expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 28 Desember 2015

Illusion ( Part 17 )



“Kau akan membuat Calum semakin sedih.” Ucap Mali.

            Sudah dua jam lebih Luke dan Michael ngobrol dengan Mali tentu bukan di rumah karena ada Calum di rumah dan Mali tidak ingin pembicaraannya di dengar oleh Calum.

            “Sekarang aku tanya ke kalian, apa usul yang tepat untuk masalah Calum agar selesai?” Tanya Mali.

            Tidak ada yang menjawab. Luke dan Michael saling pandang-pandangan lalu Luke membuka suaranya. “Menurutku, kita harus menyelesaikan masalah ini yaitu kita langsung memberitahu Calum kejadian yang sebenarnya, tentang kenapa Calum bisa amnesia.” Ucapnya.

            “Dan Calum akan langsung mempercayainya?” Tanya Michael.

            Luke mengangkat bahunya. “Aku tidak tau.” Jawabnya.

            “Kau ini gimana? Kita harus menemukan cara yang tepat meski ujung-ujungnya menyakiti Calum. Ya setidaknya tidak parah-lah.” Ucap Michael.

            “Kalau pendapatmu bagaimana?” Tanya Mali.

            Michael terdiam sambil berpikir. Tidak mudah menemukan jawaban yang tepat. Masalah Calum bukan masalah biasa dan susah mencari jalan keluarnya. “Kalau dibiarkan saja, Calum semakin parah. Dan Calum ingin memperkenalkan kami pada Hailey dan itu salah Luke!” Ucapnya.

            Luke menatap Michael tidak suka. “Aku hanya ingin Calum bahagia.” Ucapnya.

            “Ohya? Dengan cara membuat Calum semakin sakit?” Tanya Michael.

            Obrolan antara Luke dengan Michael semakin memanas dan keduanya saling salah menyalahkan. Mali tidak percaya dua sahabat itu bisa adu mulut seperti ini. Tapi Mali tau bahwa Luke dan Michael begitu menyayangi Calum dan ingin Calum bahagia bagaimapun caranya.

            “Calum sudah ingin menjadi normal. Satu-satunya cara yaitu kita harus membuat Calum tak lagi mencintai Hailey dan Calum akan melupakan Hailey.” Ucap Mali.

            “Nah ide yang bagus! Tidak perlu Calum mengetahui masa lalunya asalkan Calum sudah menjadi normal dan melupakan Hailey.” Ucap Michael.

            “Tapi bagaimana caranya?” Tanya Luke.

***

            Berkali-kali Calum memaksa Hailey agar Hailey mau bertemu dengan Luke dan Michael. Tetapi Hailey menolak dengan lembut dengan wajah yang melas. Apa susahnya sih bertemu dengan Luke dan Michael? Calum tidak enak dengan Luke dan Michael karena ia sudah janji untuk memperkenalkan Hailey pada mereka.

            “Kenapa kau tidak mau sih? Bukankah kita ingin menjadi normal?” Tanya Calum.

            Hailey menghela nafas panjang. “Bagiku, ini sudah normal Cal.” Jawabnya.

            “Tidak. Kau tidak normal. Kau tidak mau bertemu dengan yang lain. Itukah yang disebut sebagai normal?” Tanya Calum.

            “Menjadi normal itu menyakitkan.” Ucap Hailey.

            “Aku tidak percaya kecuali jika kau menjelaskannya padaku.” Ucap Calum.

            Jujur saja, Calum merasa lelah dengan Hailey yang selalu menolak permintaannya. Katanya, Hailey mau menjadi normal tapi mengapa bertemu dengan Luke dan Michael dia tidak mau? Apakah Luke dan Michael berbahaya? Tidak. Luke dan Michael tidak akan menyakitinya.

            “Baiklah kalau itu maumu. Aku mau bertemu dengan Luke dan Calum tapi kau harus menanggung akibatnya.” Ucap Hailey.

***

            Thomas datang entahlah untuk yang keberapa kalinya dan Calum tidak menyukai kedatangan Thomas yang sudah pastinya ingin merusak hubungannya dengan Hailey. Katanya Hailey jahat-lah, Hailey tidak baik-lah..

            “Untuk apa kau menemuiku?” Tanya Calum.

            Thomas tersenyum. “Selama kau bersama Hailey, aku selalu bersamamu.” Jawabnya.

            Suhu tubuh Calum semakin memanas dan rasanya ia ingin menghajar Thomas. Sungguh Calum ingin cowok di depannya ini menghilang dari hidupnya atau menganggu hubungan lain. Dan sebegitunyakah kebencian Thomas pada Hailey?

            “Sebenarnya kau siapa Hailey?” Tanya Calum.

            “Aku bukan siapa-siapanya.” Jawab Thomas.

            “Lalu kenapa kau tau kalau Hailey adalah gadis yang tidak baik dan aku harus meninggalkannya?” Tanya Calum.

            “Itu demi kebaikanmu, Cal.” Ucap Thomas.

            Calum terdiam dan memilih untuk meninggalkan Thomas. Untuk apa ia meladeni cowok seperti Thomas? Namun saat ia pergi, tangannya di cekal oleh Thomas dan tentu Calum sangat tidak menyukai perbuatan Thomas. Lalu entahlah mengapa tiba-tiba Calum menghajar Thomas dengan segala kekuatannya namun kenapa dirinya yang kesakitan sedangkan Thomas terlihat baik-baik saja padahal Thomas tidak melawan sedikitpun?

            Kemudian semuanya terlihat remang-remang dan Calum pun pingsan dan ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Namun Calum sempat mendengar sebuah teriakan yang tidak asing lagi.

***

            Sudah tiga jam Calum tak sadarkan diri. Luke dan Michael datang ke rumah sakit dan khawatir akan keadaan Calum. Mali yang paling khawatir dan rasanya ingin menangis terus karena Mali-lah yang pertama kali menemukan keadaan Calum seperti itu dan sesuatu yang tidak di duganya muncul di matanya secara tiba-tiba. Calum. Adik kesayangannya itu sudah sangat parah dan entahlah kapan Tuhan mengembalikan diri Calum yang dulu. Demi Tuhan Mali sangat merindukan Calum yang dulu.

            “Kita harus membawa Calum ke psikiater agar kondisnya tidak semakin parah.” Ucap Luke.

            “Iya. Aku tidak mau Calum menambah lagi.” Ucap Michael.

            Tidak sepenuhnya Mali mendengar ucapan Michael dan Luke. Kemudian Trisha datang dan mengatakan Calum sudah sadar. Langsung saja Mali masuk ke dalam sementara Luke dan Michael menunggu di pintu luar.

            “Hei! Bagaimana keadaanmu?” Tanya Mali mencoba baik-baik saja.

            “Sedikit sakit.” Jawab Calum.

            “Kok bisa babak belur gini?” Tanya Mali.

            Tiba-tiba Calum teringat dengan Thomas dan ia yang menghajar Thomas namun dirinya yang kesakitan. “Aku bertemu dengan lelaki sialan dan aku menghajarnya. Tapi aku yang menjadi seperti ini. Dan rasanya.. rasanya seperti mimpi..” Jawabnya.

            Mali tidak bisa menahan air matanya dan air mata itu pun jatuh. Cepat-cepat Mali mengusapnya dan tidak ingin Calum melihatnya menangis. Mali kira setelah kejadian ini Calum bakal mengingat masa lalunya sayangnya tidak. Harapan yang sia-sia.

            “Jangan nangis. Aku tidak apa-apa..” Ucap Calum lembut.

***

            Cukup tiga hari Calum dirawat di rumah sakit dan Calum boleh pulang ke rumah. Ahya artinya sudah tiga hari ia tidak bertemu dengan Hailey. Calum memutuskan untuk mencari Hailey dan ternyata Hailey sedang menunggunya.

            “Astaga Cal kau kenapa?” Tanya Hailey kaget.

            Calum tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Hailey. “Aku habis berkelahi dengan cowok sialan namun aku kalah.” Ucapnya.

            “Siapa?” Tanya Hailey.

            “Thomas.” Jawab Calum. Seandainya ada nama yang lebih buruk dari itu Calum tentu akan memilih nama itu.

            “Dia benar-benar keterlaluan. Jangan sekali-kali terpenaruh dengannya.” Ucap Hailey.

            “Aku mengerti. Bagaimana kalau sekarang aku ajak kau ke rumahku?” Tanya Calum.

***

            Luke dan Michael sudah ada di rumah Calum dan Calum yang menyuruh mereka datang ke rumahnya. Katanya Calum ingin memperkenalkan Hailey pada mereka, juga Mali. Mali juga sudah duduk di teras dan wajahnya tampak pucat.

            “Aku tidak tenang.” Ucap Mali.

            Michael menatap Mali. “Kau harus tenang. Tidak ada yang perlu ditakutkan.” Ucapnya.

            “Calum..” Lirih Luke melihat ke arah pintu pagar.

            Baik Luke, Michael maupun Mali mengarahkan pandang ke pintu pagar dan disana Calum tampak bahagia. Mali menelan ludahnya. Sepertinya ia ingin pingsan saja dan tidak ingin berhadapan dengan saat ini.

            “Hai Luk! Mike! Kak Mali!” Sapa Calum ceria.

            Sebisa mungkin ketiganya tampak bahagia. “Hai juga! Wah itu Hailey ya? Cantik sekali.” Ucap Michael.

            Mendengar ucapan Michael, Calum langsung tersenyum. “Sudah aku katakan Hailey memang cantik.” Ucapnya.

            Akhirnya Calum benar-benar memperkenalkan Hailey pada Luke, Michael dan Mali. Tidak ada ekspresi apapun di wajah Hailey. Hailey tampak diam dan belum memasang senyumnya. Ada apa dengan Hailey? Apa Hailey tidak menyukai keadaan seperti ini?

            “Apa susahnya berkenalan dengan mereka? Lihat. Luke, Michael dan Mali senang melihatmu. Tidak ada yang perlu ditakutkan.” Ucap Calum.

            “Iya aku tau.” Ucap Hailey.

            “Aku senang kita bisa berkumpul di tempat ini. Ku harap setelah ini aku bisa menjadi normal.” Ucapnya sambil menggenggam tangan Harry.

            Michael menelan ludahnya mendengar ucapan Calum. “Tentu saja. Kau akan normal.” Ucapnya.

            “Aku masuk dulu ya.” Ucap Mali lalu berlari ke dalam.

            “Ada apa dengan kak Mali? Apa dia tidak menyukai Hailey?” Tanya Calum.

            Tidak ada jawaban dan Calum mulai merasakan ketidakberesan antara Luke dan Michael. Juga Mali yang tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah tanpa berbasa-basi dengan Hailey. Apa diantara Mali dan Hailey saling membenci? Buktinya Hailey tidak terlihat ramah dan tidak mau tersenyum.

            Sementara di dalam sana, Mali menyandarkan tubuhnya di tembok kamarnya sambil berusaha menahan air matanya. Rasanya seperti… ia berada di masa-masa indah itu dan kejadian sedih ini tak akan pernah terjadi.

            Calum. Mali sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain meangis.

***

            Malam yang dingin. Mali memasang jam wekernya agar besok ia tidak bangun kesiangan. Kejadian tadi sungguh menyakitkan hatinya. Disana, Calum terlihat sangat bahagia. Seharusnya ia bahagia juga, tetapi air matanya menang duluan. Ia tidak akan pernah bahagia kecuali jika Calum mau menerima kenyataan dan berjanji untuk tidak sedih.

            Ketika Mali membetulkan letak bantalnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Mali sedikit kaget melihat Calum yang berdiri disana. Tidak biasanya Calum datang ke kamarnya tanpa seizinnya. Disana, Calum tampak menyeramkan dan perasaan Mali menjadi tidak enak.

            “Calum?” Tanya Mali.

            Saat Calum berdiri tidak jauh dari ranjangnya, Calum menatapnya dengan tajam dan Mali merasa seperti mimpi. Itu bukan Calum kan? Tidak biasanya Calum seperti ini. Apa Calum sudah benar-benar gila?

            “Sebaiknya kau ceritakan kejadian sebenarnya yang menimpaku. Mengapa aku bisa amnesia dan kejadian yang menimpa Hailey. Jangan pikirkan bagaimana reaksiku saat mengetahui yang sebenarnya.” Ucap Calum.

            Suaranya tidak terdengar seperti suara Calum dan Mali menjadi takut jika sosok yang menatapnya itu bukanlah sosok Calum yang sebenarnya. Apa jangan-jangan..

            “Aku sudah tau kejadian apa yang menimpaku. Memang sulit bagimu untuk menceritakannya, juga Mom, juga Dad. Tapi inilah kenyataannya dan aku tidak bisa membalikkan kenyataan.” Ucap Calum.

            “Kau.. Kau bukan Calum!” Bentak Mali.

            Calum mengangkat bahunya. “Terserah. Aku hanya ingin mengatakan keinginanku. Jangan takut untuk menceritakannya jika itu memang benar. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah.” Ucapnya.

            Tiba-tiba Mali meneteskan air mata. “Aku.. Aku tidak ingin kehilangan Calum. Aku sudah kehilangan sosok yang sangat aku sayangi dan aku tidak ingin kehilangan Calum.” Ucapnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar