expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 10 )



Gretta berharap dan terus berharap bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi buruk. Tapi sayangnya harapan itu tidak akan pernah terkabul. Semuanya nyata dan Gretta tidak bisa menghindar dari kenyataan. Pagi itu seperti biasa Gretta, Luke dan Teresa sarapan dan Gretta selalu saja diam dan tidak mempedulikan Luke. Teresa pernah memohon padanya untuk sedikit saja bicara dengan Luke tapi Gretta selalu menolak.

            “Kapan-kapan kamu harus belajar bersama Luke agar nilaimu bagus.” Ucap Teresa.

            Satu hal lain yang membuat Gretta semakin membenci Luke. Yaitu Teresa mulai membanding-bandingkannya dengan Luke. Gretta tau Luke adalah anak yang pintar dan nilainya selalu bagus. Luke nyaris tidak pernah mendapatkan nilai C. Dan Teresa menyuruhnya belajar bersama Luke? Lebih baik mati saja.

            “Grett berangkat sama aku yuk.” Ucap Luke.

            Sekarang Gretta sudah mulai bisa menguasai dirinya dan sudah tidak terpengaruh oleh tatapan Luke walau hanya sedikit. Sebaiknya ia tidak boleh menatap Luke karena tentu saja ia sangat membenci wajah itu. Gretta pun pergi dengan gaya cueknya.

            “Luk..” Ucap Teresa dengan suara yang lemah.

            Luke menatap Teresa. “Tidak apa-apa. Gretta pantas tidak menganggapku ada.” Ucapnya.

            “Tapi Luk, sampai kapan? Sampai kapan Gretta berbuat seperti itu? Bisakah kau sedikit keras padanya?” Tanya Teresa.

            Luke terdiam sesaat lalu tersenyum. “Tidak. Aku tidak bisa memarahi Gretta atau lainnya.” Ucapnya.

            Tiba-tiba Teresa tersadar kalau hari ini Luke memakai seragam olahraga. Teresa sedikit ragu. “Kau serius olahraga?” Tanyanya.

            “Oh, iya. Tentu saja. Pelajaran olahraga adalah salah satu pelajaran favoritku.” Ucap Luke.

***

            Dan lagi. Pemandangan yang mampu membuat hatinya pedih. Baru saja tiba di sekolah Gretta sudah melihat Connor yang sedang bercanda bersama Aleisha di depan kelas Aleisha. Disana keduanya tampak ceria. Mereka adalah pasangan yang serasi dan alangkah jahatnya jika ia merusak hubungan mereka. Lama Gretta memandangi Connor dan Aleisha. Rencana liciknya semakin hari semakin membuatnya ragu. Kalau Aleisha sudah mencintai Connor, tentu tidak mungkin gadis itu jatuh cinta dengan cowok lain sekalipun itu Luke. Tapi mengapa ketika Gretta mengucapkan nama ‘Luke’ wajah Aleisha sedikit terlihat malu?

            Tiba-tiba saja Connor tidak sengaja menatapnya dan Gretta langsung cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu. Sial! Rutuknya.

            Sedangkan Connor yang masih duduk di samping Aleisha menatap kepergian Gretta dengan tatapan aneh. Gadis itu sangat sulit ia tebak. Lalu ia melihat jam di tangannya. Sebentar lagi jam olahraga akan segera dimulai.

            “Aku pergi dulu ya sebentar lagi jam olahraga akan dimulai. I love you..” Ucap Connor lalu pergi meninggalkan Aleisha.

            I love you too..” Balas Aleisha dengan suara kecil.

            Sekarang mereka berada di lapangan basket outdoor dan sepertinya Mr. Louis selaku guru olahraga mereka ingin member materi olahraga tentang basket. Di kelasnya tentu Connor yang selalu menjadi nomor satu dalam hal basket.

            “Oke. Pagi ini bapak akan membahas materi tentang basket.” Ucap Mr. Louis.

            Di tempat duduknya Connor tersenyum lebar. Senyumnya agak sedikit sombong karena Connor memang yang selalu menjadi andalan tim basket-nya dan tidak ada yang bisa mengalahkan permainannya.

            “Sebagai permulaan, bapak ingin mengadakan 1 on 1. Ayo siapa yang mau tinggal maju ke depan.” Ucap Mr. Louis.

            Tidak ada yang berani maju. Kemudian Connor berdiri dan tampaknya cowok itu siap untuk bertanding. Entah lawannya siapa tapi Connor yakin ia akan menang karena ia yang paling hebat disini dan tidak ada yang bisa mengalahkannya.

            “Siapa yang mau bertanding melawan Connor?” Tanya Mr. Louis.

            Semuanya terdiam. Bertanding dengan Connor sama saja membunuh diri. Bahkan teman setim Connor. Tiba-tiba seorang cowok mengangkat tangan dan mendadak Connor kaget melihat siapa sosok yang mengangkat tangan itu.

            “Luk? Apa kau sudah gila?” Kaget Michael melihat Luke mengangkat tangannya. Bukan hanya Michael. Sebagian teman kelasnya juga kaget.

            “Apa aku salah mencoba bertanding dengannya?” Tanya Luke.

            “Bukannya begitu. Kau belum tau siapa Connor itu. Dia adalah pemain basket terbaik di sekolah ini dan dengar-dengar dia akan dijadikan sebagai kapten tim. Kebetulan aku mengikuti ekskull basket di sekolah tapi Connor kurang menyukaiku dan menganggapku tidak bisa bermain basket.” Jawab Michael.

            Di sekolah, selain musik Michael juga menyukai olahraga basket dan mengikuti ekskull basket. Sedangkan Calum mengikuti sepak bola bersama Ashton. Bukannya takut tetapi Luke malah tersenyum.

            “Tidak apa-apa. Kalau aku kalah aku tidak apa-apa. Ini hanya permainan. Kalaupun Connor mengejekku juga tidak apa-apa.” Ucap Luke.

            “Baiklah anak baru.” Ucap Mr. Louis sambil tersenyum.

            Kini dua cowok tampan itu sudah berada di tengah lapangan. Michael menatap Luke dengan takut. Tapi entah mengapa dipikirannya Michael merasa Luke pasti bisa mengalahkan Connor. Lihat. Disana Luke tampak santai sedangkan Connor tidak. Tapi tatapan Connor menatap Luke dengan rasa ketidaksukaan.

            Bola pun melambung ke atas dan didapatkan oleh Connor. Sebenarnya peluang Luke untuk mendapatkan bola pertama cukup banyak karena tubuh Luke lebih tinggi jika dibandingkan dengan tubuh Connor. Sorak-sorai mulai terdengar dan Connor tersenyum melihat para pendukungnya. Apa susahnya memenangkan pertandingan ini? Pikirnya.

            Kemudian Luke berlari menuju zona pertahan Connor dan mencoba menghadang Connor di dekat garis tiga angka, tapi Connor memutar sambil mendribel bola. Luke memasukkan tangannya diantara kedua tangan Connor, mencoba untuk merebut bola dari Connor. Connor melakukan gerakan seolah ia menembak bola ke ring tetapi Luke tidak terpancing dengan gerakan Connor. Dia lumayan juga! Batin Connor. Setelah itu Connor menundukkan tubuh berusaha menerobos lewat bawah dan yes! Connor berhasil mencetak angka pertama dengan masuk ke bawah ring. Sorak-sorai terdengar semakin keras dan membuat Connor semakin bersemangat untuk menang.

            Setelah itu semuanya terasa mudah bagi Connor. Memasukkan bola ke ring semudah seperti merebut permen dari anak kecil dan skor sementara yaitu 7-0. Luke sama sekali belum mencetak skor tapi cowok itu terlihat tenang-tenang saja.

            Saat Connor hendak memasukkan bola yang kedelapan kalinya, Luke berhasil memblok tembakan Connor. Dia berhasil menguasai bola. Kini giliran Luke yang menyerang. Dari tempat duduknya, Michael menatap Luke dan mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa Luke sangat berbakat di bidang basket dan Michael ingin mengajak Luke bergabung dengan tim-nya dan pastinya Nathan bakal setuju.

            Sementara itu Luke yang kini menguasai bola melakukan sebuah tindakan yang tidak disangka-sangka. Dia langsung melakukan tembakan tiga angka saat Connor tidak siap menghadang gerakannya. Tentu Connor dan lainnya sangat tidak menyangka Luke akan melakukan hal itu. Baginya, melakukan tembakan tiga angka bukan sesuatu yang mudah dan mungkin peluangnya untuk berhasil melakukan tembakan itu sangat sedikit. Dan Luke bisa melakukannya dengan mudah?

            Pertandingan semakin menarik dan Luke mulai memperlihatkan bakatnya disana. Dengan wajah tenangnya Luke selalu berhasil memasukkan bola ke ring dan bisa memblok tembakan Connor. Sementara itu Connor yang takut skor-nya dikalahkan oleh Luke menjadi panik. Sial! Mengapa bisa jadi seperti ini? Mengapa Luke bisa mengalahkannya? Dan skor sementara menjadi 12-15 dengan keunggulan Luke dan para penonton tidak lagi menyoraki Connor. Melainkan menyoraki Luke. Disana style Luke memukau banyak orang.

            Dengan tatapan penuh rasa ketidaksukaan, Connor mulai mencoba bermain kasar. Dia hanya ingin pertandingan ini selesai dan ia-lah pemenangnya. Mr. Louis memerhatikan pertandingan itu yang kini berubah menjadi pertandingan yang penuh dengan emosi khusus-nya Connor. Disana Mr. Louis bisa melihat Connor yang berkali-kali bermain kasar dan membuat Luke kelelahan dan kesakitan. Tapi Connor tidak peduli. Kalau boleh ia ingin menghajar cowok di depannya ini.

            Akhirnya bunyi peluit terdengar dan Mr. Louis langsung menjauhkan Connor dari Luke. Sebenarnya pertandingan ini menarik. Luke dan Connor sama-sama hebat tetapi Connor seperti tidak mau dikalahkan dan akhirnya bermain kasar.

            “Sejujurnya bapak kagum dengan kalian berdua. Tapi bapak kecewa dengan kamu Conn yang memutuskan untuk bermain kasar.” Ucap Mr. Louis sambil menatap Connor dengan tajam.

            Connor balik menatap tajam ke arah Mr. Louis dan kembali duduk di tempat duduknya. Luke pun sama kembali ke tempat duduknya sambil mengelap keringat di wajahnya.

            “Kau hebat Luk! Kau bisa mengalahkan Connor!” Ucap Michael.

            Luke tersenyum. “Mungkin itu hanya kebetulan saja.” Ucapnya.

            “Tidak. Kau hebat. Kau sempurna, dan kau harus bergabung dengan tim basket kami kebetulan aku juga mengikuti ekskull basket. Bagaimana?” Ucap Michael penuh harap.

            Tiba-tiba Luke teringat dengan Gretta yang juga mengikuti ekskull basket di sekolah. “Oke.” Ucap Luke.

***

            Benar-benar tidak disangkanya. Gretta benar-benar tidak menyangka Luke bisa sehebat itu dan dia begitu kagum dengan permainan tenang Luke. Tadi Gretta iseng melihat kelas Connor yang sedang olahraga dan pertandingan 1 on 1 antara Connor dengan Luke. Awalnya Gretta mengira Luke nekat tetapi Luke berhasil mengalahkan Connor!

            Connor benar-benar membenci Luke. Gretta bisa melihat tatapan mata Connor pada Luke. Ya. Luke memang pantas dibenci dan Luke harus pergi dari sekolah ini, dari rumahnya, dari semuanya. Oke. Tidak apa-apa Connor bahagia bersama Aleisha asalkan ia tidak lagi melihat wajah Luke. Sekarang, Connor pasti sedang marah dan kesal dan Gretta harus menemui Connor untuk membicarakan sesuatu. Tentang Luke.

***

            Dengan penuh emosi Connor melempar bola ke ring dan bola malang itu tidak masuk bahkan tidak menyentuh bibir ring. Connor mendengus kesal. Luke sudah berhasil membuat seisi sekolah melihatnya dan kini Luke berhasil mengalahkannya dalam pertandingan basket dan membuatnya malu. Malu karena sudah bermain kasar karena tidak mau dikalahkan oleh Luke. Malu karena Mr. Louis yang sangat membanggakannya menatap tajam ke arahnya. Connor akui dirinya memang salah.

            Kesalahan keduanya yaitu setelah selesai olahraga, Connor enggan berbicara dengan Aleisha karena suasana hatinya sedang buruk. Berkali-kali Aleisha menelponnya tetapi ia reject. Connor yakin sekali kekasihnya itu merasa takut dan khawatir padanya. Maafkan aku Ale.. Batin Connor. Seharusnya Aleisha ada disini, menemaninya dan membuatnya tersenyum. Tapi mengapa sosok Aleisha seperti sudah tidak berarti lagi baginya?

            “Hai kak. Apa kedatangan Gretta disini menganggu kak Connor?”

            Suara lembut itu membuat Connor menghentikan permainan basketnya. Gretta! Mengapa Connor merasa bahagia melihat kedatangan Gretta kemari? Gretta berjalan mendekatinya dan mengajaknya duduk di pinggir lapangan. Mungkin menceritakan pada Gretta adalah hal yang tepat. Toh sebelumnya Connor juga pernah menceritakan tentang rasa ketidaksukaannya pada Luke.

            “Aku ingin curhat padamu.” Ucap Connor.

            Jantung Gretta mulai berdebar-debar. Curhat? Setaunya, hanya makhluk berjenis cewek saja yang bisa curhat. Tapi Connor? Tiba-tiba Gretta teringat dengan pertandingan itu.

            “Ini tentang Luke. Kau tau kan kalau aku tidak suka dengan Luke?” Tanya Connor.

            Sebisa mungkin Gretta menguasai keadaan. “Iya-iya. Aku masih ingat.” Jawabnya.

            “Yaa.. Mungkin aku salah menceritakan hal ini padamu. Seharusnya aku menceritakan hal ini pada Ale. Tapi entah mengapa berbicara denganmu lebih terasa nyaman dan lega.” Ucap Connor.

            Ada setitik kebahagiaan di hati Gretta. Connor sudah menganggapnya unggul dari Aleisha! Gretta merasa senang sekali. Mungkin Tuhan saat ini sedang berbaik hati padanya dan sedang membuat suatu rencana untuk memberinya kejutan. Kejutan yang merupakan impian terbesarnya, yaitu menjadi kekasih Connor.

            “Tadi, sewaktu jam olahraga, aku bertanding basket dengan Luke dan ternyata Luke berhasil mengalahkanku. Bahkan aku harus bermain kasar tapi Mr. Louis langsung meleraiku.” Ucap Connor.

            Tentu saja Gretta sudah mengetahui pertandingan panas itu. Tapi Gretta pura-pura tidak tau. “Ohya? Kok bisa? Bukannya kak Connor yang paling hebat?” Tanyanya.

            “Begitulah. Aku juga heran. Aku heran dengan Luke. Dan aku mulai merasa takut.” Ucap Connor.

            “Takut?” Tanya Gretta.

            “Iya. Luke berhasil menarik perhatian semua cewek di sekolah ini seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya. Dan sekarang Luke berhasil mengalahkanku dalam hal basket. Kalau Kak Nathan sampai tau dan melihat permainan Luke, pasti Kak Nathan akan memasukkan Luke ke dalam tim inti.” Jawab Connor.

            Jadi sesempurna itukah Luke? Batin Gretta. Gretta bingung mau mengomentari apa. Luke yang sangat ia bencikan sekarang ini sedang menjadi ‘bahan’ ketakutan cowok nomor satu di sekolah ini? Connor?

            “Satu lagi. Luke sudah punya band.” Ucap Connor.

            “Apa?” Kaget Gretta. Kali ini Gretta benar-benar merasa kaget. Luke punya band? Yang benar saja!

            “Iya. Dia bergabung dengan Michael, Calum dan Ashton. Aku juga takut kalau band mereka bisa mengalahkan Before You Exit walau aku tidak tau bagaimana mereka.” Ucap Connor.

            Cukup! Gretta sudah dibuat pusing oleh Luke. Mengapa Luke harus kemari? Mengapa Luke harus membuat pikirannya menjadi bingung? Apa Luke melakukan ini semua agar bisa mendapat permintamaafan darinya?

            “Sebenarnya.. Sebenarnya..” Ucap Gretta sedikit ragu.

            Connor menatap Gretta heran. “Sebenarnya apa?” Tanyanya.

            “Sebenarnya…”

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar