expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 03 Desember 2015

Beside You ( Part 13 )



Entah sudah berapa lama Luke tinggal di rumahnya, Gretta tidak mau peduli. Tapi rasanya sudah begitu lama Luke berada di rumahnya. Serasa seperti setahun. Gretta meski sikapnya cuek pada Luke terkadang suka kehilangan control dan langsung memarahi Luke tentang semua perasaan benci, dendam, sedih yang ia rasakan. Dan kalian tau bagaimana reaksi Luke? Luke hanya bisa tersenyum seakan-akan menganggap hal itu tidak penting. Ini membuat Gretta semakin membenci Luke.

            “Aku baru tau kalau kak Luke masuk ke dalam tim basket. Aku tidak sabar melihatnya bertanding.” Ucap Eleanor.

            Mengapa semua orang menyukai Luke? Bahkan sahabatnya sendiri tergila-gila dengan Luke. Ohya. Ada satu orang yang juga membenci Luke, yaitu Connor. Meski Connor sering menyakitinya melalui kemesraannya dengan Aleisha, Gretta harus banyak mengucapkan terimakasih pada Connor karena membenci Luke.

            Selama latihan basket, Gretta memperhatikan Connor yang sama sekali tidak bersemangat dan suka menjauhkan diri dari teman-temannya. Permainan sempurnanya seakan-akan hilang. Kini bukan Connor yang menjadi bintang di lapangan. Melainkan Luke. Sekarang seisi sekolah ini tidak lagi membicarakan sosok Connor, melainkan Luke. Gretta tersenyum sinis dan penuh rasa kebencian. Tidak di rumah, tidak di sekolah, tidak di lapangan basket, pasti ada sosok yang bernama Luke.

            Pertanyaannya, dimanakah tempat yang tidak akan ada sosok Luke yang hadir? Sepertinya tidak ada. Luke seakan-akan ada dimana tempat dan membuat rasa bencinya pada Luke semakin menambah.

            Sepulang sekolah, Gretta memutuskan untuk berdiam diri di belakang sekolah sampai sore hari. Ponselnya ia matikan agar tidak ada yang menganggunya. Gretta teramat sakit jika harus pulang ke rumah secepatnya. Melihat Luke yang sedang belajar dengan serius, sapaan Luke yang ceria seperti masa lalu itu tidak ada apa-apanya, dan ketika Teresa datang lebih memilih mengobrol dengan Luke dibanding dirinya…

            Luke telah merebut semuanya! Semuanya! Luke telah membuatnya kehilangan Ayah dan Kak Harry, dan Luke telah membuatnya kehilangan sosok Ibu. Baik Teresa maupun Eleanor menyuruhnya untuk memaafkan Luke dan kembali baik dengan Luke. Tapi apa semudah itu memaafkan seseorang yang telah menghancurkan hidup kita?

            Tiba-tiba Gretta teringat sesuatu. Tepatnya di hari ini. Hari yang spesial. Yaitu hari ulang tahun Ayahnya. Dulu saat Ayahnya ulang tahun, ia dan Harry selalu membuat kejutan sehingga membuat Ayah terharu dan mengatakan kalau Ayah sangat menyayangi kalian. Ayah….

            Air matanya menetes membasahi pipinya yang pucat. Gretta menangis dan siapapun tidak akan mau peduli dengannya. Gretta sangat merindukan sosok Ayah. Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai memang terasa sakit. Rasanya kita seperti ingin menyusul orang itu.

            “Gretta?”

            Itu suara Connor, namun Gretta sepertinya tidak mendengar suara Connor. Gadis malang itu terus menangis dan itu mampu membuat hati Connor pedih. Gretta.. Connor berjalan mendekati Gretta dan duduk di samping gadis itu. Baru Gretta menyadari kehadiran Connor di sisinya.

            “Kak, aku.. Aku kangen Ayah..” Tangis Gretta.

            Langsung saja Connor memeluk Gretta dan menaruh Gretta di dalam pelukannya. Tidak peduli bajunya yang basah akibat air mata Gretta. Selama ini Connor mengira Gretta adalah gadis yang kuat dan tidak terkalahkan, tapi inilah Gretta. Seorang gadis lemah yang setiap harinya menangisi sang Ayah dan merindukan sang Ayah.

            “Kak, aku ingin Ayah ada disini. Kenapa Ayah harus mati?” Tangis Gretta.

            Tiba-tiba Connor teringat dengan cerita Gretta yang menceritakan bahwa Ayah Luke yang telah membunuh Ayah Gretta dengan mobilnya. Tangan Connor mengeras. Luke! Kali ini Connor benar-benar merasakan kebencian yang sangat dengan Luke. Luke tidak hanya merebut kehidupan Gretta, tapi juga merebut hidupnya. Dan Connor berani bertaruh kalau Luke yang nantinya dipilih menjadi kapten tim karena sikap Luke yang dewasa dan bisa mengatur tim-nya. Nathan saja berkali-kali memuji permainan Luke dan sikap Luke yang menurutnya sangat langka, yang jarang dimiliki oleh siapapun.

            “Rasanya percuma membenci Luke, menyimpan dendam ke Luke, Ayah tidak akan pernah kembali.” Ucap Gretta.

            Connor semakin mengeratkan pelukannya. “Kau adalah gadis yang kuat. Ayahmu memang tidak akan bisa kembali, tapi dia selalu ada di hatimu. Percayalah.” Ucapnya.

            Gretta sedikit terhibur dengan ucapan Connor dan dia tersadar bahwa saat ini Connor memeluknya dengan erat. Pelukan yang sangat erat dan Gretta begitu nyaman dengan pelukan itu. Andai bisa selama-lamanya seperti ini…

            “Tapi aku akan tetap membenci Luke dan tidak akan mau memaafkannya. Sampai kapanpun!” Ucap Gretta.

            Tanpa keduanya sadari, seorang gadis menyaksikan adegan itu dengan perasaan yang puas. Sangat puas sekali. Gadis itu sama sekali tidak merasakan kesedihan atau kesakitan. Justru ia merasa puas dan telah menyimpulkan sesuatu.

            Bahwa selama ini Connor tidak pernah mencintainya melainkan mencintai gadis lain yang bernama Gretta. Aleisha merasa puas sekarang. Oke. Jika ini memang yang terbaik, Aleisha tidak segan-segan memutuskan hubungannya dengan Connor. Dan belakang-belakangan ini hubungannya dengan Connor kurang membaik. Connor lebih suka menyendiri dan jarang menemuinya. Bahkan Connor jarang membalas pesannya.

            Seharusnya Aleisha merasa sakit karena menyadari cinta Connor hanyalah palsu. Tapi ia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Namun diam-diam, Aleisha merasa sedikit bersalah pada Connor. Sedikit merasa bersalah Connor bahwa ternyata ia menyukai seorang cowok selain Connor. Cowok yang entah kapan telah merebut hatinya. Cowok yang baik, ramah, pintar dan sempurna. Cowok yang tidak lain adalah Luke.

***

            Puas menulis segala isi hatinya di facebook, Aleisha duduk termenung di balkon kamarnya sambil menatap bintang-bintang yang jumlahnya tidak bisa dihitung. Entah bagaimana reaksi Connor ketika menemukan status-statusnya walau tidak secara langsung ia menyebut nama Connor. Aleisha sudah lelah dengan semua ini. Seharusnya ia sadar bahwa cowok yang selama ini ia cintai adalah Luke, bukan Connor. Tapi apakah iya Luke juga menyukainya?

            Luke adalah favorite semua orang dan banyak yang menginginkannya. Bukan hanya ia saja Luke selalu bersikap baik dan pengertian. Luke baik kepada siapa saja dan itu membuat siapapun tersentuh dengan sikapnya. Diam-diam Aleisha sudah mencari info-info yang berhubungan dengan Luke. Ternyata selain jago dalam olahraga, Luke juga menyukai musik dan sudah bergabung bersama Michael, Calum dan Ashton. Band mereka yang bernama 5 Seconds of Summer tetapi 5 Seconds of Summer belum pernah menampakkan diri untuk tampil dan dilihat banyak orang. Aleisha juga sudah membuka video-video coveran Luke di youtube dan menurutnya suara Luke sangatlah bagus dan mampu menyentuh hatinya.

            Oke. Aleisha sudah yakin dengan perasaannya ini. Tidak ada sedikitpun keraguan di dalam hatinya. Luke-lah sosok yang selama ini ia impikan. Tapi sekali lagi, apakah Luke juga menyukainya? Aleisha menghela nafas panjang. Begitu sulit menebak pikiran orang yang kita cintai. Ya.

***

            “Gimana?”

            Wajah kecemasan Teresa bertambah saat menyadari Luke yang tiba di rumah dengan tangan kosong. Sudah jam sembilan malam dan Gretta belum juga pulang ke rumah. Sudah berjam-jam Luke mencari Gretta tapi hasilnya nihil. Gretta seperti di telan bumi dan itu membuatnya khawatir. Luke duduk dengan lesu di sofa ruang tamu sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

            “Kau istirahat saja.” Ucap Teresa pelan.

            Luke mengangkat wajahnya. “Tidak. Aku harus menemukan Gretta. Aku tidak ingin dia kenapa-napa. Ini salahku. Aku yang telah membuatnya menjadi seperti ini.” Ucapnya.

            Hati Teresa serasa teriris mendengar ucapan Luke. “Tidak. Pasti Gretta menginap di rumah temannya. Dia akan baik-baik saja.” Ucapnya.

            “Tapi aku khawatir padanya.. Aku takut jika dia tersakiti. Aku rela melakukan apapun asalkan Gretta baik-baik saja..” Ucap Luke.

            Tiba-tiba dari arah pintu rumah muncullah seorang gadis yang tidak lain adalah Gretta. Penampilan Gretta sangatlah kacau dan matanya begitu sembab. Teresa langsung memeluk Gretta tetapi Gretta melepaskan pelukan itu dan memilih duduk di sofa.

            “Aku ambilkan minum.” Ucap Luke lalu secepat mungkin pergi menuju dapur untuk mengambilkan Gretta air putih.

            “Kau kemana saja?” Tanya Teresa.

            Gretta tidak menjawab pertanyaan Teresa. Masih tetap dalam keadaan diam sampai Luke membawakannya segelas air putih. Namun baru saja Luke menyodorkan gelas itu, Gretta langsung membuangnya otomatis gelas yang berisi air itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara pecahan kaca yang tidak kecil.

            “Gretta!” Ucap Teresa.

            Sementara Luke mengambil gelas malang itu, Gretta menatap tajam ke arah Teresa. “Apa? Mama khawatir sama Gretta yang baru pulang jam segini? Untuk apa Mama khawatir sama Gretta? Mama sudah punya Luke! Mama tidak perlu khawatir dengan Gretta!” Bentaknya.

            “Gretta! Jangan bicara seperti itu! Mama..”

            Ucapan Teresa dipotong oleh Gretta. “Mama mau bilang kalau sikap Gretta ini seperti anak kecil? Gretta sakit Ma. Sakit sekali! Gretta sudah kehilangan Ayah dan Kak Harry hanya karena keluarga Luke! Gretta kangen Ma sama Ayah.. Sama Kak Harry! Jika Ayah disini, tentu Ayah tidak akan seperti Mama yang lebih menyayangi Luke ketimbang anak sendiri.” Gretta terdiam sesaat sambil mengatur nafasnya yang naik turun. “Asal Mama tau, Luke sudah merebut hidup Gretta! Luke sudah merebut semua kebahagiaan Gretta. Luke sudah membuat Gretta kehilangan Ayah dan Kak Harry, dan Luke sudah membuat Gretta kehilangan Mama! Gretta pengen mati Ma! Gretta pengen nyusul Ayah dan Kak Harry! Gretta capek Ma berada di dunia yang sama sekali tidak adil dengan Gretta!” Sambungnya berapi-api.

            Teresa tidak membalas ucapan Gretta. Wanita itu menangis dalam diam. Gretta pun menangis dengan penuh rasa kebencian dan dendam serta rasa ketidakadilan Tuhan padanya.

            “Gretta, aku minta maaf. Aku minta maaf.” Ucap Luke akhirnya.

            Gretta menatap Luke dengan tajam. “Minta maaf? Apa semudah itu kau meminta maaf padaku?” Bentaknya.

            “Aku minta maaf Gretta. Ku mohon maafkan aku. Beri aku satu kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Aku ingin kita yang dulu. Ku mohon Gretta..” Ucap Luke.

            Gretta tersenyum sinis. “Hei! Aku tidak akan terpengaruh oleh sikap manismu yang jijik itu! Aku tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun. Sampai kapanpun!” Ucapnya.

            Mendengar ucapan Gretta, Luke tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ucapan Gretta terdengar serius dan Gretta tidak akan memaafkannya sampai kapanpun. Luke merasa hatinya sakit sekali. Luke merasa semuanya sia-sia. Kesempatan terakhir yang Tuhan berikan padanya adalah suatu hal yang sia-sia.

            Akhirnya Gretta berdiri masih dengan tatapan tajamnya pada Luke. “Satu lagi. Kau telah merebut hidup Connor. Kau telah membuat Connor membenci dirimu. Oh ya, kau memang pantas untuk dibencikan. Seorang Luke Hemmings yang telah berhasil merebut semua perhatian seisi sekolah dan menjadi bintang disana sementara itu adalah milik Connor, dan masalah tentang basket sekaligus pergantian kapten tim yang adalah impian Connor dan sebentar lagi akan kau rebut.. Kau boleh saja bersikap baik dengan siapa saja, sok ramah dengan siapa saja, tapi ternyata kau tidak lebih-lebih dari orang licik yang suka merebut hidup orang! Kau telah merebut hidupku dan Connor! Setelah ini apa? Kau akan merebut apa lagi?” Ucapnya kemudian pergi menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras.

            Setelah Gretta pergi, Luke yang masih membawa serpihan gelas itu duduk di samping Teresa yang tengah berusaha menahan tangisnya.

            “Ternyata, kesempatan terakhir ini tidak ada gunanya. Percuma aku disini. Aku hanya bisa menambah kebencian dan tidak bisa membuatnya menjadi lebih baik.” Ucap Luke.

***

            Mimpi apa ia semalam pagi-pagi ini mendengar berita kalau Connor sudah putus dengan Aleisha! Tentu saja berita heboh ini banyak dibicarakan oleh semua orang dan menjadi topik hangat pagi ini. Tapi mengapa rasanya ia tidak bahagia mendengar berita ini? Mengapa ia biasa-biasa saja mendengar berita ini?

            Setiba di kelas, Gretta langsung duduk dan menemui Eleanor yang sepertinya juga heran dengan berita putusnya Connor dengan Aleisha padahal hubungan mereka terkesan indah dan sempurna.

            “Apa mereka benar putus?” Tanya Eleanor.

            Gretta tidak menjawab pertanyaan Eleanor. Gadis itu terdiam seperti sedang menahan kesedihannya akibat peristiwa semalam. Rasa rindu pada Ayah dan Harry.. Rasa bencinya pada Luke…

            “Kau kenapa lagi?” Tanya Eleanor.

            Gretta menatap Eleanor. “Jawabannya sama. Karena Luke.” Jawabnya.

            Tiba-tiba Eleanor teringat sesuatu. “Kemarin kau kemana aja? Luke lelah mencarimu. Dia mengkhawatirkanmu.” Ucapnya.

            “Tolong El jangan membuatku membencimu hanya karena Luke. Aku sudah kehilangan Mama karena Luke, dan aku tidak mau kehilanganmu.” Ucap Gretta.

            “Aku tidak mengerti dengan ucapanmu. Asal kau tau Gretta, Luke sangat menyayangimu. Bahkan mungkin dia menyimpan perasaan lebih padamu. Bangunlah Gretta. Kau adalah gadis yang sangat beruntung. Di kala semuanya ingin bisa dekat dengan Luke, kau yang dekat dengan Luke malah tidak suka.” Ucap Eleanor.

            Tidak. Eleanor tidak akan pernah mengerti perasaannya. Eleanor selalu membela Luke dan mengatakan bahwa ia adalah gadis yang beruntung karena dekat dengan Luke.

            “Kau sama seperti Mama. Sama-sama tidak mau mengerti perasaanku.” Ucap Gretta lalu mengambil tasnya dan pindah tempat duduk. Biarkanlah ia sendiri karena ia memang pantas untuk sendiri.

            Luke telah merebut semuanya. Semuanya!

***

            Sepulang sekolah, tidak sengaja Gretta melihat Connor yang berjalan sendiri, tanpa Aleisha. Jadi benar berita itu? Jadi benar Connor sudah putus dengan Aleisha? Atas dasar apa? Siapa yang meminta putus?

            “Kak Connor!” Teriak Gretta menyusul Connor.

            “Gretta..” Ucap Connor.

            “Apa benar kak Connor putus dengan kak Ale?” Tanya Gretta.

            “Iya. Itu benar. Aleisha yang meminta putus dan aku terima.” Jawab Connor.

            Aleisha yang meminta putus dengan Connor? Pasti ada alasannya. Pasti ada alasan mengapa Aleisha yang meminta putus dengan Connor.

            “Kenapa? Bukankah kak Ale sangat mencintai kak Connor?” Tanya Gretta.

            “Aku tidak tau. Yang jelas hubungan kami sudah selesai dan aku tidak mau melihatnya lagi.” Jawab Connor.

            “Apa.. Apa karena Luke?” Tanya Gretta ragu.

            Connor memberhentikan langkahnya. Tentu ia tidak memikirkan hal itu. Tapi ia merasa pertanyaan Gretta ada benarnya. Tapi apa iya Aleisha menyukai Luke dan karena Luke, Aleisha meminta putus padanya? Namun Connor tidak merasakan sakit atau apa. Dia kelihatan biasa-biasa saja. Mungkin salahnya juga karena belakang-belakangan ini seperti berusaha menjauhi Aleisha.

            “Kalau itu benar, Luke sudah sangat keterlaluan!” Ucap Connor.

***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar