Dimanakah ia
sekarang? Gretta membuka matanya dan ia mencium bau obat. Kepalanya terasa
pening dan tangan kirinya terasa sakit. Gretta melihat perban di tangan kirinya
dan sepertinya lukanya itu parah. Sebisa mungkin Gretta mengingat kejadian
terakhir sebelum ia berada di tempat ini. Tiba-tiba air matanya menetes.
“Kau sudah sadar?”
Itu suara Teresa. Kenapa? Kenapa
Tuhan masih baik padanya? Seharusnya ia mati saja. Seharusnya ia sudah bahagia
bersama Ayah dan Kak Harry. Kenapa ia masih diberikan kesempatan oleh Tuhan
untuk hidup kembali? Gretta baru ingat di saat malam frustrasinya Gretta yang
sudah membawa pisau di kamar langsung ia bilah tepat di urat nadinya dan darah
merah mengalir banyak. Gretta berani bertaruh bahwa sebentar lagi ia akan mati
karena kekurangan darah dan percuma saja mendonorkan darah padanya karena
Gretta memiliki golongan darah AB resesif yang sangat langka. Gretta
mendapatkan golongan darah itu dari Ayahnya.
“Mengapa aku tidak mati?” Tanya
Gretta.
Sebisa mungkin Teresa menahan
tangisnya agar tidak keluar. Wanita itu sudah lama menangis kemarin memikirkan
anak satu-satunya. Dan sekarang mengapa Gretta berani menanyakan hal itu?
“Gretta, seharusnya kamu bersyukur
karena masih bisa diberikan kesempatan oleh Tuhan. Asal kamu tau, setelah
kejadian itu Mama sempat kebingungan karena darah yang keluar sangat banyak dan
kau sekarat karena kekurangan darah.” Ucap Teresa.
Sudah Gretta duga kalau ia akan
kekurangan darah. Berarti ada seseorang yang mendonorkan darah padanya. Siapa
orang itu? Bukannya berterimakasih tapi Gretta ingin membunuh orang itu karena
telah menyelamatkan hidupnya.
“Lalu?” Tanya Gretta.
“Di saat keadaan panik seperti itu,
untunglah ada orang yang mau mendonorkan darahnya padamu bahkan dia rela
mengorbankan nyawanya demi kamu. Waktu itu Mama menangis Gretta karena kebaikan
orang itu.” Ucap Teresa.
Jika saja hidupnya tidak seperti
ini, tentu Gretta akan menangis terharu pada sosok yang menyelamatkan hidupnya.
Tapi sekali lagi ia ingin mati. Ia ingin mati tapi Tuhan tidak ingin ia kembali
di sisi-Nya dalam waktu yang dekat ini. Jika Tuhan tidak ingin ia kembali di
sisi-Nya, mengapa Tuhan selalu memberikannya cobaan berat di dunia? Kalau Tuhan
ingin mencabut nyawanya ya cabut saja!
“Siapa orang itu?” Tanya Gretta.
Sebelum menjawab Teresa terdiam
sesaat sambil mengatur nafasnya. “Luke.” Jawabnya dengan suara serak.
Gretta baru sadar kalau golongan
darahnya sama seperti Luke. Sial. Luke lagi Luke lagi. Ingin sekali Gretta
menghajar Luke habis-habisan, mencabik tubuh Luke dengan kuku-kukunya atau
melempar Luke dengan barang-barang. Dan karena Luke, ia kehilangan Connor dan
semua yang telah terjadi tidak akan bisa kembali lagi. Kini Connor sudah
membencinya dan hidupnya berakhir. Dan itu semua karena Luke.
“Kenapa? Kenapa Luke tidak
membiarkan aku mati?” Tanya Gretta hampir menangis.
“Gretta, Luke melakukan itu semua
karena dia sangat menyayangimu. Waktu itu kondisi Luke sedang tidak baik tapi
dia malah memaksakan diri demi menyelamatkan nyawamu. Awalnya dokter tidak
setuju tetapi Luke tetap memaksakan diri dan dia tidak peduli dengan kondisinya
asalkan kamu selamat.” Ucap Teresa.
Gretta terdiam sesaat. Sama sekali
tidak tersentuh dengan ucapan Teresa. “Aku harap dia mati sekarang.” Ucapnya.
“GRETTA!” Bentak Teresa.
“Apa? Luke sudah menghancurkan hidup
Gretta! Karena Luke Gretta jadi kehilangan Connor! Ma.. Connor itu satu-satunya
penyelamat Gretta dari kesedihan dan ketidakadilan hidup ini! Sekarang Connor
membenci Gretta, Ma..”
Kali ini Gretta benar-benar
menangis. Keinginannya untuk bunuh diri dihalang oleh Luke. Apa maunya sih
Luke? Apa Luke menginginkan hidupnya menjadi sengsara untuk selama-lamanya?
Jika itu yang Luke inginkan, mengapa Luke tidak membunuhnya saja? Mengapa Luke
memasang topeng kebaikannya dan segala pesonaya yang membuatnya takluk pada
Luke? Mengapa?
“Lebih baik kamu istirahat saja.”
Ucap Teresa.
***
Entahlah berapa lama Gretta dirawat
di rumah sakit namun hari ini ia diperbolehkan pulang. Tentu Gretta merasa
senang karena ia bosan berada di rumah sakit. Setiba di rumah, Gretta mendapati
keadaan rumah yang sepi. Dimana Luke? Hah! Persetan dengan Luke! Mati pun ia
tidak peduli. Secepat mungkin Gretta masuk ke kamarnya dan menyetel lagu-lagu
kesayangannya dengan volume yang keras.
Apa setelah kejadian ini ia akan
mengulanginya lagi? Ataukah ia harus mencari cara yang lain untuk bisa kembali
bersama Ayah dan Kak Harry? Gretta tidak tau. Kondisinya belum pulih dan ia
harus banyak-banyak mendengar lagu-lagu favoritnya agar kondisinya menjadi
lebih baik. Tangan kirinya masih terasa sakit dan lemas. Jujur saja, Gretta
tidak tau mengapa sampai berani menyabet tangannya dengan pisau itu. Kejadian
itu terjadi secara tiba-tiba tanpa di duganya.
Tiba-tiba Gretta teringat dengan
Connor. Jika Connor tidak membencinya, tentu Connor akan membesuknya. Tapi
selama ia berada di rumah sakit Connor tidak datang.
Connor benar-benar membencinya dan
itu semua karena Luke.
Karena Luke!
***
Saat malam tiba, Gretta pergi menuju
meja makan dan seketika itu juga langkahnya terhenti melihat sosok yang sangat
dibencinya. Siapa lagi kalau bukan Luke? Luke yang baginya sok pahlawan namun
diam-diam selalu ingin menyakitinya. Setelah ini apalagi?
“Kau sudah baik Gretta?” Tanya
Teresa.
Gretta tidak menjawab pertanyaan
Teresa. Gadis itu malah menatap Luke dengan tajam dan sepertinya ingin
mengamuk. “Kau masih hidup?” Tanyanya.
Luke yang tadinya menunduk langsung
menatapnya dengan tatapan entahlah. “Kau ingin aku mati?” Tanyanya.
Gretta tersenyum sinis. “Bukan itu
saja. Aku ingin kau masuk neraka bersama Ayahmu!” Jawabnya.
Biasanya Teresa yang membentak
Gretta karena ucapan Gretta yang kelolosan. Tapi Teresa terlihat tenang dan
sepertinya enggan untuk membentak Gretta karena hatinya sudah sangat lelah
dengan anak satu-satunya itu.
Sementara itu, Luke berusaha
menutupi wajah sedihnya dan diam-diam muncul rasa emosinya akibat ucapan Gretta
yang benar-benar menyakiti hatinya. Luke tau Ayahnya jahat karena telah
membunuh Ayah Gretta. Tapi bagaimanapun juga Luke tetap menyayangi Ayahnya
bagaimanapun Ayahnya.
“Kenapa? Kau ingin menangis karena
Ayahmu itu? Dasar cengeng.” Ejek Gretta.
Luke tidak merespon ucapan Gretta
dan memilih memakan makanannya sambil menahan sesuatu. Tiba-tiba saja tubuhnya
gemetaran dan terasa lemas sekali. Dadanya mulai terasa sesak dan ia sulit
untuk bernafas. Keringat dinginnya mulai keluar membahasi wajahnya. Luke akui
kondisinya tidak baik dan belakang-belakangan ini ia jarang memperhatikan
kondisinya karena dipikirannya hanya ada satu.
Yaitu Gretta, dan bagaimana caranya
agar Gretta bisa memaafkannya dan memperbaiki semua kesalahannya pada Gretta.
Termasuk Connor.
***
“Maafkan aku Gretta karena belakang-belakangan
ini aku tidak ada untukmu. Aku merasa bodoh menjadi sahabatmu.” Ucap Eleanor.
Tidak. Ini bukan salah Eleanor.
Semua ini salahnya. Semua ini salah Gretta. Gretta yang memilih menyendiri dan
menjauhi Eleanor karena Eleanor lebih mementingkan Luke dibanding dirinya. Dan
Gretta tidak bisa menyalahkan Eleanor yang tidak menjenguknya selama ia sakit.
“Oke. Aku janji untuk tidak lagi
membahas soal kak Luke. Aku janji.” Ucap Eleanor.
Sebenarnya Eleanor ini simpati
padanya atau kasihan karena ia tidak memiliki satupun teman? Jujur Gretta malas
bergaul dan bicara dengan siapapun termasuk Eleanor walau sejujur-jujurnya ia
ingin sekali menceritakan segala keluh kesal yang ia alami. Terutama tentang
Connor yang kini membencinya karena si bodoh Luke itu.
“Kak Connor membenciku.” Ucap Gretta
tiba-tiba.
Tentu saja Eleanor kaget mendengar
ucapan Gretta. “Kenapa? Coba ceritakan.” Pintanya.
Entah apa yang membuat Gretta
menceritakan semuanya pada Eleanor. “Waktu itu aku lagi sakit demam. Luke
datang ke kamarku lalu dia mengelus rambut dan wajahku. Aku tidak tau mengapa
rasanya begitu damai merasakan sentuhan lembutnya sampai aku tidak sadar kalau
kak Connor ada di luar kamarku dan melihat semuanya. Selama ini aku
menyembunyikannya dari kak Connor kalau aku tinggal satu rumah bersama Luke dan
bersahabat dengan Luke sejak kecil.” Jelasnya.
“Oh ya ampun berarti kak Connor
salah paham. Tapi kenapa dia sampai bisa membencimu? Kak Luke hanya merawatmu
saja saat kau sakit. Ah aku tau.” Ucap Eleanor.
“Apa?” Tanya Gretta.
“Kak Connor cemburu dengan kak Luke.
Artinya kak Connor menyukaimu.” Jawab Eleanor.
***
“Aku ingin bicara denganmu.”
Sepulang sekolah Luke tidak sengaja
bertemu Connor dan mungkin saat inilah waktu yang tepat untuk menjelaskan
semuanya. Luke ragu mengajak Connor bicara di kelas dan ia lebih mencari waktu
yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Connor.
Connor menatap Luke dengan penuh
rasa kebencian. “Untuk apa kau bicara denganku? Sebaiknya kau urusi saja
pacarmu itu!” Bentaknya.
“Dengarkan aku dulu Conn. Gretta
bukan pacarku. Sebaliknya dia menyukaimu.” Ucap Luke.
Connor tersenyum sinis. Sama sekali
tidak kaget dengan ucapan Luke walau terdengar serius. “Permainan apa lagi ini?
Aku sudah membenci Gretta dan aku tidak mau lagi melihat wajahnya.”Ucapnya
walau rasanya sakit mengucapkan kalimat itu.
“Aku dan Gretta bersahabat sejak
kecil. Tapi sayangnya karena Ayahku yang telah membunuh Ayah Gretta, Gretta
membenciku dan menyimpan dendam padaku. Tujuanku datang kemari hanya untuk mendapatkan
kata maaf dari Gretta, itu saja.” Jelas Luke.
Connor menatap Luke dengan cermat,
mencari tau apakah Luke sedang berbohong atau tidak. Cerita yang diucapkan Luke
sama seperti yang diceritakan Gretta. Artinya Gretta tidak berhobong padanya.
Tapi mengapa Luke bisa ada di rumah Gretta seakan-akan keduanya adalah sepasang
kekasih?
“Mama Gretta mengajakku tinggal di
rumahnya bersama Gretta untuk memperbaiki hubunganku dengan Gretta. Tetapi
sayangnya Gretta semakin membenciku dan aku selalu berbuat salah padanya. Aku
jadi serba salah.” Ucap Luke.
Saat ini Connor bingung dan tidak
tau apakah ia harus percaya atau tidak dengan ucapan Luke. Tapi dilihat sikap
dan perhatian Luke pada Gretta, tampak jelas disana Luke sangat menyayangi
Gretta dan Gretta senang disayang oleh Luke. Entah mengapa ia menjadi ragu.
Connor menjadi ragu dengan perasaannya pada Gretta. Sesungguhnya ia menyayangi
Gretta dan selalu ingin berada di samping Gretta kapanpun Gretta butuhkan. Tapi
melihat Luke pada Gretta…
“Kau menyukainya?” Tanya Connor
ragu.
“Iya. Aku menyukainya. Bahkan aku
mencintai Gretta. Sejak dulu. Sejak kami mulai bersahabat. Kami seperti tidak
bisa dilepaskan.” Jawab Luke.
Tidak tau mengapa perasaan benci dan
ketidaksukaannya pada Luke seakan-akan menghilang dan berubah menjadi perasaan
kasihan. Oh ayolah Conn! Kau kan membenci Luke. Luke telah merebut semua
impianmu jadi mengapa kau merasa kasihan padanya? Tetapi Luke tadi mengatakan
kalau dia mencintai Gretta?
“Gretta tidak akan pernah
memaafkanmu.” Ucap Connor.
Luke tersenyum. “Iya aku tau. Tapi
aku berjanji untuk bisa mendapatkan kata maaf dari Gretta secara tulus sebelum
semuanya terlambat.” Ucapnya.
***
Sarapan pagi yang terasa berbeda.
Tidak ada Luke disini. Hal itu membuat Gretta heran. Tapi kenapa juga ia peduli
pada Luke?
“Luke sedang sakit. Dia harus
istirahat total. Mama harap kamu bisa menjaganya.” Ucap Teresa.
Oh jadi ceritanya giliran Luke yang
sakit. Gretta tersenyum sinis. Untuk apa juga ia merawat Luke? Untuk apa ia
menjaga sosok yang sudah menghancurkannya? Setelah sarapan, Gretta pergi ke
sekolah dan satu hal yang tidak pernah di duganya terjadi. Baru saja ia tiba di
sekolah ia bertemu dengan Connor. Sungguh, Gretta sangat merindukan sosok itu.
“Kak Connor..” Ucap Gretta.
“Aku.. Aku merindukanmu..” Ucap
Connor tiba-tiba.
Jantung Gretta langsung
berdetak-detak tak karuan mendengar kalimat singkat Connor. Connor
merindukannya? Bukankah seharusnya Connor membencinya? Apakah Luke sudah
menjelaskan pada Connor bahwa kejadian itu hanyalah sebuah kesalahpadahaman
saja?
“Aku.. Aku juga merindukan kak
Connor. Ku kira kak Connor membenciku.” Ucap Gretta.
“Ya. Aku membencimu. Aku hanya ingin
mengatakan bahwa ini yang terakhir kalinya kita berbicara. Setelah ini ku harap
kita saling tidak kenal mengenal.” Ucap Connor.
Apa? Apa ia salah dengar? Gretta
memperhatikan wajah Connor yang tampak serius dan tidak main-main. Apa yang
sudah Luke katakan pada Connor sehingga Connor melakukan ini padanya? Dan ini
yang terakhir kalinya ia bicara dengan Connor?
“Kenapa kak? Tolong maafkan aku. Aku
dan Luke tinggal satu rumah dan kami..” Ucap Gretta.
“Luke sudah menjelaskan semuanya
padaku. Ternyata kau dulu sangat dekat dengan Luke. Aku tidak menyangka. Tapi
ini yang terbaik bagi kita.” Ucap Connor lalu pergi meninggalkan Gretta.
Tentu saja Gretta meraung-raung
tidak jelas memanggil nama Connor tetapi Connor sudah tidak lagi
mempedulikannya.
Dan ini semua salah Luke.
Salah Luke.
Gretta tidak ingin Luke ada di dunia
ini.
Gretta ingin Luke pergi dari dunia
ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar