expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 18 )



Dimanakah ia sekarang? Gretta membuka matanya dan ia mencium bau obat. Kepalanya terasa pening dan tangan kirinya terasa sakit. Gretta melihat perban di tangan kirinya dan sepertinya lukanya itu parah. Sebisa mungkin Gretta mengingat kejadian terakhir sebelum ia berada di tempat ini. Tiba-tiba air matanya menetes.

            “Kau sudah sadar?”

            Itu suara Teresa. Kenapa? Kenapa Tuhan masih baik padanya? Seharusnya ia mati saja. Seharusnya ia sudah bahagia bersama Ayah dan Kak Harry. Kenapa ia masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk hidup kembali? Gretta baru ingat di saat malam frustrasinya Gretta yang sudah membawa pisau di kamar langsung ia bilah tepat di urat nadinya dan darah merah mengalir banyak. Gretta berani bertaruh bahwa sebentar lagi ia akan mati karena kekurangan darah dan percuma saja mendonorkan darah padanya karena Gretta memiliki golongan darah AB resesif yang sangat langka. Gretta mendapatkan golongan darah itu dari Ayahnya.

            “Mengapa aku tidak mati?” Tanya Gretta.

            Sebisa mungkin Teresa menahan tangisnya agar tidak keluar. Wanita itu sudah lama menangis kemarin memikirkan anak satu-satunya. Dan sekarang mengapa Gretta berani menanyakan hal itu?

            “Gretta, seharusnya kamu bersyukur karena masih bisa diberikan kesempatan oleh Tuhan. Asal kamu tau, setelah kejadian itu Mama sempat kebingungan karena darah yang keluar sangat banyak dan kau sekarat karena kekurangan darah.” Ucap Teresa.

            Sudah Gretta duga kalau ia akan kekurangan darah. Berarti ada seseorang yang mendonorkan darah padanya. Siapa orang itu? Bukannya berterimakasih tapi Gretta ingin membunuh orang itu karena telah menyelamatkan hidupnya.

            “Lalu?” Tanya Gretta.

            “Di saat keadaan panik seperti itu, untunglah ada orang yang mau mendonorkan darahnya padamu bahkan dia rela mengorbankan nyawanya demi kamu. Waktu itu Mama menangis Gretta karena kebaikan orang itu.” Ucap Teresa.

            Jika saja hidupnya tidak seperti ini, tentu Gretta akan menangis terharu pada sosok yang menyelamatkan hidupnya. Tapi sekali lagi ia ingin mati. Ia ingin mati tapi Tuhan tidak ingin ia kembali di sisi-Nya dalam waktu yang dekat ini. Jika Tuhan tidak ingin ia kembali di sisi-Nya, mengapa Tuhan selalu memberikannya cobaan berat di dunia? Kalau Tuhan ingin mencabut nyawanya ya cabut saja!

            “Siapa orang itu?” Tanya Gretta.

            Sebelum menjawab Teresa terdiam sesaat sambil mengatur nafasnya. “Luke.” Jawabnya dengan suara serak.

            Gretta baru sadar kalau golongan darahnya sama seperti Luke. Sial. Luke lagi Luke lagi. Ingin sekali Gretta menghajar Luke habis-habisan, mencabik tubuh Luke dengan kuku-kukunya atau melempar Luke dengan barang-barang. Dan karena Luke, ia kehilangan Connor dan semua yang telah terjadi tidak akan bisa kembali lagi. Kini Connor sudah membencinya dan hidupnya berakhir. Dan itu semua karena Luke.

            “Kenapa? Kenapa Luke tidak membiarkan aku mati?” Tanya Gretta hampir menangis.

            “Gretta, Luke melakukan itu semua karena dia sangat menyayangimu. Waktu itu kondisi Luke sedang tidak baik tapi dia malah memaksakan diri demi menyelamatkan nyawamu. Awalnya dokter tidak setuju tetapi Luke tetap memaksakan diri dan dia tidak peduli dengan kondisinya asalkan kamu selamat.” Ucap Teresa.

            Gretta terdiam sesaat. Sama sekali tidak tersentuh dengan ucapan Teresa. “Aku harap dia mati sekarang.” Ucapnya.

            “GRETTA!” Bentak Teresa.

            “Apa? Luke sudah menghancurkan hidup Gretta! Karena Luke Gretta jadi kehilangan Connor! Ma.. Connor itu satu-satunya penyelamat Gretta dari kesedihan dan ketidakadilan hidup ini! Sekarang Connor membenci Gretta, Ma..”

            Kali ini Gretta benar-benar menangis. Keinginannya untuk bunuh diri dihalang oleh Luke. Apa maunya sih Luke? Apa Luke menginginkan hidupnya menjadi sengsara untuk selama-lamanya? Jika itu yang Luke inginkan, mengapa Luke tidak membunuhnya saja? Mengapa Luke memasang topeng kebaikannya dan segala pesonaya yang membuatnya takluk pada Luke? Mengapa?

            “Lebih baik kamu istirahat saja.” Ucap Teresa.

***

            Entahlah berapa lama Gretta dirawat di rumah sakit namun hari ini ia diperbolehkan pulang. Tentu Gretta merasa senang karena ia bosan berada di rumah sakit. Setiba di rumah, Gretta mendapati keadaan rumah yang sepi. Dimana Luke? Hah! Persetan dengan Luke! Mati pun ia tidak peduli. Secepat mungkin Gretta masuk ke kamarnya dan menyetel lagu-lagu kesayangannya dengan volume yang keras.

            Apa setelah kejadian ini ia akan mengulanginya lagi? Ataukah ia harus mencari cara yang lain untuk bisa kembali bersama Ayah dan Kak Harry? Gretta tidak tau. Kondisinya belum pulih dan ia harus banyak-banyak mendengar lagu-lagu favoritnya agar kondisinya menjadi lebih baik. Tangan kirinya masih terasa sakit dan lemas. Jujur saja, Gretta tidak tau mengapa sampai berani menyabet tangannya dengan pisau itu. Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba tanpa di duganya.

            Tiba-tiba Gretta teringat dengan Connor. Jika Connor tidak membencinya, tentu Connor akan membesuknya. Tapi selama ia berada di rumah sakit Connor tidak datang.

            Connor benar-benar membencinya dan itu semua karena Luke.

            Karena Luke!

***


            Saat malam tiba, Gretta pergi menuju meja makan dan seketika itu juga langkahnya terhenti melihat sosok yang sangat dibencinya. Siapa lagi kalau bukan Luke? Luke yang baginya sok pahlawan namun diam-diam selalu ingin menyakitinya. Setelah ini apalagi?

            “Kau sudah baik Gretta?” Tanya Teresa.

            Gretta tidak menjawab pertanyaan Teresa. Gadis itu malah menatap Luke dengan tajam dan sepertinya ingin mengamuk. “Kau masih hidup?” Tanyanya.

            Luke yang tadinya menunduk langsung menatapnya dengan tatapan entahlah. “Kau ingin aku mati?” Tanyanya.

            Gretta tersenyum sinis. “Bukan itu saja. Aku ingin kau masuk neraka bersama Ayahmu!” Jawabnya.

            Biasanya Teresa yang membentak Gretta karena ucapan Gretta yang kelolosan. Tapi Teresa terlihat tenang dan sepertinya enggan untuk membentak Gretta karena hatinya sudah sangat lelah dengan anak satu-satunya itu.

            Sementara itu, Luke berusaha menutupi wajah sedihnya dan diam-diam muncul rasa emosinya akibat ucapan Gretta yang benar-benar menyakiti hatinya. Luke tau Ayahnya jahat karena telah membunuh Ayah Gretta. Tapi bagaimanapun juga Luke tetap menyayangi Ayahnya bagaimanapun Ayahnya.

            “Kenapa? Kau ingin menangis karena Ayahmu itu? Dasar cengeng.” Ejek Gretta.

            Luke tidak merespon ucapan Gretta dan memilih memakan makanannya sambil menahan sesuatu. Tiba-tiba saja tubuhnya gemetaran dan terasa lemas sekali. Dadanya mulai terasa sesak dan ia sulit untuk bernafas. Keringat dinginnya mulai keluar membahasi wajahnya. Luke akui kondisinya tidak baik dan belakang-belakangan ini ia jarang memperhatikan kondisinya karena dipikirannya hanya ada satu.

            Yaitu Gretta, dan bagaimana caranya agar Gretta bisa memaafkannya dan memperbaiki semua kesalahannya pada Gretta. Termasuk Connor.

***

            “Maafkan aku Gretta karena belakang-belakangan ini aku tidak ada untukmu. Aku merasa bodoh menjadi sahabatmu.” Ucap Eleanor.

            Tidak. Ini bukan salah Eleanor. Semua ini salahnya. Semua ini salah Gretta. Gretta yang memilih menyendiri dan menjauhi Eleanor karena Eleanor lebih mementingkan Luke dibanding dirinya. Dan Gretta tidak bisa menyalahkan Eleanor yang tidak menjenguknya selama ia sakit.

            “Oke. Aku janji untuk tidak lagi membahas soal kak Luke. Aku janji.” Ucap Eleanor.

            Sebenarnya Eleanor ini simpati padanya atau kasihan karena ia tidak memiliki satupun teman? Jujur Gretta malas bergaul dan bicara dengan siapapun termasuk Eleanor walau sejujur-jujurnya ia ingin sekali menceritakan segala keluh kesal yang ia alami. Terutama tentang Connor yang kini membencinya karena si bodoh Luke itu.

            “Kak Connor membenciku.” Ucap Gretta tiba-tiba.

            Tentu saja Eleanor kaget mendengar ucapan Gretta. “Kenapa? Coba ceritakan.” Pintanya.

            Entah apa yang membuat Gretta menceritakan semuanya pada Eleanor. “Waktu itu aku lagi sakit demam. Luke datang ke kamarku lalu dia mengelus rambut dan wajahku. Aku tidak tau mengapa rasanya begitu damai merasakan sentuhan lembutnya sampai aku tidak sadar kalau kak Connor ada di luar kamarku dan melihat semuanya. Selama ini aku menyembunyikannya dari kak Connor kalau aku tinggal satu rumah bersama Luke dan bersahabat dengan Luke sejak kecil.” Jelasnya.

            “Oh ya ampun berarti kak Connor salah paham. Tapi kenapa dia sampai bisa membencimu? Kak Luke hanya merawatmu saja saat kau sakit. Ah aku tau.” Ucap Eleanor.

            “Apa?” Tanya Gretta.
            “Kak Connor cemburu dengan kak Luke. Artinya kak Connor menyukaimu.” Jawab Eleanor.

***

            “Aku ingin bicara denganmu.”

            Sepulang sekolah Luke tidak sengaja bertemu Connor dan mungkin saat inilah waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Luke ragu mengajak Connor bicara di kelas dan ia lebih mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Connor.

            Connor menatap Luke dengan penuh rasa kebencian. “Untuk apa kau bicara denganku? Sebaiknya kau urusi saja pacarmu itu!” Bentaknya.

            “Dengarkan aku dulu Conn. Gretta bukan pacarku. Sebaliknya dia menyukaimu.” Ucap Luke.

            Connor tersenyum sinis. Sama sekali tidak kaget dengan ucapan Luke walau terdengar serius. “Permainan apa lagi ini? Aku sudah membenci Gretta dan aku tidak mau lagi melihat wajahnya.”Ucapnya walau rasanya sakit mengucapkan kalimat itu.

            “Aku dan Gretta bersahabat sejak kecil. Tapi sayangnya karena Ayahku yang telah membunuh Ayah Gretta, Gretta membenciku dan menyimpan dendam padaku. Tujuanku datang kemari hanya untuk mendapatkan kata maaf dari Gretta, itu saja.” Jelas Luke.

            Connor menatap Luke dengan cermat, mencari tau apakah Luke sedang berbohong atau tidak. Cerita yang diucapkan Luke sama seperti yang diceritakan Gretta. Artinya Gretta tidak berhobong padanya. Tapi mengapa Luke bisa ada di rumah Gretta seakan-akan keduanya adalah sepasang kekasih?

            “Mama Gretta mengajakku tinggal di rumahnya bersama Gretta untuk memperbaiki hubunganku dengan Gretta. Tetapi sayangnya Gretta semakin membenciku dan aku selalu berbuat salah padanya. Aku jadi serba salah.” Ucap Luke.

            Saat ini Connor bingung dan tidak tau apakah ia harus percaya atau tidak dengan ucapan Luke. Tapi dilihat sikap dan perhatian Luke pada Gretta, tampak jelas disana Luke sangat menyayangi Gretta dan Gretta senang disayang oleh Luke. Entah mengapa ia menjadi ragu. Connor menjadi ragu dengan perasaannya pada Gretta. Sesungguhnya ia menyayangi Gretta dan selalu ingin berada di samping Gretta kapanpun Gretta butuhkan. Tapi melihat Luke pada Gretta…

            “Kau menyukainya?” Tanya Connor ragu.

            “Iya. Aku menyukainya. Bahkan aku mencintai Gretta. Sejak dulu. Sejak kami mulai bersahabat. Kami seperti tidak bisa dilepaskan.” Jawab Luke.

            Tidak tau mengapa perasaan benci dan ketidaksukaannya pada Luke seakan-akan menghilang dan berubah menjadi perasaan kasihan. Oh ayolah Conn! Kau kan membenci Luke. Luke telah merebut semua impianmu jadi mengapa kau merasa kasihan padanya? Tetapi Luke tadi mengatakan kalau dia mencintai Gretta?

            “Gretta tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucap Connor.

            Luke tersenyum. “Iya aku tau. Tapi aku berjanji untuk bisa mendapatkan kata maaf dari Gretta secara tulus sebelum semuanya terlambat.” Ucapnya.

***

            Sarapan pagi yang terasa berbeda. Tidak ada Luke disini. Hal itu membuat Gretta heran. Tapi kenapa juga ia peduli pada Luke?

            “Luke sedang sakit. Dia harus istirahat total. Mama harap kamu bisa menjaganya.” Ucap Teresa.

            Oh jadi ceritanya giliran Luke yang sakit. Gretta tersenyum sinis. Untuk apa juga ia merawat Luke? Untuk apa ia menjaga sosok yang sudah menghancurkannya? Setelah sarapan, Gretta pergi ke sekolah dan satu hal yang tidak pernah di duganya terjadi. Baru saja ia tiba di sekolah ia bertemu dengan Connor. Sungguh, Gretta sangat merindukan sosok itu.

            “Kak Connor..” Ucap Gretta.

            “Aku.. Aku merindukanmu..” Ucap Connor tiba-tiba.

            Jantung Gretta langsung berdetak-detak tak karuan mendengar kalimat singkat Connor. Connor merindukannya? Bukankah seharusnya Connor membencinya? Apakah Luke sudah menjelaskan pada Connor bahwa kejadian itu hanyalah sebuah kesalahpadahaman saja?

            “Aku.. Aku juga merindukan kak Connor. Ku kira kak Connor membenciku.” Ucap Gretta.

            “Ya. Aku membencimu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa ini yang terakhir kalinya kita berbicara. Setelah ini ku harap kita saling tidak kenal mengenal.” Ucap Connor.

            Apa? Apa ia salah dengar? Gretta memperhatikan wajah Connor yang tampak serius dan tidak main-main. Apa yang sudah Luke katakan pada Connor sehingga Connor melakukan ini padanya? Dan ini yang terakhir kalinya ia bicara dengan Connor?

            “Kenapa kak? Tolong maafkan aku. Aku dan Luke tinggal satu rumah dan kami..” Ucap Gretta.

            “Luke sudah menjelaskan semuanya padaku. Ternyata kau dulu sangat dekat dengan Luke. Aku tidak menyangka. Tapi ini yang terbaik bagi kita.” Ucap Connor lalu pergi meninggalkan Gretta.

            Tentu saja Gretta meraung-raung tidak jelas memanggil nama Connor tetapi Connor sudah tidak lagi mempedulikannya.

            Dan ini semua salah Luke.

            Salah Luke.

            Gretta tidak ingin Luke ada di dunia ini.

            Gretta ingin Luke pergi dari dunia ini.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar