Gretta
berharap dan terus berharap bahwa semua yang terjadi hanyalah mimpi buruk. Tapi
sayangnya harapan itu tidak akan pernah terkabul. Semuanya nyata dan Gretta
tidak bisa menghindar dari kenyataan. Pagi itu seperti biasa Gretta, Luke dan
Teresa sarapan dan Gretta selalu saja diam dan tidak mempedulikan Luke. Teresa
pernah memohon padanya untuk sedikit saja bicara dengan Luke tapi Gretta selalu
menolak.
“Kapan-kapan kamu harus belajar bersama
Luke agar nilaimu bagus.” Ucap Teresa.
Satu hal lain yang membuat Gretta
semakin membenci Luke. Yaitu Teresa mulai membanding-bandingkannya dengan Luke.
Gretta tau Luke adalah anak yang pintar dan nilainya selalu bagus. Luke nyaris
tidak pernah mendapatkan nilai C. Dan Teresa menyuruhnya belajar bersama Luke?
Lebih baik mati saja.
“Grett berangkat sama aku yuk.” Ucap
Luke.
Sekarang Gretta sudah mulai bisa
menguasai dirinya dan sudah tidak terpengaruh oleh tatapan Luke walau hanya
sedikit. Sebaiknya ia tidak boleh menatap Luke karena tentu saja ia sangat
membenci wajah itu. Gretta pun pergi dengan gaya cueknya.
“Luk..” Ucap Teresa dengan suara
yang lemah.
Luke menatap Teresa. “Tidak apa-apa.
Gretta pantas tidak menganggapku ada.” Ucapnya.
“Tapi Luk, sampai kapan? Sampai
kapan Gretta berbuat seperti itu? Bisakah kau sedikit keras padanya?” Tanya
Teresa.
Luke terdiam sesaat lalu tersenyum.
“Tidak. Aku tidak bisa memarahi Gretta atau lainnya.” Ucapnya.
Tiba-tiba Teresa tersadar kalau hari
ini Luke memakai seragam olahraga. Teresa sedikit ragu. “Kau serius olahraga?”
Tanyanya.
“Oh, iya. Tentu saja. Pelajaran
olahraga adalah salah satu pelajaran favoritku.” Ucap Luke.
***
Dan lagi. Pemandangan yang mampu
membuat hatinya pedih. Baru saja tiba di sekolah Gretta sudah melihat Connor
yang sedang bercanda bersama Aleisha di depan kelas Aleisha. Disana keduanya
tampak ceria. Mereka adalah pasangan yang serasi dan alangkah jahatnya jika ia
merusak hubungan mereka. Lama Gretta memandangi Connor dan Aleisha. Rencana
liciknya semakin hari semakin membuatnya ragu. Kalau Aleisha sudah mencintai
Connor, tentu tidak mungkin gadis itu jatuh cinta dengan cowok lain sekalipun
itu Luke. Tapi mengapa ketika Gretta mengucapkan nama ‘Luke’ wajah Aleisha
sedikit terlihat malu?
Tiba-tiba saja Connor tidak sengaja
menatapnya dan Gretta langsung cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu. Sial!
Rutuknya.
Sedangkan Connor yang masih duduk di
samping Aleisha menatap kepergian Gretta dengan tatapan aneh. Gadis itu sangat
sulit ia tebak. Lalu ia melihat jam di tangannya. Sebentar lagi jam olahraga
akan segera dimulai.
“Aku pergi dulu ya sebentar lagi jam
olahraga akan dimulai. I love you..”
Ucap Connor lalu pergi meninggalkan Aleisha.
“I
love you too..” Balas Aleisha dengan suara kecil.
Sekarang mereka berada di lapangan
basket outdoor dan sepertinya Mr. Louis selaku guru olahraga mereka ingin
member materi olahraga tentang basket. Di kelasnya tentu Connor yang selalu
menjadi nomor satu dalam hal basket.
“Oke. Pagi ini bapak akan membahas
materi tentang basket.” Ucap Mr. Louis.
Di tempat duduknya Connor tersenyum
lebar. Senyumnya agak sedikit sombong karena Connor memang yang selalu menjadi
andalan tim basket-nya dan tidak ada yang bisa mengalahkan permainannya.
“Sebagai permulaan, bapak ingin
mengadakan 1 on 1. Ayo siapa yang mau
tinggal maju ke depan.” Ucap Mr. Louis.
Tidak ada yang berani maju. Kemudian
Connor berdiri dan tampaknya cowok itu siap untuk bertanding. Entah lawannya
siapa tapi Connor yakin ia akan menang karena ia yang paling hebat disini dan
tidak ada yang bisa mengalahkannya.
“Siapa yang mau bertanding melawan
Connor?” Tanya Mr. Louis.
Semuanya terdiam. Bertanding dengan
Connor sama saja membunuh diri. Bahkan teman setim Connor. Tiba-tiba seorang
cowok mengangkat tangan dan mendadak Connor kaget melihat siapa sosok yang
mengangkat tangan itu.
“Luk? Apa kau sudah gila?” Kaget
Michael melihat Luke mengangkat tangannya. Bukan hanya Michael. Sebagian teman
kelasnya juga kaget.
“Apa aku salah mencoba bertanding
dengannya?” Tanya Luke.
“Bukannya begitu. Kau belum tau
siapa Connor itu. Dia adalah pemain basket terbaik di sekolah ini dan
dengar-dengar dia akan dijadikan sebagai kapten tim. Kebetulan aku mengikuti
ekskull basket di sekolah tapi Connor kurang menyukaiku dan menganggapku tidak
bisa bermain basket.” Jawab Michael.
Di sekolah, selain musik Michael
juga menyukai olahraga basket dan mengikuti ekskull basket. Sedangkan Calum
mengikuti sepak bola bersama Ashton. Bukannya takut tetapi Luke malah
tersenyum.
“Tidak apa-apa. Kalau aku kalah aku
tidak apa-apa. Ini hanya permainan. Kalaupun Connor mengejekku juga tidak
apa-apa.” Ucap Luke.
“Baiklah anak baru.” Ucap Mr. Louis
sambil tersenyum.
Kini dua cowok tampan itu sudah
berada di tengah lapangan. Michael menatap Luke dengan takut. Tapi entah
mengapa dipikirannya Michael merasa Luke pasti bisa mengalahkan Connor. Lihat.
Disana Luke tampak santai sedangkan Connor tidak. Tapi tatapan Connor menatap
Luke dengan rasa ketidaksukaan.
Bola pun melambung ke atas dan
didapatkan oleh Connor. Sebenarnya peluang Luke untuk mendapatkan bola pertama
cukup banyak karena tubuh Luke lebih tinggi jika dibandingkan dengan tubuh
Connor. Sorak-sorai mulai terdengar dan Connor tersenyum melihat para
pendukungnya. Apa susahnya memenangkan pertandingan ini? Pikirnya.
Kemudian Luke berlari menuju zona
pertahan Connor dan mencoba menghadang Connor di dekat garis tiga angka, tapi
Connor memutar sambil mendribel bola. Luke memasukkan tangannya diantara kedua
tangan Connor, mencoba untuk merebut bola dari Connor. Connor melakukan gerakan
seolah ia menembak bola ke ring
tetapi Luke tidak terpancing dengan gerakan Connor. Dia lumayan juga! Batin Connor. Setelah itu Connor menundukkan
tubuh berusaha menerobos lewat bawah dan yes! Connor berhasil mencetak angka
pertama dengan masuk ke bawah ring.
Sorak-sorai terdengar semakin keras dan membuat Connor semakin bersemangat
untuk menang.
Setelah itu semuanya terasa mudah
bagi Connor. Memasukkan bola ke ring semudah
seperti merebut permen dari anak kecil dan skor sementara yaitu 7-0. Luke sama
sekali belum mencetak skor tapi cowok itu terlihat tenang-tenang saja.
Saat Connor hendak memasukkan bola
yang kedelapan kalinya, Luke berhasil memblok tembakan Connor. Dia berhasil
menguasai bola. Kini giliran Luke yang menyerang. Dari tempat duduknya, Michael
menatap Luke dan mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa Luke sangat berbakat di
bidang basket dan Michael ingin mengajak Luke bergabung dengan tim-nya dan pastinya
Nathan bakal setuju.
Sementara itu Luke yang kini
menguasai bola melakukan sebuah tindakan yang tidak disangka-sangka. Dia
langsung melakukan tembakan tiga angka saat Connor tidak siap menghadang
gerakannya. Tentu Connor dan lainnya sangat tidak menyangka Luke akan melakukan
hal itu. Baginya, melakukan tembakan tiga angka bukan sesuatu yang mudah dan
mungkin peluangnya untuk berhasil melakukan tembakan itu sangat sedikit. Dan
Luke bisa melakukannya dengan mudah?
Pertandingan semakin menarik dan Luke
mulai memperlihatkan bakatnya disana. Dengan wajah tenangnya Luke selalu
berhasil memasukkan bola ke ring dan bisa memblok tembakan Connor. Sementara
itu Connor yang takut skor-nya dikalahkan oleh Luke menjadi panik. Sial!
Mengapa bisa jadi seperti ini? Mengapa Luke bisa mengalahkannya? Dan skor
sementara menjadi 12-15 dengan keunggulan Luke dan para penonton tidak lagi
menyoraki Connor. Melainkan menyoraki Luke. Disana style Luke memukau banyak orang.
Dengan tatapan penuh rasa
ketidaksukaan, Connor mulai mencoba bermain kasar. Dia hanya ingin pertandingan
ini selesai dan ia-lah pemenangnya. Mr. Louis memerhatikan pertandingan itu
yang kini berubah menjadi pertandingan yang penuh dengan emosi khusus-nya
Connor. Disana Mr. Louis bisa melihat Connor yang berkali-kali bermain kasar
dan membuat Luke kelelahan dan kesakitan. Tapi Connor tidak peduli. Kalau boleh
ia ingin menghajar cowok di depannya ini.
Akhirnya bunyi peluit terdengar dan
Mr. Louis langsung menjauhkan Connor dari Luke. Sebenarnya pertandingan ini
menarik. Luke dan Connor sama-sama hebat tetapi Connor seperti tidak mau
dikalahkan dan akhirnya bermain kasar.
“Sejujurnya bapak kagum dengan
kalian berdua. Tapi bapak kecewa dengan kamu Conn yang memutuskan untuk bermain
kasar.” Ucap Mr. Louis sambil menatap Connor dengan tajam.
Connor balik menatap tajam ke arah
Mr. Louis dan kembali duduk di tempat duduknya. Luke pun sama kembali ke tempat
duduknya sambil mengelap keringat di wajahnya.
“Kau hebat Luk! Kau bisa mengalahkan
Connor!” Ucap Michael.
Luke tersenyum. “Mungkin itu hanya
kebetulan saja.” Ucapnya.
“Tidak. Kau hebat. Kau sempurna, dan
kau harus bergabung dengan tim basket kami kebetulan aku juga mengikuti ekskull
basket. Bagaimana?” Ucap Michael penuh harap.
Tiba-tiba Luke teringat dengan
Gretta yang juga mengikuti ekskull basket di sekolah. “Oke.” Ucap Luke.
***
Benar-benar tidak disangkanya.
Gretta benar-benar tidak menyangka Luke bisa sehebat itu dan dia begitu kagum
dengan permainan tenang Luke. Tadi Gretta iseng melihat kelas Connor yang
sedang olahraga dan pertandingan 1 on 1
antara Connor dengan Luke. Awalnya Gretta mengira Luke nekat tetapi Luke
berhasil mengalahkan Connor!
Connor benar-benar membenci Luke.
Gretta bisa melihat tatapan mata Connor pada Luke. Ya. Luke memang pantas
dibenci dan Luke harus pergi dari sekolah ini, dari rumahnya, dari semuanya.
Oke. Tidak apa-apa Connor bahagia bersama Aleisha asalkan ia tidak lagi melihat
wajah Luke. Sekarang, Connor pasti sedang marah dan kesal dan Gretta harus
menemui Connor untuk membicarakan sesuatu. Tentang Luke.
***
Dengan penuh emosi Connor melempar
bola ke ring dan bola malang itu
tidak masuk bahkan tidak menyentuh bibir ring.
Connor mendengus kesal. Luke sudah berhasil membuat seisi sekolah melihatnya
dan kini Luke berhasil mengalahkannya dalam pertandingan basket dan membuatnya
malu. Malu karena sudah bermain kasar karena tidak mau dikalahkan oleh Luke.
Malu karena Mr. Louis yang sangat membanggakannya menatap tajam ke arahnya.
Connor akui dirinya memang salah.
Kesalahan keduanya yaitu setelah
selesai olahraga, Connor enggan berbicara dengan Aleisha karena suasana hatinya
sedang buruk. Berkali-kali Aleisha menelponnya tetapi ia reject. Connor yakin sekali kekasihnya itu merasa takut dan
khawatir padanya. Maafkan aku Ale.. Batin Connor. Seharusnya Aleisha ada
disini, menemaninya dan membuatnya tersenyum. Tapi mengapa sosok Aleisha
seperti sudah tidak berarti lagi baginya?
“Hai kak. Apa kedatangan Gretta
disini menganggu kak Connor?”
Suara lembut itu membuat Connor
menghentikan permainan basketnya. Gretta! Mengapa Connor merasa bahagia melihat
kedatangan Gretta kemari? Gretta berjalan mendekatinya dan mengajaknya duduk di
pinggir lapangan. Mungkin menceritakan pada Gretta adalah hal yang tepat. Toh
sebelumnya Connor juga pernah menceritakan tentang rasa ketidaksukaannya pada
Luke.
“Aku ingin curhat padamu.” Ucap
Connor.
Jantung Gretta mulai berdebar-debar.
Curhat? Setaunya, hanya makhluk berjenis cewek saja yang bisa curhat. Tapi
Connor? Tiba-tiba Gretta teringat dengan pertandingan itu.
“Ini tentang Luke. Kau tau kan kalau
aku tidak suka dengan Luke?” Tanya Connor.
Sebisa mungkin Gretta menguasai
keadaan. “Iya-iya. Aku masih ingat.” Jawabnya.
“Yaa.. Mungkin aku salah
menceritakan hal ini padamu. Seharusnya aku menceritakan hal ini pada Ale. Tapi
entah mengapa berbicara denganmu lebih terasa nyaman dan lega.” Ucap Connor.
Ada setitik kebahagiaan di hati
Gretta. Connor sudah menganggapnya unggul dari Aleisha! Gretta merasa senang
sekali. Mungkin Tuhan saat ini sedang berbaik hati padanya dan sedang membuat
suatu rencana untuk memberinya kejutan. Kejutan yang merupakan impian
terbesarnya, yaitu menjadi kekasih Connor.
“Tadi, sewaktu jam olahraga, aku
bertanding basket dengan Luke dan ternyata Luke berhasil mengalahkanku. Bahkan
aku harus bermain kasar tapi Mr. Louis langsung meleraiku.” Ucap Connor.
Tentu saja Gretta sudah mengetahui
pertandingan panas itu. Tapi Gretta pura-pura tidak tau. “Ohya? Kok bisa?
Bukannya kak Connor yang paling hebat?” Tanyanya.
“Begitulah. Aku juga heran. Aku
heran dengan Luke. Dan aku mulai merasa takut.” Ucap Connor.
“Takut?” Tanya Gretta.
“Iya. Luke berhasil menarik
perhatian semua cewek di sekolah ini seperti yang pernah aku ceritakan
sebelumnya. Dan sekarang Luke berhasil mengalahkanku dalam hal basket. Kalau
Kak Nathan sampai tau dan melihat permainan Luke, pasti Kak Nathan akan
memasukkan Luke ke dalam tim inti.” Jawab Connor.
Jadi sesempurna itukah Luke? Batin
Gretta. Gretta bingung mau mengomentari apa. Luke yang sangat ia bencikan
sekarang ini sedang menjadi ‘bahan’ ketakutan cowok nomor satu di sekolah ini?
Connor?
“Satu lagi. Luke sudah punya band.”
Ucap Connor.
“Apa?” Kaget Gretta. Kali ini Gretta
benar-benar merasa kaget. Luke punya band? Yang benar saja!
“Iya. Dia bergabung dengan Michael,
Calum dan Ashton. Aku juga takut kalau band mereka bisa mengalahkan Before You
Exit walau aku tidak tau bagaimana mereka.” Ucap Connor.
Cukup! Gretta sudah dibuat pusing
oleh Luke. Mengapa Luke harus kemari? Mengapa Luke harus membuat pikirannya
menjadi bingung? Apa Luke melakukan ini semua agar bisa mendapat permintamaafan
darinya?
“Sebenarnya.. Sebenarnya..” Ucap
Gretta sedikit ragu.
Connor menatap Gretta heran.
“Sebenarnya apa?” Tanyanya.
“Sebenarnya…”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar