expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 6 )



Mungkin hari ini Gretta sedikit berbeda karena gadis itu menggunakan headphone sambil bergoyang-goyang tidak jelas, seperti orang gila. Banyak murid yang menatapnya dengan aneh sekaligus jijik. Ada juga yang diam-diam menertawai Gretta tapi Gretta tidak peduli. Dirinya yang hancur memang pantas untuk ditertawakan.

            “Gretta?”

            Jantungnya berdebar-debar tatkala mendengar suara itu. Connor! Cepat-cepat Gretta melepaskan headphone-nya dan menatap Connor dengan tatapan entahlah. Kemudian tidak salah lagi. Gretta tidak salah melihat seorang gadis cantik di samping Connor sambil menatapnya dengan perasaan… prihatin.

            “Hei kau tidak apa-apa? Nanti sore ada pengumuman penting yang akan disampaikan oleh kak Nathan. Dan aku berani bertaruh kak Nathan akan membicarakan pergantian kapten baru.” Ucap Connor.

            Tidak. Gretta tidak bisa mendengar suara Connor. Hatinya yang hancur bertambah semakin hancur lagi namun Gretta merasa baik-baik saja. Padahal tadi pagi ia merasa sakit dan hancur. Apa saking sakitnya Gretta sampai tidak bisa merasakan kesakitan itu? Kembali Gretta memasang headphone lalu berjalan dengan angkuh melewati Connor dan Aleisha. Connor menatap punggung gadis itu. Segelinap pertanyaan muncul di kepalanya.

            “Apa Gretta baik-baik saja? Kulihat dia semakin parah.” Ucap Aleisha.

            Connor berpikir sesaat. “Tapi bagaimanapun juga, Gretta pasti sedang mengalami masalah yang serius, yang membuatnya seperti ini. Masa lalunya yang buruk membuatnya seperti ini, dan aku tidak tau masalah sekarang yang dialami Gretta. Tapi ku harap dia baik-baik saja. Aku membutuhkannya dalam tim basket cewek karena Gretta sangat berbakat. Aku tidak mau hanya karena masalah yang dialami Gretta membuatnya depresi dan keluar dari tim basket.” Ucapnya.

            Aleisha menatap Connor dengan lekat seakan-akan menyimpan sebuah pertanyaan. “Kau dekat dengannya?” Tanyanya.

            Astaga! Pasti gadis itu merasa cemburu, begitulah pikir Connor. Tapi Connor yakin sekali Aleisha tidak akan marah padanya atau menuduhnya kalau ia tidak benar-benar mencintainya. Connor sangat mencintai Aleisha dan beruntung mendapatkan Aleisha. Memang Connor sedikit pengertian pada Gretta karena Connor merasa Gretta adalah gadis yang berbeda dan suka membuatnya penasaran serta Gretta sangat berbakat di bidang olahraga.

            “Aku punya banyak teman cewek, salah satu diantaranya adalah Gretta. Dia adalah gadis yang hebat dan jago bermain basket. Tapi kau-lah satu-satunya gadis yang ada di hatiku. Percayalah kalau aku benar-benar mencintaimu.” Ucap Connor.

            Tentu Aleisha tersenyum mendengar ucapan manis Connor. Tetapi entah mengapa hatinya merasa tidak tenang ketika Connor menyebut nama Gretta. Seperti ada sesuatu pada diri Connor mengenai sosok Gretta.

***


            “Jadi hanya karena Luke datang kau jadi kesal setengah mati seperti ini?”
            Saat jam istirahat Eleanor memaksa Gretta untuk pergi ke kantin dan tampaknya Gretta juga sangat kelaparan. Langsung saja Gretta menceritakan tentang Luke yang tiba-tiba datang di rumahnya dan akan tinggal di rumahnya dalam waktu yang sama. Bahkan Luke akan bersekolah disini. Sungguh mimpi buruk yang tidak akan berakhir.

            Gretta mengaduk-aduk kopinya tanpa minat. “Aku tidak bisa menebak jalan pikiran Mama. Dia tidak mau mengerti perasaanku dan langsung saja membawa Luke ke dalam rumahnya sedangkan keluarga Luke telah menghancurkan keluargaku dan membuatku berubah seperti ini.” Ucapnya.

            “Itu bukan salah Luke, Gretta. Luke masih kecil. Bahkan kau harus memaafkan Ayah Luke.” Ucap Eleanor.

            Gretta menatap Eleanor kesal. “Aku sudah bilang. Aku tidak akan memaafkan keluarga Luke, bahkan sampai mereka mati! Aku tidak mau peduli!” Ucapnya setengah membentak.

            “Gretta..” Lirih Eleanor.

            Tanpa disangka Gretta, gadis itu tidak sengaja melihat Connor dan Aleisha yang sedang makan bersama sambil tersenyum bahagia. Disana senyum Connor jelas sekali. Senyum yang hanya ditujukan pada Aleisha, gadis sempurna yang beruntung itu. Dada Gretta menjadi sesak. Jangan. Jangan menangis. Kau hanya perlu menunggu Tuhan untuk mencabut nyawamu di waktu yang tepat dan Gretta akan meninggalkan dunia ini tanpa penuh penyesalan.

            “Tuhan memang jahat El. Dia member kesempurnaan dalam hidup kak Ale sedangkan Tuhan memberi kesengsaraan dalam hidupku.” Ucap Gretta.

            “Gretta, kau sempurna. Hidupmu sempurna. Jangan mengatakan itu pada Tuhan. Yang membuat kau berkata seperti itu hanya karena dendammu. Sekarang Luke sudah ada disini. Seharusnya kau merasa senang kembali bertemu dengan sahabat lamamu. Aku ingin berada di posisimu.” Ucap Eleanor.

            Gretta tersenyum sinis. “Terimakasih atas hiburanmu.” Ucapnya.

***

            Pasti Teresa belum pulang! Dan benar saja. Di garasi rumah tidak ada mobil Teresa tapi pintu rumah terbuka. Sialan! Gretta masih berharap kedatangan Luke di rumahnya hanya mimpi tetapi semua itu bukan mimpi. Akankah ia masuk ke dalam rumahnya? Bagaimana jika Luke tersenyum senang dan menganggap masa lalu itu bukanlah masalah yang penting?

            Terpaksa Gretta masuk ke dalam rumah. Toh nanti sore ada latihan basket walau disana nanti ia akan berhadapan dengan Connor. Tadi itu adalah hal pertama yang paling menyakitkan baginya. Bertemu Connor yang bergandengan tangan mesra dengan Aleisha. Itu saja sudah sangat sakit. Apalagi jika besok, lusa dan seterusnya? Apa iya ia harus menyatakan perasaannya pada Connor?

            Disana, Gretta bisa melihat Luke yang sedang menonton TV sepertinya tidak menyadari keberadaannya. Syukurlah. Gretta berharap hubungannya dengan Luke terus kaku dan saling tidak kenal mengenal.

            “Hai Gretta sudah pulang? Aku tidak sabaran untuk sekolah besok. Tadi Teresa sudah mengajakku datang ke sekolahmu dan aku langsung suka.” Ucap Luke.

            Tidak. Tidak sesuai dengan harapannya. Luke tidak mau menganggapnya ada dan sepertinya Luke ingin mencoba akrab dengannya. Hah! Biarkan Luke melakukan apa yang dia inginkan sementara Gretta akan terus bersikap cuek dan tidak mau menganggap Luke ada. Maka gadis itu pergi menuju kamarnya dan menunggu datangnya sore sambil mendengarkan lagu rock sekencang-kencangnya.

***

            Mungkin setelah ini semuanya akan terasa mudah. Gretta tau bahwa di setiap masalah tentu ada jalan keluarnya. Satu-satunya cara untuk membuat Luke tidak ada di rumahnya ini yaitu tidak menganggapnya ada. Biarkan Luke mengoceh padanya dan Gretta tidak mau mempedulikannya. Sekalipun Luke memaksanya, tentu Gretta akan bersikap galak pada Luke toh Luke juga tidak akan berani padanya karena ini rumahnya dan Luke sedikitpun tidak akan berani berbuat kasar padanya.

            Tapi jika sesekali Luke berbuat kasar padanya bukankah itu hal yang paling diharapkannya sehingga Teresa akan mengeluarkan Luke dari rumah ini? Sebersit senyum menghiasi wajah Gretta. Ia harus bisa membuat Teresa marah pada Luke dan Luke akan hilang dari rumah ini.

            “Gretta! Tidak kusangka ternyata kau mengikuti kegiatan basket di sekolah. Aku suka melihatmu seperti ini. Aku jadi ingat dulu ketika kau mengatakan padaku kalau kau ingin menjadi pemain basket terkenal..”

            Itu suara Luke. Luke sedikit membahas masa lalunya bersamanya dan itu cukup membuat hati Gretta sedikit tersayat. Gretta tidak bisa meembohongi dirinya kalau hubungannya dengan Luke sewaktu kecil sangatlah indah dan mereka tidak bisa terpisahkan. Bahkan Gretta sering menangis saat Luke menghiraukannya sedikit saja. Kenapa jadi seperti ini? Jika Luke terus saja membicarakan masa lalu, akankah hatinya kuat untuk menerimanya?

            Secepat mungkin Gretta berlari meninggalkan rumahnya dan mencoba untuk bersikap cuek dan melupakan masa lalunya bersama Luke. Harus! Jika tidak, hatinya bisa tergoyah dan bisa saja nanti Gretta akan melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Intinya, ia harus membuang Luke dari rumahnya ini dengan berbagai cara.

            Sementara itu Luke berusaha membuat dirinya yakin bahwa ia bisa mengembalikan Gretta-nya yang dulu. Mungkin awalnya Gretta cuek dan kesal padanya. Tapi Luke yakin sekali kalau ia bisa membuat Gretta menjadi Gretta yang dulu seperti yang diharapkan Teresa.

            Dan Luke harus bisa melakukannya sebelum ia terlambat.

***

            Benar apa yang dikatakan Connor. Sore ini baik tim basket cowok maupun cewek akan membahas pergantian pengurus ekstrakulikuler basket karena tentunya kelas dua belas bakal sibuk menghadapi kelulusan mereka. Dalam hati Gretta berharap Connor yang menjadi kapten tim bahkan ketua ekskull basket karena Connor yang paling cocok. Sedangkan tim ceweknya Gretta tidak peduli.

            Disini, Gretta bisa melihat Connor yang sedang sibuk berbicara dengan teman setimnya dan juga Nathan, kapten tim basket sekarang yang sebentar lagi akan melepaskan jabatannya. Tidak tau kapan pergantian jabatan akan dilakukan.

            “Tidak mau mencalonkan diri menjadi kapten tim?” Tanya Aurora. Aurora adalah teman basket Gretta yang paling dekat dengan Gretta walau Gretta suka mencuekkannya.

            Gretta menatap Aurora tanpa minat. “Aku tidak mau.” Jawabnya. Pasti menjadi kapten tim atau pengurus ekstrakulikuler basket sangat melelahkan dan juga harus bertanggung jawab. Lagipula ia baru kelas sepuluh.

            “Hmm.. Menurutmu siapa kira-kira calon pengganti Kak Nathan?” Tanya Aurora.

            Gretta terdiam. Tapi di dalam hati ia menyebut nama ‘Connor’ dan Gretta sangat berharap Connor yang menggantikan posisi Nathan. Dan sepertinya Connor memang ingin sekali mendapatkan jabatan itu. Buktinya Connor dekat sekali dengan Nathan dan sering latihan basket bersama Nathan dan menurut Gretta permainan basket Connor lebih bagus dari permainan basket Nathan.

            “Kalau aku sih Kak Connor..” Ucap Aurora sambil tersenyum lebar.

            Mungkin hanya hari ini Gretta puasa bicara. Gretta menghiraukan teman-temannya bahkan Connor yang tadi sempat menyapanya. Dan mau tidak mau setelah ini Gretta harus kembali ke rumah dan bertemu dengan Luke.

            Dan bisakah sehari saja ia tidak ada di rumahnya?

***

            “Aku ingin bicara dengamu.”

            Tarikan tangan itu… Langsung saja jantung Gretta berdebar-debar tatkala melihat Connor yang sedang menatapnya dengan lekat sambil memegang lengannya. Apa maksudnya ini? Untung disini tidak ada Aleisha jadi Gretta bisa sedikit tenang. Kalau saja Connor membawa Aleisha, artinya Connor benar-benar keterlaluan. Connor sekaligus menyakitinya dan Aleisha. Dan Gretta tidak ingin dijuluki sebagai gadis yang menganggu hubungan orang.

            “Ada apa sih?” Tanya Gretta ketus.

            Baru pertama kali Gretta berkata ketus pada Connor dan itu sukses membuat Connor heran dan sedikit merasa bersalah. Cowok itu tidak akan bisa menebak isi pikiran Gretta. Dan kenapa Gretta menatapnya dengan tidak penuh rasa persahabatan? Biasanya Gretta menatapnya dengan ramah.

            “Kau kenapa? Kenapa tadi kau menghiraukanku? Apa aku punya salah denganmu?” Tanya Connor sambil melepaskan cengkraman tangannya di lengan Gretta.

            “Tidak. Kak Connor tidak salah dan bukan hanya kak Connor yang aku hiraukan.” Jawab Gretta.

            Entah mengapa Connor sedikit malu mendengar jawaban Gretta. “Kau kenapa? Ada masalah di rumah?” Tanyanya.

            Kenapa Connor jadi pengertian seperti ini? Perasaan Gretta menjadi campur aduk. Antara senang dan sakit. Jika saja Connor tidak pacaran dengan Aleisha, maka Gretta akan jujur dengan perasaannya bahwa ia memendam perasaan pada Connor.

            “Kenapa aku harus cerita padamu kakak? Aku bukan siapa-siapamu kak.” Ucap Gretta sedikit frustasi.

            Connor terdiam mendengar ucapan Gretta. Kemudian ia kaget karena ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya. Nathan! Tentu saja Nathan menatapnya dengan heran karena diam-diam ia mengejar Gretta.

            “Kak Nathan..” Ucap Connor bingung.

            Nathan tersenyum mendengar ucapan Connor. “Ayo kita pergi.” Ucapnya lalu keduanya pergi meninggalkan Gretta.

            Sementara itu Gretta melihat kepergian dua cowok tampan itu dan menghela nafas panjang. Gretta berharap Nathan tidak berpikiran negatif tentangnya dengan Connor dan tarikan Connor yang bisa dibilang kasar.

***

            Mau tidak mau Gretta harus ikut makan malam bersama Teresa dan tentunya Luke. Selain itu Gretta juga harus membiasakan diri untuk belajar tidak menganggap Luke meski Luke berada di sampingnya. Gretta menangkap sinar kebahagiaan di mata Teresa melihatnya mau makan bersama disini dengan Luke. Tapi suasana makan malam terasa canggung.

            Akhirnya Luke bicara. “Aku baru tau kalau Gretta ternyata mengikuti ekskull basket. Pasti Gretta jago sekali bermain basket.” Ucapnya.

            Sebisa mungkin Gretta bersikap cuek dan berharap makan malam ini cepat berakhir. Jujur saja Gretta tidak suka jika Luke membicarakannya. Sangat tidak suka. Apa tidak ada topik lain selain dirinya?

            “Tentu saja. Cobalah bertanding bersama Gretta, kau pasti akan kalah.” Ucap Teresa sambil tersenyum.

            Luke tersenyum menanggapi ucapan Gretta. “Aku suka dengan tipe gadis seperti Gretta. Dia tampil apa adanya. Gretta terlihat lebih kuat dan aku menyukainya.” Ucapnya.

            Sabar Gretta, sabar.. Gadis itu tampak kalem memakan makan malamnya sambil berusaha memikirkan hal lain. Connor? Tapi mengapa saat memikirkan Connor wajah cantik Aleisha muncul? Apa sebegitu sempurnanya pasangan itu sehingga dengan cepat Gretta dapat memikirkannya?

            “Kalau dipikir-pikir, kalian berdua cocok. Coba kalian sudah dewasa pasti aku akan menjodohkan kalian.” Goda Teresa.

            Tiba-tiba saja Gretta berdiri dan sepertinya gadis itu sudah tidak tahan lagi. Makan malamnya tinggal sedikit dan Gretta tidak mau menghabiskannya. Lalu Gretta tidak sengaja mengalihkan pandang ke arah Luke yang juga sedang menatapnya. Sial. Mengapa Luke harus setampan itu dengan mata biru keabu-abuan yang menghanyutkan? Dan jika dibandingkan dengan Connor tentu saja Connor kalah telak dengan Luke. Apa? Mengapa ia jadi membeda-bedakan Luke dengan Connor?

            Setelah itu Gretta berlari menuju kamarnya dan tidak peduli dengan teriakan Teresa yang memanggil namanya. Hah! Percuma Teresa mencoba memperbaiki hubungannya dengan Luke toh ia sudah bersumpah untuk tidak mau memaafkan keluarga Luke.

            “Maafkan Gretta. Dia masih menyimpan dendam padamu.” Ucap Teresa.

            “Tidak apa-apa. Aku mengerti.” Ucap Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar