expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 12 )



Malam yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Gretta termenung di dalam kamarnya, memikirkan semua masalah yang terjadi padanya. Semakin hari penampilan Gretta semakin tidak teratur bahkan mungkin Gretta tidak pernah berkaca. Kemarin ia sudah bicara dengan Luke. Bukan. Maksudnya membentaki Luke akan kekesalan-kekesalannya pada Luke. Agak sedikit lega memang.

            Perut Gretta mulai berbunyi dan rasanya lapar sekali. Gretta pun pergi ke meja makan berharap menemukan menu kesukaannya disana. Dan kalian tau pemandangan apa yang terjadi disana? Gretta terpaku melihat Teresa yang tersenyum bahagia sesekali mengelus-elus punggung Luke dengan penuh kasih sayang, seperti anaknya sendiri. Jangan. Air mata itu tidak boleh turun lagi. Namun dadanya terasa sesak. Teresa tidak pernah melakukan itu padanya, tetapi mengapa Teresa melakukannya pada Luke?

            Nafsu makan yang tadinya menggebu-gebu mendadak hilang. Dengan langkah gontai Gretta masuk ke dalam kamarnya, mengunci pintunya dan menyembunyikan wajahnya di dalam bantal. Sial. Ia menangis lagi. Gretta menangis dan langsung teringat dengan Ayahnya yang sangat menyayanginya. Gretta menangis teringat senyum Harry yang mampu membuatnya tenang. Sungguh Gretta sangat merindukan senyum itu.

            Ayah.. Kak Harry.. Disini Mama jahat sama Gretta. Mama lebih menyayangi Luke ketimbang Gretta. Mama lebih member perhatian lebih pada Luke. Padahal keluarga Luke-lah yang telah membunuh Ayah dan Kak Harry.

            Gretta tersadar. Gadis itu tersadar bahwa Luke adalah sang perebut. Sang perebut hidup orang lain. Buktinya Luke sudah merebut apa yang Connor punya dan Luke sudah merebut Teresa. Rasanya ingin sekali ia melarikan diri dari rumah ini, entah pergi kemana. Yang jelas ia bisa terhindar dari Luke dan Teresa.

            Akhirnya Gretta memutuskan untuk membuka facebook. Siapa tau Connor sedang online dan cowok itu bisa membuatnya sedikit tersenyum. Namun saat ia menemukan status dan foto-foto di berandanya….

            I’ll always love you My Aleisha no matter what happens. Let them talk anything about us but we’re always strong and ignore them because you’re the special girl in my heart and always be like that. I’m so glad to have you..’

            Disana ada foto Connor yang sedang mencium pipi Aleisha dengan mesra dan tangan kanannya memeluk pinggang Aleisha. Apa-apaan ini? Kepedihan yang tadi ia rasakan kini bertambah semakin banyak. Kenapa kak? Kenapa? Kenapa Gretta tidak bisa ada di posisi Kak Aleisha? Kenapa hidup Gretta malang seperti ini? Kenapa?

            “Gretta..”

            Suara lembut Teresa menyadarkannya. Tapi Gretta enggan membuka pintu kamarnya sekaligus tidak mau makan. Biarlah ia sakit perut, Gretta tidak peduli. Kesedihannya menutup semuanya, menutup rasa laparnya.

            “Gretta ayo makan. Luke sudah menunggumu disana. Katanya dia ingin bicara baik-baik denganmu.” Ucap Teresa.

            Hah! Untuk apa Teresa menyebut nama yang telah menghancurkannya itu? Gretta tidak akan membuka pintunya sampai besok. Malam ini ia ingin ditemani oleh tangisan dan kesedihannya serta kerinduannya pada Ayah dan Kak Harry.

            “Gretta tidak mau makan! Pergi aja sana! Ngapain urus Gretta? Kan disana sudah ada Luke!” Bentak Gretta sambil menangis.

            Hati Teresa sakit mendengar suara Gretta dan merasa kasihan dengan Gretta. Jika saja Gretta mau memaafkan Luke, pasti tidak akan seperti ini. Dan sampai kapan Gretta menjadi seperti ini? Percuma membuka pintu kamar Gretta sementara pintu itu di kunci oleh Gretta. Akhirnya Teresa kembali ke ruang makan.

            “Gretta mana?” Tanya Luke.

            Teresa menarik nafas panjang-panjang. “Dia tidak mau makan. Gretta sedang menangis. Aku takut kalau dia tidak makan malam ini, penyakit mag-nya kambuh.” Jawabnya sedih.

            Tiba-tiba Luke mendapatkan sebuah ide. “Aku akan kesana membawa makanan untuk Gretta.” Ucap Luke.

            “Percuma. Gretta mengunci kamarnya.” Ucap Teresa.

            “Tidak apa-apa. Aku akan menunggu di luar kamar Gretta sampai Gretta mau membuka pintunya.” Ucap Luke.

            Teresa menatap Luke dengan tatapan tidak yakin. “Gretta tidak akan mau membuka pintunya sekalipun kau memohon dengan sangat. Anak itu keras kepala.” Ucapnya.

            “Aku.. Aku tidak mau Gretta sakit.” Ucap Luke lalu mengambil makanan untuk Gretta.

            Teresa menatap Luke dengan tatapan yang sedih. Luke. Anak itu hanyalah ingin meminta permaafan dari Gretta. Hanya itu saja. Kalau boleh Luke ingin menikmati masa-masa indah bersama Gretta seperti dulu, saat keduanya masih bersahabat dan sama-sama saling menyayangi.

            Setelah mengambil makanan untuk Gretta yang ia taruh di atas nampan, Luke berjalan menuju kamar Gretta dengan harapan agar Gretta mau membuka pintunya.

            “Hai Gretta. Ayo makan. Ini aku bawakan makanan kesukaanmu.” Ucap Luke dengan suara yang ceria.

            Di dalam sana, Gretta merutuki suara yang sangat ia bencikan itu. Ngapain Luke kemari sambil mengantarnya makanan? Luke yang bodoh! Batin Gretta.

            “Gretta ayo keluar. Teresa takut nantinya mag-mu kambuh dan aku tidak ingin melihatmu sakit karena kesehatan itu sangat mahal dan penting.” Ucap Luke.

            “Jangan sok peduli!” Bentak Gretta dari dalam sana.

            “Kita bisa membicarakan masalah kita dengan baik-baik. Sekarang ayo keluar.” Ucap Luke. Dia merasa senang karena Gretta mau membalas ucapannya walau terkesan membentak.

            “Tidak akan! Sebaik apapun sikapmu, semanis apapun sikapmu padaku, aku tidak akan mau keluar! Biarkan aku mati disini menyusul Ayah dan Kak Harry!” Bentak Gretta.

            Diam sesaat. Gretta berharap Luke mau pergi dan ia bisa tenang disini tanpa harus mendengarkan suara yang sangat ia bencikan itu. Sementara itu Luke mencoba untuk tetap tenang dan berusaha mengatur nafasnya yang sepertinya tidak beraturan.

            “Aku akan menunggu disini sampai kau keluar.” Ucap Luke.

            Di dalam sana Gretta tersenyum sinis. “Dasar keras kepala! Aku tidak peduli!” Ucapnya.

            Dan benar saja. Luke memutuskan untuk menunggu Gretta membuka pintunya dan menjaga makanan itu agar tetap terlihat cantik. Kemudian Teresa datang menemui Luke sambil tersenyum sedih. Hatinya pedih melihat Luke yang sedang duduk bersandaran di pintu kamar Gretta sambil berusaha mengatur nafasnya. Luke sedang tidak baik!

            “Gretta tidak akan keluar. Sebaiknya kau kembalikan makanan itu. Disini udara sangat dingin.” Ucap Teresa.

            “Tidak. Ini salahku. Aku pantas mendapatkannya.” Ucap Luke.

            “Kalau sampai larut malam Gretta tidak mau keluar bagaimana?” Tanya Teresa.

            “Tidak masalah. Aku akan tidur disini.” Jawab Luke.

            Gretta mendengar percakapan antara Teresa dengan Luke. Dari suaranya saja Luke terdengar serius. Dasar keras kepala! Luke kira yang sedang dia lakukan mampu meluluhkan hatinya? Gretta tersenyum sinis. Ia tidak akan keluar sampai besok. Sampai besok.

***

            Dua bocah itu duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Sambil mengayunkan kaki-kaki kecil mereka, mereka bercanda dan tertawa tanpa henti. Masa kecil yang indah. Masa kecil yang tidak akan bisa terulang lagi.

            “Aku ingin kita selalu bersama. Selamanya.” Ucap anak perempuan itu.

            “Iya. Aku juga ingin kita selalu bersama.” Balas anak laki-laki itu.

            “Aku penasaran gimana kita saat besar nanti. Aku takut kalau-kalau Ayah dan Mama pindah rumah dan kita berpisah..” Ucap anak perempuan sedih.

            Anak laki-laki itu tersenyum sambil membelai lembut rambut anak perempuan itu. “Percayalah Gretta, aku akan selalu berada di sampingku.. Aku berjanji untuk selalu ada di sampingmu dimanapun kamu berada.. Aku akan selalu di sampingmu..”

            Perlahan Gretta membuka matanya. Mimpi itu.. Mimpi itu merupakan sebagian masa lalunya bersama seorang anak laki-laki yang tidak lain adalah Luke. Mengapa mimpi itu bisa hadir? Seharusnya masa lalu itu ia kubur dalam-dalam dan ia tidak boleh mengingatnya sedikitpun. Perutnya terasa perih dan mau tidak mau Gretta harus keluar mencari makanan. Lalu muncul satu pertanyaan di otaknya. Masih adakah Luke di luar sana?

            Gretta bangkit dari tidurnya lalu mendekati pintu kamarnya. Gadis itu merasa ragu. Akankah ia buka pintunya? Akhirnya Gretta membuka pintu itu dan keluar dari kamar. Dan… Alangkah kagetnya Gretta menemukan Luke yang sedang tertidur sambil bersender di tembok kamarnya dan makanan itu masih ada! Gretta terdiam, kemudian ia tersenyum sinis. Apapun yang dilakukan Luke padanya, hatinya tidak akan pernah tersentuh. Luke melakukan itu hanya untuk membuat hatinya tersentuh dan ia menjadi kalah.

            Dengan langkah pelan Gretta berjalan menuju ruang makan dan berharap disana ada sedikit sisa makanan untuk sekedar mengisi perutnya yang kesakitan.

***

            Masih teringat di memorinya tentang kejadian semalam. Saat ini Gretta melihat Luke sedang sarapann bersama Teresa. Entah apakah Luke tau kalau semalaman ia diam-diam pergi ke ruang makan untuk mengambil makanan.

            “Aku pergi dulu.” Ucap Gretta lalu meninggalkan Luke dan Teresa.

            Setiba di sekolah, Gretta tidak sengaja berpapasan dengan Connor yang berwajah masam. Sama seperti dirinya. Bedanya mata Gretta sembab sedangkan Connor tidak.

            “Gretta, kau baik-baik saja?” Tanya Connor.

            “Kak Connor bisa melihatnya kan? Ini semua karena Luke.” Jawab Gretta.

            Mendengar Gretta menyebut nama Luke, wajah masam Connor semakin menjadi-jadi. “Anak itu benar-benar keterlaluan! Dia sudah bergabung dalam tim basket dan Kak Nathan suka dengan permainan Luke. Rasanya aku ingin membunuhnya.” Ucapnya.

            Gretta tidak terlalu kaget mendengar ucapan Connor karena ia tau kalau permainan basket Luke memang luar biasa. Apa? Jadi selama latihan basket ia tetap bertemu dengan Luke? Padahal latihan basket adalah pelariannya. Tidak ada Luke disana.

            “Aku tidak mau Luke tergabung dalam tim basket. Aku tidak mau melihat wajahnya selama aku latihan.” Ucap Gretta.

            “Aku juga. Tapi aku tidak bisa melarangnya dan Kak Nathan sudah sangat senang dengan kehadiran Luke disana, dan perasaanku menjadi tidak enak. Aku mempunyai firasat buruk.” Ucap Connor.

            “Apa itu?” Tanya Gretta.

            Connor menghela nafas berat. “Aku takut jika Kak Nathan memilih Luke untuk menggantikan jabatannya sebagai kapten tim.” Jawabnya.

***

            BRAKK !!!

            Sepulang sekolah Gretta langsung membanting tasnya dengan kasar di ruang tengah. Disana ada Luke yang sedang menonton TV. Tentu saja Luke menjadi kaget. Tapi dia langsung tersenyum mendapati Gretta yang berada tidak jauh darinya.

            “Ku peringatkan padamu. Jangan rebut semua yang kak Connor punya. Dan kau harus keluar dari tim basket!” Bentaknya kemudian meninggalkan Luke yang masih terdiam karena ucapan Gretta barusan.

            Merebut semua yang Connor punya? Luke mulai mengerti.

***

            Sore ini Gretta malas untuk latihan basket. Apalagi saat mendapati Luke yang sudah siap dengan baju basketnya dan itu dapat membuat Gretta muak. Emang sih Luke kelihatan sangat keren dengan baju basketnya ditambah lagi rambut cokelat emasnya yang terlihat acak-acakan menambah kesan sempurna pada diri Luke.

            “Maafkan aku Gretta. Sampaikan permintamaafanku dengan Connor. Bermain basket adalah hobi-ku juga dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.” Ucap Luke.

            Gretta tersenyum sinis. “Aku bisa mendengar kebohongan dari setiap kata-katamu.” Ucapnya.

            Luke menghela nafas panjang. “Ohya, terimakasih karena sudah mau bicara denganku.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Gretta.

            Selepas kepergian Luke, Gretta semakin merasa kesal dengan Luke. Kesal sekali. Ia bersumpah dalam hati untuk tidak akan terpengaruh atau tersentuh oleh sikap dan ucapan kasihan dari Luke. Luke terlalu pintar dan walau Gretta bodoh, tapi Gretta tidak akan bisa dibodohkan oleh Luke.

***

            Sebelum latihan basket di mulai, tentu saja Nathan akan mengumumkan anggota baru yang tidak lain adalah Luke. Tim cewek tentu pandangan mereka tidak bisa lepas dari Luke yang terlihat sangat keren. Gretta tidak ada disini. Sedangkan Connor memilih untuk diam sambil menahan emosinya untuk tidak mengeluarkan kemarahannya pada Luke di depan teman-temannya. Dan dimana Gretta? Connor tidak menemukan Gretta di bagian tim cewek. Diam-diam Connor merasa menyesal latihan hari ini karena tau ada Luke disini.

            Luke maju ke depan untuk memperkenalkan diri di hadapan teman-temannya. Di sampingnya ada Nathan yang sedang tersenyum lebar. “Hai namaku Luke. Aku anggota baru disini. Ku harap kalian bisa menerimaku sebagai anggota baru.” Ucapnya.

            Suara yang terdengar sopan dan terdengar lembut di telinga siapapun yang mendengarnya. Ya. Luke telah berhasil merebut perhatian hampir dari semua anggota tim basket. Dan Connor, rasanya ingin membunuh Luke dan menyingkirkan Luke dari tempat ini, bahkan dari sekolah ini.

***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar