Entah apa
yang membuat Gretta menggunting rambutnya secara asal dan mewarnai wajahnya
dengan cat. Eleanor begitu kaget melihat penampilan baru Gretta dan astaga!
Bahkan Gretta sempat memasang tindik di hidungnya! Entah darimana Gretta
mendapatkannya dan Gretta terlihat seperti seseorang yang habis mabuk. Memang
setelah jam istirahat tiba-tiba saja Gretta menghilang dan tidak kembali ke
sekolah. Artinya Gretta membolos dan Gretta akan bermasalah di sekolah.
“Gretta! Apa yang telah kau
lakukan?” Tanya Eleanor kaget.
Gretta menatap Eleanor dengan
tatapan garang dan tidak bersahabat. “Apa? Aku kelihatan habis mabuk ya?”
Tanyanya.
“Ya ampun Gretta! Bahkan kau berani
menindik hidungmu! Kalau Mama-mu tau bagaimana? Ayolah Gretta! Kau harus kuat!
Aku mendukungmu Gretta..” Ucap Eleanor.
Tiba-tiba Gretta memeluk erat tubuh
Eleanor. Gadis itu benar-benar sedang berada dalam kesedihan yang mendalam.
Sama seperti saat mendengar berita bahwa Ayahnya dan kak Harry meninggal akibat
kecelakaan. Dan sekarang Connor yang pacaran dengan Aleisha.
“El.. Aku.. Aku tidak tau apa yang
terjadi sebenarnya. Aku.. Aku ingin mati saja..” Ucap Gretta sambil menangis.
Eleanor semakin mengeratkan
pelukannya. “Sudahlah Gretta. Syukur apa adanya. Memang sakit rasanya. Tapi kau
harus bersabar. Di dunia ini bukan hanya Connor saja. Masih banyak cowok-cowok
baik yang mau mengerti perasaanmu. Percayalah padaku Gretta..” Ucapnya.
Cukup lama Eleanor memeluk Gretta
dan Eleanor melepaskan pelukan itu sambil tersenyum menatap Gretta. Jujur,
wajah Gretta memang menyeramkan dengan coretan-coretan yang tidak jelas. Dan
warna hitam di sekeliling matanya, juga tindik di hidungnya. Gretta.. Mengapa
hidupmu seperti itu? Tolong jangan melakukan hal-hal buruk lainnya.. Sekali
lagi, kau harus kuat Gretta…
“By
the way, darimana kau mendapatkan tindikan itu?” Tanya Eleanor.
“Oh.. Tidak. Aku iseng memasangnya
tadi sebenarnya aku ingin memasangnya sejak dulu. Gimana? Keren kan?” Ucap
Gretta.
“Gimana kalau Mama-mu tau? Pasti dia
akan sedih. Dan tentunya sekolah melarangmu.” Ucap Eleanor.
“Aku tidak peduli.” Ucap Gretta.
Sejujur-jujurnya Gretta amat berat
pulang ke rumah. Tentunya Teresa bakal mengomelinya dan Gretta tidak ingin
melihat wajah sedih Teresa. Bisakah Teresa mengerti perasaannya? Bisakah Teresa
mau menerima penampilannya? Sebenarnya Gretta tidak perlu repot menaiki
angkutan umum. Sesekali Teresa bisa mengantar dan menjemputnya tetapi Gretta
menolak. Teresa memang mempunyai mobil tetapi Gretta jarang menaiki mobil itu.
Tau kan alasan Gretta benci menaiki mobil karena kecelakaan yang menimpa Ayah
dan kak Harry dan mobil Ayahnya hancur.
Ketika tiba di rumah, Gretta tampak
ragu. Anehnya gerbang terbuka. Artinya Teresa ada di rumah. Bukannya Teresa
pulang di sore hari? Apakah hari ini Teresa libur? Pasti ada yang tidak beres.
Bukannya… Bukannya hari ini adalah hari besarnya? Tetapi pintu rumah tertutup.
Gretta merasa sedikit ketakutan. Apa jangan-jangan ada maling disini? Tetapi
rasa takut itu menghilang tatkala Gretta mengingat kejadian tadi. Sebuah
pemandangan yang sangat menyakitkan baginya. Connor dan Aleisha. Hatinya
menjadi perih dan emosi.
Entah apa yang menyebabkan gadis itu
nekat membuka pintu rumah dengan cara kasar karena Gretta tidak bisa menahan
emosi. Emosi pada dirinya sendiri, dan Tuhan. Dan brakkkk… Pintu rumah sukses
terbuka dan Gretta bisa melihat kekagetan di wajah Teresa. Gretta menatap
Teresa yang begitu kaget dengan penampilan barunya dan….
Siapa dia? Batin Gretta. Mata gadis
itu bertatapan dengan mata biru keabu-abuan yang tenang itu. Namun terlihat
sedikit merasa kaget dan heran. Inikah hari besarnya? Tapi hari ini mood Gretta
sedang tidak baik dan asyiknya mendengarkan lagu bernuansa rock yang keras dan
Gretta bisa mempelampiaskan semuanya dengan mengikuti lagu-lagu itu.
“Gretta!” Ucap Teresa bingung.
Gretta beralih menatap Teresa dengan
malas. “Siapa dia Ma?” Tanyanya.
Sebisa mungkin Teresa tersenyum.
Namun ada keraguan dan ketakutan di hatinya. “Kau lupa? Dia Luke! Dia sahabat
kecilmu! Dia akan tinggal disini dan akan sekolah di sekolahmu.” Jawabnya.
Tidak ada waktu untuk kaget. Entah
bagaimana perasaan Gretta saat mendengar jawaban Teresa. Terakhir, Gretta
menatap cowok yang kata Teresa adalah Luke lalu pergi menuju kamarnya. Namun
tatapan Gretta pada Luke sangat tidak bersahabat.
“Gretta?” Tanya cowok yang tidak
lain adalah Luke, sahabat kecil Gretta.
Ya, dialah Luke. Luke Hemmings.
Sahabat kecil Gretta yang setiap harinya selalu bermain bersama Gretta. Namun
hanya karena kecelakaan yang menimpa Ayah dan kakak Gretta, persahabatan itu
berubah menjadi kebencian. Gretta kecil sangat membencinya dan Luke rasa saat
ini Gretta masih membencinya.
“Aku juga tidak tau. Semakin
bertambah umur, perilaku Gretta semakin tidak baik.” Ucap Teresa dengan suara
lemah.
Luke menatap Teresa dengan penuh
perhatian. “Mengapa dia bisa seperti itu? Apakah.. Apakah Gretta masih
membenciku? Apa aku yang membuatnya menjadi seperti itu?” Tanyanya ragu-ragu.
Teresa menarik nafas panjang. “Sepertinya..”
Jawabnya.
***
FUCK! FUCK! FUCK!
Sudah berpuluh-puluhan kali Gretta
mencoret bukunya dengan tulisan ‘Fuck’ namun itu tidak membuatnya puas. Bahkan
Gretta ingin membanting semua barang yang ada di kamarnya. Rambutnya semakin
berantakan dan Gretta terlihat tidak lebih dari setan perempuan yang
mengerikan.
Mengapa? Mengapa Teresa jahat
padanya? Mengapa? Apa ini hanya sebuah sandiwara saja? Cowok tadi bukan Luke
kan? Tapi kalau boleh jujur, Gretta terpesona dengan cowok bermata biru
keabu-abuan dengan rambut cokelat yang sedikit berantakan serta sopan. Ya.
Cowok itu memang Luke, sahabat kecilnya yang telah mengubah hidupnya menjadi
seperti ini! Gretta tidak bisa melupakan mata itu. Mata yang sangat dibencinya.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya
kalau ia akan bertemu lagi dengan Luke. Mengapa Luke harus kembali? Mengapa
Teresa memberi izin Luke datang kemari? Dan bukannya tadi kata Teresa, Luke
akan tinggal disini dan sekolah bersamanya? Fuck! Teresa bukan Ibunya.
Teresa bukan Ibunya!
Semua ini berjalan bagaikan neraka.
Jadi ini yang dinamakan hari yang besar? Melihat Connor bermesraan dengan
Aleisha dan kembali berhadapan dengan Luke. Jika boleh memilih, lebih baik
Tuhan mencabut nyawanya agar ia bisa bertemu dengan Ayah dan Kak Harry yang
bahagia disana. Ayo Tuhan, cabut nyawaku!
Tanpa sadar, Gretta menangis dan itu
mampu membuat dadanya menjadi sesak. Gretta menangis dan bersembunyi di
bantalnya. Hatinya benar-benar hancur sekarang. Hancur. Dan Gretta sampai
melupakan tujuannya untuk menyetel lagu rock untuk menghibur hatinya yang penuh
dengan luka.
***
Ini makan malam yang berbeda karena
ada penghuni baru, yaitu Luke. Teresa merasa senang ada Luke disini jadi sepi
di rumahnya akan berkurang. Teresa menhidangkan menu spesial untuk Luke dan
Luke tidak sabaran untuk mencicipinya. Dan dimana Gretta? Mengapa Gretta belum
muncul juga? Sejak siang tadi gadis itu tak kunjung keluar dari kamarnya.
“Gretta mana?” Tanya Luke.
Teresa hampir melupakan Gretta lalu
pergi ke kamar Gretta yang sepertinya terkunci rapat. Sebelum mengetuk pintu,
Teresa menarik nafas dalam-dalam dan berharap supaya Gretta mau keluar dari
kamar.
“Gretta sayang, ayo makan. Mama
sudah siapkan menu spesial untukmu.” Ucap Teresa dengan lembut.
Beberapa detik kemudian Gretta
keluar, penampilannya masih sama seperti tadi dan mata Gretta terlihat sembab
karena habis menangis. Apa karena kedatangan Luke? Tapi bukannya Gretta sudah
marah sebelum mengetahui bahwa cowok yang datang itu adalah Luke?
“Ayo makan.” Ucap Teresa.
Sebelum membalas ucapan Teresa,
Gretta mengalihkan pandang ke ruang makan. Disana ada cowok yang langsung saja
membuat perut Gretta terasa mual.
“Ma, inikah yang disebut sebagai
hari yang besar?” Tanya Gretta dengan suara yang dibesar-besarkan agar dari
jauh Luke bisa mendengarnya. Alhasil dari jauh Luke bisa mendengar dan langsung
menoleh ke arah Gretta dan Teresa.
“Gretta, ini.. ini ide Mama. Mama
yang menyuruh Luke tinggal disini. Mama..”
“Apa? Mengapa Mama bisa melakukan
ini? Apa Mama ingin Gretta bertambah benci dengan keluarga Luke yang
jelas-jelas sudah membuat kita kehilangan Ayah dan kak Harry?” Bentak Gretta.
Oh shit! Air mata itu jatuh lagi.
“Gretta..” Lirih Teresa.
“Artinya Mama sudah tidak sayang
dengan Gretta lagi. Mama jahat! Mama membiarkan anak pembunuh itu masuk ke
rumah kita yang sudah dibuat hancur karenanya!”
“GRETTA!”
Kali ini Teresa tidak bisa menahan
emosinya. Betapa keterlaluannya Gretta. Teresa tau disana Luke bisa mendengar
perkataan Gretta yang bisa menyakiti hatinya. Teresa merasa bersalah pada Luke.
Baru saja Luke tiba di rumah ini dan Luke langsung mendapatkan kata-kata pedas
dari mulut Gretta.
“Mama mau bela dia? Mama lebih
membela anak pembunuh itu dibanding Gretta?” Tanya Gretta.
“Gretta! Ayah Luke memang salah.
Tapi kau jangan bertindak seperti itu! Sekali lagi ini keinginan Mama menyuruh
Luke tinggal disini. Mama mohon Gretta, berkorbanlah untuk Mama.. Mama mohon..”
Ucap Teresa.
Air mata Gretta tumpah dan dadanya
kembali sesak. Pusing, sakit, benci, marah, kesal, semuanya bercampur menjadi
satu. Teresa benar-benar keterlaluan. Tidak seharusnya Teresa mau mengajak Luke
tinggal disini. Itu sama saja membunuhnya.
Dan Gretta baru sadar bahwa inilah
awal dari semuanya. Awal dari kesengsaraannya.
***
Luke tersenyum menatap kamar barunya
yang terlihat rapi. Semua barang-barangnya sudah ia rapikan dan saatnya untuk
tidur. Tidak pernah terbayang dipikirannya bahwa ia akan tinggal di kota ini
dalam waktu yang lama. Dan Teresa sangat ramah padanya. Wanita itu sama
cantiknya saat terakhir Luke melihatnya. Sembilan tahun yang lalu.
Perlahan, Luke duduk di pinggir
ranjang kasurnya dan tiba-tiba menemukan bayangan wajahnya di depan cermin
besar. Disana Luke bisa melihat dengan jelas wajahnya dan terdiam sambil
memikirkan sesuatu. Tiba-tiba wajah seorang gadis muncul di pikirannya. Gadis
yang tidak lain adalah Gretta, sahabat kecilnya.
Gretta. Luke tidak menyangka gadis
itu masih menyimpan dendam padanya dan Gretta menjadi seperti itu karenanya.
Awal melihat Gretta, Luke tidak yakin gadis berambut acak-acakan dengan wajah
penuh warna-warni dan tindikan di hidung adalah Gretta. Gretta-nya tidak
seperti itu. Gretta-nya adalah gadis kecil yang cantik dan ramah. Dan Luke
harus bisa menerima bahwa karena kedatangannya ini dapat membuat Gretta marah.
Marah sekali. Luke sempat melihat pertentangan antara Gretta dengan Teresa yang
memperlibatkannya. Awalnya Luke ragu menginjakkan kaki di rumah ini. Tapi ia
harus melakukannya.
Salah satu tujuannya datang kemari
adalah untuk membantu Gretta menghapus dendam itu dan merubah sikap Gretta.
Luke memang tidak yakin kalau ia bisa merubah sikap Gretta sedangkan ia sendiri
yang membuat Gretta menjadi seperti itu. Salahnya, meski pada kenyataannya
bukan salahnya. Ayahnyalah yang salah. Tapi Luke juga tidak bisa menyalahkan
Ayahnya sepenuhnya. Kejadian itu terjadi begitu cepat tanpa ia sadari.
Harapan kedepannya, Luke bisa
memperbaiki hubungan dengan Gretta dan kembali menjadi sahabat Gretta, seperti
dulu. Ketika kaki-kaki kecil mereka berlari mengejar angin dan tertawa bersama.
Luke sangat merindukan masa-masa itu. Masa-masa yang tidak akan bisa kembali
lagi.
***
Gretta mengucek-ngucek matanya yang
terasa perih lalu terbangun dan duduk, mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya
yang belum sepenuhnya kembali ke tubuhnya. Dilihatnya jam di ponselnya. Masih
pagi. Ingin sekali Gretta tidur lagi tetapi aneh karena ngantuknya tiba-tiba
saja hilang. Gretta langsung membuka facebook dan langsung menemukan sebuah
foto. Sebuah foto yang mampu membuat hatinya sakit dan rasanya ingin berteriak
sekencang-kencangnya.
Connor dan Aleisha. Kenapa ia bisa
mengingat dua manusia itu? Gretta mencoba untuk amnesia dan melupakan
perasaannya pada Connor. Tetapi tidak bisa. Gretta juga tidak bisa menghapus
foto-foto Connor yang sengaja ia simpan di ponselnya. Rasa cinta itu masih ada.
Oke. Gretta memang merasa benci pada Connor, tetapi perasaan benci diantara
perasaaan cinta. Sangat sakit memang.
Satu lagi masalah terburuknya. Yaitu
Luke. Gretta tersenyum miris. Ia kira kedatangan Luke kemarin hanyalah sebuah
mimpi. Tapi sayangnya bukan mimpi. Luke ada disini dan rumah ini telah menjelma
menjadi neraka. Dan Teresa.. Gretta sangat kecewa pada Mamanya itu yang tidak
mau mengerti perasaannya.
Gretta pun memilih untuk mandi dan
sengaja melama-lamakan diri di kamar mandi. Kalau ia sarapan, pasti di meja
sana Gretta bakal melihat sosok yang tidak ingin dilihatnya. Meski sosok itu
secara tiba-tiba dapat membuatnya terpesona. Hah! Gretta bersumpah untuk tidak
akan terjebak dalam pesona Luke.
Dan benar saja. Gretta yang
berpenampilan sangat kacau tak lupa dengan snapback hitamnya tersenyum sinis
menatap meja makan dan disana sudah ada Luke dan Teresa. Teresa terlihat
bahagia disana. Apa Teresa sudah terjebak dalam pesona Luke? Gretta menarik
tasnya dan berjalan mendekati meja makan sambil menatap Teresa dengan sinis.
“Pagi sayang. Ayo duduk kita sarapan
sama-sama.” Sapa Teresa ceria seakan-akan melupakan perdebatan kemarin malam.
Gretta tidak membalas sapaan ramah
Teresa. Gadis itu malah beralih menatap Luke yang sedang menunduk. Sial! Kenapa
ia ingin terus menatap Luke walau Luke hanya menunduk?
“I’m
gonna die.” Ucap Gretta sambil mengambil roti bakarnya dan meninggalkan
tempat itu.
Setelah Gretta pergi, sarapan yang
tadinya ceria berubah menjadi sunyi dan kaku. Luke terlihat kaku melahap
sarapannya, juga Teresa. Entah apa yang dipikirkan oleh keduanya. Namun Luke
didera rasa bersalah dan sudah merasa menyerah duluan. Gretta tidak akan mau
memaafkannya sampai kapanpun.
“Ohya, besok kau sudah mulai
sekolah. Di sekolahnya Gretta.” Ucap Teresa mencairkan suasana.
Luke tersenyum. “Aku sangat tidak
sabaran.” Ucapnya.
“Ya. Dan jangan heran kalau kau
besok langsung menjadi idola seisi sekolah.” Ucap Teresa jahil.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar