expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 28 Desember 2015

Illusion ( Part 2 )



Besok Calum sudah mulai sekolah. Entahlah apa yang akan terjadi hari esok. Trisha sudah memberitahu pada Calum mengenai sekolah dan ekspresi Calum saja saja. Yaitu tetap diam dan seperti orang yang tidak waras. Mali yang pada awalnya kaget karena Trisha menyekolahkan Calum di sekolah umum akhirnya pasrah saja. Tapi gila jika Calum di sekolahkan di sekolah umum. Kalau ada anak yang ganggu dia bagaimana? Lho mengapa Calum seperti bocah kecil yang harus di jaga?

            “Kau ajak Calum jalan-jalan keluar sambil beli keperluan sekolahnya.” Ucap Trisha.

            Mali mengangguk mendengar ucapan Trisha. Gadis itu tentu sudah diizinkan mengemudi mobil dan sudah mempunyai mobil pribadi yang dibelikan oleh Ayah tirinya. Ternyata Ayah tirinya jauh lebih kaya dibanding Ayah kandungnya. Tapi Mali tentu tidak menilai seseorang dari kekayaan.

            “Hai Cal!” Sapa Mali ceria.

            Disana, Calum nampak diam sambil menatap pemandangan di luar jendela. Perlahan Mali berjalan mendekati Calum dan memegang pundak Calum. Langsung saja Calum membalikkan badan. Aha! Calum ternyata sudah peka padanya, begitu pikir Mali.

            “Ayo kita jalan-jalan!” Seru Mali.

***

            Keduanya pun sampai di pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Sangat mudah mengajak Calum pergi sedangkan Calum menurut saja. Mali tidak peduli apakah Calum bosan atau tidak menungguinya melihat-lihat aneka macam merk aksesoris terbaru dan kalau ada yang ia minati tentu ia beli. Mali hampir lupa membeli alat-alat tulis yang besoknya digunakan oleh Calum.

            “Kau tidak bosan kan Cal?” Tanya Mali.

            Mungkin orang-orang mengira ia sudah gila berbicara pada Calum yang seperti patung. Dan orang-orang menyimpulkan Calum adalah anak yang aneh dan tidak beres. Tapi bagaimanapun juga Mali tidak akan merasa malu mempunyai adik aneh seperti Calum. Tentu Mali akan terus menyayangi Calum dan berusaha agar Calum kembali normal.

            Sudah dua jam mereka berkeliling dan Mali ingin pergi ke toilet. Nah gimana sekarang? Tentu saja ia akan meninggalkan Calum sendirian dan jika Calum menghilang bagaimana? Ah tidak apa-apa. Calum sudah besar dan bisa menjaga dirinya sendiri walau rada-rada aneh.

            “Kau tunggu disini.” Ucap Mali lalu masuk ke dalam toilet.

            Sepi. Hanya tiga orang yang duduk disana. Calum memperhatikan tiga orang yang sedang tertawa lepas dan di tangannya ada sebatang rokok. Tiba-tiba saja pundaknya seperti disentuh oleh sebuah tangan yang mampu membuat jantungnya serasa mau copot.

            “Hei mengapa kau sendiri?” Tanya si pemilik tangan itu.

            Dia adalah gadis manis berambut pirang yang seumuran dengan Calum. Calum memperhatikan gadis yang terlihat sangat ceria itu. Siapa gadis itu? Mengapa gadis itu bisa menemukannya? Tapi Calum merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya.

            “Siapa kau?” Tanya Calum.

            Gadis itu tersenyum dan lesung pipi terbentuk jelas di pipi kanannya. “Aku Hailey. Kau Calum Hood kan?” Jawab+Tanya gadis itu.

            “Ya begitulah. Mom memberitahuku bahwa namaku adalah Calum. Tapi darimana kau tau namaku? Mengapa wajahmu terlihat tidak asing?” Tanya Calum.

            Gadis yang bernama Hailey itu tidak menjawab pertanyaan Calum. “Lain kali kita ketemu lagi ya.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Calum yang bingung.

            “Calum!”

            Suara gadis yang berbeda dari Hailey, gadis yang baru saja ditemuinya. Calum membalikkan badan yang menatap Mali dengan tatapan khasnya. Calum merasa kedatangan Mali yang membuat Hailey pergi meninggalkannya. Astaga! Kenapa ia begitu penasaran dengan gadis itu? Hailey.. Namanya juga terdengar tidak asing lagi.  Untuk pertama kalinya Calum merasakan bingung dan hanya karena ia memikirkan Hailey.

            “Aku lapar. Ayo makan!” Ajak Mali.

***

            Hailey.. Hailey.. Hailey…

            Calum belum menyentuh makanannya. Pikirannya hanya tertuju pada Hailey. Gadis manis yang mampu membuatnya bingung setengah mati. Tapi bukankah Hailey mengatakan padanya kalau ia dan Hailey akan bertemu kembali? Tiba-tiba Calum tersenyum dan tepat di saat itulah Mali melihat senyum Calum yang sudah lama tidak dilihatnya. Calum tersenyum? Apa matanya salah lihat? Entah mengapa Mali menjadi sedikit takut dengan adiknya itu. Apa benar Calum sudah tidak waras?

            “Mengapa kau tersenyum?” Tanya Mali akhirnya.

            Baik Trisha maupun Liam langsung memberhentikan makanannya mendengar suara Mali. Apa yang dikatakan Mali benar. Trisha melihat Calum yang sedang tersenyum dan ini pertama kalinya Calum tersenyum semenjak kejadian itu.

            Sedangkan Calum, cowok itu berhenti tertawa dan menatap Mali dengan tatapan yang tajam. Mali merasa ada aura membunuh di mata Calum. Mali benar-benar merasa takut dengan adiknya itu. Tidak. Calum sedang tidak bercanda. Calum memang tidak waras dan harus segera di obati. Tapi segala obat tidak mempan juga. Andaikan saja Calum bisa mengendalikan dirinya sendiri….

            “Ohya, besok aku akan sekolah. Aku hampir lupa.” Ucap Calum tiba-tiba.

            Dan seketika itu juga Mali, Trisha dan Liam bersyukur pada Tuhan karena Calum sudah mulai bisa bicara. Ya. Selanjutnya pasti akan terasa lebih mudah.

***

            Mobil itu berhenti di sebuah gedung yang sangat besar. Trisha menghela nafas panjang. Siapkah ia melepas Calum? Trisha melihat Calum yang dalam keadaan dinginnya dan terlihat tenang-tenang saja. Oke. Mrs. Harriet sudah berjanji dan menjamin tidak akan ada satupun anak yang berani menganggu Calum.

            “Kau bisa mengatasi dengan sendiri kan? Temui ruang kepala sekolah dan Mrs. Harriet akan membantumu disana.” Ucap Trisha.

            Calum mengangguk pelan dan turun dari mobil. Tidak ada rasa apapun yang ia rasakan. Gedung yang dilihatnya saat ini adalah sekolahnya, tempat untuk menuntut ilmu. Tapi Calum merasa tidak ada gunanya sekolah.

            “Hai!”

            Suara itu.. Calum tersenyum senang melihat Hailey dengan seragam sekolahnya yang rapi. Gadis itu terlihat dewasa dan rambut pirangnya di tata rapi. Jadi Hailey bersekolah disini juga? Jika benar, Calum tentu bahagia bersekolah disini dan setiap hari bertemu dengan Hailey. Nah apa istimewanya Hailey sampai ia begitu merasa sebahagia ini?

            “Kau sekolah disini?” Tanya Calum.

            “Tentu saja. Kau juga kan? Wah kita akan sering bertemu.” Jawab Hailey.

            Beberapa anak melihat murid baru yang bernama Calum dengan tatapan aneh. Namun ada juga yang mengerti karena Mrs. Harriet sudah menyampaikan untuk tidak menganggu Calum karena Calum berbeda dan sedang dalam proses menjadi normal. Tapi wajah Calum tidak bisa dikatakan biasa. Calum amatlah tampan dan memiliki daya tarik tersendiri yang bisa membuat para gadis menyukainya.

            “Baiklah. Aku akan mengantarmu ke ruangan Mrs. Harriet.” Ucap Hailey.

            Sekolah yang sangat luas. Dengan dituntut oleh Hailey, Calum banyak mengerti tentang sekolah ini. Lapangan utama begitu luas dan Calum melihat beberapa anak yang sedang asyik bermain basket di tengahnya.

            “Itu ruang Mrs. Harriet. Ohya aku pergi dulu ya nanti kita ketemu lagi.” Ucap Hailey lalu meninggalkan Calum.

            Haruskah Hailey yang meninggalkannya duluan? Mengapa bukan ia saja yang meninggalkan Hailey duluan? Ah itu tidak penting. Calum pun masuk ke dalam ruangan Mrs. Harriet dan disana Mrs. Harriet sudah menunggunya. Mrs. Harriet menyuruh Calum duduk di hadapannya.

            “Selamat datang di SMA Lubis! Ku harap kau betah sekolah disini.” Ucap Mrs. Harriet.

            Ucapan ramah dari Mrs. Harriet tidak membuat Calum tersenyum. Cowok itu sedang memikirkan Hailey dan lupa menanyakan dimana letak kelas Hailey. Ah gadis yang misterius dan Calum harus mencari tau tentang gadis itu.

            “Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Mrs. Harriet.

            Calum mengangkat wajahnya lalu menggeleng dengan pelan. “Dimana kelasku?” Tanyanya.

            Mrs. Harriet tersenyum puas. Calum sudah mengalami perubahan yang baik. Anak itu sudah mulai bicara dan peka terhadap orang lain. Perlahan-lahan namun pasti Calum akan sembuh total dan kembali menjadi Calum yang dulu.

            Setelah menemukan kelasnya, Calum masuk ke dalam dan disana tidak ada guru. Yang ada hanyalah suara heboh serta bisik-bisikan tidak jelas. Ada juga yang menyingkir darinya. Namun tidak sedikit yang kagum melihat sosok pangeran yang masuk ke dalam kelas itu. Calum merasakan dirinya seperti seorang alien aneh yang harus dijauhi, namun Calum tidak peduli. Dunianya kini berada bersama Hailey dan Calum tidak ingin Hailey tidak menyapanya dan menemuinya.

            “Hai!”

            Calum melihat cowok yang duduk kalem di kursi paling belakang. Di samping kursi cowok itu kosong dan Calum memilih duduk di kursi itu. Calum tidak yakin apakah ia bisa berteman di sekolah ini semudah ia berteman dengan Hailey. Hei jadi ia dan Hailey sudah berteman?

            “Hei!” Ucap cowok yang tadi menyapanya.

            “Sudahlah Mike, anak baru yang dikatakan Mrs. Harriet memang aneh. Jadi jangan berharap kau mau menjadi temannya.” Ucap cowok berambut pirang.

            Michael, nama cowok yang tadi menyapa Calum tentu tidak setuju dengan yang diucapkan sahabatnya yang bernama Luke. Luke termasuk salah satu orang yang menatap Calum dengan aneh dan sedikit tidak suka dengan kehadiran Calum. Meski Mrs. Harriet sudah menjelaskan tentang Calum, namun menurut Luke Mrs. Harriet terlalu berlebihan dan kalau memang Calum berbeda, mengapa Calum di sekolahkan di tempat ini? Pasti ada sesuatu yang tidak beres.

            Seorang guru masuk ke dalam kelas itu dan pandangannya langsung terpusat pada murid baru yang bernama Calum. Oh jadi itu sosok Calum yang diceritakan oleh Mrs. Harriet. Memang Calum terlihat berbeda dan pandangannya susah ditebak. Guru itu tidak perlu menyuruh Calum maju ke depan kelas dan lebih memilih memulai pelajaran.

***

            “Kau tau anak baru itu?”

            “Iya, Calum namanya. Mrs. Harriet sudah menceritakannya dan ternyata memang benar. Calum terlihat aneh.”

            “Aku penasaran kejadian apa yang menimpa Calum sampai dia menjadi seperti itu.”

            “Tapi aku kasihan sama anak itu. Seharusnya dia di sekolahkan di sekolah khusus..”

            Banyak sekali komentar-komentar dari murid-murid yang sudah melihat Calum. Kebanyakan para cewek yang bergosip. Seandainya Calum normal, kemungkinan besar Calum akan menjadi bintang disana.

            Michael membereskan bukunya dan melihat Calum yang sedang melamun. Selama jam pelajaran, Calum sama sekali tidak memperhatikan penjesalan guru dan guru itu cuek saja. Kalau begini caranya, apa gunanya Calum di sekolahkan di tempat ini? Jika Calum kenapa-napa bagaimana walau Mrs. Harriet sudah memberi jaminan bahwa tidak akan ada satupun anak yang berani menganggu Calum. Apa sebelumnya Calum seperti itu?

            “Hai Cal! Kita belum sempat kenalan tadi.” Ucap Michael ramah.

            Untung tidak ada Luke disini. Jadi cowok itu tidak cerewet hanya karena ia mencoba berkenalan dengan Calum. Dan mungkin hanya ia satu-satunya orang yang peduli dengan Calum. Sementara itu Calum menoleh ke arah Michael dan Michael tersenyum senang.

            “Namaku Michael Clifford. Panggil saja Michael atau Mike.” Ucap Michael.

            Calum menatap Michael dengan tatapan yang tidak bisa ditebak oleh Michael. Melihat tatapan yang tidak biasa itu, Michael menjadi sedikit takut. Kalau tiba-tiba Calum mengamuk bagaimana? Tapi Michael tidak bermaksud untuk menyakiti Calum. Ia hanya ingin berkenalan dengan Calum dan menjadikan Calum sebagai sahabatnya.

            “Oh hai Michael. Namaku Calum Hood.” Ucap Calum.

            Akhirnya Calum mau juga bicara padanya. Bagi Michael, Calum terlihat sama seperti yang lain walau tatapannya tadi sedikit menakutkan. Mata hitam Calum sangat langka disini. Ditambah lagi wajah Calum yang mirip dengan wajah cowok Asia. Jadi Calum berasal dari Asia?

            “Biar aku tebak. Apa kau dari Asia? Jepang mungkin.” Ucap Michael.

            Calum berpikir sesaat. “Aku.. Aku tidak tau. Aku tidak tau siapa diriku.”Jawabnya.

            Michael menaikkan sebelah alisnya. “Jadi, kau tidak mengingat siapa dirimu?” Tanyanya.

            “Begitulah. Kata Mom aku mengalami amnesia dan sikapku berubah total. Tapi aku rasa aku baik-baik saja walau aku merasa sedikit aneh.” Ucap Calum.

            Oh jadi Calum mengalami amnesia? Pantasan saja Calum terlihat seperti orang yang tidak tau apa-apa. Michael bisa memaklumi Calum. Mungkin Calum pernah mengalami kecelakaan sehingga membuat Calum hilang ingatan. Tapi kisah hidup seperti Calum jarang Michael temukan, bahkan tidak pernah ia temukan.

            “Bagaimana kalau kita.. Berteman?” Tanya Michael sambil mengulurkan tangannya.

***

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar