Calum
berharap siang ini Hailey datang padanya. Calum sengaja meminta Trisha
menjemputnya agak siangan supaya ia bisa ngobrol banyak bersama Hailey. Namun
sudah lima belas menit Calum menunggu, Hailey tak kunjung datang. Dimana
Hailey? Mengapa ia sangat merindukan gadis itu?
“Apa kau sedang menungguku?”
Hailey! Batin Calum girang. Gadis
itu sama cantiknya seperti kemarin. Dan ya, Hailey selalu tau apa yang ia
pikirkan. Ya, Hailey tau semua tentangnya dan Calum semakin penasaran dengan
gadis itu.
“Kau kemana saja? Kelasmu dimana?”
Tanya Calum.
“Oh maaf aku belum sempat
memberitahumu.” Jawab Hailey.
Kini Hailey duduk di samping Calum
dan bau parfum itu mulai tercium di hidungnya. Calum begitu menikmati masa-masa
ini. Masa-masa bersama Hailey dan melupakan segalanya. Hailey benar-benar
menyelamatkan hidupnya.
“Jadi, dimana kelasmu?” Tanya Calum.
Mata Calum bertatapan dengan mata
Hailey. Mata yang begitu indah dan Calum hanyut dengan mata itu. Mata itu… Mata
yang sudah tidak asing lagi baginya.. Hailey….
“Pertama, ada pertanyaan-pertanyaan
yang tidak bisa aku jawab. Termasuk pertanyaanmu tadi.” Jawab Hailey dengan
tenang.
Oh sial! Hailey memang sangat
misterius dan gadis itu tidak mau menjawab pertanyaannya. Bahkan pertanyaan
yang sangat sederhana. Calum menyimpulkan Hailey amat tertutup dan bicaranya
terkesan hati-hati. Benar-benar tipikal gadis yang unik dan langka.
“Tadi aku lihat kau ditabrak oleh
Bryanna.” Ucap Hailey.
Mendadak jantung Calum
berdebar-debar. Jadi.. Jadi Hailey melihat semua itu? Calum menatap Hailey
dengan ragu. Perasaan tadi ia tidak melihat Hailey di tempat kejadian tapi
mengapa Hailey bisa melihatnya? Sebenarnya siapa Hailey itu?
“Kau heran mengapa aku bisa melihat
kejadian itu?” Tanya Hailey sambil tersenyum.
Calum tidak membalas ucapan Hailey.
Pertanyaan-pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Hailey menghilang begitu saja
toh Calum yakin sekali Hailey tidak akan mau menjawabnya. Hailey.. Mengapa ia
harus bertemu dengan gadis itu? Mengapa ia harus bertemu gadis semisterius
Hailey? Calum hampir lupa kalau dirinya sendiri adalah sosok yang aneh dan tidak
normal. Pantas sekali bertemu dengan gadis misterius dan aneh seperti Hailey.
Tiba-tiba saja Hailey menyentuh
lengannya dan melingkarkan tangannya pada lengannya. Hailey terasa semakin erat
dan tidak ada jarak yang memisahkan keduanya. Calum memejamkan matanya.
Perasaan ini… Mengapa perasaan ini sudah tidak asing? Mengapa memori tentang
masa lalunya mulai tergambar walau tidak jelas?
***
“Namanya Calum Hood. Aku tidak tau
pasti asalnya darimana. Tapi Mrs. Harriet sudah mengatakan kalau Calum sedikit
aneh dan berbeda dengan lainnya.” Jelas Sophia.
Bryanna menyeruput jus jeruknya dan
mencoba berpikir. “Ya.. Ya aku sudah tau. Tapi apa yang membuat Calum berbeda?
Aku butuh penjelasan yang lebih dari Mrs. Harriet.” Ucapnya.
Sophia menatap sahabatnya dengan
tatapan heran. “Lantas apa hubungannya denganmu? Bukankah kau dekat dengan
Ashton?” Tanyanya.
Bryanna hampir melupakan hubungannya
dengan Ashton. Baginya, Ashton adalah cowok yang sempurna dan betapa bahagia
jika ada cewek yang disukai Ashton. Bryanna sendiri menaruh curiga pada Ashton
kalau-kalau cowok itu menyukainya. Tapi saat ia tidak sengaja menabrak Calum,
saat ia melihat wajah polos Calum….
Semua terasa berbeda.
***
Calum membolak-balik buku
pelajarannya. Walau dia cukup sulit menerima pelajaran sekolah, Calum tidak
ingin dikatakan sebagai murid yang bodoh. Ia harus bisa menerima semua mata
pelajaran dan mendapatkan nilai yang bagus. Susah memang tapi Calum akan terus
berusaha sekuat mungkin.
Hailey. Bayangan gadis itu kembali
memasuki pikirannya. Gimana mau konsen belajar sedangkan bayangan Hailey tidak
bisa menghilang di pikirannya? Apa maksudnya semua ini? Apakah benar ia jatuh
cinta pada Hailey? Jujur saja, Calum tidak tau apa itu cinta dan tanda-tanda
seseorang bila sedang jatuh cinta. Apa seperti ini rasanya? Tangan Hailey yang
menyentuh lengannya cukup membuatnya merasakan ketenangan dan tidak ingin tidak
berada di samping gadis itu.
“Kalau tidak bisa, jangan
dipaksakan. Mama tau kamu sulit menerima pelajaran.” Ucap Trisha.
Calum menatap Trisha. “Sebenarnya
aku sakit apa? Mama pernah bilang kalau aku mengalami amnesia dan sikapku
menjadi berubah. Sebenarnya aku yang dulu bagaimana?” Tanyanya.
Trisha menghela nafas panjang. “Apa
kau tidak merasakan suatu keanehan?” Tanyanya.
Calum sedikit kesal karena Trisha
tidak mau menjawab pertanyaannya. Trisha seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
“Awalnya memang ya. Saat aku terbangun, aku tidak ingat apa-apa lagi. Aku tidak
bisa merasakan apa-apa lagi. Bahkan ketika sampai disini. Tapi, saat Kak Mali
mengajakku pergi ke pusat perbelanjaan dan aku bertemu dengan seorang gadis…
Rasanya sangat berbeda. Aku seperti hidup kembali.” Jelasnya.
Keringat dingin mulai mengalir dan
sebisa mungkin Trisha tenang. Gadis itu…Tidak! Calum harus bisa sembuh dan
kembali menjadi normal. Trisha tidak ingin Calum terus-terusan seperti ini. Di
jajah oleh kesedihan dan kesakitan. Trisha ingin Calum menjadi Calum yang ia
harapkan, dan Calum yang ia harapkan tidak seperti ini.
“Siapa nama gadis itu?” Tanya Trisha
untuk memastikan.
Sesaat Calum ragu, lalu menjawab.
“Hailey.”
***
“Wah ternyata kau anak yang rajin
juga ya..”
Calum benar-benar tidak menyangka
pagi ini Luke menyapanya. Michael hari ini tidak sekolah karena sakit. Calum
kira hari ini adalah hari tanpa bicara namun sepertinya Luke mengajaknya bicara
dan Calum rasa ia belum terbiasa berbicara dengan Luke tanpa Michael.
“Ku rasa kita bisa menjadi teman.”
Ucap Luke.
Calum tetap dalam gaya diamnya dan
tidak membalas ucapan Luke. Sedari tadi ia pura-pura membolak-balik buku
Kimia-nya tanpa mengerti sedikitpun. Luke melihat semua itu dan rasa
penasarannya kambuh lagi. Oke. Calum sedang amnesia dan sikapnya berubah dan
berbeda dengan orang normal. Tapi Calum tidak mau menceritakan apa yang membuatnya
bisa seperti ini.
“Aku bisa memahami apa yang kau
rasakan. Tapi bicaralah sedikit padaku. Aku bisa menjadi teman yang baik dan
mungkin aku bisa membantumu.” Ucap Luke.
Rasanya seperti bicara dengan
patung. Luke merasa kesal diabaikan oleh Calum. Sebenarnya apa yang Calum
pikirkan? Luke penasaran sekali bagaimana rasanya berada di posisi Calum. Apa
seberat itukah berada di posisi Calum?
“Aku bingung mau bicara apa.
Sepertinya Mom merahasiakan sesuatu tentangku.” Ucap Calum tiba-tiba.
“Ohya? Betapa kejamnya Ibumu.
Seharusnya Ibumu menjelaskan padamu agar ingatanmu bisa sedikit kembali. Tapi
apa benar kau sudah tidak mengingat apa-apa lagi?” Tanya Luke.
Calum terdiam sesaat. Tiba-tiba
kepalanya terasa pusing. Mengingat sedikit tentang masa lalu? Calum sama sekali
tidak mengingat apa-apa tentang masa lalunya dan bagaimana cara agar ingatannya
bisa pulih? Dan kenapa tiba-tiba kepalanya terasa pusing?
***
“Bryanna!”
Itu suara Ashton. Si pangeran tampan
itu berlari mengejar Bryanna. Seharusnya Bryanna begitu senang karena Ashton
memanggil namanya. Tapi mengapa rasanya sudah tidak berarti lagi? Bryanna akui
ia menyukai Ashton. Namun saat ia bertemu dengan anak baru itu.. Calum…
“Hei kau sedang memikirkan apa?”
Tanya Ashton. Cowok itu merasa Bryanna sedang tidak beres dan berbeda dari
lainnya.
Bryanna tersadar. “Eh aku tidak
apa-apa. Ada apa kau mencariku?” Tanyanya.
Ashton tersenyum misterius. “Aku
ingin mengajakmu makan malam.” Jawabnya.
***
“Jadi kau
ingin ingatanmu kembali?” Tanya Hailey.
Calum
menceritakan semuanya pada Hailey tentang ia yang menginginkan ingatannya
kembali dan menjadi anak yang normal. Calum ingin sekali menjadi sosok seperti
Michael atau Luke. Mereka terlihat bahagia dan semangat. Sedangkan ia? Calum
bingung dengan dirinya sendiri.
“Ya aku
ingin sekali. Tapi bagaimana caranya?” Jawab+Tanya Calum.
“Mengapa kau
ingin ingatanmu kembali?” Tanya Hailey.
Hailey memang hobi bertanya
sedangkan tidak suka menjawab. Benar-benar gadis yang misterius namun Calum mau
saja menjawab pertanyaan Hailey dan menahan rasa penasarannya tentang Hailey.
Sampai saat ini Calum belum mengetahui siapa keluarga Hailey, dimana rumah
Hailey, dimana kelas Hailey..
“Aku ingin menjadi normal.” Jawab
Calum.
“Itu tidak perlu. Kau sudah normal.”
Ucap Hailey.
Nah apa maksudnya itu? Kata Hailey,
ia sudah normal. Normal apanya? Kata Trisha maupun Mali ia tidak normal karena
amnesia sialan itu. Juga kata Michael dan Luke. Kata mereka ia adalah anak yang
aneh dan tidak benar. Apa itu yang dikatakan normal oleh Hailey? Apa bahasa
Hailey terbalik dengan bahasanya?
“Tidak. Aku tidak normal.” Bantah
Calum.
Apa jangan-jangan.. Hailey yang
tidak normal? Tapi Calum perhatikan gadis itu terlihat baik-baik saja. Gadis
seperti pada umumnya walau misterius. Hailey amat mengenalnya sedangkan ia
tidak mengenal Hailey. Apa Hailey…
“Apa dulu kita begitu dekat sebelum
aku amnesia?” Tanya Calum.
Hailey terlihat menghela nafas
panjang. “Baiklah. Dulu kita memang begitu dekat. Aku sangat mengenalimu dan
kau juga sangat mengenaliku.” Ucapnya dengan intonasi berbeda.
Calum menatap Hailey dengan lekat. “Berarti
kau kenal dengan keluargaku?” Tanyanya.
“Ya. Nama Ibumu Trisha dan kau
mempunyai kakak perempuan bernama Mali.” Jawab Hailey.
Sedikit Calum merasa puas dengan
jawaban yang diberikan Hailey. Oh Hailey, tampaknya gadis itu mulai membuka
diri dan Calum yakin sekali lambat laun Hailey akan menjelaskan semuanya dan
mungkin saja Hailey yang akan membuatnya mengingat masa lalunya.
***
Malam yang begitu indah. Seharusnya
malam ini adalah malam terindahnya. Malam ini Ashton mengajaknya makan malam di
restoran ternama dan seharusnya ia merasa bahagia. Seharusnya Bryanna merasa
bahagia karena ini adalah salah satu impian terbesarnya yaitu makan malam
bersama Ashton.
Tentu saja malam ini Ashton sangat
tampan dan mampu membuat mabuk para gadis yang melihatnya. Seharusnya Bryanna
seperti itu. Dia akan tergila-gila karena pesona Ashton. Tapi tidak. Semua
terasa berbeda dan jujur sekali malam ini Bryanna malas untuk keluar rumah
karena tugas sekolahnya menumpuk. Bryanna hanya tidak ingin membuat Ashton
kecewa.
Dan sepertinya Ashton bisa melihat
ketidakberesan dari Bryanna. Gadis itu tampak berbeda dan terlihat tidak
bersemangat. Padahal malam ini Ashton akan memberikan kejutan untuk Bryanna.
Sikap Bryanna mulai berubah saat gadis itu tidak sengaja menabrak….
Sial! Jika saja Bryanna menyukai
murid baru yang polos itu, Ashton tidak segan-segan membuat perhitungan dengan
anak baru itu dan jika anak baru itu malah melawannya, Ashton akan membawa
teman-temannya untuk menghabisi anak itu. Biarkan saja orang-orang mengatakan
ia pengecut karena membawa teman-temannya, Ashton tidak peduli.
“Malam ini kau terlihat cantik.”
Puji Ashton.
Cowok itu mulai membuka pembicaraan.
Ashton sudah memesan menu istimewa dan berharap Bryanna menyukainya.
“Terimakasih.” Balas Bryanna
singkat.
Ashton memperhatikan Bryanna. “Kau
sakit? Kenapa kau terlihat tidak bersemangat?” Tanyanya.
Jika saja semua itu tidak terjadi…
Jika saja ia tidak menabrak murid baru itu.. Bryanna begitu penasaran dengan
sosok bernama Calum dan ingin mengenal Calum walau Calum anaknya aneh dan tidak
normal. Hah itu semua berlebihan! Bryanna akan membuktikan kalau Calum adalah
anak yang normal sama seperti anak lainnya.
Makanan sudah dihidangkan dan Ashton
memakannya dengan lahap. Beda dengan Bryanna yang sepertinya tidak minat dengan
makanan di depannya. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Calum dan caranya
agar ia bisa dekat dengan cowok itu.
“Aku heran denganmu. Apa karena
cowok yang kau tabrak itu?” Tanya Ashton.
Langsung saja Bryanna mengangkat
wajahnya dan tentu saja kaget. Jadi Ashton tau itu? Apakah Ashton melihatnya
secara langsung? Sementara Ashton tersenyum puas dengan reaksi Bryanna. Jadi
benar gadis itu tertarik dengan murid baru itu dan hati Ashton mulai terasa
panas.
“Kau.. Kau melihatnya?” Tanya
Bryanna.
“Ya tentu saja. Ku rasa kau tertarik
padanya.” Jawab Ashton.
Pipi Bryanna memerah mendengar
ucapan Ashton barusan. Cowok itu dengan mudahnya bisa menebak isi hatinya.
“Asal kau tau Bryanna, sejak pertama
kali kita bertemu, aku sudah merasakan suatu perasaan yang asing dan
lama-kelamaan berubah menjadi perasaan sayang dan rindu. Dan aku sadar kalau
sebenarnya aku menyimpan rasa padamu. Sayang sekali Bryanna ternyata kau
tertarik dengan anak polos itu..” Ucap Ashton.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar