Connor marah
padanya! Begitulah yang dipikirkan Aleisha. Tadi saat jam istirahat Connor
tidak mau bicara dengannya padahal tadi pagi Connor baik-baik saja. Ada apa
dengan Connor? Apakah ia telah melakukan kesalahan pada Connor? Pulang sekolah
ini Aleisha mencoba menelpon Connor tapi nomor Connor tidak aktif. Percuma saja
menelpon Connor sedangkan nomor Connor tidak aktif.
Hati Aleisha menjadi ragu. Ragu akan
cinta Connor padanya. Ragu apakah Connor mencintainya atau tidak. Connor lebih
suka bergaul dengan gadis yang memiliki hobi yang sama dengannya, salah satu
diantaranya adalah Gretta. Aleisha mulai ragu kalau sebenarnya Connor diam-diam
menyukai Gretta.
“Hei kau tidak pulang bersama
Connor?”
Jantung Aleisha berdebar-debar
ketika mendengar suara lembut itu. Luke! Luke sedang membawa motor dan
sepertinya dia akan pulang. Entah mengapa hati Aleisha menjadi bahagia akan
kedatangan Luke disini.
“Aku tidak tau dimana dia.
Sepertinya Connor marah padaku.” Jawab Aleisha.
“Marah?” Gumam Luke. “Oh, dia tidak
marah padamu. Tapi dia marah padaku.” Sambungnya.
Tentu saja Aleisha kaget mendengar
ucapan Luke. “Connor marah padamu? Memangnya ada masalah apa?” Tanyanya.
“Tadi kami bertanding basket 1 on 1 dan poin-ku lebih unggul
dibanding Connor lalu Connor marah padaku. Bahkan dia sempat bermain kasar.”
Jawab Luke.
Jadi karena itu. Tunggu! Luke bisa
menang tanding basket melawan Connor? Bukankah Connor yang paling hebat disini?
Aleisha tau kekasihnya itu tidak mau dikalahkan oleh siapapun dan terkesan
sombong. Jadi Luke termasuk orang yang hebat dong. Sudah diberi wajah yang
sempurna, senyum yang menawan ditambah lesung pipit yang indah, mata biru
keabu-abuan yang menghanyutkan…
“Aleisha?” Tanya Luke.
Aleisha sedikit kaget. “Darimana kau
tau namaku?” Tanyanya.
Luke tersenyum. “Darimana ya aku
lupa..” Jawabnya dengan gaya yang sok berpikir dan membuat Aleisha menjadi
geregetan.
Ternyata Luke anak yang menyenangkan
dan bisa membuat orang disekitarnya tertawa dan tidak bisa berhenti
memikirkannya. Alangkah beruntungnya gadis yang bisa dekat dengan Luke.. Yang bisa
menjadi kekasih Luke…. Aleisha teringat dengan Connor. Hatinya menjadi ragu.
“Ayo pulang sama aku.” Ucap Luke.
“Eh?” Kaget Aleisha.
“Iya. Kau tidak tau pasti dimana
Connor. Sebenarnya aku ingin meminta maaf dengannya tapi aku tidak tau dimana
dia sekarang.” Ucap Luke.
Pulang bersama Luke? Mimpikah ia?
Tanpa Aleisha sadari, ada beberapa pasang mata yang melihatnya dan
berbisik-bisik. Sial. Jika Connor sampai tau, Connor akan marah besar padanya.
Tapi ini kan salah Connor juga! Aleisha mencoba belajar untuk tidak menyalahkan
diri sendiri.
“Oke.” Ucap Aleisha lalu menaiki
motor Luke.
“Pegangan yang kuat ya ntar jatuh
lho.” Ucap Luke yang sukses membuat pipi Aleisha memerah. Motor itu pun melaju
dengan kecepatan sedang meninggalkan sekolah dan rasanya seperti mimpi.
Rasanya seperti mimpi naik motor
bersama Luke.
***
Dan akhirnya Gretta mengakui kalau
sebenarnya ia juga membenci Luke. Bahkan kebenciannya pada Luke lebih besar
jika dibandingkan dengan kebencian Connor pada Luke. Tentu saja Connor kaget
mendengar pengakuan Gretta. Memangnya sebelumnya Gretta sudah mengenal Luke?
“Dulu, aku dan Luke adalah sahabat
dan kami selalu bersama. Tapi karena Ayah Luke yang mengendarai mobil sambil
mabuk, tidak sengaja menabrak mobil Ayahku dan Ayah meninggal bersama Kak
Harry. Semenjak itulah aku membenci Luke dan tidak mau memaafkan keluarga Luke.
Aku dan Mama memutuskan untuk pindah dan aku tidak mau lagi melihat wajah Luke.
Tapi mengapa tiba-tiba Luke datang?” Jelas Gretta.
Connor mengangguk-angguk mengerti
mendengar kisah Gretta. Jadi itu yang membuat gadis itu menjadi seperti ini
hanya karena masa lalunya yang kehilangan Ayah dan kakak laki-lakinya? Connor
tidak bisa berkomentar apapun. Tapi ia merasa senang karena Gretta juga
membenci Luke.
“Tapi apakah Luke mencoba untuk
meminta maaf padamu?” Tanya Connor.
Gretta tidak ingin Connor tau kalau
ia tinggal satu rumah dengan Luke. Gretta takut Connor akan curiga padanya.
Lebih baik Connor tidak mengetahui hal itu.
“Iya. Tapi aku cuekkan saja. Aku
sudah sangat benci padanya dan tidak suka dengan sikapnya yang suka memaksaku.”
Jawab Gretta. Kalimat terakhir tentu saja merupakan sebuah kebohongan tapi
Gretta hanya ingin membuat Connor semakin membenci Luke.
Connor terdiam sesaat. “Luke memang
pantas untuk dibencikan dan harus dibuang. Aku tidak mau semua orang beralih
menatap Luke dan aku diasingkan. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak mau
Luke tersenyum dengan penuh kemenangan sedangkan diriku adalah seseorang yang
kalah.” Ucapnya.
Tiba-tiba Gretta teringat sesuatu.
“Dan sepertinya Luke tengah merebut kak Ale dari tanganmu.” Ucapnya.
Tentu saja Connor menjadi kaget
mendengar ucapan Gretta. Benarkah itu? Sedangkan Gretta juga kaget dengan apa
yang diucapkannya. Itu adalah sebuah kebohongan. Luke tidak mungkin menyukai Aleisha.
Luke baru datang disini dan anak itu belum berani melakukan sesuatu yang
membuat heboh seisi sekolah.
“Dia akan berurusan padaku.” Ucap
Connor dengan penuh kemarahan.
***
“Nilaimu turun! Bahkan nilaimu lebih
buruk dari sebelumnya!” Ucap Teresa.
Malam itu Teresa memaksanya
berkumpul di ruang tengah sambil menonton TV. Tentu saja disana ada Luke dan
Gretta merasa tidak suka harus duduk di samping Luke dan mendapat omelan dari
Teresa. Hah persetan dengan nilai!
“Coba lihat Luke. Dia pintar. Dia
rajin belajar. Setiap hari dia belajar dan nilainya bagus-bagus semua. Orangtua
yang mana yang tidak suka jika anaknya bisa membanggakan mereka?” Ucap Teresa.
Karena tidak bisa menahan emosinya,
Gretta langsung berdiri dan menatap tajam ke arah Teresa, sementara Luke
terdiam sambil menunduk. Luke. Nama itu cukup membuat hubungannya dengan Teresa
menjadi retak. Sekali lagi. Gretta tidak suka dibanding-bandingkan oleh orang
lain, apalagi dengan Luke!
“Ma! Sebenarnya siapa sih anak Mama?
Gretta atau Luke sih? Gretta tidak suka dibanding-bandingkan dengan Luke!
Mengapa Mama seakan-akan lebih suka dengan Luke dibanding Gretta? Kenapa Mama
lebih menyayangi anak pembunuh itu?” Bentak Gretta. Matanya memerah dan
sepertinya ia ingin menangis.
“Gretta, dengar nak. Bukannya Mama
membanding-bandingkan kamu dengan Luke. Tapi tirulah Luke. Kau harus menjadikan
Luke sebagai motivasimu agar nilaimu bagus. Mama tidak ingin masa depanmu
menjadi tidak jelas hanya karena nilai-nilaimu yang tidak pernah hancur.” Ucap
Teresa.
Kali ini Gretta benar-benar
menangis. Mendadak ia rindu dengan Ayah dan Kak Harry. Memang. Gretta lebih
dekat dengan Ayah dibanding Mamanya. Ayah.. Tangis Gretta. Kemarilah Ayah..
Gretta sudah tidak tahan lagi…
“Gretta adalah anak yang pintar dan
berbakat.” Ucap Luke tiba-tiba.
Mendengar suara Luke yang terdengar
menyindir di telinga Gretta, Gretta mengalihkan pandang ke arah Luke. Saatnya
untuk bicara dengan Luke….
“Apa? Kau puas melihatku menderita?
Kau puas melihat keadaanku? Kau puas merebut Mama dariku? Dimana Ayahmu yang
brengsek itu?” Bentak Gretta.
“Gretta!” Ucap Teresa.
“Aku ingin Luke pergi dari rumah
ini. Bahkan dari dunia ini.” Ucap Gretta dengan suara melemah lalu berlari
menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
“Maafkan Gretta. Sikapnya sudah
sangat parah..” Ucap Teresa.
Luke terdiam, entahlah apa yang
dipikirkannya. Mendengar kalimat-kalimat Gretta tadi dapat membuat dadanya
sesak. Sesak sekali. Mengapa? Mengapa Gretta tidak mau memaafkannya? Luke hanya
ingin Gretta memaafkannya dengan iklhas dan selesai. Itu saja.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Teresa
mulai panik saat melihat keadaan Luke yang tidak biasa.
Sebisa mungkin Luke tenang dan
tersenyum. “Aku tidak apa-apa. Aku masuk ke kamar dulu.” Ucap Luke lalu pergi
ke kamarnya.
Teresa menatap kepergian Luke dengan
hati yang sakit. Luke. Mengapa hal itu harus terjadi pada Luke?
***
Pagi ini Gretta tampak buruk. Rasa
rindunya pada Ayah dan Kak Harry tidak bisa dibendung lagi. Gretta muak berada
di tempat ini. Gretta muak berada di rumah ini bersama Teresa dan Luke.
Satu-satunya yang dapat membuatnya tersenyum adalah Connor. Tapi Connor juga
bisa membuat hatinya sakit tatkala melihat Connor bahagia bersama Aleisha.
“Sarapan dulu..” Ucap Teresa.
Seakan-akan Teresa itu adalah patung
dan Gretta lolos saja. Tadi matanya sempat bertatapan dengan mata Luke yang
bagi Gretta sudah tidak berarti lagi. Gadis bodoh yang hanya melihat Luke dari
penampilannya saja dan Gretta tidak mau menjadi gadis yang bodoh itu.
Ayah.. Kak Harry…
***
“Gretta, kau tidak tau?”
Pagi-pagi Eleanor sudah mulai
bergosip dan Gretta tidak suka dengan gosip. Gretta lebih memilih menyetel lagu
dan membiarkan Eleanor menjadi kesal karena tidak mau diajak bicara. Tapi
Eleanor memperhatikan keadaan Gretta yang sepertinya sedang tidak baik. Mata
yang sembab dan seperti habis menangis.
“Gretta ayolah ini penting!” Ucap
Eleanor kesal lalu melepas headset Gretta.
Gretta menatap Eleanor dengan kesal.
“Ada apa sih?” Tanyanya.
“Itu.. Kak Luke dan Kak Ale..” Ucap
Eleanor.
“Ada apa dengan mereka?” Tanya
Gretta. Sama sekali tidak kaget. Sepertinya syaraf-syaraf otak Gretta belum
sepenuhnya tersambung sehingga membuat otak Gretta error pagi ini.
“Aku dengar kemarin mereka pulang
bersama. Kak Luke mengajak Kak Ale pulang bersama. Seharusnya Kak Ale sama Kak
Connor.” Jawab Eleanor.
Otak Gretta mulai tersambung.
“Ohya?” Kemarin siang Connor memang tidak langsung pulang dan mematikan
ponselnya. Jadi Luke sudah mulai berani dengan Aleisha? Gretta tersenyum sinis.
Lanjutkan saja agar Connor semakin membencimu!
“Aku jadi ragu kalau hubungan Kak
Ale dengan Kak Connor retak dan Kak Ale menyukai Kak Luke.” Ucap Eleanor.
“Baguslah. Saat ini Kak Connor lagi
benci sama Luke karena ya begitulah. Takut kepopulerannya direbut oleh Luke.”
Ucap Gretta.
“Kok bagus? Apa dengan cara ini kau
bisa mendapatkan Kak Connor? Apa jangan-jangan semua ini rencanamu? Kau suruh
Kak Luke mendekati Kak Ale dan membuat Kak Ale jatuh cinta sama Kak Luke agar
kau bisa mendapatkan Kak Connor?” Tanya Eleanor.
Itu memang rencanaku tapi aku
menjadi ragu! Batin Gretta. Gretta memang tidak menjalankan rencana liciknya
itu, hanya saja ia salah mengatakan pada Aleisha kalau sebenarnya Luke
menyukainya dan salah mengatakan pada Connor kalau Luke berusaha merebut
Aleisha darinya. Tapi itu sama saja! Sama artinya dengan mengadu domba demi
kebahagiaannya!
“Aku tidak pernah melakukan itu.”
Ucap Gretta.
“Tapi kenapa..” Ucap Eleanor.
“Sudahlah. Semua itu tidak ada
hubungannya denganmu.” Ucap Gretta kembali mendengarkan lagu lewat headset.
***
“Aleisha!”
Sekarang giliran Aleisha yang
menghiraukan Connor. Tapi akhirnya Aleisha menyerah dan mau bicara dengan
Connor. Tapi Aleisha takut jika Connor membahas soal Luke.
“Ada apa?” Tanya Aleisha.
Connor terdiam sesaat. “Beritahu
aku, apa sebenarnya hubunganmu dengan Luke.” Ucapnya.
Wajah Aleisha memucat mendengar
ucapan yang serius itu. Hubungannya dengan Luke? Tentu saja hanya sebatas
teman. Tapi karena kejadian kemarin saat ia pulang bersama Luke membuat banyak
orang yang menyebarkan gosip yang tidak benar. Yang katanya Aleisha
selingkuhlah, yang katanya Luke berusaha merebut Aleisha dari tangan Connor.
“Aku juga ingin menanyakan sesuatu
padamu. Bagaimana hubunganmu dengan Gretta?” Tanya Aleisha.
Giliran wajah Connor memucat.
Salahnya. Salahnya yang kemarin berusaha menghindari Aleisha dan mengabaikan
Aleisha. Seharusnya emosi itu tidak sampai ia bawa pada Aleisha. Jika saja
kemarin ia tidak mengabaikan Aleisha, jika saja kemarin ia tidak bersama
Gretta…
“Conn, aku bingung dengan hubungan
ini.” Ucap Aleisha.
“Aku.. Aku mencintaimu.” Ucap Connor
tiba-tiba.
Aleisha yang tadi menunduk langsung
mengangkat wajahnya. “Aku juga mencintaimu. Jangan pedulikan mereka. Kau boleh
dekat dengan Gretta. Aku tidak melarangmu dekat dengan cewek lain.” Ucapnya.
“Terimakasih Aleisha..” Ucap Connor.
Ya, seharusnya ia merasa senang dan
beruntung mendapatkan Aleisha. Ya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar