahi wajah Gretta. Siapa yang tidak mengenal Aleisha? Gadis yang bukan gadis sembarangan. Gadis yang sangat cantik dengan mata biru, rambut pirang dan senyuman yang begitu manis dan tulus. Bukan hanya itu, Aleisha juga pintar dan pernah memenangkan olimpiade sains. Intinya, Aleisha sangatlah sempurna. Apa jangan-jangan…


            “Iya. Kak Connor dan Kak Ale resmi pacaran kemarin. Tadi pagi berita sudah beredar dimana-mana. Ku kira kau sudah mengetahuinya..” Ucap Eleanor.

***

            Akhirnya tiba juga. Inilah Kota yang sangat ingin ia datangi. Kota yang akan ia tinggali entah berapa lama. Ini adalah keputusannya dan ia sudah yakin dengan kepuutusannya. Penerbangan dari Australia menuju Inggris sangatlah melelahkan dan membosankan. Bayangkan saja duduk berjam-jam di pesawat tanpa ada pemandangan indah untuk dilihat. Ia hanya bisa melihat langit biru dengan awan-awan yang bentuknya cepat berubah.

            Setelah mengurusi kedatangan dan mengambil koper, cowok berusia tujuh belas tahun itu berjalan keluar. Penampilannya sederhana. Hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jeans panjang. Rambutnya terlihat sedikit acak-acakan. Tiba-tiba pandangan matanya terarah pada seorang wanita yang membawa kertas besar yang bertuliskan namanya. Wanita itu…

            Welcome To London!” Sambut wanita itu dengan ramah.

***

            Sudah berapa lamakah ia menangis dan memarahi keadaan? Saat jam istirahat, Gretta langsung berlari menuju belakang sekolah dimana tempat itu sangat sepi dan cocok untuk menyendiri. Gretta sudah lama menangis dan membenci hidupnya. Sangat membenci hidupnya. Tuhan tidak menyayanginya. Tuhan selalu memberinya cobaan dan cobaan tanpa memikirkan perasaannya.

            Connor, cowok yang diimpikannya itu sudah memiliki seorang pacar dan pacarnya bukanlah gadis sembarangan. Dia adalah Aleisha. Tentu jika dibandingkan dengan dirinya yang awut-awutan, Aleisha jauh berada di atasnya. Aleisha adalah langit sedangkan ia adalah tanah. Tapi Gretta tidak bisa membenci gadis itu karena Aleisha sangatlah baik. Tapi kenapa harus dengan Connor? Mengapa Aleisha harus bersama Connor? Mengapa?

            “Gretta..”

            Dan pada akhirnya Eleanor berhasil menemukannya. Eleanor berlari dan langsung memeluk tubuh sahabatnya itu. Eleanor tentu bisa merasakan kesedihan yang dirasakan Gretta. Sangat sakit memang melihat seseorang yang kita cintai telah bersama orang lain. Sangat sakit. Eleanor pernah merasakannya dulu saat SMP. Dan rasanya begitu sakit.

            “Coba bayangkan. Hidup Kak Ale begitu sempurna. Wajah cantik, tinggi, pintar, kaya, banyak disayang orang, sedangkan aku?” Ucap Gretta.

            “Gretta, jangan berkata seperti itu. Bersyukurlah atas pemberian Tuhan padamu. Kau masih mempunyai Ibu yang sangat menyayangimu. Kau masih memiliki aku. Kau jago bermain basket dan musik. Jangan banding-bandingkan dirimu dengan siapapun.” Ucap Eleanor.

            “Tapi seakan-akan hidup kak Ale begitu sempurna..” Ucap Gretta.

            Eleanor tersenyum. “Iya aku mengerti. Bukan hanya kau saja yang sedih. Banyak gadis yang merasa patah hati. Kak Connor sudah memutuskan untuk memilih kak Ale sebagai kekasihnya. Kau harus belajar untuk lebih kuat lagi Gretta. Biarpun kak Connor sudah punya pacar, aku yakin sekali hubungan kalian baik-baik saja. Kalian masih bisa berlatih basket bersama dan tertawa bersama.” Ucapnya.

            Gretta menghapus air matanya. “Tapi rasanya akan berbeda. Aku takut melihat ketika kak Connor bertemu dengan kak Ale dan mereka tersenyum bahagia. Kak Connor yang menatap kak Ale dengan mesra. Itu cukup membuatku sakit El..” Ucapnya.

            “Belajarlah untuk mengikhlaskan keadaan. Rasa cemburu itu wajar. Kalau kau masih mencintai kak Connor, tetaplah terus mencintainya dan jangan dendam dengan kak Ale. Kalau kak Connor adalah jodohmu, pasti tidak akan kemana.” Ucap Eleanor.

            “Tapi rasanya sakit El..”

            “Grett, kau adalah gadis yang kuat. Setelah Ayah dan kak Harry meninggal, kau semakin bertambah kuat dan aku yakin sekali kau lebih kuat dari sebelumnya.”

            “Jangan sebut hal itu! Aku cukup sakit sekarang! Adakah kesakitan yang harus aku terima lagi?” Teriak Gretta seakan-akan menyindir hidupnya.

            Eleanor sadar saat ini kondisi Gretta sangat tidak baik dan Eleanor takut sahabatnya itu akan melakukan hal yang tidak wajar. Tapi Eleanor berharap Gretta akan baik-baik saja dan tetap ceria. Grett, yang kuat ya…

***

            Jalanan kota London yang begitu ramai namun terlihat nyaman di matanya. Jadi inikah London? Indah sekali. Banyak bangunan-bangunan bersejarah seperti Big Ben dan kebanyakan bangunan-bangunan berbentuk seperti bangunan kerajaan namun terlihat modern. Ia juga tidak menyangka bisa berada di Kota ini.

            “Aku tidak menyangka kau tumbuh secepat ini. Kau sangat tampan. Tadi aku sempat ragu kalau kau adalah kau.” Ucap Teresa sambil tersenyum. Wanita itu fokus menyetir ke depan.

            Ia tersenyum. “Terimakasih. Ku harap hidupku lebih baik dari sebelumnya.” Ucapnya.

            Akhirnya mobil Teresa tiba di rumah dan keduanya turun. Cowok yang tadi bersamanya keluar dari mobil sambil mengeluarkan koper dan tasnya. Teresa mencoba membantu cowok itu namun cowok itu menolak.

            “Aku bisa sendiri. Terimakasih.” Ucapnya sambil tersenyum.

            Teresa sangat menyukai senyum yang tulus itu. Ah, anak laki-laki itu begitu sempurna. Teresa bersumpah jika ia masih muda, ia bakal jatuh cinta dengan anak laki-laki itu. Tiba-tiba Teresa teringat dengan Gretta. Apakah Gretta akan siap dengan semuanya? Apakah nantinya Gretta akan marah?

            “Aku tidak sabaran meliha Gretta..” Ucap cowok itu dengan semangat.

***

            Pemandangan yang indah. Bahkan saking indahnya Gretta merasa ingin pergi jauh dari dunia ini dan tertawa sekencang-kencangnya atas keadaannya. Gretta bisa melihat sebagaian anak yang patah hati karena Connor taken dengan Aleisha, si gadis sempurna itu. Tapi Gretta-lah yang paling merasa sedih dan sakit.

            Ketika Connor merangkul pundak Aleisha dengan penuh rasa sayang, ketika Connor menciumi puncak rambut Aleisha.. Semuanya terlihat jelas. Bahkan sangat jelas. Gretta yang malang melihat pujaannya bersama gadis lain dan mereka tampak bahagia. Tapi Gretta tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa Connor dan Aleisha adalah pasangan yang cocok. Connor, si tampan dengan sejuta pesona dan bakat yang luar biasa, dan si Aleisha, si gadis cantik yang wajahnya bak putri Inggris.

            Semuanya terasa jelas sekarang. Sangat jelas.

***

            Setelah membereskan barang dan menemukan kamar barunya, cowok itu pergi ke ruang tamu dan disana ada Teresa. Di meja ruang tamu, ada beberapa makanan kecil dan dua gelas es yang berwarna oren. Cowok itu duduk di sofa sambil meregangkan tubuhnya yang agak pegal akibat perjalanan jauhnya.

            “Sebentar lagi Gretta pulang.” Ucap Teresa sambil melihat jam di tangannya.

            Ada sedikit desiran di dadanya ketika mendengar Teresa mengucapkan nama ‘Gretta’. Desiran yang membuat hatinya bahagia dan perasaan rindunya pada sosok Gretta. Sudah sembilan tahun ia tidak melihat Gretta dan ia begitu penasaran bagaimana Gretta sekarang. Pasti Gretta bertambah cantik dan dewasa.

            “Apakah.. Apakah dia masih mengingatku?” Tanyanya.

            Teresa menghela nafas panjang. Namun tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu dan sukses membuat keduanya kaget.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar