expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 21 )



Mungkin ini pertama kalinya Luke mendapatkan tatapan ketidaksukaan dari teman-temannya. Luke yang dulu banyak dipuja oleh gadis, digemari oleh para gadis dan menjadi cowok nomor satu di sekolah ini mendadak menjadi sasaran yang disiniskan. Tapi kebanyakan yang tidak menyukainya adalah teman-teman basketnya. Tentu Luke tidak menyalahkan sikap mereka yang menatapnya dengan tatapan tidak suka karena Luke akui kalau dirinya salah.

            Hampir seisi sekolah tau kalau Luke Hemmings yang menjabat sebagai kapten tim basket mengundurkan diri dari ekskull basket tanpa alasan yang jelas. Namun mereka mendapatkan sebuah kecurigaan yang ada hubungannya dengan Gretta. Mereka tau Gretta juga diam-diam meninggalkan basket lalu disusul Luke. Bukankah ini hanya kebetulan atau tidak? Jadi yang menjadi pertanyaannya adalah: adakah hubungan antara Luke dengan Gretta? Tapi anak-anak basket juga menyalahkan Gretta atas keluarnya Luke dari tim basket dan itu membuat Gretta muak. Luke lagi.

            “Apa benar kau yang membuat kak Luke keluar dari tim basket?” Tanya Eleanor ragu-ragu.

            Baru saja duduk di bangkunya suasana hati Gretta bertambah buruk. Rasa bencinya pada Luke mulai datang. “Memangnya apakah kau percaya dengan berita burung seperti itu?” Tanyanya sebal.

            “Ya tidak sih tapi kau kan sudah tidak lagi ikut latihan basket karena kak Connor. Lalu kak Luke menyusulmu keluar dari tim basket. Apa jangan-jangan kak Luke masuk ke dalam tim basket karena kamu?” Tebak Eleanor.

            Gretta menatap Eleanor sebal. “Aku tidak tau! Keluarnya Luke dari tim tidak ada hubungannya denganku. Lihat sekarang! Semua pada menyalahkanku atas keluarnya Luke darri tim. Apa-apaan ini?” Gerutunya.

            “Tapi pasti ada alasan lain kan kalau kak Luke ingin keluar. Tidak mungkin karena kau. Kenapa sih kau tidak tanya aja ke kak Luke.” Ucap Eleanor.

            Mudah saja. Jika Gretta meminta Luke berkata jujur maka segala rasa penasarannya pada Luke terjawab. Tetapi Gretta enggan melakukannya. Juga sikap Luke yang seakan-akan tidak mengenalinya. Permainan macam apa yang sedang dilakukan Luke? Sungguh permainan ini adalah permainan tersulit yang ia alami.

            Tapi bagaimana jika Luke keluar dari tim akibat tabung plastik yang berisi pil itu? Gretta perhatikan Luke selalu lelah lebih tepatnya lagi mudah lelah bahkan hanya pemanasan. Saat bermain basket Luke selalu memaksakan diri. Nah hipotesis apa lagi ini? Dan kenapa ia jadi kasihan dengan Luke? Sebenarnya, dominan mana sih rasa bencinya atau rasa kasihannya pada Luke?

***

            “Aku sangat kecewa Luk dengan keputusanmu.” Ucap Michael.

            Luke memutuskan untuk pergi ke rumah Michael sepulang sekolah dan tentunya disana ada Calum dan Ashton. Rumah Michael-lah tempat mereka latihan band dan membuat lagu. Sebenarnya Luke malas membicarakan soal keluarnya dari tim basket tapi Michael mendesaknya. Nah lalu jika Michael ikutan tidak menyukainya bagaimana?

            “Kau tidak marah padaku?” Tanya Luke.

            “Aku tidak akan marah kecuali kau tidak mau memberikan alasan yang logis mengenai keluarnya kau dari tim. Jujur, kami sangat kehilanganmu.” Jawab Michael.

            Luke menarik nafas dalam-dalam. “Aku tidak bisa menjelaskannya.” Ucapnya.

            “Apa karena Gretta?” Tiba-tiba Calum menanyakan hal itu.

            “Tidak. Tidak ada hubungannya dengan Gretta. Mereka salah besar mengatakan kalau Gretta yang membuatku keluar dari tim. Aku tidak ingin Gretta semakin membenciku.” Jawab Luke.

            Michael teringat sesuatu. Sesuatu yang penting. “Kau keluar dari tim setelah kau sakit. Apakah bermain basket dapat membuatku sakit? Selama aku bermain denganmu, kau sering lelah dan nafasmu tidak bisa teratur, dan wajahmu suka pucat. Apa karena itu?” Tanyanya.

            Luke terdiam mendengar ucapan Michael dan Michael menjadi takut. Takut jika ucapannya benar. Takut jika Luke benar-benar sakit parah. Luke sudah meninggalkan basket dan apakah nantinya Luke akan meninggalkan band?

            “Kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaan Michael? Sadarlah Luk kami ini sahabatmu. Setidaknya kau bisa menceritakan sedikit masalahmu. Mungkin kami bisa membantumu.”Ucap Ashton.

            Akhirnya Luke bicara. “Michael benar.” Ucapnya dan langsung mendapat tatapan penasaran dari Michael, Calum dan Ashton. “Aku sedang sakit.” Sambungnya.

            “Astaga kau sakit apa?” Tanya Calum kaget.

            “Aku tidak bisa lelah. Itu saja. Karena itu aku memutuskan keluar dari tim dan fokus ke band.” Jawab Luke.

            “Tapi antara basket dengan band sama-sama lelah. Sama-sama mengeluarkan tenaga yang banyak.” Ucap Michael.

            “Setidaknya kegiatanku sudah berkurang kan? Kalau menyanyi dan bermain gitar aku tidak akan lelah.” Ucap Luke.

            “Tapi jenis penyakit lelahmu itu apa sih?” Tanya Ashton masih belum puas dengan pertanyaan Luke.

            Luke kembali terdiam. “Aku sudah menceritakan sedikit kisahku. Tapi tenang saja bagaimanapun keadaannya aku tetap berada dalam satu band bersama kalian. Bagaimanapun keadaannya.” Ucapnya.

***

            Luke menelan pil ketiganya dan ia rasa kondisinya belum baik. Padahal dia sudah banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat tetapi mengapa rasanya lelah sekali? Apakah ia harus menelan pil lebih banyak lagi? Ponselnya bergetar dan Luke tersenyum miris membaca pesan yang dikirim oleh Michael.

            From: Michael

            To: Luke

            Hai Luk kau sudah siap? Ingat malam ini adalah malam terpenting kita dan kita harus mempersiapkan segalanya dengan baik. Kau ingin kan band kita menjadi opening tour music group terbesar di Inggris yaitu One Direction? Aku ingin One Direction tertarik pada kita dan impian terbesar kita untuk keliling Eropa bahkan Amerika akan terwujud. So tunggu apa lagi?

            Luke menghela nafas dalam-dalam namun rasanya susah sekali. Bernafas saja baginya membutuhkan perjuangan yang besar. Tapi yang dikatakan Michael benar. Malam ini mereka akan tampil dan akan di saksikan oleh One Direction. Katanya Michael sudah kenal dengan salah satu personil One Direction yang bernama Louis dan tampaknya Louis tertarik dengan band Michael. Louis juga sudah melihat beberapa video yang di upload oleh 5 Seconds of Summer dan katanya sangat luar biasa.

            Siapapun pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan besar ini apalagi ini One Direction, bukan sembarang grup musik. Jika saja 5 Seconds of Summer bisa membuat One Direction kagum dengan show mereka kemungkinan besar One Direction akan menjadikan 5 Seconds of Summer sebagai band opening tour mereka dan bukankah itu adalah hal yang sangat luar biasa?

            Oke. Luke kembali menelan satu buah pil dan berharap semuanya akan berjalan dengan lancar. Cowok itu mengambil gitarnya dan menaruh di punggungnya lalu keluar. Tepat di ruang tamu, Luke melihat Gretta yang sedang membaca buku. Tampaknya gadis itu tidak peduli padanya. Luke lupa. Gretta memang tidak mau peduli padanya dan Luke juga tidak mau peduli dengan Gretta. Ia lelah berusaha meminta maaf pada Gretta dan bersikap ramah pada Gretta jika ujung-ujungnya hatinya menjadi sakit. Luke memutuskan untuk cuek pada Gretta dan membiarkan gadis itu tenang tanpa ocehannya.

            “Kau mau kemana?” Tanya Gretta.

            Tentu saja Luke kaget dengan apa yang didengarnya atau apa telinganya yang sakit? Gretta bertanya padanya? Dan apakah ia harus menjawab?

            “Aku akan manggung dan jika kami beruntung, kami akan dipilih sebagai band opening tour One Direction.” Jawab Luke akhirnya.

            “Ohya? Hebat sekali. Ku harap 5 Seconds of Summer sukses dan akan menjadi band dunia yang dikenal oleh semua orang.” Ucap Gretta lalu melanjutkan bacaannya.

            Ya setidaknya Gretta tidak menatapnya dengan sinis kan? Pikir Luke.

***

            Gretta melihat kepergian Luke dengan perasaan yang tidak enak. Malam-malam begini anak itu manggung dengan cuaca yang tidak baik. Akhir-akhir ini cuaca tidak baik dan bisa dengan mudah membuat orang sakit. Tapi Gretta tidak menyangka Luke akan bertemu dengan One Direction sedangkan ia yang asli Inggris dan tinggal di London tidak pernah bertemu dengan One Direction langsung.

            Tiba-tiba timbul niatnya untuk memasuki kamar Luke. Gretta pun masuk ke kamar Luke yang tidak dikunci. Entahlah apakah Luke yang bodoh atau sengaja tidak mengunci pintu kamarnya. Kamar Luke sama rapinya dengan yang ia lihat saat Luke sakit. Kamar yang indah. Gretta berjalan menuju meja belajar Luke yang sedikit berserakan. Astaga itu adalah buku-buku pelajaran Luke dan disana ada kertas-kertas yang berisi rumus-rumus matematika yang membuat otak Gretta pusing.

            Luke adalah sosok pekerja keras dan jenius. Sudah dikaruniai wajah tampan, manis, tinggi, pintar, jago main basket, memiliki suara yang indah, dan jago main gitar… Kenapa Gretta jadi memuji Luke? Pikiran Gretta tertuju pada tabung plastik yang berisi pil-pil aneh. Tetapi tabung itu tidak ada. Apa Luke membawa tabung itu karena takut kehilangan tabung untuk yang kedua kalinya? Sebenarnya Gretta merasa bersalah karena telah mengambil tabung plastik itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Luke.

            Kemudian Gretta melihat ranjang Luke yang rapi. Gretta meraba selimut yang digunakan Luke saat tidur. Tiba-tiba saja Gretta menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang Luke dan rasanya begitu nyaman. Dan rasanya seperti ada Luke di sampingnya.

***

            Pukul dua lebih lima belas menit Gretta terbangun dan ingin pergi ke kamar kecil. Aneh ia terbangun pukul dua pagi seperti ada yang memaksanya untuk bangun. Saat ia keluar dari kamarnya dan berjalan melewati kamar Luke, Gretta heran melihat pintu kamar Luke yang terbuka, namun Luke tidak ada disana. Cepat-cepat Gretta berlari ke belakang dan saat ia berada tidak jauh dari dapur…

            Deg. Entahlah apa yang dirasakannya namun mata Gretta mulai panas melihat apa yang dilihatnya. Luke. Ada apa dengan cowok itu? Gretta tidak tau kapan Luke pulang dan saat ia melihat Luke seperti ini rasanya…

            Luke, cowok itu tertunduk lemas di dekat kulkas sambil memegang dada kirinya dan seperti menahan sesuatu. Apa rasanya sakit? Dan Gretta tidak sengaja melihat tabung plastik yang terlempar tidak jauh dari keberadaan Luke. Oh Tuhan mengapa rasanya ia ingin menangis? Dan mengapa rasanya ia ingin memeluk Luke?

            Melihat Luke saja rasanya sudah sangat sakit apalagi jika ia berada di posisi Luke. Kau kenapa Luk? Ingin sekali Gretta menolong Luke tetapi mengaka kaki-kakinya terasa berat untuk melangkah? Kenapa ia hanya ingin menangis saja melihat keadaan Luke yang mengenaskan seperti itu? Namun beberapa menit kemudian keadaan mulai membaik dan Gretta melihat Luke yang berusaha mengatur nafasnya sambil menyilakan rambutnya ke belakang. Luke sakit apa? Jerit Gretta dalam hati dan apakah Teresa tau soal ini?

***
            “Kamu janji untuk tidak akan meninggalkanku?”

            “Ya aku janji. Aku akan selalu berada di sampingmu, kapanpun.”

            “Tapi aku takut kehilanganmu. Hanya kamu satu-satunya sahabat baik Gretta. Hanya Luke satu-satunya sahabat baik Gretta dan Gretta tidak mau kehilangan Luke.”

            “Percayalah kalau Luke tidak akan pernah meninggalkan Gretta. Tidak akan pernah..”

            Gretta terbangun dari tidurnya dan ia… menangis? Baru saja ia memimpikan masa kecilnya bersama Luke dan Gretta langsung menangis. Untunglah hari ini hari libur dan tidak ada sekolah hari ini. Nah bagaimana kabar Luke? Apa yang dilihatnya pukul dua pagi hanyalah sebuah mimpi?

            Gadis itu berjalan ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Tapi kenapa rasanya ia ingin menangis mengingat kejadian itu? Bukankah ia membenci Luke? Gretta menjadi pusing. Sebenarnya ia tidak ingin membenci Luke. Sebenarnya ia menyayangi Luke. Hanya saja Luke yang ingin dibenci olehnya. Buktinya Luke melakukan sesuatu yang membuat ia membenci Luke. Mulai dari Ayah, Kak Harry, Teresa, Eleanor, Connor…

            Dan tiba-tiba saja Gretta merindukan Connor. Gretta tidak bisa menjamin kalau di luar sana Connor tidak tertarik dengan gadis-gadis. Bisa saja kan Connor menemukan sosok baru dan melupakannya begitu saja? Dan itu semua karena Luke! Demi Tuhan mengapa rasa benci dan rasa kasihannya pada Luke tergabung menjadi satu dan membuatnya bingung? Mengapa rasanya rumit sekali?

            Ketika tiba di meja makan Gretta memperhatikan keadaan Luke yang baik dan kejadian pukul dua pagi tidak berarti apapun. Ya. Luke kelihatan baik-baik saja dan Gretta menjadi ragu apakah Luke sedang memainkan permainannya atau tidak.

***

            Ini hari minggu dan rasanya Gretta ingin menangis. Di teras, Gretta membawa handphone dan headset-nya dan mulai menyetel lagu-lagu sedih, terutama lagu The Girl Who Cried Wolf-nya 5 Seconds of Summer dan saat Gretta mendengar lagu itu ia tidak bisa untuk tidak menangis. Ya, Gretta menangis. Menangisi semuanya. Menangisi hidupnya yang tidak jelas dan tidak berarti.

            Sedang menunggu apa ia? Jawabannya sederhana saja. Gretta ingin menunggu malaikat maut menjemputnya dan ia terbebas dari semuanya. Jika ia mati tentu ia tidak akan lagi memikirkan hal-hal yang membuat otaknya pusing kan? Ayo dimana engkau malaikat pencabut nyawa! Cabut saja nyawaku! Jerit Gretta.

            Tanpa Gretta sadari, sosok Luke ada di belakangnya dan melihat punggungnya yang kasihan. Tentu Gretta tidak menyadari kehadiran sosok Luke karena terlalu larut dengan kesedihannya. Mana malaikat pencabut nyawa?

            “Gretta..” Lirih Luke.

            Deg. Jantung Gretta berdebar-debar saat mendengar suara lirih namun terdengar lembut di telinganya. Gretta merasa jaraknya dengan Luke amat dekat. Luke berada di belakangnya kemudian entah kapan berada di sampingnya. Jujur Gretta tidak sanggup melihat Luke dan tidak mau jika Luke melihatnya menangis.

            “Maafkan aku Gretta..” Ucap Luke.

            Jangan. Jangan katakan kalimat itu. Gretta sudah bosan mendengarnya dan hatinya terasa sakit. Ia mau memaafkan Luke tapi rasanya susah untuk mengatakannya pada Luke. Gretta takut jika ia sudah memaafkan Luke tapi rasa benci dan dendamnya masih ada. Bukankah itu sama halnya dengan bohong?

            “Kenapa? Kenapa kau ingin membuatku membencimu?” Tanya Gretta sambil menangis.

            Luke mendekatkan jaraknya dengan Gretta dan detakan jantung Gretta semakin berdebar tak karuan. Rasanya begitu aneh saat berada sangat dekat dengan Luke dan Gretta tidak tau perasaan apa itu.

            “Aku lelah Luk membencimu. Tapi kau yang ingin membuatku membencimu.” Ucap Gretta.

            “Aku.. Aku memang pantas untuk dibenci oleh siapapun.” Ucap Luke.

            “Kenapa? Kenapa kau ingin semua orang membencimu? Kenapa?” Tanya Gretta.

            “Aku  tidak tau Gretta..” Ucap Luke.

            Tiba-tiba saja Luke memeluk Gretta dan Gretta menangis di pelukan Luke. Disana Gretta bisa mendengar detakan jantung Luke yang berdebar sama seperti detakan jantungnya. Kemudian Luke mencium puncak kepalanya dan Gretta begitu menikmati semuanya. Luke. Air matanya turun deras dan ia masih bingung dengan perasaannya. Jujur saja Gretta nyaman berada di pelukan Luke. Pelukan Luke bisa menjadi candu baginya dan Gretta ingin terus dipeluk oleh Luke. Apalagi pada saat Luke menyentuh lembut pipinya, membelai lembut rambutnya…

            “Aku.. Aku mencintaimu Gretta.. Kau-lah satu-satunya gadis yang aku cintai. Kau yang membuatku bisa bertahan sampai saat ini..” Ucap Luke.

            Terungkaplah seluruh isi hati Luke dan Gretta mendengarnya dengan jelas. Tapi Gretta tidak langsung percaya. Tidak. Luke tidak boleh mencintainya. Jangan. Itu terlalu menyakitkan. Gretta sendiri masih belum bisa menyimpulkan bagaimana perasaannya. Di sisi lain ia begitu mengharapkan Connor. Dan sekarang jantungnya berdetak tak karuan saat Luke memeluknya.

            Tiba-tiba saja Gretta melepaskan diri dari pelukan Luke dan sedikit mendorong tubuh Luke. Luke sedikit kaget melihat perlakuan Gretta dan kini gadis itu menatapnya dengan sinis namun masih mengeluarkan air mata.

            “Jika saja kau tidak ada disini, semuanya tidak akan menjadi seperti ini.” Ucap Gretta lalu pergi meninggalkan Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar