“Kau akan
membuat Calum semakin sedih.” Ucap Mali.
Sudah dua jam lebih Luke dan Michael
ngobrol dengan Mali tentu bukan di rumah karena ada Calum di rumah dan Mali
tidak ingin pembicaraannya di dengar oleh Calum.
“Sekarang aku tanya ke kalian, apa
usul yang tepat untuk masalah Calum agar selesai?” Tanya Mali.
Tidak ada yang menjawab. Luke dan
Michael saling pandang-pandangan lalu Luke membuka suaranya. “Menurutku, kita
harus menyelesaikan masalah ini yaitu kita langsung memberitahu Calum kejadian
yang sebenarnya, tentang kenapa Calum bisa amnesia.” Ucapnya.
“Dan Calum akan langsung
mempercayainya?” Tanya Michael.
Luke mengangkat bahunya. “Aku tidak
tau.” Jawabnya.
“Kau ini gimana? Kita harus
menemukan cara yang tepat meski ujung-ujungnya menyakiti Calum. Ya setidaknya
tidak parah-lah.” Ucap Michael.
“Kalau pendapatmu bagaimana?” Tanya
Mali.
Michael terdiam sambil berpikir.
Tidak mudah menemukan jawaban yang tepat. Masalah Calum bukan masalah biasa dan
susah mencari jalan keluarnya. “Kalau dibiarkan saja, Calum semakin parah. Dan
Calum ingin memperkenalkan kami pada Hailey dan itu salah Luke!” Ucapnya.
Luke menatap Michael tidak suka.
“Aku hanya ingin Calum bahagia.” Ucapnya.
“Ohya? Dengan cara membuat Calum
semakin sakit?” Tanya Michael.
Obrolan antara Luke dengan Michael
semakin memanas dan keduanya saling salah menyalahkan. Mali tidak percaya dua
sahabat itu bisa adu mulut seperti ini. Tapi Mali tau bahwa Luke dan Michael
begitu menyayangi Calum dan ingin Calum bahagia bagaimapun caranya.
“Calum sudah ingin menjadi normal.
Satu-satunya cara yaitu kita harus membuat Calum tak lagi mencintai Hailey dan
Calum akan melupakan Hailey.” Ucap Mali.
“Nah ide yang bagus! Tidak perlu
Calum mengetahui masa lalunya asalkan Calum sudah menjadi normal dan melupakan
Hailey.” Ucap Michael.
“Tapi bagaimana caranya?” Tanya
Luke.
***
Berkali-kali Calum memaksa Hailey
agar Hailey mau bertemu dengan Luke dan Michael. Tetapi Hailey menolak dengan
lembut dengan wajah yang melas. Apa susahnya sih bertemu dengan Luke dan
Michael? Calum tidak enak dengan Luke dan Michael karena ia sudah janji untuk
memperkenalkan Hailey pada mereka.
“Kenapa kau tidak mau sih? Bukankah
kita ingin menjadi normal?” Tanya Calum.
Hailey menghela nafas panjang.
“Bagiku, ini sudah normal Cal.” Jawabnya.
“Tidak. Kau tidak normal. Kau tidak
mau bertemu dengan yang lain. Itukah yang disebut sebagai normal?” Tanya Calum.
“Menjadi normal itu menyakitkan.”
Ucap Hailey.
“Aku tidak percaya kecuali jika kau
menjelaskannya padaku.” Ucap Calum.
Jujur saja, Calum merasa lelah
dengan Hailey yang selalu menolak permintaannya. Katanya, Hailey mau menjadi
normal tapi mengapa bertemu dengan Luke dan Michael dia tidak mau? Apakah Luke
dan Michael berbahaya? Tidak. Luke dan Michael tidak akan menyakitinya.
“Baiklah kalau itu maumu. Aku mau
bertemu dengan Luke dan Calum tapi kau harus menanggung akibatnya.” Ucap
Hailey.
***
Thomas datang entahlah untuk yang
keberapa kalinya dan Calum tidak menyukai kedatangan Thomas yang sudah pastinya
ingin merusak hubungannya dengan Hailey. Katanya Hailey jahat-lah, Hailey tidak
baik-lah..
“Untuk apa kau menemuiku?” Tanya
Calum.
Thomas tersenyum. “Selama kau
bersama Hailey, aku selalu bersamamu.” Jawabnya.
Suhu tubuh Calum semakin memanas dan
rasanya ia ingin menghajar Thomas. Sungguh Calum ingin cowok di depannya ini
menghilang dari hidupnya atau menganggu hubungan lain. Dan sebegitunyakah
kebencian Thomas pada Hailey?
“Sebenarnya kau siapa Hailey?” Tanya
Calum.
“Aku bukan siapa-siapanya.” Jawab
Thomas.
“Lalu kenapa kau tau kalau Hailey
adalah gadis yang tidak baik dan aku harus meninggalkannya?” Tanya Calum.
“Itu demi kebaikanmu, Cal.” Ucap
Thomas.
Calum terdiam dan memilih untuk
meninggalkan Thomas. Untuk apa ia meladeni cowok seperti Thomas? Namun saat ia
pergi, tangannya di cekal oleh Thomas dan tentu Calum sangat tidak menyukai
perbuatan Thomas. Lalu entahlah mengapa tiba-tiba Calum menghajar Thomas dengan
segala kekuatannya namun kenapa dirinya yang kesakitan sedangkan Thomas
terlihat baik-baik saja padahal Thomas tidak melawan sedikitpun?
Kemudian semuanya terlihat
remang-remang dan Calum pun pingsan dan ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Namun Calum sempat mendengar sebuah teriakan yang tidak asing lagi.
***
Sudah tiga jam Calum tak sadarkan
diri. Luke dan Michael datang ke rumah sakit dan khawatir akan keadaan Calum.
Mali yang paling khawatir dan rasanya ingin menangis terus karena Mali-lah yang
pertama kali menemukan keadaan Calum seperti itu dan sesuatu yang tidak di
duganya muncul di matanya secara tiba-tiba. Calum. Adik kesayangannya itu sudah
sangat parah dan entahlah kapan Tuhan mengembalikan diri Calum yang dulu. Demi
Tuhan Mali sangat merindukan Calum yang dulu.
“Kita harus membawa Calum ke
psikiater agar kondisnya tidak semakin parah.” Ucap Luke.
“Iya. Aku tidak mau Calum menambah
lagi.” Ucap Michael.
Tidak sepenuhnya Mali mendengar
ucapan Michael dan Luke. Kemudian Trisha datang dan mengatakan Calum sudah
sadar. Langsung saja Mali masuk ke dalam sementara Luke dan Michael menunggu di
pintu luar.
“Hei! Bagaimana keadaanmu?” Tanya
Mali mencoba baik-baik saja.
“Sedikit sakit.” Jawab Calum.
“Kok bisa babak belur gini?” Tanya
Mali.
Tiba-tiba Calum teringat dengan
Thomas dan ia yang menghajar Thomas namun dirinya yang kesakitan. “Aku bertemu
dengan lelaki sialan dan aku menghajarnya. Tapi aku yang menjadi seperti ini.
Dan rasanya.. rasanya seperti mimpi..” Jawabnya.
Mali tidak bisa menahan air matanya
dan air mata itu pun jatuh. Cepat-cepat Mali mengusapnya dan tidak ingin Calum
melihatnya menangis. Mali kira setelah kejadian ini Calum bakal mengingat masa
lalunya sayangnya tidak. Harapan yang sia-sia.
“Jangan nangis. Aku tidak apa-apa..”
Ucap Calum lembut.
***
Cukup tiga hari Calum dirawat di
rumah sakit dan Calum boleh pulang ke rumah. Ahya artinya sudah tiga hari ia
tidak bertemu dengan Hailey. Calum memutuskan untuk mencari Hailey dan ternyata
Hailey sedang menunggunya.
“Astaga Cal kau kenapa?” Tanya Hailey
kaget.
Calum tersenyum kemudian
mengacak-acak rambut Hailey. “Aku habis berkelahi dengan cowok sialan namun aku
kalah.” Ucapnya.
“Siapa?” Tanya Hailey.
“Thomas.” Jawab Calum. Seandainya
ada nama yang lebih buruk dari itu Calum tentu akan memilih nama itu.
“Dia benar-benar keterlaluan. Jangan
sekali-kali terpenaruh dengannya.” Ucap Hailey.
“Aku mengerti. Bagaimana kalau
sekarang aku ajak kau ke rumahku?” Tanya Calum.
***
Luke dan Michael sudah ada di rumah
Calum dan Calum yang menyuruh mereka datang ke rumahnya. Katanya Calum ingin
memperkenalkan Hailey pada mereka, juga Mali. Mali juga sudah duduk di teras
dan wajahnya tampak pucat.
“Aku tidak tenang.” Ucap Mali.
Michael menatap Mali. “Kau harus
tenang. Tidak ada yang perlu ditakutkan.” Ucapnya.
“Calum..” Lirih Luke melihat ke arah
pintu pagar.
Baik Luke, Michael maupun Mali
mengarahkan pandang ke pintu pagar dan disana Calum tampak bahagia. Mali
menelan ludahnya. Sepertinya ia ingin pingsan saja dan tidak ingin berhadapan
dengan saat ini.
“Hai Luk! Mike! Kak Mali!” Sapa
Calum ceria.
Sebisa mungkin ketiganya tampak
bahagia. “Hai juga! Wah itu Hailey ya? Cantik sekali.” Ucap Michael.
Mendengar ucapan Michael, Calum
langsung tersenyum. “Sudah aku katakan Hailey memang cantik.” Ucapnya.
Akhirnya Calum benar-benar
memperkenalkan Hailey pada Luke, Michael dan Mali. Tidak ada ekspresi apapun di
wajah Hailey. Hailey tampak diam dan belum memasang senyumnya. Ada apa dengan
Hailey? Apa Hailey tidak menyukai keadaan seperti ini?
“Apa susahnya berkenalan dengan
mereka? Lihat. Luke, Michael dan Mali senang melihatmu. Tidak ada yang perlu
ditakutkan.” Ucap Calum.
“Iya aku tau.” Ucap Hailey.
“Aku senang kita bisa berkumpul di
tempat ini. Ku harap setelah ini aku bisa menjadi normal.” Ucapnya sambil
menggenggam tangan Harry.
Michael menelan ludahnya mendengar
ucapan Calum. “Tentu saja. Kau akan normal.” Ucapnya.
“Aku masuk dulu ya.” Ucap Mali lalu
berlari ke dalam.
“Ada apa dengan kak Mali? Apa dia
tidak menyukai Hailey?” Tanya Calum.
Tidak ada jawaban dan Calum mulai
merasakan ketidakberesan antara Luke dan Michael. Juga Mali yang tiba-tiba saja
masuk ke dalam rumah tanpa berbasa-basi dengan Hailey. Apa diantara Mali dan
Hailey saling membenci? Buktinya Hailey tidak terlihat ramah dan tidak mau
tersenyum.
Sementara di dalam sana, Mali
menyandarkan tubuhnya di tembok kamarnya sambil berusaha menahan air matanya.
Rasanya seperti… ia berada di masa-masa indah itu dan kejadian sedih ini tak
akan pernah terjadi.
Calum. Mali sudah tidak bisa
melakukan apa-apa lagi selain meangis.
***
Malam yang dingin. Mali memasang jam
wekernya agar besok ia tidak bangun kesiangan. Kejadian tadi sungguh
menyakitkan hatinya. Disana, Calum terlihat sangat bahagia. Seharusnya ia
bahagia juga, tetapi air matanya menang duluan. Ia tidak akan pernah bahagia
kecuali jika Calum mau menerima kenyataan dan berjanji untuk tidak sedih.
Ketika Mali membetulkan letak
bantalnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Mali sedikit kaget melihat Calum yang
berdiri disana. Tidak biasanya Calum datang ke kamarnya tanpa seizinnya.
Disana, Calum tampak menyeramkan dan perasaan Mali menjadi tidak enak.
“Calum?” Tanya Mali.
Saat Calum berdiri tidak jauh dari
ranjangnya, Calum menatapnya dengan tajam dan Mali merasa seperti mimpi. Itu
bukan Calum kan? Tidak biasanya Calum seperti ini. Apa Calum sudah benar-benar
gila?
“Sebaiknya kau ceritakan kejadian
sebenarnya yang menimpaku. Mengapa aku bisa amnesia dan kejadian yang menimpa
Hailey. Jangan pikirkan bagaimana reaksiku saat mengetahui yang sebenarnya.”
Ucap Calum.
Suaranya tidak terdengar seperti
suara Calum dan Mali menjadi takut jika sosok yang menatapnya itu bukanlah
sosok Calum yang sebenarnya. Apa jangan-jangan..
“Aku sudah tau kejadian apa yang
menimpaku. Memang sulit bagimu untuk menceritakannya, juga Mom, juga Dad. Tapi
inilah kenyataannya dan aku tidak bisa membalikkan kenyataan.” Ucap Calum.
“Kau.. Kau bukan Calum!” Bentak
Mali.
Calum mengangkat bahunya. “Terserah.
Aku hanya ingin mengatakan keinginanku. Jangan takut untuk menceritakannya jika
itu memang benar. Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah.” Ucapnya.
Tiba-tiba Mali meneteskan air mata.
“Aku.. Aku tidak ingin kehilangan Calum. Aku sudah kehilangan sosok yang sangat
aku sayangi dan aku tidak ingin kehilangan Calum.” Ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar