Mungkin ini
pertama kalinya Luke mendapatkan tatapan ketidaksukaan dari teman-temannya.
Luke yang dulu banyak dipuja oleh gadis, digemari oleh para gadis dan menjadi
cowok nomor satu di sekolah ini mendadak menjadi sasaran yang disiniskan. Tapi
kebanyakan yang tidak menyukainya adalah teman-teman basketnya. Tentu Luke
tidak menyalahkan sikap mereka yang menatapnya dengan tatapan tidak suka karena
Luke akui kalau dirinya salah.
Hampir seisi sekolah tau kalau Luke
Hemmings yang menjabat sebagai kapten tim basket mengundurkan diri dari ekskull
basket tanpa alasan yang jelas. Namun mereka mendapatkan sebuah kecurigaan yang
ada hubungannya dengan Gretta. Mereka tau Gretta juga diam-diam meninggalkan
basket lalu disusul Luke. Bukankah ini hanya kebetulan atau tidak? Jadi yang
menjadi pertanyaannya adalah: adakah hubungan antara Luke dengan Gretta? Tapi
anak-anak basket juga menyalahkan Gretta atas keluarnya Luke dari tim basket
dan itu membuat Gretta muak. Luke lagi.
“Apa benar kau yang membuat kak Luke
keluar dari tim basket?” Tanya Eleanor ragu-ragu.
Baru saja duduk di bangkunya suasana
hati Gretta bertambah buruk. Rasa bencinya pada Luke mulai datang. “Memangnya
apakah kau percaya dengan berita burung seperti itu?” Tanyanya sebal.
“Ya tidak sih tapi kau kan sudah
tidak lagi ikut latihan basket karena kak Connor. Lalu kak Luke menyusulmu
keluar dari tim basket. Apa jangan-jangan kak Luke masuk ke dalam tim basket
karena kamu?” Tebak Eleanor.
Gretta menatap Eleanor sebal. “Aku
tidak tau! Keluarnya Luke dari tim tidak ada hubungannya denganku. Lihat
sekarang! Semua pada menyalahkanku atas keluarnya Luke darri tim. Apa-apaan
ini?” Gerutunya.
“Tapi pasti ada alasan lain kan
kalau kak Luke ingin keluar. Tidak mungkin karena kau. Kenapa sih kau tidak
tanya aja ke kak Luke.” Ucap Eleanor.
Mudah saja. Jika Gretta meminta Luke
berkata jujur maka segala rasa penasarannya pada Luke terjawab. Tetapi Gretta
enggan melakukannya. Juga sikap Luke yang seakan-akan tidak mengenalinya.
Permainan macam apa yang sedang dilakukan Luke? Sungguh permainan ini adalah
permainan tersulit yang ia alami.
Tapi bagaimana jika Luke keluar dari
tim akibat tabung plastik yang berisi pil itu? Gretta perhatikan Luke selalu
lelah lebih tepatnya lagi mudah lelah bahkan hanya pemanasan. Saat bermain
basket Luke selalu memaksakan diri. Nah hipotesis apa lagi ini? Dan kenapa ia
jadi kasihan dengan Luke? Sebenarnya, dominan mana sih rasa bencinya atau rasa
kasihannya pada Luke?
***
“Aku sangat kecewa Luk dengan
keputusanmu.” Ucap Michael.
Luke memutuskan untuk pergi ke rumah
Michael sepulang sekolah dan tentunya disana ada Calum dan Ashton. Rumah
Michael-lah tempat mereka latihan band dan membuat lagu. Sebenarnya Luke malas
membicarakan soal keluarnya dari tim basket tapi Michael mendesaknya. Nah lalu
jika Michael ikutan tidak menyukainya bagaimana?
“Kau tidak marah padaku?” Tanya
Luke.
“Aku tidak akan marah kecuali kau
tidak mau memberikan alasan yang logis mengenai keluarnya kau dari tim. Jujur,
kami sangat kehilanganmu.” Jawab Michael.
Luke menarik nafas dalam-dalam. “Aku
tidak bisa menjelaskannya.” Ucapnya.
“Apa karena Gretta?” Tiba-tiba Calum
menanyakan hal itu.
“Tidak. Tidak ada hubungannya dengan
Gretta. Mereka salah besar mengatakan kalau Gretta yang membuatku keluar dari
tim. Aku tidak ingin Gretta semakin membenciku.” Jawab Luke.
Michael teringat sesuatu. Sesuatu
yang penting. “Kau keluar dari tim setelah kau sakit. Apakah bermain basket
dapat membuatku sakit? Selama aku bermain denganmu, kau sering lelah dan
nafasmu tidak bisa teratur, dan wajahmu suka pucat. Apa karena itu?” Tanyanya.
Luke terdiam mendengar ucapan
Michael dan Michael menjadi takut. Takut jika ucapannya benar. Takut jika Luke
benar-benar sakit parah. Luke sudah meninggalkan basket dan apakah nantinya
Luke akan meninggalkan band?
“Kenapa kau tidak mau menjawab
pertanyaan Michael? Sadarlah Luk kami ini sahabatmu. Setidaknya kau bisa
menceritakan sedikit masalahmu. Mungkin kami bisa membantumu.”Ucap Ashton.
Akhirnya Luke bicara. “Michael
benar.” Ucapnya dan langsung mendapat tatapan penasaran dari Michael, Calum dan
Ashton. “Aku sedang sakit.” Sambungnya.
“Astaga kau sakit apa?” Tanya Calum
kaget.
“Aku tidak bisa lelah. Itu saja.
Karena itu aku memutuskan keluar dari tim dan fokus ke band.” Jawab Luke.
“Tapi antara basket dengan band
sama-sama lelah. Sama-sama mengeluarkan tenaga yang banyak.” Ucap Michael.
“Setidaknya kegiatanku sudah
berkurang kan? Kalau menyanyi dan bermain gitar aku tidak akan lelah.” Ucap
Luke.
“Tapi jenis penyakit lelahmu itu apa
sih?” Tanya Ashton masih belum puas dengan pertanyaan Luke.
Luke kembali terdiam. “Aku sudah
menceritakan sedikit kisahku. Tapi tenang saja bagaimanapun keadaannya aku
tetap berada dalam satu band bersama kalian. Bagaimanapun keadaannya.” Ucapnya.
***
Luke menelan pil ketiganya dan ia
rasa kondisinya belum baik. Padahal dia sudah banyak istirahat dan tidak
melakukan aktivitas yang berat tetapi mengapa rasanya lelah sekali? Apakah ia
harus menelan pil lebih banyak lagi? Ponselnya bergetar dan Luke tersenyum
miris membaca pesan yang dikirim oleh Michael.
From:
Michael
To:
Luke
Hai
Luk kau sudah siap? Ingat malam ini adalah malam terpenting kita dan kita harus
mempersiapkan segalanya dengan baik. Kau ingin kan band kita menjadi opening tour music group terbesar di
Inggris yaitu One Direction? Aku ingin One Direction tertarik pada kita dan
impian terbesar kita untuk keliling Eropa bahkan Amerika akan terwujud. So tunggu apa lagi?
Luke menghela nafas dalam-dalam
namun rasanya susah sekali. Bernafas saja baginya membutuhkan perjuangan yang
besar. Tapi yang dikatakan Michael benar. Malam ini mereka akan tampil dan akan
di saksikan oleh One Direction. Katanya Michael sudah kenal dengan salah satu
personil One Direction yang bernama Louis dan tampaknya Louis tertarik dengan
band Michael. Louis juga sudah melihat beberapa video yang di upload oleh 5 Seconds of Summer dan
katanya sangat luar biasa.
Siapapun pasti tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan besar ini apalagi ini One Direction, bukan sembarang grup musik.
Jika saja 5 Seconds of Summer bisa membuat One Direction kagum dengan show mereka kemungkinan besar One
Direction akan menjadikan 5 Seconds of Summer sebagai band opening tour mereka dan bukankah itu adalah hal yang sangat luar
biasa?
Oke. Luke kembali menelan satu buah
pil dan berharap semuanya akan berjalan dengan lancar. Cowok itu mengambil
gitarnya dan menaruh di punggungnya lalu keluar. Tepat di ruang tamu, Luke melihat
Gretta yang sedang membaca buku. Tampaknya gadis itu tidak peduli padanya. Luke
lupa. Gretta memang tidak mau peduli padanya dan Luke juga tidak mau peduli
dengan Gretta. Ia lelah berusaha meminta maaf pada Gretta dan bersikap ramah
pada Gretta jika ujung-ujungnya hatinya menjadi sakit. Luke memutuskan untuk
cuek pada Gretta dan membiarkan gadis itu tenang tanpa ocehannya.
“Kau mau kemana?” Tanya Gretta.
Tentu saja Luke kaget dengan apa
yang didengarnya atau apa telinganya yang sakit? Gretta bertanya padanya? Dan
apakah ia harus menjawab?
“Aku akan manggung dan jika kami
beruntung, kami akan dipilih sebagai band opening
tour One Direction.” Jawab Luke akhirnya.
“Ohya? Hebat sekali. Ku harap 5
Seconds of Summer sukses dan akan menjadi band dunia yang dikenal oleh semua
orang.” Ucap Gretta lalu melanjutkan bacaannya.
Ya setidaknya Gretta tidak
menatapnya dengan sinis kan? Pikir Luke.
***
Gretta melihat kepergian Luke dengan
perasaan yang tidak enak. Malam-malam begini anak itu manggung dengan cuaca
yang tidak baik. Akhir-akhir ini cuaca tidak baik dan bisa dengan mudah membuat
orang sakit. Tapi Gretta tidak menyangka Luke akan bertemu dengan One Direction
sedangkan ia yang asli Inggris dan tinggal di London tidak pernah bertemu
dengan One Direction langsung.
Tiba-tiba timbul niatnya untuk
memasuki kamar Luke. Gretta pun masuk ke kamar Luke yang tidak dikunci.
Entahlah apakah Luke yang bodoh atau sengaja tidak mengunci pintu kamarnya.
Kamar Luke sama rapinya dengan yang ia lihat saat Luke sakit. Kamar yang indah.
Gretta berjalan menuju meja belajar Luke yang sedikit berserakan. Astaga itu
adalah buku-buku pelajaran Luke dan disana ada kertas-kertas yang berisi
rumus-rumus matematika yang membuat otak Gretta pusing.
Luke adalah sosok pekerja keras dan
jenius. Sudah dikaruniai wajah tampan, manis, tinggi, pintar, jago main basket,
memiliki suara yang indah, dan jago main gitar… Kenapa Gretta jadi memuji Luke?
Pikiran Gretta tertuju pada tabung plastik yang berisi pil-pil aneh. Tetapi
tabung itu tidak ada. Apa Luke membawa tabung itu karena takut kehilangan
tabung untuk yang kedua kalinya? Sebenarnya Gretta merasa bersalah karena telah
mengambil tabung plastik itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Luke.
Kemudian Gretta melihat ranjang Luke
yang rapi. Gretta meraba selimut yang digunakan Luke saat tidur. Tiba-tiba saja
Gretta menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang Luke dan rasanya begitu nyaman. Dan
rasanya seperti ada Luke di sampingnya.
***
Pukul dua lebih lima belas menit
Gretta terbangun dan ingin pergi ke kamar kecil. Aneh ia terbangun pukul dua
pagi seperti ada yang memaksanya untuk bangun. Saat ia keluar dari kamarnya dan
berjalan melewati kamar Luke, Gretta heran melihat pintu kamar Luke yang
terbuka, namun Luke tidak ada disana. Cepat-cepat Gretta berlari ke belakang
dan saat ia berada tidak jauh dari dapur…
Deg. Entahlah apa yang dirasakannya
namun mata Gretta mulai panas melihat apa yang dilihatnya. Luke. Ada apa dengan
cowok itu? Gretta tidak tau kapan Luke pulang dan saat ia melihat Luke seperti
ini rasanya…
Luke, cowok itu tertunduk lemas di
dekat kulkas sambil memegang dada kirinya dan seperti menahan sesuatu. Apa
rasanya sakit? Dan Gretta tidak sengaja melihat tabung plastik yang terlempar
tidak jauh dari keberadaan Luke. Oh Tuhan mengapa rasanya ia ingin menangis?
Dan mengapa rasanya ia ingin memeluk Luke?
Melihat Luke saja rasanya sudah
sangat sakit apalagi jika ia berada di posisi Luke. Kau kenapa Luk? Ingin sekali Gretta menolong Luke tetapi mengaka
kaki-kakinya terasa berat untuk melangkah? Kenapa ia hanya ingin menangis saja
melihat keadaan Luke yang mengenaskan seperti itu? Namun beberapa menit
kemudian keadaan mulai membaik dan Gretta melihat Luke yang berusaha mengatur
nafasnya sambil menyilakan rambutnya ke belakang. Luke sakit apa? Jerit Gretta
dalam hati dan apakah Teresa tau soal ini?
***
“Kamu
janji untuk tidak akan meninggalkanku?”
“Ya
aku janji. Aku akan selalu berada di sampingmu, kapanpun.”
“Tapi
aku takut kehilanganmu. Hanya kamu satu-satunya sahabat baik Gretta. Hanya Luke
satu-satunya sahabat baik Gretta dan Gretta tidak mau kehilangan Luke.”
“Percayalah
kalau Luke tidak akan pernah meninggalkan Gretta. Tidak akan pernah..”
Gretta terbangun dari tidurnya dan
ia… menangis? Baru saja ia memimpikan masa kecilnya bersama Luke dan Gretta
langsung menangis. Untunglah hari ini hari libur dan tidak ada sekolah hari
ini. Nah bagaimana kabar Luke? Apa yang dilihatnya pukul dua pagi hanyalah
sebuah mimpi?
Gadis itu berjalan ke kamar mandi
dan membasuh wajahnya. Tapi kenapa rasanya ia ingin menangis mengingat kejadian
itu? Bukankah ia membenci Luke? Gretta menjadi pusing. Sebenarnya ia tidak
ingin membenci Luke. Sebenarnya ia menyayangi Luke. Hanya saja Luke yang ingin
dibenci olehnya. Buktinya Luke melakukan sesuatu yang membuat ia membenci Luke.
Mulai dari Ayah, Kak Harry, Teresa, Eleanor, Connor…
Dan tiba-tiba saja Gretta merindukan
Connor. Gretta tidak bisa menjamin kalau di luar sana Connor tidak tertarik
dengan gadis-gadis. Bisa saja kan Connor menemukan sosok baru dan melupakannya
begitu saja? Dan itu semua karena Luke! Demi Tuhan mengapa rasa benci dan rasa
kasihannya pada Luke tergabung menjadi satu dan membuatnya bingung? Mengapa
rasanya rumit sekali?
Ketika tiba di meja makan Gretta
memperhatikan keadaan Luke yang baik dan kejadian pukul dua pagi tidak berarti
apapun. Ya. Luke kelihatan baik-baik saja dan Gretta menjadi ragu apakah Luke
sedang memainkan permainannya atau tidak.
***
Ini hari minggu dan rasanya Gretta
ingin menangis. Di teras, Gretta membawa handphone dan headset-nya dan mulai
menyetel lagu-lagu sedih, terutama lagu The Girl Who Cried Wolf-nya 5 Seconds
of Summer dan saat Gretta mendengar lagu itu ia tidak bisa untuk tidak
menangis. Ya, Gretta menangis. Menangisi semuanya. Menangisi hidupnya yang
tidak jelas dan tidak berarti.
Sedang menunggu apa ia? Jawabannya
sederhana saja. Gretta ingin menunggu malaikat maut menjemputnya dan ia
terbebas dari semuanya. Jika ia mati tentu ia tidak akan lagi memikirkan
hal-hal yang membuat otaknya pusing kan? Ayo dimana engkau malaikat pencabut
nyawa! Cabut saja nyawaku! Jerit Gretta.
Tanpa Gretta sadari, sosok Luke ada
di belakangnya dan melihat punggungnya yang kasihan. Tentu Gretta tidak
menyadari kehadiran sosok Luke karena terlalu larut dengan kesedihannya. Mana
malaikat pencabut nyawa?
“Gretta..” Lirih Luke.
Deg. Jantung Gretta berdebar-debar
saat mendengar suara lirih namun terdengar lembut di telinganya. Gretta merasa
jaraknya dengan Luke amat dekat. Luke berada di belakangnya kemudian entah
kapan berada di sampingnya. Jujur Gretta tidak sanggup melihat Luke dan tidak
mau jika Luke melihatnya menangis.
“Maafkan aku Gretta..” Ucap Luke.
Jangan. Jangan katakan kalimat itu.
Gretta sudah bosan mendengarnya dan hatinya terasa sakit. Ia mau memaafkan Luke
tapi rasanya susah untuk mengatakannya pada Luke. Gretta takut jika ia sudah
memaafkan Luke tapi rasa benci dan dendamnya masih ada. Bukankah itu sama
halnya dengan bohong?
“Kenapa? Kenapa kau ingin membuatku
membencimu?” Tanya Gretta sambil menangis.
Luke mendekatkan jaraknya dengan
Gretta dan detakan jantung Gretta semakin berdebar tak karuan. Rasanya begitu
aneh saat berada sangat dekat dengan Luke dan Gretta tidak tau perasaan apa
itu.
“Aku lelah Luk membencimu. Tapi kau
yang ingin membuatku membencimu.” Ucap Gretta.
“Aku.. Aku memang pantas untuk
dibenci oleh siapapun.” Ucap Luke.
“Kenapa? Kenapa kau ingin semua
orang membencimu? Kenapa?” Tanya Gretta.
“Aku
tidak tau Gretta..” Ucap Luke.
Tiba-tiba saja Luke memeluk Gretta
dan Gretta menangis di pelukan Luke. Disana Gretta bisa mendengar detakan
jantung Luke yang berdebar sama seperti detakan jantungnya. Kemudian Luke
mencium puncak kepalanya dan Gretta begitu menikmati semuanya. Luke. Air
matanya turun deras dan ia masih bingung dengan perasaannya. Jujur saja Gretta
nyaman berada di pelukan Luke. Pelukan Luke bisa menjadi candu baginya dan
Gretta ingin terus dipeluk oleh Luke. Apalagi pada saat Luke menyentuh lembut
pipinya, membelai lembut rambutnya…
“Aku.. Aku mencintaimu Gretta..
Kau-lah satu-satunya gadis yang aku cintai. Kau yang membuatku bisa bertahan
sampai saat ini..” Ucap Luke.
Terungkaplah seluruh isi hati Luke
dan Gretta mendengarnya dengan jelas. Tapi Gretta tidak langsung percaya.
Tidak. Luke tidak boleh mencintainya. Jangan. Itu terlalu menyakitkan. Gretta
sendiri masih belum bisa menyimpulkan bagaimana perasaannya. Di sisi lain ia
begitu mengharapkan Connor. Dan sekarang jantungnya berdetak tak karuan saat
Luke memeluknya.
Tiba-tiba saja Gretta melepaskan
diri dari pelukan Luke dan sedikit mendorong tubuh Luke. Luke sedikit kaget
melihat perlakuan Gretta dan kini gadis itu menatapnya dengan sinis namun masih
mengeluarkan air mata.
“Jika saja kau tidak ada disini,
semuanya tidak akan menjadi seperti ini.” Ucap Gretta lalu pergi meninggalkan
Luke.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar