expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 20 )



Gretta terbangun dari tidurnya dan lagu itu kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Saat ia menatap wajahya di depan cermin, Gretta menemukan matanya yang sembab dan tampak buruk. Gretta benar-benar tidak menyangka akan menjadi seperti ini hanya karena sebuah lagu. Biasanya saat ia mendengar lagu-lagu sedih ia tidak sampai sesedih ini. Artinya lagu itu benar-benar dahsyat dan Gretta ingin terus mendengarnya.

            Setelah mandi dan dirasanya cukup baik, Gretta berjalan menuju meja makan dan melihat disana ada Luke dan Teresa. Sial. Kenapa rasanya ia malu bertemu dengan Luke? Padahal Luke sendiri belum tau kan kalau ia sudah mendengar lagu mereka? Jadi kenapa harus merasa malu?

            Morning sayang. Kenapa wajahmu pucat dan seperti habis menangis?” Sapa Teresa.

            Sebisa mungkin Gretta tersenyum. “Gretta kurang tidur.” Jawabnya berbohong.

            “Oh, lain kali jangan banyak begadang ya, tidak baik lho.” Ucap Teresa.

            Gretta mengangguk sambil memakan sarapannya dengan pelan. Ia sama sekali tidak berani menoleh ke arah Luke. Syukurlah Luke tidak mengajaknya bicara karena ia juga tidak sanggup mendengar suara Luke. Tiba-tiba Gretta teringat dengan ucapan Eleanor kalau ia harus memaafkan Luke. Dan masalah tabung kecil yang ia temukan di kamar Luke, Gretta masih belum tau apa maksudnya. Tapi Gretta merasa Luke selama ini menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin membuat orang khawatir padanya. Benarkah dugaannya itu?

            Namun sekali lagi sangat sulit memaafkan Luke dan melupakan dendam itu. Sudah banyak orang yang menyakitinya termasuk Connor sendiri dan Gretta tidak mau bertambah semakin sakit  karena Luke.

***

            “Lagi galau? Apa kau menemukan lagu-lagu galau lagi?” Goda Eleanor.

            Eleanor seperti bisa membaca pikirannya. Memang kegalauan besar Gretta adalah saat gadis itu menemukan lagu-lagu galau yang mampu membuat hatinya pedih. Sebenarnya Gretta tidak menyukai lagu jenis itu, ia lebih menyukai lagu yang mampu membuatnya semangat dan sedikit keras.

            “Aku ngantuk.” Ucap Gretta sebal.

            “Hmm.. Ohya, aku dengar kau sudah tidak lagi mengikuti ekskull basket. Kenapa? Apa karena kak Connor?” Tanya Eleanor.

            “Kau sudah tau.” Jawab Gretta.

            “Apa hanya karena itu kau meninggalkan kegiatan yang sangat kau cintai?” Tanya Eleanor.

            “Basket bukanlah hidupku. Aku benci basket.” Ucap Gretta.

            Gretta sedang tidak mabuk kan? Tapi Eleanor mengerti bagaimana rasa sakit hati Gretta pada Connor karena Luke. Connor sudah tidak mau bicara lagi dengan Gretta dan Eleanor menganggap Connor adalah anak yang bodoh. Tapi sampai sekarang Eleanor penasaran apakah Connor menyimpan perasaan khusus pada Gretta atau tidak.

            “Kalau kak Luke? Bagaimana kabarnya? Apa dia juga keluar dari ekskull basket?” Tanya Eleanor.

            Mengapa hatinya sedih saat Eleanor menyebut nama Luke? Jujur Gretta tidak tau gimana Luke dan seperti apa Luke itu. Gretta tidak bisa menebak isi pikiran Luke dan apa keinginan Luke selain ingin mendapatkan maaf darinya. Hatinya sudah mulai memaksanya untuk memaafkan Luke tapi ego-nya menolak. Dan Gretta masih bingung dengan perasaan yang ia rasakan pada Luke. Belakang-belakangan ini ia merasa kasihan pada Luke terutama pada saat Luke sakit, tapi ia juga bisa benci pada Luke atas semua perbuatan yang Luke lakukan padanya, salah satunya yang membuatnya kehilangan sosok yang ia cintai.

            “Sebenarnya kak Luke sakit apa sih? Aku masih penasaran dengan tabung yang kau ceritakan. Aku search diinternet biasanya kalau seseorang yang tidak bisa hidup tanpa pil di dalam tabung, artinya orang itu..” Ucap Eleanor.

            “Apa? Luke lagi sakit parah dan akan mati? Begitu yang kau pikirkan?” Tanya Gretta.

            “Gretta, jangan bicara seperti itu. Kau akan menyesal nantinya.” Ucap Eleanor.

            Gretta mendengus kesal. Ini saatnya ia membenci Luke. “Kenapa sih kau begitu peduli padanya? Dia aja tidak peduli denganmu. Kenapa sih semua orang menyayanginya padahal Luke begitu jahat padaku?” Ucapnya.

            “Kau yang membuat kak Luke jahat padamu.” Ucap Eleanor.

            “Apa? Kenapa kau mengatakan itu?” Tanya Gretta.

            “Jika kau mau memaafkan kak Luke, jika hubungan kalian baik, kak Luke tidak akan jahat padamu dan kau menganggap kak Luke adalah sosok yang baik dan ramah.” Jawab Eleanor.

            “Iya. Tapi aku punya bukti kalau dia menginginkan hidupku menderita, dan kak Connor. Aku berani bertaruh kalau Luke tidak setampan itu kau pasti mendukungku. Aku heran kenapa kebanyakan cewek menilai cowok dari tampangnya saja.” Ucap Gretta seakan-akan menyindir Eleanor dan Eleanor tidak bisa berkata apa-apa lagi.

***

            Hari yang melelahkan. Luke merasa tubuhnya lelah sekali pasca ia sakit. Padahal hari ini ia tidak banyak melakukan aktivitas. Luke banyak diam dan bicara yang penting-penting saja. Tentu Michael heran dengan sikap Luke dan terpenting masalah tentang basket. Anak-anak basket lainnya pada tidak suka dengan sikap Luke yang tidak mau bertanggung jawab. Kemarin diadakan pertandingan persahabatan dan Luke tidak ikut dalam pertandingan itu padahal Luke adalah kaptennya. Luke seakan-akan menghindar dari mereka dan telah membuat kesalahan yang besar.

            Ia memang serba salah. Luke telah merebut apa yang diimpikan Connor namun setelah ia mendapatkannya ia malah meninggalkannya tanpa sebab. Nathan sudah tidak mau peduli lagi dengan basket dan tidak mau tau tentang kondisi basket saat ini. Nathan sudah percaya pada Luke tetapi Luke sendiri mengecewakan Nathan. Walau begini, Michael tetap baik pada Luke dan mendukung Luke. Michael menyimpulkan Luke masih sakit dan harus banyak-banyak istirahat.

            Apa artinya ia sudah dikeluarkan dari ekskull basket? Bagaimana pendapat Connor tentang semua ini? Apa Connor lebih membencinya lagi? Seharusnya ia tidak ikut campur dalam urusan basket. Seharusnya ia tidak mencari masalah pada Connor. Ya. Luke memang serba salah, bukan salah ke Gretta saja, tetapi semuanya!

            Secepatnya ia harus pulang dan istirahat kalau ia tidak mau pingsan di parkiran sekolahnya yang sudah sepi ini. Tiba-tiba dadanya sesak dan nafasnya terengah-engah. Luke terlalu memaksakan diri dan seakan-akan melupakan ‘hal itu’. Namun bukan hanya dadanya saja, tapi semua anggota tubuhnya mulai terasa lemah dan Luke tidak bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Ayolah, jangan sekarang! Batin Luke sambil berusaha menahan keadaan.

            Sebenarnya ini salahnya. Sudah tiga hari ia tidak memakan pil di dalam tabungnya itu. Luke tidak main-main dengan soal pil di dalam tabung itu dan pil itu juga tidak main-main. Pil itu amat mahal dan jika tidak berhemat Luke tidak akan bisa membeli pil itu. Sekarang tabung pil itu habis sebelum masanya ia membeli dan itu penyebab ia menjadi seperti ini. Bukan. Pil itu bukan obat. Pil itu seperti vitamin yang membantunya menjadi seperti anak-anak normal lainnya, begitu pikir Luke.

            Luke ingat saat ia sakit ia kehilangan satu buah tabung pil yang masih penuh dan Luke tidak tau dimana pil itu dan siapa yang mengambilnya. Tidak mungkin Teresa yang mengambilnya karena Teresa tau kalau ia sangat membutuhkan pil itu. Gretta? Sungguh Gretta sama sekali tidak tau apa-apa tentang pil itu dan tidak mungkin Gretta mengambilnya. Kalau begitu siapa?

            “Luke?”

            Suara gadis itu.. Sudah lama Luke tidak mendengar suara Aleisha dan kini gadis itu datang padanya. Gadis yang sangat terobsesi padanya dan gadis yang merebut ciuman pertamanya secara mendadak. Apa yang diinginkan Aleisha? Luke berharap Aleisha membencinya seperti mereka yang membencinya.

            “Luke!” Teriak Aleisha khawatir.

            Aleisha berlari mendekati Luke yang tertunduk lemah seakan-akan tidak bisa bernafas. Wajahnya sangat pucat dan basah karena keringat. Aleisha memerhatikan Luke dan khawatir. Luke sedang tidak baik!

            “Kau tidak baik Luk. Kau sakit.” Ucap Aleisha sambil menempelkan tangannya di kening Luke. Tidak panas. Lalu Luke sakit apa?

            Tidak tau kapan Luke menjatuhkan kepalanya di pangkuan Aleisha dan itu mampu membuat hati Aleisha teriris-iris. Ini Luke? Mengapa Luke terlihat lemah sekali seakan-akan ia harus melindungi Luke? Selama ini Aleisha berharap sosok pangeran yang melindunginya dan pangeran itu adalah Luke. Namun Aleisha sadar kalau Luke tidak tertartik padanya karena baginya Luke amat berbeda dari yang lain. Luke bukanlah cowok biasa dan Aleisha harus menerimanya. Ia tidak pantas untuk Luke, pikirnya sedih.

            “Apa yang kau rasakan Luk? Aku tidak bisa membawamu ke rumah sakit. Aku.. Aku minta maaf padamu Luk kalau selama ini aku salah. Aku..” Ucap Aleisha yang sepertinya ingin menangis.

            Sesuatu yang tidak diduga Aleisha datang. Perlahan Luke menyentuh pipinya secara lembut dan itu membuat jantung Aleisha berdetak-detak tak karuan dan kembali ragu dengan keputusannya. Keputusannya untuk tidak lagi mengejar Luke karena mengejar angin itu tidak ada gunanya. Namun sikap Luke sekarang…. Oh astaga kenapa ia ingin mencium Luke saat melhat wajah tampan yang pucat itu?

            “Ale.. Terimakasih karena pernah mencintaiku. Tapi maaf aku tidak bisa membalas cintamu. Cintaku hanyalah untuk sosok gadis yang benar-benar aku cintai. Sosok gadis yang..” Ucap Luke lalu tiba-tiba terhenti karena Luke menahan rasa sakit yang tidak bisa Aleisha rasakan.

            “Aku yang salah Luk. Aku hanya ingin kau bahagia meski aku tidak bisa bersamamu. Dan alangkah beruntungnya gadis yang kau cintai itu. Ah itu tidak penting. Tapi kita harus pergi ke rumah sakit.” Ucap Aleisha.

            Sebisa mungkin Luke tersenyum. “Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat sebentar saja.” Ucap Luke sambil memejamkan matanya. Menikmati rasa sakit yang menjalar hampir di seluruh tubuhnya.

            Kali ini Aleisha menangis dan berusaha membuat Luke menjadi baik. Ia mengusap lembut rambut Luke yang basah akibat keringat. Luke.. Kenapa sosok sempurna impian para gadis bisa menjadi seperti ini? Kenapa? Oke. Tidak apa-apa jika Luke tidak membalas cintanya tapi mohon jangan buat Luke seperti ini. Aleisha ingat dengan tabung yang pernah Luke jatuhkan dan ia yang memungutnya.

            “Kau sakit Luk! Kau membawa tabung yang tidak biasa. Apa itu obat?” Tanya Aleisha ragu-ragu.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Aleisha. Mungkin Luke memang membutuhkan sedikit waktu untuk mengembalikan semuanya menjadi normal. Tepatnya di pangkuan Aleisha.

            “LUKE! ALEISHA!!” Ucap sebuah suara yang mampu membuat jantung Aleisha seakan berhenti berdetak.

***

            Luke berubah!

            Gretta yang selalu memerhatikan sikap Luke ternyata memang berubah. Bahkan sikap Luke pada Teresa. Antara Luke dengan Teresa menjadi kurang akrab dan Luke seperti enggan berbicara dengan Teresa. Apa ini permainan Luke juga? Stop Gretta, stop! Jangan men-judge Luke seperti itu. Tapi Gretta penasaran dengan Luke.

            Selain itu, Gretta mendengar kabar kalau Luke beneran keluar dari tim basket dan sekarang anak-anak basket pada banyak yang membenci Luke karena menganggap Luke tidak bertanggung jawab. Jika di hitung, Luke mengikuti pertandingan kurang lebih sebanyak lima kali dan itu hanya pertandingan persahabatan dan bukan pertandingan sungguhan. Oke. Permainan basket Luke memang sempurna. Tapi sikap Luke-lah yang membuat anak-anak basket pada membencinya.

            Sekarang sudah hampir magrib dan Luke belum pulang. Kemana anak itu? Tapi kenapa juga peduli dengan Luke? Mau tidak pulang selama-lamanya juga tidak apa-apa kan? Gretta kembali menyetel lagu mereka yang membuat hati Gretta sedih. Lagu itu benar-benar lagu. Tidak menyangka band Luke bisa membuat lagu sesedih itu. Dan diam-diam Gretta ingin mendengar lagu-lagu lain dari mereka.

            Tanpa Gretta sadari, Luke sudah pulang dan Luke sama sekali tidak menatapnya. Luke kelihatan cuek dan langsung masuk ke dalam kamar. Biasanya Luke menyapanya dan tersenyum padanya, dan sekarang mengapa ia dan Luke seperti orang yang tidak saling kenal mengenal? Tapi bukankah itu yang diharapkan Gretta? Bagus jika Luke sudah tidak mau peduli padanya dan pergi dari rumah ini. Tapi kenapa rasanya sakit?

            Ia membenci Luke. Sudah jelas kan? Ia mencintai Connor. Perasaannya sudah jelas namun mengapa Gretta masih ragu? Sebenarnya apakah ia mencintai Connor seperti seorang wanita yang mencintai seorang pria atau dalam hal yang lain?

            Akhirnya Gretta memutuskan untuk diam-diam pergi ke kamar Luke dan melihat apa yang dilakukan Luke disana. Setelah Gretta sampai di pintu kamar Luke yang terbuka sedikit, Gretta mengintip Luke yang membawa tabung yang ia temukan di kamar Luke lalu mengeluarkan isinya. Dua buah pil sekaligus Luke telan dan Gretta ngeri melihatnya. Jangan-jangan itu pil narkoba lagi? Bisa jadi kan? Gretta menyesal karena sudah membuang tabung itu dan tidak menanyakan pada dokter atau perawat yang tau tentang segala macam obat.

            Kemudian Gretta melihat Luke yang mengambil gitarnya lalu jari-jarinya yang indah menyatu dengan senar-senar gitar itu dan menghasilkan nada yang indah. Hati Gretta tersentuh mendengar nada yang diciptakan Luke dan rasanya tidak sanggup jika ia mendengar Luke menyanyi.

            Luke, aku maafkan kamu. Mengapa susah sekali mengucapkan kalimat sederhana namun berarti bagi Luke?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar