Mungkin hari
ini Gretta sedikit berbeda karena gadis itu menggunakan headphone sambil
bergoyang-goyang tidak jelas, seperti orang gila. Banyak murid yang menatapnya
dengan aneh sekaligus jijik. Ada juga yang diam-diam menertawai Gretta tapi
Gretta tidak peduli. Dirinya yang hancur memang pantas untuk ditertawakan.
“Gretta?”
Jantungnya berdebar-debar tatkala
mendengar suara itu. Connor! Cepat-cepat Gretta melepaskan headphone-nya dan
menatap Connor dengan tatapan entahlah. Kemudian tidak salah lagi. Gretta tidak
salah melihat seorang gadis cantik di samping Connor sambil menatapnya dengan
perasaan… prihatin.
“Hei kau tidak apa-apa? Nanti sore
ada pengumuman penting yang akan disampaikan oleh kak Nathan. Dan aku berani
bertaruh kak Nathan akan membicarakan pergantian kapten baru.” Ucap Connor.
Tidak. Gretta tidak bisa mendengar
suara Connor. Hatinya yang hancur bertambah semakin hancur lagi namun Gretta
merasa baik-baik saja. Padahal tadi pagi ia merasa sakit dan hancur. Apa saking
sakitnya Gretta sampai tidak bisa merasakan kesakitan itu? Kembali Gretta
memasang headphone lalu berjalan dengan angkuh melewati Connor dan Aleisha.
Connor menatap punggung gadis itu. Segelinap pertanyaan muncul di kepalanya.
“Apa Gretta baik-baik saja? Kulihat
dia semakin parah.” Ucap Aleisha.
Connor berpikir sesaat. “Tapi
bagaimanapun juga, Gretta pasti sedang mengalami masalah yang serius, yang
membuatnya seperti ini. Masa lalunya yang buruk membuatnya seperti ini, dan aku
tidak tau masalah sekarang yang dialami Gretta. Tapi ku harap dia baik-baik
saja. Aku membutuhkannya dalam tim basket cewek karena Gretta sangat berbakat.
Aku tidak mau hanya karena masalah yang dialami Gretta membuatnya depresi dan
keluar dari tim basket.” Ucapnya.
Aleisha menatap Connor dengan lekat
seakan-akan menyimpan sebuah pertanyaan. “Kau dekat dengannya?” Tanyanya.
Astaga! Pasti gadis itu merasa
cemburu, begitulah pikir Connor. Tapi Connor yakin sekali Aleisha tidak akan
marah padanya atau menuduhnya kalau ia tidak benar-benar mencintainya. Connor
sangat mencintai Aleisha dan beruntung mendapatkan Aleisha. Memang Connor
sedikit pengertian pada Gretta karena Connor merasa Gretta adalah gadis yang
berbeda dan suka membuatnya penasaran serta Gretta sangat berbakat di bidang
olahraga.
“Aku punya banyak teman cewek, salah
satu diantaranya adalah Gretta. Dia adalah gadis yang hebat dan jago bermain
basket. Tapi kau-lah satu-satunya gadis yang ada di hatiku. Percayalah kalau
aku benar-benar mencintaimu.” Ucap Connor.
Tentu Aleisha tersenyum mendengar
ucapan manis Connor. Tetapi entah mengapa hatinya merasa tidak tenang ketika
Connor menyebut nama Gretta. Seperti ada sesuatu pada diri Connor mengenai
sosok Gretta.
***
“Jadi hanya karena Luke datang kau
jadi kesal setengah mati seperti ini?”
Saat jam istirahat Eleanor memaksa
Gretta untuk pergi ke kantin dan tampaknya Gretta juga sangat kelaparan.
Langsung saja Gretta menceritakan tentang Luke yang tiba-tiba datang di
rumahnya dan akan tinggal di rumahnya dalam waktu yang sama. Bahkan Luke akan
bersekolah disini. Sungguh mimpi buruk yang tidak akan berakhir.
Gretta mengaduk-aduk kopinya tanpa
minat. “Aku tidak bisa menebak jalan pikiran Mama. Dia tidak mau mengerti
perasaanku dan langsung saja membawa Luke ke dalam rumahnya sedangkan keluarga
Luke telah menghancurkan keluargaku dan membuatku berubah seperti ini.”
Ucapnya.
“Itu bukan salah Luke, Gretta. Luke
masih kecil. Bahkan kau harus memaafkan Ayah Luke.” Ucap Eleanor.
Gretta menatap Eleanor kesal. “Aku
sudah bilang. Aku tidak akan memaafkan keluarga Luke, bahkan sampai mereka
mati! Aku tidak mau peduli!” Ucapnya setengah membentak.
“Gretta..” Lirih Eleanor.
Tanpa disangka Gretta, gadis itu
tidak sengaja melihat Connor dan Aleisha yang sedang makan bersama sambil
tersenyum bahagia. Disana senyum Connor jelas sekali. Senyum yang hanya
ditujukan pada Aleisha, gadis sempurna yang beruntung itu. Dada Gretta menjadi
sesak. Jangan. Jangan menangis. Kau hanya perlu menunggu Tuhan untuk mencabut
nyawamu di waktu yang tepat dan Gretta akan meninggalkan dunia ini tanpa penuh
penyesalan.
“Tuhan memang jahat El. Dia member
kesempurnaan dalam hidup kak Ale sedangkan Tuhan memberi kesengsaraan dalam
hidupku.” Ucap Gretta.
“Gretta, kau sempurna. Hidupmu
sempurna. Jangan mengatakan itu pada Tuhan. Yang membuat kau berkata seperti
itu hanya karena dendammu. Sekarang Luke sudah ada disini. Seharusnya kau
merasa senang kembali bertemu dengan sahabat lamamu. Aku ingin berada di
posisimu.” Ucap Eleanor.
Gretta tersenyum sinis. “Terimakasih
atas hiburanmu.” Ucapnya.
***
Pasti Teresa belum pulang! Dan benar
saja. Di garasi rumah tidak ada mobil Teresa tapi pintu rumah terbuka. Sialan! Gretta
masih berharap kedatangan Luke di rumahnya hanya mimpi tetapi semua itu bukan
mimpi. Akankah ia masuk ke dalam rumahnya? Bagaimana jika Luke tersenyum senang
dan menganggap masa lalu itu bukanlah masalah yang penting?
Terpaksa Gretta masuk ke dalam
rumah. Toh nanti sore ada latihan basket walau disana nanti ia akan berhadapan
dengan Connor. Tadi itu adalah hal pertama yang paling menyakitkan baginya.
Bertemu Connor yang bergandengan tangan mesra dengan Aleisha. Itu saja sudah
sangat sakit. Apalagi jika besok, lusa dan seterusnya? Apa iya ia harus
menyatakan perasaannya pada Connor?
Disana, Gretta bisa melihat Luke
yang sedang menonton TV sepertinya tidak menyadari keberadaannya. Syukurlah.
Gretta berharap hubungannya dengan Luke terus kaku dan saling tidak kenal
mengenal.
“Hai Gretta sudah pulang? Aku tidak
sabaran untuk sekolah besok. Tadi Teresa sudah mengajakku datang ke sekolahmu
dan aku langsung suka.” Ucap Luke.
Tidak. Tidak sesuai dengan
harapannya. Luke tidak mau menganggapnya ada dan sepertinya Luke ingin mencoba
akrab dengannya. Hah! Biarkan Luke melakukan apa yang dia inginkan sementara
Gretta akan terus bersikap cuek dan tidak mau menganggap Luke ada. Maka gadis
itu pergi menuju kamarnya dan menunggu datangnya sore sambil mendengarkan lagu
rock sekencang-kencangnya.
***
Mungkin setelah ini semuanya akan
terasa mudah. Gretta tau bahwa di setiap masalah tentu ada jalan keluarnya.
Satu-satunya cara untuk membuat Luke tidak ada di rumahnya ini yaitu tidak
menganggapnya ada. Biarkan Luke mengoceh padanya dan Gretta tidak mau
mempedulikannya. Sekalipun Luke memaksanya, tentu Gretta akan bersikap galak
pada Luke toh Luke juga tidak akan berani padanya karena ini rumahnya dan Luke
sedikitpun tidak akan berani berbuat kasar padanya.
Tapi jika sesekali Luke berbuat
kasar padanya bukankah itu hal yang paling diharapkannya sehingga Teresa akan
mengeluarkan Luke dari rumah ini? Sebersit senyum menghiasi wajah Gretta. Ia
harus bisa membuat Teresa marah pada Luke dan Luke akan hilang dari rumah ini.
“Gretta! Tidak kusangka ternyata kau
mengikuti kegiatan basket di sekolah. Aku suka melihatmu seperti ini. Aku jadi
ingat dulu ketika kau mengatakan padaku kalau kau ingin menjadi pemain basket
terkenal..”
Itu suara Luke. Luke sedikit
membahas masa lalunya bersamanya dan itu cukup membuat hati Gretta sedikit
tersayat. Gretta tidak bisa meembohongi dirinya kalau hubungannya dengan Luke
sewaktu kecil sangatlah indah dan mereka tidak bisa terpisahkan. Bahkan Gretta
sering menangis saat Luke menghiraukannya sedikit saja. Kenapa jadi seperti
ini? Jika Luke terus saja membicarakan masa lalu, akankah hatinya kuat untuk
menerimanya?
Secepat mungkin Gretta berlari
meninggalkan rumahnya dan mencoba untuk bersikap cuek dan melupakan masa
lalunya bersama Luke. Harus! Jika tidak, hatinya bisa tergoyah dan bisa saja
nanti Gretta akan melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Intinya, ia harus membuang Luke dari rumahnya ini dengan berbagai cara.
Sementara itu Luke berusaha membuat
dirinya yakin bahwa ia bisa mengembalikan Gretta-nya yang dulu. Mungkin awalnya
Gretta cuek dan kesal padanya. Tapi Luke yakin sekali kalau ia bisa membuat
Gretta menjadi Gretta yang dulu seperti yang diharapkan Teresa.
Dan Luke harus bisa melakukannya
sebelum ia terlambat.
***
Benar
apa yang dikatakan Connor. Sore ini baik tim basket cowok maupun cewek akan
membahas pergantian pengurus ekstrakulikuler basket karena tentunya kelas dua
belas bakal sibuk menghadapi kelulusan mereka. Dalam hati Gretta berharap
Connor yang menjadi kapten tim bahkan ketua ekskull basket karena Connor yang
paling cocok. Sedangkan tim ceweknya Gretta tidak peduli.
Disini, Gretta bisa melihat Connor
yang sedang sibuk berbicara dengan teman setimnya dan juga Nathan, kapten tim
basket sekarang yang sebentar lagi akan melepaskan jabatannya. Tidak tau kapan
pergantian jabatan akan dilakukan.
“Tidak mau mencalonkan diri menjadi
kapten tim?” Tanya Aurora. Aurora adalah teman basket Gretta yang paling dekat
dengan Gretta walau Gretta suka mencuekkannya.
Gretta menatap Aurora tanpa minat.
“Aku tidak mau.” Jawabnya. Pasti menjadi kapten tim atau pengurus
ekstrakulikuler basket sangat melelahkan dan juga harus bertanggung jawab.
Lagipula ia baru kelas sepuluh.
“Hmm.. Menurutmu siapa kira-kira calon
pengganti Kak Nathan?” Tanya Aurora.
Gretta terdiam. Tapi di dalam hati
ia menyebut nama ‘Connor’ dan Gretta sangat berharap Connor yang menggantikan
posisi Nathan. Dan sepertinya Connor memang ingin sekali mendapatkan jabatan
itu. Buktinya Connor dekat sekali dengan Nathan dan sering latihan basket
bersama Nathan dan menurut Gretta permainan basket Connor lebih bagus dari
permainan basket Nathan.
“Kalau aku sih Kak Connor..” Ucap
Aurora sambil tersenyum lebar.
Mungkin hanya hari ini Gretta puasa bicara.
Gretta menghiraukan teman-temannya bahkan Connor yang tadi sempat menyapanya.
Dan mau tidak mau setelah ini Gretta harus kembali ke rumah dan bertemu dengan
Luke.
Dan bisakah sehari saja ia tidak ada
di rumahnya?
***
“Aku ingin bicara dengamu.”
Tarikan tangan itu… Langsung saja
jantung Gretta berdebar-debar tatkala melihat Connor yang sedang menatapnya
dengan lekat sambil memegang lengannya. Apa maksudnya ini? Untung disini tidak
ada Aleisha jadi Gretta bisa sedikit tenang. Kalau saja Connor membawa Aleisha,
artinya Connor benar-benar keterlaluan. Connor sekaligus menyakitinya dan
Aleisha. Dan Gretta tidak ingin dijuluki sebagai gadis yang menganggu hubungan
orang.
“Ada apa sih?” Tanya Gretta ketus.
Baru pertama kali Gretta berkata
ketus pada Connor dan itu sukses membuat Connor heran dan sedikit merasa
bersalah. Cowok itu tidak akan bisa menebak isi pikiran Gretta. Dan kenapa
Gretta menatapnya dengan tidak penuh rasa persahabatan? Biasanya Gretta
menatapnya dengan ramah.
“Kau kenapa? Kenapa tadi kau
menghiraukanku? Apa aku punya salah denganmu?” Tanya Connor sambil melepaskan
cengkraman tangannya di lengan Gretta.
“Tidak. Kak Connor tidak salah dan
bukan hanya kak Connor yang aku hiraukan.” Jawab Gretta.
Entah mengapa Connor sedikit malu
mendengar jawaban Gretta. “Kau kenapa? Ada masalah di rumah?” Tanyanya.
Kenapa Connor jadi pengertian
seperti ini? Perasaan Gretta menjadi campur aduk. Antara senang dan sakit. Jika
saja Connor tidak pacaran dengan Aleisha, maka Gretta akan jujur dengan
perasaannya bahwa ia memendam perasaan pada Connor.
“Kenapa aku harus cerita padamu
kakak? Aku bukan siapa-siapamu kak.” Ucap Gretta sedikit frustasi.
Connor terdiam mendengar ucapan
Gretta. Kemudian ia kaget karena ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya.
Nathan! Tentu saja Nathan menatapnya dengan heran karena diam-diam ia mengejar
Gretta.
“Kak Nathan..” Ucap Connor bingung.
Nathan tersenyum mendengar ucapan
Connor. “Ayo kita pergi.” Ucapnya lalu keduanya pergi meninggalkan Gretta.
Sementara itu Gretta melihat
kepergian dua cowok tampan itu dan menghela nafas panjang. Gretta berharap
Nathan tidak berpikiran negatif tentangnya dengan Connor dan tarikan Connor
yang bisa dibilang kasar.
***
Mau tidak mau Gretta harus ikut
makan malam bersama Teresa dan tentunya Luke. Selain itu Gretta juga harus
membiasakan diri untuk belajar tidak menganggap Luke meski Luke berada di
sampingnya. Gretta menangkap sinar kebahagiaan di mata Teresa melihatnya mau
makan bersama disini dengan Luke. Tapi suasana makan malam terasa canggung.
Akhirnya Luke bicara. “Aku baru tau
kalau Gretta ternyata mengikuti ekskull basket. Pasti Gretta jago sekali
bermain basket.” Ucapnya.
Sebisa mungkin Gretta bersikap cuek
dan berharap makan malam ini cepat berakhir. Jujur saja Gretta tidak suka jika
Luke membicarakannya. Sangat tidak suka. Apa tidak ada topik lain selain
dirinya?
“Tentu saja. Cobalah bertanding
bersama Gretta, kau pasti akan kalah.” Ucap Teresa sambil tersenyum.
Luke tersenyum menanggapi ucapan
Gretta. “Aku suka dengan tipe gadis seperti Gretta. Dia tampil apa adanya. Gretta
terlihat lebih kuat dan aku menyukainya.” Ucapnya.
Sabar Gretta, sabar.. Gadis itu
tampak kalem memakan makan malamnya sambil berusaha memikirkan hal lain.
Connor? Tapi mengapa saat memikirkan Connor wajah cantik Aleisha muncul? Apa
sebegitu sempurnanya pasangan itu sehingga dengan cepat Gretta dapat
memikirkannya?
“Kalau dipikir-pikir, kalian berdua
cocok. Coba kalian sudah dewasa pasti aku akan menjodohkan kalian.” Goda
Teresa.
Tiba-tiba saja Gretta berdiri dan
sepertinya gadis itu sudah tidak tahan lagi. Makan malamnya tinggal sedikit dan
Gretta tidak mau menghabiskannya. Lalu Gretta tidak sengaja mengalihkan pandang
ke arah Luke yang juga sedang menatapnya. Sial. Mengapa Luke harus setampan itu
dengan mata biru keabu-abuan yang menghanyutkan? Dan jika dibandingkan dengan
Connor tentu saja Connor kalah telak dengan Luke. Apa? Mengapa ia jadi
membeda-bedakan Luke dengan Connor?
Setelah itu Gretta berlari menuju
kamarnya dan tidak peduli dengan teriakan Teresa yang memanggil namanya. Hah!
Percuma Teresa mencoba memperbaiki hubungannya dengan Luke toh ia sudah
bersumpah untuk tidak mau memaafkan keluarga Luke.
“Maafkan Gretta. Dia masih menyimpan
dendam padamu.” Ucap Teresa.
“Tidak apa-apa. Aku mengerti.” Ucap
Luke.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar