Depresi.
Itulah yang dirasakan Gretta saat ini. Sebenarnya ia ingin menangis tapi karena
hatinya lelah ia tidak bisa menangis. Sekarang, tidak ada satupun yang
menyayanginya. Connor sudah tidak ada dan selama-lamanya ia tidak akan bisa
berbicara dengan Connor seperti dulu. Dan itu semua karena Luke.
Setiba di rumah, Gretta baru ingat
kalau Luke sedang sakit dan Teresa menyuruhnya agar ia menjaga Luke. Hah!
Teresa begitu menyayangi Luke melebihi rasa sayang Teresa padanya. Entahlah
kapan semua kepedihan ini berakhir. Gretta ingin semuanya berakhir dan hidupnya
menjadi normal kembali jika Tuhan tidak mau mencabut nyawanya.
Di rumah tampak sepi. Seperti biasa
Teresa bekerja sampai sore. Di meja makan ada beberapa makanan dan Gretta
langsung melahapnya. Diam-diam ia bertanya dalam hati, apakah Luke sudah makan?
Bodoh! Kenapa ia masih mempedulikan cowok itu? Bukankah tadi ia bertekad untuk
tidak mau menjaga Luke dan membiarkan Luke tersiksa seperti itu?
Tapi entah apa yang membuat
kaki-kakinya berjalan menuju kamar Luke. Gretta penasaran dengan Luke. Oke. Ia
bukan simpati pada Luke, melainkan ia ingin melihat apakah Luke beneran sakit
atau tidak. Siapa tau kan Luke berbohong dan hanya ingin mencari sensasi agar
Teresa khawatir padanya dan menyuruh Gretta untuk menjaganya?
Setiba di pintu kamar Luke, perlahan
Gretta membuka pintu kamar Luke dan ia terpaku melihat Luke yang sedang tidur
disana. Ternyata Luke benar-benar sakit. Dan lagi. Gretta tidak tau apa yang
membuatnya memasuki kamar itu dan menatap wajah Luke. Wajah yang sangat tampan
walau sedang tertidur. Disana wajah Luke tampak pucat dan terlihat kasihan. Oh
ayolah Gretta! Kenapa kau terus ingin menatap wajah itu? Kenapa kau terus ingin
menatap wajah yang sangat kau bencikan itu?
Kemudian, Gretta tidak sengaja
menemukan gitar biru Luke yang terlihat keren. Jadi itu gitar Luke? Jujur saja
saat melihat gitar berwarna biru muda itu Gretta langsung naksir dan ingin
memiliki gitar itu yang baginya langka. Gretta pun berjalan menuju gitar itu
dan menyentuhnya. Rasanya dingin dan Gretta ingin memainkannya. Dan pada
akhirnya Gretta tersadar bahwa kamar Luke tampak rapi dan enak dilihat. Jika
dibandingkan dengan kamarnya, tentu saja kamar Luke lebih bagus dan rapi ketimbang
kamarnya yang tidak karuan. Biasanya kamar anak cowok itu tidak pernah rapi.
Tetapi Luke berbeda.
Gretta tidak sengaja mengalihkan
pandang ke Luke dan cowok itu masih tertidur dengan penuh kedamaian. Mengapa
hatinya tiba-tiba merasakan kasihan? Mengapa rasanya Luke terlihat lemah dan
harus ada yang menjaganya? Tiba-tiba Gretta tidak sengaja menemukan sebuah tabung
yang ada di meja belajar Luke. Sebuah tabung yang misterius. Gretta mengambil tabung
itu dan sadar bahwa ternyata itu adalah sebuah tabung obat dan isinya terdiri
dari pil-pil. Ini obat atau apa? Tidak ada keterangan disana. Hanya tabung
bening dan tidak ada tulisan disana. Mendadak Luke menjadi misterius baginya.
Apa susahnya sih memaafkan Luke?
Muncul pertanyaan di pikirannya. Tapi memaafkan seseorang yang sangat kita
bencikan begitu susah. Gretta merasa kecewa, sedih dan hancur karena kejadian
itu. Luke. Sungguh ia sangat menyayangi sahabat kecilnya itu. Jika saja Ayahnya
tidak meninggal… Jika saja yang menabrak mobil Ayahnya bukan Ayah Luke…
Selanjutnya ada kertas-kertas
berserakan di meja belajar Luke dan Gretta bisa membaca tulisan-tulisan di
kertas itu, seperti sebuah lirik lagu dan disana juga ada beberapa chord gitar. Jadi Luke pandai membuat
lagu dan mengarasemenkan lagu? Jatung Gretta mulai berdebar-debar melihat Luke
yang sepertinya ingin bangun. Gretta teringat dengan obat itu dan ia langsung
membawanya pergi dari kamar Luke.
***
“Kau tidak baik Luk. Kita ke dokter
aja.” Ucap Teresa di malam itu.
Gretta juga tidak menyangka kondisi
Luke bisa seburuk itu. Wajah Luke tampak pucat bahkan lebih pucat saat ia
melihat Luke siang tadi. Apa kepucatan itu ada hubungannya dengan tabung obat
yang ia temukan di kamar Luke? Bagaimana jika Luke membutuhkan obat itu
sedangkan obat itu kini ada di tangannya?
“Aku baik-baik saja.” Ucap Luke.
Dari suaranya saja terdengar begitu
lelah dan seperti dipaksakan. Kini Luke duduk di samping Gretta dan entah
mengapa hati Gretta terasa pedih. Luke, kasihan dia. Apa selama ini ia sudah
sangat keterlaluan? Tapi bukankah ia sangat membenci Luke? Apakah ini termasuk
salah satu permainan Luke untuk membuat hatinya luluh?
“Kau.. sakit apa?” Tanya Gretta
tiba-tiba.
Langsung saja Luke menatap Gretta
dan hati Gretta semakin pedih. Namun wajah Luke tetap tampan dan mampu mengikat
siapapun. “Cuma lelah saja. Terimakasih sudah menanyakan hal itu padaku.” Jawab
Luke lalu memakan makanannya.
Oke. Bagaimanapun keadaan Luke, kau
harus tetap dengan sikap cuekmu Gretta. Ya. Gretta berjanji mulai detik ini ia
tidak akan lagi merasakan sedikitpun rasa kasihan pada Luke. Dan mengenai tabung
obat itu. Mungkin ia akan membuangnya.
***
“Masih ada aku Gretta. Kau harus
kuat Gretta. Biarkan kak Connor memutuskan keputusan itu.” Ucap Eleanor.
Sore ini Gretta benar-benar menangis
di pangkuan sahabatnya. Gretta menceritakan semua keluh kesahnya mengenai
Connor. Hidupnya sekarang hancur dan Gretta tidak akan bisa tersenyum lagi
karena hanya Connor-lah yang bisa membuatnya tersenyum.
“Satu saja yang aku pinta, El. Aku ingin
Luke pergi dari dunia ini. Itu saja.” Ucap Gretta.
“Terus, apa kau mau memaafkan kak
Luke setelah kak Luke pergi?” Tanya Eleanor.
“Aku tidak tau El. Kehadiran Luke
membuatku bingung. Aku sangat membencinya El tapi terkadang aku merasa kasihan
padanya. Apalagi saat dia sakit. Aku tidak sengaja menemukan tabung obat di
kamarnya.” Ucap Gretta.
‘Tabung obat?’ Batin Eleanor. “Tabung
obat apa?” Tanyanya.
“Aku juga tidak tau. Isinya berupa
pil putih dan tidak ada keterangan jelas disana. Ku perhatikan setelah keadaan
Luke membaik dia jarang latihan basket. Dia menjadi pendiam dan tidak mau
keluar rumah, bahkan keluar dari kamarnya.” Jawab Gretta.
“Jangan-jangan kak Luke sakit parah.
Aku sudah banyak menemukan kisah di novel bahwa si tokoh menderita sakit parah
dan ujung-ujungnya meninggal. Tapi aku tidak mau ending kak Luke seperti itu. Dia terlalu baik Grett..” Ucap
Eleanor.
“Dia sakit apa? Apa ini juga salah
satu permainan Luke?” Tanya Gretta.
“Gretta. Cobalah belajar untuk ramah
dan mau memaafkan kak Luke. Aku yakin semua pertanyaan yang ada di otakmu akan
terjawab.” Ucap Eleanor.
Dan kata-kata Eleanor
terngiang-ngiang terus di pikirannya. Apakah ia harus memaafkan Luke demi
mencari tau apa maksud di balik semua sikap Luke itu?
***
“Ada apa kau kesini?” Ketus Connor.
Sudah lima hari Luke tidak masuk
sekolah dan hari ini Luke sudah masuk sekolah walau kondisinya belum baik.
Connor takut jika Luke membicarakan Gretta dan membuat hatinya sakit. Gretta..
Gadis itu.. Sudah seminggu ia tidak melihat Gretta dan rasanya sakit. Tapi ini
salahnya. Salahnya yang memutuskan untuk tidak akan lagi berbicara dengan
Gretta.
“Kau boleh membenciku, asalkan
jangan membenci Gretta. Dia mencintaimu dan Gretta hancur karena keputusanmu
untuk tidak lagi berbicara dengan Gretta.” Ucap Luke.
“Kau juga mencintainya! Gretta jauh
lebih mencintaimu dibanding aku.” Ucap Luke.
“Aku memang mencintainya Conn, tapi
Gretta tidak mencintaiku melainkan mencintaimu. Jujur saja dengan perasaanmu.
Kalian sama-sama hancur dan kau harus bicara baik-baik dengan Gretta.” Ucap
Luke.
Connor terdiam mendengar ucapan
Luke. Namun hatinya sedikit merasakan perih mendengar kata demi kata yang
diucapkan Luke. Sadarlah Conn sebenarnya Luke itu baik. Luke tidak bermaksud
untuk merebut semua yang kau punya. Seharusnya kau bisa menjadi sosok yang
dewasa. Sikapmu itu seperti anak kecil.
“Kalau kau mencintainya, kenapa
tidak kau saja yang jujur pada Gretta?” Tanya Connor.
“Aku tidak mau membuat Gretta
semakin membenciku. Mungkin dengan cara ini rasa kebencian Gretta padaku akan
berkurang dengan cara menyatukan kalian. Kau dan Gretta.” Ucap Luke.
Connor tidak tau harus mengatakan
apa. Tapi rasanya jahat jika benar Gretta mencintainya dan ia pacaran dengan
Gretta, itu akan membuat Luke sakit. Connor tau Luke dan Gretta adalah sahabat
dan Luke lebih mengerti Gretta dibandingkan dirinya. Connor tidak ingin
hubungannya dengan Gretta nantinya berujung seperti hubungannya dengan Aleisha.
“Aku yakin Gretta akan
memaafkanmu..” Lirih Connor.
***
Sepertinya Gretta membutuhkan lagu
baru, sebuah lagu yang sesuai dengan perasaannya. Luke sudah sembuh sekarang
namun sikap Luke menjadi diam dan tidak mencoba untuk ramah padanya. Apa Luke
sudah lelah? Apa semua penderitaan yang ia alami akan berakhir? Mendadak Gretta
merindukan Connor. Seandainya semua itu hanyalah mimpi.. Seandainya Connor
adalah miliknya… Gretta bersumpah jika Connor menjadi miliknya ia akan
memaafkan Luke dan melupakan semua dendamnya pada Luke.
Gretta melihat Luke sedang belajar di
ruang tamu dan disana Luke terlihat serius. Anak yang jenius. Gretta tidak tau
bagaimana kabar Luke di tim basket karena ia sendiri tidak pernah datang
latihan saat Connor tidak mau lagi bicara dengannya. Gretta tidak peduli dengan
teman-temannya yang memaksanya untuk latihan. Biarkan saja! Gretta sudah tidak
mau mempedulikan semuanya.
Gretta kembali di kamarnya dan saat
membuka skype, dia melihat ada undangan baru disana. Disana tertera sebuah nama
‘Calum Hood’ dan Gretta tau siapa Calum itu. Siapa lagi kalau bukan teman band
Luke? Gretta meng-accepet-nya dan
langsung saja Calum mengirim pesan padanya.
Calum
Hood: Hi Gretta J
Gretta:
Hai. Ada apa?
Beberapa menit kemudian Gretta
menemukan Calum yang mengirim sebuah audio padanya yang berjudul ‘The Girl Who
Cried Wolf’. Judul yang menarik dan Gretta penasaran bagaimana lagu itu.
Sepertinya Calum mengerti keadaannya yang sedang membutuhkan lagu baru.
Langsung saja Gretta menerimanya dan menebak-nebak bagaimana isi lagu tersebut.
Apakah lagu itu adalah lagu mereka sendiri?
Calum
Hood: Gretta ku mohon dengar baik-baik ya lagu itu. Luke yang menulisnya.
Sesaat Gretta menjadi ragu. Artinya
lagu yang di kirimkan Calum adalah lagu 5 Seconds of Summer sendiri dan
pastinya ia akan menemukan suara Luke. Apakah ia berani memutar lagu itu?
Dilihat dari judulnya saja sudah begitu sedih. Akhirnya Gretta memutar lagu itu
dengan headsetnya dan berharap lagu itu tidak berate apa-apa baginya.
“Eeo..
Eeooo.. I’m not living Eeo.. Eeoo…
Everytime
you say to me it’s over you just wanna start again it’s just lie
The
girl who cried wolf everyday ignore by gravity but in the end
Don’t
ask why..”
Suara Luke sangatlah terdengar merdu
di telinganya dan Gretta ingin terus mendengar suara Luke. Ternyata suara Luke
benar-benar terdengar cocok di telinganya. Selama ini Gretta membenci suara
Luke.
“You
say you wanna, but do you wanna runaway
You’re
great escape oh yeah
Where
you going? Always running find the way to call it quits again..”
Mengapa seakan-akan lagu itu
menceritakan tentang dirinya? Ingin sekali Gretta menangis dan ini adalah lagu
tersedih yang ia dengar. Bahkan jujur saja. Suara Luke jauh lebih bagus dan
terdengar istimewa di banding suara vocalis All Time Low atau Simple Plan.
“So
look at me in the eye, is anyone there at all? Is anyone there at all?
Cause
I’m not dreaming
So
look at me in the eye, is anyone there at all? Is anyone there at all?
Cause
I’m not leaving..”
Gretta benar-benar tidak bisa
menahan air matanya ketika mencapai puncak lagu. Suara Luke benar-benar
menyentuh hatinya dan memaksa air matanya untuk keluar. Luke menyanyikan lagu
itu dengan penuh penghayatan. Tuhan.. Apakah ini saatnya? Apakah ini saatnya ia
untuk memaafkan Luke dan memulainya dari awal? Apa ia siap untuk kembali
menjadi sahabat Luke?
Tanpa Gretta sadari, Luke melihatnya
dan tersenyum. Luke sudah bisa menebak kalau Gretta sedang mendengarkan lagu
yang di kirimkan Calum dan Luke benar-benar tidak percaya Gretta
mendengarkannya sambil menangis. Atau Gretta bukan mendengarkan lagunya?
“So
look at me in the eye, is anyone there at all? Is anyone there at all?
Cause
I’m not leaving”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar