expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 8 )



Dimana Gretta?

            Sejujurnya Luke tidak tau dimana kelas gadis itu dan percuma saja bertanya pada Gretta sementara Gretta tidak mau bicara dengannya sedikitpun. Luke merasa selama-lamanya akan menjadi seperti ini. Gretta tidak akan mau bicara padanya dan akan terus menyimpan dendam dan benci padanya. Tapi Luke tidak mau menyerah.

            “Kau cari siapa?” Tanya Calum.

            “Gretta. Ohya, kau kenal Gretta?” Jawab+Tanya Luke.

            Mendengar Luke menyebut nama ‘Gretta’, Michael langsung bicara. “Gretta yang berpenampilan aneh seperti anak punk itu? Yang rambutnya berantakan dan celananya robek-robek?” Tanyanya.

            Apa sebegitu buruknyakah Gretta? Diam-diam Luke merasa kasihan dengan Gretta dan ingin sekali mengobati gadis itu. Ingin sekali. Tapi bagaimana caranya? Apakah Tuhan tidak bisa memberinya satu kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Gretta sebelum semuanya terlambat?

            “Ya begitulah.” Jawab Luke.

            Ashton menatap Luke heran. “Kau kenal dia? Kau kan baru datang di sekolah ini.” Tanyanya.

            Luke tersenyum. “Dulunya Gretta adalah sahabatku. Tapi sekarang dia membenciku.” Jawabnya.

            Jawaban lembut dari Luke mampu membuat Calum, Ashton dan Michael melongo lebar. Luke adalah sahabat Gretta? Dan sekarang Gretta membenci Luke?

            “Coba kau jelaskan sedetail-detailnya mengenai hubunganmu dengan Gretta.” Ucap Michael penasaran.

            Tidak ada salahnya untuk menceritakan kisahnya bersama Gretta. Tapi sebelumnya Luke mencari tempat yang nyaman untuk ia duduki. Calum, Michael dan Ashton mengikuti Luke masih dengan tanda tanya yang besar. Setelah menemukan tempat yang dirasa nyaman, Luke terdiam sesaat seperti sedang berusaha melakukan sesuatu. Calum dan lainnya menatap Luke dengan heran. Ada apa dengan Luke?

            Michael menyentuh pundak Luke. “Hei kau tidak apa-apa?” Tanyanya.

            Luke beralih menatap Michael. “Aku tidak apa-apa.” Jawabnya. Namun Michael tidak yakin dengan jawaban Luke. Seperti ada sesuatu yang Luke sembunyikan dan orang lain tidak boleh mengetahuinya.

            “Dulu, aku dan Gretta sangat dekat. Kami tidak bisa terpisahkan. Aku dan Gretta bagaikan satu dan kami tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Sampai tragedi meninggalnya Ayah dan kakak Gretta membuat Gretta membenciku dan dendam padaku. Dia dan Mamanya pindah dan aku tidak bisa melihatnya lagi.” Jelas Luke singkat. Suaranya terdengar agak lemah.

            “Kenapa Gretta membencimu? Mengapa Ayah dan kakak Gretta meninggal?” Tanya Calum.

            “Ayahku yang membuat Ayah Gretta dan kakak Gretta meninggal. Waktu itu Ayah sedang mabuk sambil mengendarai mobil dan mobil Ayah menabrak mobil Ayah Gretta dan disana ada kakak Gretta juga. Ayah selamat tetapi Ayah dan kakak Gretta tidak. Itulah mengapa Gretta sangat membenciku dan menjadi seperti ini. Jika saja Ayah tidak mabuk, pasti kejadiannya akan berbeda. Aku dan Gretta tetap menjadi sahabat dan Gretta tidak akan seperti ini.” Jawab Luke.

            Sekarang mereka mengerti apa yang membuat Gretta berubah dan sangat membenci Luke. Tapi menurut Calum, tidak seharusnya Gretta membenci Luke. Lebih baik Gretta memaafkan Luke toh Luke tidak bersalah. Bahkan Ayah Luke sendiri. Pasti ada alasannya mengapa Ayah Luke bisa mabuk dan menabrak mobil Ayah Gretta.

            “Aku sungguh sedih mendengarnya. Jadi, sampai sekarang Gretta masih membencimu?” Tanya Ashton.

            “Iya. Aku datang kemari untuk memperbaiki hubunganku dengan Gretta. Ku kira Gretta mau memaafkanku. Tapi tidak. Gretta semakin membenciku dan aku tidak tau bagaimana cara agar Gretta mau memaafkanku.” Jawab Luke.

            Michael menepuk-nepuk pundak Luke. “Aku yakin sekali Gretta mau memaafkanmu. Tuhan saja mau memaafkan dosa hamba-Nya apalagi manusia? Jangan pernah menyerah untuk mendapatkan maaf dari Gretta. Biasanya hati wanita itu mudah tersentuh karena sikap baik dari seorang lelaki. Jadi kau harus bersikap baik dengan Gretta dan lakukanlah Gretta sebagai orang yang spesial.” Ucapnya.

            “Iya, terimakasih. Aku harus mendapatkan maaf dari Gretta sebelum semuanya terlambat.” Ucap Luke.

            “Maksudmu?” Tanya Calum heran.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Calum. Dilihatnya jam di tangannya. Sudah cukup siang dan Luke harus cepat-cepat kembali ke rumah. Siapa tau Gretta sudah ada disana.

***

            “Jadi itu kak yang membuatmu membenci Luke?” Tanya Gretta setelah mendengarkan penjelasan lebar dari Connor.

            Connor tersenyum lemah. “Iya. Aku takut Luke merebut semua yang aku punya. Sekarang dia sudah berhasil merebut semua perhatian dari cewek-cewek yang ada disini. Dan bagaimana besok dan seterusnya?” Ucapnya.

            Menurut Gretta, sikap Connor itu seperti anak kecil. Belum tentu Luke bisa merebut segala yang Connor punya bahkan menurutnya Connor jauh lebih hebat dari Luke meski Luke jauh lebih tampan dan lebih menawan dibanding Connor. Dan lagi. Gretta membanding-bandingkan Connor dengan Luke.

            “Kau tenang aja kak. Kau yang paling hebat disini. Kau nomor satu di sekolah ini dan sebentar lagi kak Nathan yang akan memilihmu sebagai kapten basket.” Ucap Gretta.

            “Benarkah? Darimana kau tau? Sebenarnya sudah lama aku menginginkan jabatan itu.” Ucap Connor.

            Gretta tersenyum. “Ini hanya pemikiran Gretta saja. Tapi aku yakin sekali kak Connor yang akan menjadi pengganti kak Nathan. Kita lihat saja nanti.” Ucapnya.

            Tentu saja Connor tidak henti-hentinya tersenyum. Gretta. Mengapa akhir-akhir ini ia begitu nyaman dengan gadis itu? Tapi Aleisha.. Astaga! Connor hampir melupakan Aleisha dan entahlah dimana kekasihnya itu. Connor berharap Aleisha tidak akan marah padanya karena ia terlalu asyik bicara dengan Gretta.

***

            Luke berjalan keluar dan di gerbang sana cukup sepi. Tidak ada tanda-tanda Gretta disana. Sepertinya ia pulang menggunakan bus yang tadi ia tumpangi saat berangkat sekolah dan Luke bingung bus manakah yang harus ia naiki. Tiba-tiba arah matanya tertuju pada seorang gadis berambut pirang dan sedang duduk manis sambil memainkan Iphone. Luke memberanikan diri untuk mendekati gadis itu.

            “Hei maaf menganggumu. Apa kau tau jurusan bus ke daerah Avenue 5?” Tanya Luke dengan sopan.

            Otomatis gadis itu melirik ke arah Luke dan sedikit kaget tatkala matanya bertatapan dengan mata biru pucat yang mampu menenggelamkannya. Diakah murid baru itu?

            “Maaf..” Ucap gadis itu lalu secepat mungkin menundukkan kepala. Sial. Mengapa ia bisa hanyut dalam tatapan itu?

            “Tidak apa-apa. Jadi, bisakah kau menjawab pertanyaanku?” Tanya Luke.

            Gadis itu kembali menatap Luke dan bingung mau menjawab apa. Tuhan! Mengapa makhluk di hadapannya ini sempurna sekali? Pantesan saja teman-temannya banyak membicarakan anak baru itu. Dan ia merasa beruntung menjadi salah satu gadis yang bisa bertemu dan bicara dengan anak baru yang ia sendiri belum tau siapa namanya.

            “Aleisha!”

            Gadis yang tidak lain adalah Aleisha itu mendadak kaget ketika mendengar suara yang sudah tidak asing lagi. Jantungnya berdebar-debar dan keringat dingin keluar membasahi wajahnya. Luke menatap gadis itu dengan heran.

            “Ada apa?” Tanya Luke.

            Belum saja Aleisha menjawab pertanyaan Luke, cowok yang memanggilnya itu mendekat dan membuat Aleisha didera rasa bersalah. “Jadi kau disini? Maaf membuatmu lama menunggu.” Ucapnya. Connor!

            “Gretta?” Ucap Luke dengan senyum lebarnya dan membuat Gretta mengumpat kejadian hari ini.

            “Hei Con. Ng.. Tidak apa-apa kok..” Ucap Aleisha gugup. Lalu gadis itu melihat Luke yang mendekati Gretta dan perasaan asing memenuhi hatinya. Mengapa ia tidak menyukai Luke dekat dengan Gretta? Memangnya Luke mengenal Gretta?

            “Ayo pulang. Grett duluan ya..” Ucap Connor dan matanya sempat bertatapan dengan mata Luke. Luke dan Gretta? Tapi Connor tidak mempedulikan hal itu dan memilih merangkul pundak Aleisha.

            Sementara itu Gretta berusaha cuek dan tentu saja menganggap Luke tidak ada walau hatinya terasa pedih melihat Connor merangkul Aleisha. Tapi Gretta merasa sedikit ragu. Tadi ia melihat Luke yang sedang berbicara dengan Aleisha dan jika saja Aleisha tertarik pada Luke, pasti semuanya akan terasa mudah. Tapi tidak sepenuhnya karena Connor sangat mencintai Aleisha. Ya Tuhan….

            “Mereka sepasang kekasih ya?” Tanya Luke.

            Langsung saja Gretta menatap Luke dengan tajam lalu berjalan melewati Luke dan Luke mengikutinya dari belakang. Apa ia salah bicara? Jangan-jangan…
.
***

            Oh ayolah Gretta, kau tidak boleh egois. Jangan menjadikan Aleisha sebagai alat agar ia bisa mendapatkan Connor. Kasihan Connor. Bagaimanapun juga, kebahagiaan Connor adalah kebahagiaannya. Jadi kalau Connor bahagia bersama Aleisha, tentu ia bahagia juga kan? Gretta tersenyum sedih. Diremasnya rambutnya yang berantakan dan jadi semakin berantakan. Teresa belum pulang dan Gretta merasa jijik hanya berdua di rumah ini bersama Luke.

            Gretta teringat akan cerita Connor dan perasaan ketidaksukaan Connor pada Luke yang mulai tumbuh di hati Connor. Jadi apa sebaiknya ia menceritakan pada Connor tentang kisah masa lalunya bersama Luke dan membuat rencana untuk membuang Luke? Kedengaran licik memang tapi Gretta sudah tidak tahan lagi. Gretta ingin Luke pergi dari rumahnya bahkan pergi dari pikirannya.

            “Ini.”

            Sedikit Gretta merasa kaget ketika sebuah tangan memberikannya segelas cokelat panas yang baunya harum. Cokelat itu…. Cokelat panas itu adalah minuman favorit masa kecilnya dan Gretta hampir tidak pernah menyentuh minuman itu dan sekarang minuman itu sudah ada di depannya. Luke?

            “Aku yang membuatkannya. Minuman kesukaan kita.” Ucap Luke yang juga membawa segelas cokelat panas.

            Diam-diam Gretta memperhatikan Luke yang kini sedang menunduk. Kenapa? Kenapa harus Luke? Gretta tersenyum miris. Gretta tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia kecanduan menatap Luke dan enggan mengalihkan padang ke arah lain. Sialan! Sialan! Cepat-cepat Gretta berdiri dan meninggalkan segelas cokelat panas itu dan masuk ke dalam kamarnya. Sialan!

            Sementara itu Luke menatap segelas cokelat panas yang sebentar lagi akan dingin. Segelas cokelat panas yang kasihan. Apapun yang ia lakukan selalu diabaikan oleh Gretta dan Luke menjadi ragu. Ragu apakah ia bisa mengembalikan Gretta-nya yang dulu dan menghapus semua dendam Gretta padanya.

***

            Dengan perlahan, Gretta memainkan gitar eletriknya dengan penuh penghayatan. Sahabat baik Gretta selain Eleanor adalah sebuah gitar elektrik berwarna putih yang adalah hadiah ulang tahunnya yang kelima belas. Sudah lebih dari setahun Gretta bersama gitar itu. Selain itu Gretta juga mempunyai gitar lain. Teresa memang mau membelikan apa saja keinginan Gretta tapi pada saat Teresa memiliki uang. Hah! Hidup berdua saja terkadang susah apalagi ditambah Luke! Memangnya dimana keluarga Luke?

            My ship went down in a sea of sound

When I woke up alone I had everything

            A handful of moments I wished I could change

            And a tongue like a nightmare that cut like a blade..”

            Dengan penuh penghayatan Gretta menyanyikan salah satu lagu favoritnya yang berjudul Therapy. Lagu yang indah dan sesuai dengan perasaannya. Ya. Hanya lagu-lah yang dapat menyelamatkannya. Dan dua band kebanggaannya yaitu All Time Low dan Simple Plan berikut lagu-lagu mereka yang dapat menenangkan hatinya.

            Give me therapy I’m a walking travesty

            But I’m smiling at everything

            Therapy you were never a friend to me

            And you can keep all your misery..”

            Mengapa di dalam hidupnya ini selalu ada kata ‘Mengapa’ atau ‘Kenapa’? Mengapa selalu banyak tanda tanya dan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab? Gretta sadar hidupnya hancur dan ia hampir saja menyerah. Gretta memasrahkan semuanya pada Tuhan dan ingin sekali Tuhan mencabut nyawanya.

            Dulu, Gretta sempat bunuh diri karena kehilangan Ayah dan Kak Harry tapi karena Teresa, Gretta mengurungkan niatnya karena tentu itu akan menyakiti hati Teresa karena ia-lah satu-satunya anak Teresa dan Teresa tidak ingin kehilangannya. Tapi jika Teresa menyayanginya, mengapa Teresa semakin menambah sakit di hatinya? Mengapa Teresa sampai berani membawa Luke kemari? Apa Luke yang memaksanya?

            Jujur, ingin sekali Gretta mengeluarkan semua amarahnya pada Luke, membentaki Luke, memarahi Luke, menangis dihadapan Luke dan memaksa Luke untuk pergi dari hidupnya. Kenapa tidak? Kenapa Gretta tidak kepikiran untuk menyuruh Luke kembali ke rumahnya bahkan jika harus memohon. Tidak peduli tentang harga dirinya memohon pada Luke untuk pergi dari hidupnya. Tapi mau tidak mau ia harus bicara dengan Luke.

            Namun bagaimana dengan perasaannya pada Connor dan pikiran liciknya untuk memisahkan Connor dari Aleisha dengan memanfaatkan Luke? Gretta tersenyum sinis. Oke. Ia sudah hancur dan tidak ada salahnya menghancurkan orang lain. Maafkan aku kak tapi bagaimana lagi, aku sangat mencintai kakak, lirih Gretta dalam hati.

            Dan orang yang pertama ia temui adalah Aleisha.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar