Besok Calum
sudah mulai sekolah. Entahlah apa yang akan terjadi hari esok. Trisha sudah
memberitahu pada Calum mengenai sekolah dan ekspresi Calum saja saja. Yaitu
tetap diam dan seperti orang yang tidak waras. Mali yang pada awalnya kaget
karena Trisha menyekolahkan Calum di sekolah umum akhirnya pasrah saja. Tapi
gila jika Calum di sekolahkan di sekolah umum. Kalau ada anak yang ganggu dia
bagaimana? Lho mengapa Calum seperti bocah kecil yang harus di jaga?
“Kau ajak Calum jalan-jalan keluar
sambil beli keperluan sekolahnya.” Ucap Trisha.
Mali mengangguk mendengar ucapan
Trisha. Gadis itu tentu sudah diizinkan mengemudi mobil dan sudah mempunyai
mobil pribadi yang dibelikan oleh Ayah tirinya. Ternyata Ayah tirinya jauh
lebih kaya dibanding Ayah kandungnya. Tapi Mali tentu tidak menilai seseorang
dari kekayaan.
“Hai Cal!” Sapa Mali ceria.
Disana, Calum nampak diam sambil
menatap pemandangan di luar jendela. Perlahan Mali berjalan mendekati Calum dan
memegang pundak Calum. Langsung saja Calum membalikkan badan. Aha! Calum
ternyata sudah peka padanya, begitu pikir Mali.
“Ayo kita jalan-jalan!” Seru Mali.
***
Keduanya pun sampai di pusat
perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Sangat mudah mengajak
Calum pergi sedangkan Calum menurut saja. Mali tidak peduli apakah Calum bosan
atau tidak menungguinya melihat-lihat aneka macam merk aksesoris terbaru dan
kalau ada yang ia minati tentu ia beli. Mali hampir lupa membeli alat-alat
tulis yang besoknya digunakan oleh Calum.
“Kau tidak bosan kan Cal?” Tanya
Mali.
Mungkin orang-orang mengira ia sudah
gila berbicara pada Calum yang seperti patung. Dan orang-orang menyimpulkan
Calum adalah anak yang aneh dan tidak beres. Tapi bagaimanapun juga Mali tidak
akan merasa malu mempunyai adik aneh seperti Calum. Tentu Mali akan terus
menyayangi Calum dan berusaha agar Calum kembali normal.
Sudah dua jam mereka berkeliling dan
Mali ingin pergi ke toilet. Nah gimana sekarang? Tentu saja ia akan
meninggalkan Calum sendirian dan jika Calum menghilang bagaimana? Ah tidak
apa-apa. Calum sudah besar dan bisa menjaga dirinya sendiri walau rada-rada
aneh.
“Kau tunggu disini.” Ucap Mali lalu
masuk ke dalam toilet.
Sepi. Hanya tiga orang yang duduk
disana. Calum memperhatikan tiga orang yang sedang tertawa lepas dan di
tangannya ada sebatang rokok. Tiba-tiba saja pundaknya seperti disentuh oleh
sebuah tangan yang mampu membuat jantungnya serasa mau copot.
“Hei mengapa kau sendiri?” Tanya si
pemilik tangan itu.
Dia adalah gadis manis berambut
pirang yang seumuran dengan Calum. Calum memperhatikan gadis yang terlihat
sangat ceria itu. Siapa gadis itu? Mengapa gadis itu bisa menemukannya? Tapi
Calum merasa pernah melihat gadis itu sebelumnya.
“Siapa kau?” Tanya Calum.
Gadis itu tersenyum dan lesung pipi
terbentuk jelas di pipi kanannya. “Aku Hailey. Kau Calum Hood kan?” Jawab+Tanya
gadis itu.
“Ya begitulah. Mom memberitahuku
bahwa namaku adalah Calum. Tapi darimana kau tau namaku? Mengapa wajahmu
terlihat tidak asing?” Tanya Calum.
Gadis yang bernama Hailey itu tidak
menjawab pertanyaan Calum. “Lain kali kita ketemu lagi ya.” Ucapnya lalu pergi
meninggalkan Calum yang bingung.
“Calum!”
Suara gadis yang berbeda dari Hailey,
gadis yang baru saja ditemuinya. Calum membalikkan badan yang menatap Mali
dengan tatapan khasnya. Calum merasa kedatangan Mali yang membuat Hailey pergi
meninggalkannya. Astaga! Kenapa ia begitu penasaran dengan gadis itu? Hailey..
Namanya juga terdengar tidak asing lagi. Untuk pertama kalinya Calum merasakan bingung
dan hanya karena ia memikirkan Hailey.
“Aku lapar. Ayo makan!” Ajak Mali.
***
Hailey.. Hailey.. Hailey…
Calum belum menyentuh makanannya.
Pikirannya hanya tertuju pada Hailey. Gadis manis yang mampu membuatnya bingung
setengah mati. Tapi bukankah Hailey mengatakan padanya kalau ia dan Hailey akan
bertemu kembali? Tiba-tiba Calum tersenyum dan tepat di saat itulah Mali
melihat senyum Calum yang sudah lama tidak dilihatnya. Calum tersenyum? Apa
matanya salah lihat? Entah mengapa Mali menjadi sedikit takut dengan adiknya
itu. Apa benar Calum sudah tidak waras?
“Mengapa kau tersenyum?” Tanya Mali
akhirnya.
Baik Trisha maupun Liam langsung
memberhentikan makanannya mendengar suara Mali. Apa yang dikatakan Mali benar.
Trisha melihat Calum yang sedang tersenyum dan ini pertama kalinya Calum
tersenyum semenjak kejadian itu.
Sedangkan Calum, cowok itu berhenti
tertawa dan menatap Mali dengan tatapan yang tajam. Mali merasa ada aura
membunuh di mata Calum. Mali benar-benar merasa takut dengan adiknya itu.
Tidak. Calum sedang tidak bercanda. Calum memang tidak waras dan harus segera
di obati. Tapi segala obat tidak mempan juga. Andaikan saja Calum bisa
mengendalikan dirinya sendiri….
“Ohya, besok aku akan sekolah. Aku
hampir lupa.” Ucap Calum tiba-tiba.
Dan seketika itu juga Mali, Trisha
dan Liam bersyukur pada Tuhan karena Calum sudah mulai bisa bicara. Ya.
Selanjutnya pasti akan terasa lebih mudah.
***
Mobil itu berhenti di sebuah gedung
yang sangat besar. Trisha menghela nafas panjang. Siapkah ia melepas Calum?
Trisha melihat Calum yang dalam keadaan dinginnya dan terlihat tenang-tenang
saja. Oke. Mrs. Harriet sudah berjanji dan menjamin tidak akan ada satupun anak
yang berani menganggu Calum.
“Kau bisa mengatasi dengan sendiri
kan? Temui ruang kepala sekolah dan Mrs. Harriet akan membantumu disana.” Ucap
Trisha.
Calum mengangguk pelan dan turun
dari mobil. Tidak ada rasa apapun yang ia rasakan. Gedung yang dilihatnya saat
ini adalah sekolahnya, tempat untuk menuntut ilmu. Tapi Calum merasa tidak ada
gunanya sekolah.
“Hai!”
Suara itu.. Calum tersenyum senang
melihat Hailey dengan seragam sekolahnya yang rapi. Gadis itu terlihat dewasa
dan rambut pirangnya di tata rapi. Jadi Hailey bersekolah disini juga? Jika
benar, Calum tentu bahagia bersekolah disini dan setiap hari bertemu dengan Hailey.
Nah apa istimewanya Hailey sampai ia begitu merasa sebahagia ini?
“Kau sekolah disini?” Tanya Calum.
“Tentu saja. Kau juga kan? Wah kita
akan sering bertemu.” Jawab Hailey.
Beberapa anak melihat murid baru
yang bernama Calum dengan tatapan aneh. Namun ada juga yang mengerti karena
Mrs. Harriet sudah menyampaikan untuk tidak menganggu Calum karena Calum berbeda
dan sedang dalam proses menjadi normal. Tapi wajah Calum tidak bisa dikatakan
biasa. Calum amatlah tampan dan memiliki daya tarik tersendiri yang bisa
membuat para gadis menyukainya.
“Baiklah. Aku akan mengantarmu ke
ruangan Mrs. Harriet.” Ucap Hailey.
Sekolah yang sangat luas. Dengan
dituntut oleh Hailey, Calum banyak mengerti tentang sekolah ini. Lapangan utama
begitu luas dan Calum melihat beberapa anak yang sedang asyik bermain basket di
tengahnya.
“Itu ruang Mrs. Harriet. Ohya aku
pergi dulu ya nanti kita ketemu lagi.” Ucap Hailey lalu meninggalkan Calum.
Haruskah Hailey yang meninggalkannya
duluan? Mengapa bukan ia saja yang meninggalkan Hailey duluan? Ah itu tidak
penting. Calum pun masuk ke dalam ruangan Mrs. Harriet dan disana Mrs. Harriet
sudah menunggunya. Mrs. Harriet menyuruh Calum duduk di hadapannya.
“Selamat datang di SMA Lubis! Ku
harap kau betah sekolah disini.” Ucap Mrs. Harriet.
Ucapan ramah dari Mrs. Harriet tidak
membuat Calum tersenyum. Cowok itu sedang memikirkan Hailey dan lupa menanyakan
dimana letak kelas Hailey. Ah gadis yang misterius dan Calum harus mencari tau
tentang gadis itu.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Tanya Mrs. Harriet.
Calum mengangkat wajahnya lalu
menggeleng dengan pelan. “Dimana kelasku?” Tanyanya.
Mrs. Harriet tersenyum puas. Calum
sudah mengalami perubahan yang baik. Anak itu sudah mulai bicara dan peka
terhadap orang lain. Perlahan-lahan namun pasti Calum akan sembuh total dan
kembali menjadi Calum yang dulu.
Setelah menemukan kelasnya, Calum
masuk ke dalam dan disana tidak ada guru. Yang ada hanyalah suara heboh serta
bisik-bisikan tidak jelas. Ada juga yang menyingkir darinya. Namun tidak
sedikit yang kagum melihat sosok pangeran yang masuk ke dalam kelas itu. Calum
merasakan dirinya seperti seorang alien aneh yang harus dijauhi, namun Calum
tidak peduli. Dunianya kini berada bersama Hailey dan Calum tidak ingin Hailey
tidak menyapanya dan menemuinya.
“Hai!”
Calum melihat cowok yang duduk kalem
di kursi paling belakang. Di samping kursi cowok itu kosong dan Calum memilih
duduk di kursi itu. Calum tidak yakin apakah ia bisa berteman di sekolah ini
semudah ia berteman dengan Hailey. Hei jadi ia dan Hailey sudah berteman?
“Hei!” Ucap cowok yang tadi
menyapanya.
“Sudahlah Mike, anak baru yang
dikatakan Mrs. Harriet memang aneh. Jadi jangan berharap kau mau menjadi
temannya.” Ucap cowok berambut pirang.
Michael, nama cowok yang tadi
menyapa Calum tentu tidak setuju dengan yang diucapkan sahabatnya yang bernama
Luke. Luke termasuk salah satu orang yang menatap Calum dengan aneh dan sedikit
tidak suka dengan kehadiran Calum. Meski Mrs. Harriet sudah menjelaskan tentang
Calum, namun menurut Luke Mrs. Harriet terlalu berlebihan dan kalau memang
Calum berbeda, mengapa Calum di sekolahkan di tempat ini? Pasti ada sesuatu
yang tidak beres.
Seorang guru masuk ke dalam kelas
itu dan pandangannya langsung terpusat pada murid baru yang bernama Calum. Oh
jadi itu sosok Calum yang diceritakan oleh Mrs. Harriet. Memang Calum terlihat
berbeda dan pandangannya susah ditebak. Guru itu tidak perlu menyuruh Calum
maju ke depan kelas dan lebih memilih memulai pelajaran.
***
“Kau tau anak baru itu?”
“Iya, Calum namanya. Mrs. Harriet
sudah menceritakannya dan ternyata memang benar. Calum terlihat aneh.”
“Aku penasaran kejadian apa yang
menimpa Calum sampai dia menjadi seperti itu.”
“Tapi aku kasihan sama anak itu.
Seharusnya dia di sekolahkan di sekolah khusus..”
Banyak sekali komentar-komentar dari
murid-murid yang sudah melihat Calum. Kebanyakan para cewek yang bergosip.
Seandainya Calum normal, kemungkinan besar Calum akan menjadi bintang disana.
Michael membereskan bukunya dan
melihat Calum yang sedang melamun. Selama jam pelajaran, Calum sama sekali
tidak memperhatikan penjesalan guru dan guru itu cuek saja. Kalau begini
caranya, apa gunanya Calum di sekolahkan di tempat ini? Jika Calum kenapa-napa
bagaimana walau Mrs. Harriet sudah memberi jaminan bahwa tidak akan ada satupun
anak yang berani menganggu Calum. Apa sebelumnya Calum seperti itu?
“Hai Cal! Kita belum sempat kenalan
tadi.” Ucap Michael ramah.
Untung tidak ada Luke disini. Jadi
cowok itu tidak cerewet hanya karena ia mencoba berkenalan dengan Calum. Dan
mungkin hanya ia satu-satunya orang yang peduli dengan Calum. Sementara itu
Calum menoleh ke arah Michael dan Michael tersenyum senang.
“Namaku Michael Clifford. Panggil
saja Michael atau Mike.” Ucap Michael.
Calum menatap Michael dengan tatapan
yang tidak bisa ditebak oleh Michael. Melihat tatapan yang tidak biasa itu,
Michael menjadi sedikit takut. Kalau tiba-tiba Calum mengamuk bagaimana? Tapi
Michael tidak bermaksud untuk menyakiti Calum. Ia hanya ingin berkenalan dengan
Calum dan menjadikan Calum sebagai sahabatnya.
“Oh hai Michael. Namaku Calum Hood.”
Ucap Calum.
Akhirnya Calum mau juga bicara
padanya. Bagi Michael, Calum terlihat sama seperti yang lain walau tatapannya
tadi sedikit menakutkan. Mata hitam Calum sangat langka disini. Ditambah lagi
wajah Calum yang mirip dengan wajah cowok Asia. Jadi Calum berasal dari Asia?
“Biar aku tebak. Apa kau dari Asia?
Jepang mungkin.” Ucap Michael.
Calum berpikir sesaat. “Aku.. Aku
tidak tau. Aku tidak tau siapa diriku.”Jawabnya.
Michael menaikkan sebelah alisnya.
“Jadi, kau tidak mengingat siapa dirimu?” Tanyanya.
“Begitulah. Kata Mom aku mengalami
amnesia dan sikapku berubah total. Tapi aku rasa aku baik-baik saja walau aku
merasa sedikit aneh.” Ucap Calum.
Oh jadi Calum mengalami amnesia?
Pantasan saja Calum terlihat seperti orang yang tidak tau apa-apa. Michael bisa
memaklumi Calum. Mungkin Calum pernah mengalami kecelakaan sehingga membuat
Calum hilang ingatan. Tapi kisah hidup seperti Calum jarang Michael temukan,
bahkan tidak pernah ia temukan.
“Bagaimana kalau kita.. Berteman?”
Tanya Michael sambil mengulurkan tangannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar