Entah sudah
berapa lama Luke tinggal di rumahnya, Gretta tidak mau peduli. Tapi rasanya
sudah begitu lama Luke berada di rumahnya. Serasa seperti setahun. Gretta meski
sikapnya cuek pada Luke terkadang suka kehilangan control dan langsung memarahi
Luke tentang semua perasaan benci, dendam, sedih yang ia rasakan. Dan kalian
tau bagaimana reaksi Luke? Luke hanya bisa tersenyum seakan-akan menganggap hal
itu tidak penting. Ini membuat Gretta semakin membenci Luke.
“Aku baru tau kalau kak Luke masuk
ke dalam tim basket. Aku tidak sabar melihatnya bertanding.” Ucap Eleanor.
Mengapa semua orang menyukai Luke?
Bahkan sahabatnya sendiri tergila-gila dengan Luke. Ohya. Ada satu orang yang
juga membenci Luke, yaitu Connor. Meski Connor sering menyakitinya melalui
kemesraannya dengan Aleisha, Gretta harus banyak mengucapkan terimakasih pada
Connor karena membenci Luke.
Selama latihan basket, Gretta
memperhatikan Connor yang sama sekali tidak bersemangat dan suka menjauhkan
diri dari teman-temannya. Permainan sempurnanya seakan-akan hilang. Kini bukan
Connor yang menjadi bintang di lapangan. Melainkan Luke. Sekarang seisi sekolah
ini tidak lagi membicarakan sosok Connor, melainkan Luke. Gretta tersenyum
sinis dan penuh rasa kebencian. Tidak di rumah, tidak di sekolah, tidak di
lapangan basket, pasti ada sosok yang bernama Luke.
Pertanyaannya, dimanakah tempat yang
tidak akan ada sosok Luke yang hadir? Sepertinya tidak ada. Luke seakan-akan
ada dimana tempat dan membuat rasa bencinya pada Luke semakin menambah.
Sepulang sekolah, Gretta memutuskan
untuk berdiam diri di belakang sekolah sampai sore hari. Ponselnya ia matikan
agar tidak ada yang menganggunya. Gretta teramat sakit jika harus pulang ke
rumah secepatnya. Melihat Luke yang sedang belajar dengan serius, sapaan Luke
yang ceria seperti masa lalu itu tidak ada apa-apanya, dan ketika Teresa datang
lebih memilih mengobrol dengan Luke dibanding dirinya…
Luke telah merebut semuanya!
Semuanya! Luke telah membuatnya kehilangan Ayah dan Kak Harry, dan Luke telah
membuatnya kehilangan sosok Ibu. Baik Teresa maupun Eleanor menyuruhnya untuk
memaafkan Luke dan kembali baik dengan Luke. Tapi apa semudah itu memaafkan
seseorang yang telah menghancurkan hidup kita?
Tiba-tiba Gretta teringat sesuatu.
Tepatnya di hari ini. Hari yang spesial. Yaitu hari ulang tahun Ayahnya. Dulu
saat Ayahnya ulang tahun, ia dan Harry selalu membuat kejutan sehingga membuat
Ayah terharu dan mengatakan kalau Ayah sangat menyayangi kalian. Ayah….
Air matanya menetes membasahi
pipinya yang pucat. Gretta menangis dan siapapun tidak akan mau peduli dengannya.
Gretta sangat merindukan sosok Ayah. Kehilangan seseorang yang sangat kita
cintai memang terasa sakit. Rasanya kita seperti ingin menyusul orang itu.
“Gretta?”
Itu suara Connor, namun Gretta
sepertinya tidak mendengar suara Connor. Gadis malang itu terus menangis dan
itu mampu membuat hati Connor pedih. Gretta.. Connor berjalan mendekati Gretta
dan duduk di samping gadis itu. Baru Gretta menyadari kehadiran Connor di
sisinya.
“Kak, aku.. Aku kangen Ayah..”
Tangis Gretta.
Langsung saja Connor memeluk Gretta
dan menaruh Gretta di dalam pelukannya. Tidak peduli bajunya yang basah akibat
air mata Gretta. Selama ini Connor mengira Gretta adalah gadis yang kuat dan
tidak terkalahkan, tapi inilah Gretta. Seorang gadis lemah yang setiap harinya
menangisi sang Ayah dan merindukan sang Ayah.
“Kak, aku ingin Ayah ada disini.
Kenapa Ayah harus mati?” Tangis Gretta.
Tiba-tiba Connor teringat dengan
cerita Gretta yang menceritakan bahwa Ayah Luke yang telah membunuh Ayah Gretta
dengan mobilnya. Tangan Connor mengeras. Luke! Kali ini Connor benar-benar
merasakan kebencian yang sangat dengan Luke. Luke tidak hanya merebut kehidupan
Gretta, tapi juga merebut hidupnya. Dan Connor berani bertaruh kalau Luke yang
nantinya dipilih menjadi kapten tim karena sikap Luke yang dewasa dan bisa
mengatur tim-nya. Nathan saja berkali-kali memuji permainan Luke dan sikap Luke
yang menurutnya sangat langka, yang jarang dimiliki oleh siapapun.
“Rasanya percuma membenci Luke,
menyimpan dendam ke Luke, Ayah tidak akan pernah kembali.” Ucap Gretta.
Connor semakin mengeratkan
pelukannya. “Kau adalah gadis yang kuat. Ayahmu memang tidak akan bisa kembali,
tapi dia selalu ada di hatimu. Percayalah.” Ucapnya.
Gretta sedikit terhibur dengan
ucapan Connor dan dia tersadar bahwa saat ini Connor memeluknya dengan erat.
Pelukan yang sangat erat dan Gretta begitu nyaman dengan pelukan itu. Andai
bisa selama-lamanya seperti ini…
“Tapi aku akan tetap membenci Luke
dan tidak akan mau memaafkannya. Sampai kapanpun!” Ucap Gretta.
Tanpa keduanya sadari, seorang gadis
menyaksikan adegan itu dengan perasaan yang puas. Sangat puas sekali. Gadis itu
sama sekali tidak merasakan kesedihan atau kesakitan. Justru ia merasa puas dan
telah menyimpulkan sesuatu.
Bahwa selama ini Connor tidak pernah
mencintainya melainkan mencintai gadis lain yang bernama Gretta. Aleisha merasa
puas sekarang. Oke. Jika ini memang yang terbaik, Aleisha tidak segan-segan
memutuskan hubungannya dengan Connor. Dan belakang-belakangan ini hubungannya
dengan Connor kurang membaik. Connor lebih suka menyendiri dan jarang
menemuinya. Bahkan Connor jarang membalas pesannya.
Seharusnya Aleisha merasa sakit
karena menyadari cinta Connor hanyalah palsu. Tapi ia sama sekali tidak
merasakan apa-apa. Namun diam-diam, Aleisha merasa sedikit bersalah pada
Connor. Sedikit merasa bersalah Connor bahwa ternyata ia menyukai seorang cowok
selain Connor. Cowok yang entah kapan telah merebut hatinya. Cowok yang baik,
ramah, pintar dan sempurna. Cowok yang tidak lain adalah Luke.
***
Puas menulis segala isi hatinya di
facebook, Aleisha duduk termenung di balkon kamarnya sambil menatap
bintang-bintang yang jumlahnya tidak bisa dihitung. Entah bagaimana reaksi
Connor ketika menemukan status-statusnya walau tidak secara langsung ia
menyebut nama Connor. Aleisha sudah lelah dengan semua ini. Seharusnya ia sadar
bahwa cowok yang selama ini ia cintai adalah Luke, bukan Connor. Tapi apakah
iya Luke juga menyukainya?
Luke adalah favorite semua orang dan
banyak yang menginginkannya. Bukan hanya ia saja Luke selalu bersikap baik dan
pengertian. Luke baik kepada siapa saja dan itu membuat siapapun tersentuh
dengan sikapnya. Diam-diam Aleisha sudah mencari info-info yang berhubungan
dengan Luke. Ternyata selain jago dalam olahraga, Luke juga menyukai musik dan
sudah bergabung bersama Michael, Calum dan Ashton. Band mereka yang bernama 5
Seconds of Summer tetapi 5 Seconds of Summer belum pernah menampakkan diri
untuk tampil dan dilihat banyak orang. Aleisha juga sudah membuka video-video
coveran Luke di youtube dan menurutnya suara Luke sangatlah bagus dan mampu
menyentuh hatinya.
Oke. Aleisha sudah yakin dengan
perasaannya ini. Tidak ada sedikitpun keraguan di dalam hatinya. Luke-lah sosok
yang selama ini ia impikan. Tapi sekali lagi, apakah Luke juga menyukainya?
Aleisha menghela nafas panjang. Begitu sulit menebak pikiran orang yang kita
cintai. Ya.
***
“Gimana?”
Wajah kecemasan Teresa bertambah
saat menyadari Luke yang tiba di rumah dengan tangan kosong. Sudah jam sembilan
malam dan Gretta belum juga pulang ke rumah. Sudah berjam-jam Luke mencari
Gretta tapi hasilnya nihil. Gretta seperti di telan bumi dan itu membuatnya
khawatir. Luke duduk dengan lesu di sofa ruang tamu sambil mengatur nafasnya
yang tidak beraturan.
“Kau istirahat saja.” Ucap Teresa
pelan.
Luke mengangkat wajahnya. “Tidak.
Aku harus menemukan Gretta. Aku tidak ingin dia kenapa-napa. Ini salahku. Aku
yang telah membuatnya menjadi seperti ini.” Ucapnya.
Hati Teresa serasa teriris mendengar
ucapan Luke. “Tidak. Pasti Gretta menginap di rumah temannya. Dia akan
baik-baik saja.” Ucapnya.
“Tapi aku khawatir padanya.. Aku
takut jika dia tersakiti. Aku rela melakukan apapun asalkan Gretta baik-baik
saja..” Ucap Luke.
Tiba-tiba dari arah pintu rumah
muncullah seorang gadis yang tidak lain adalah Gretta. Penampilan Gretta
sangatlah kacau dan matanya begitu sembab. Teresa langsung memeluk Gretta
tetapi Gretta melepaskan pelukan itu dan memilih duduk di sofa.
“Aku ambilkan minum.” Ucap Luke lalu
secepat mungkin pergi menuju dapur untuk mengambilkan Gretta air putih.
“Kau kemana saja?” Tanya Teresa.
Gretta tidak menjawab pertanyaan
Teresa. Masih tetap dalam keadaan diam sampai Luke membawakannya segelas air
putih. Namun baru saja Luke menyodorkan gelas itu, Gretta langsung membuangnya
otomatis gelas yang berisi air itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara
pecahan kaca yang tidak kecil.
“Gretta!” Ucap Teresa.
Sementara Luke mengambil gelas
malang itu, Gretta menatap tajam ke arah Teresa. “Apa? Mama khawatir sama
Gretta yang baru pulang jam segini? Untuk apa Mama khawatir sama Gretta? Mama
sudah punya Luke! Mama tidak perlu khawatir dengan Gretta!” Bentaknya.
“Gretta! Jangan bicara seperti itu!
Mama..”
Ucapan Teresa dipotong oleh Gretta.
“Mama mau bilang kalau sikap Gretta ini seperti anak kecil? Gretta sakit Ma.
Sakit sekali! Gretta sudah kehilangan Ayah dan Kak Harry hanya karena keluarga
Luke! Gretta kangen Ma sama Ayah.. Sama Kak Harry! Jika Ayah disini, tentu Ayah
tidak akan seperti Mama yang lebih menyayangi Luke ketimbang anak sendiri.”
Gretta terdiam sesaat sambil mengatur nafasnya yang naik turun. “Asal Mama tau,
Luke sudah merebut hidup Gretta! Luke sudah merebut semua kebahagiaan Gretta.
Luke sudah membuat Gretta kehilangan Ayah dan Kak Harry, dan Luke sudah membuat
Gretta kehilangan Mama! Gretta pengen mati Ma! Gretta pengen nyusul Ayah dan
Kak Harry! Gretta capek Ma berada di dunia yang sama sekali tidak adil dengan
Gretta!” Sambungnya berapi-api.
Teresa tidak membalas ucapan Gretta.
Wanita itu menangis dalam diam. Gretta pun menangis dengan penuh rasa kebencian
dan dendam serta rasa ketidakadilan Tuhan padanya.
“Gretta, aku minta maaf. Aku minta
maaf.” Ucap Luke akhirnya.
Gretta menatap Luke dengan tajam.
“Minta maaf? Apa semudah itu kau meminta maaf padaku?” Bentaknya.
“Aku minta maaf Gretta. Ku mohon
maafkan aku. Beri aku satu kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Aku
ingin kita yang dulu. Ku mohon Gretta..” Ucap Luke.
Gretta tersenyum sinis. “Hei! Aku
tidak akan terpengaruh oleh sikap manismu yang jijik itu! Aku tidak akan
memaafkanmu sampai kapanpun. Sampai kapanpun!” Ucapnya.
Mendengar ucapan Gretta, Luke tidak
bisa berkata apa-apa lagi. Ucapan Gretta terdengar serius dan Gretta tidak akan
memaafkannya sampai kapanpun. Luke merasa hatinya sakit sekali. Luke merasa
semuanya sia-sia. Kesempatan terakhir yang Tuhan berikan padanya adalah suatu
hal yang sia-sia.
Akhirnya Gretta berdiri masih dengan
tatapan tajamnya pada Luke. “Satu lagi. Kau telah merebut hidup Connor. Kau
telah membuat Connor membenci dirimu. Oh ya, kau memang pantas untuk
dibencikan. Seorang Luke Hemmings yang telah berhasil merebut semua perhatian
seisi sekolah dan menjadi bintang disana sementara itu adalah milik Connor, dan
masalah tentang basket sekaligus pergantian kapten tim yang adalah impian
Connor dan sebentar lagi akan kau rebut.. Kau boleh saja bersikap baik dengan
siapa saja, sok ramah dengan siapa saja, tapi ternyata kau tidak lebih-lebih
dari orang licik yang suka merebut hidup orang! Kau telah merebut hidupku dan
Connor! Setelah ini apa? Kau akan merebut apa lagi?” Ucapnya kemudian pergi
menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
Setelah Gretta pergi, Luke yang
masih membawa serpihan gelas itu duduk di samping Teresa yang tengah berusaha
menahan tangisnya.
“Ternyata, kesempatan terakhir ini
tidak ada gunanya. Percuma aku disini. Aku hanya bisa menambah kebencian dan
tidak bisa membuatnya menjadi lebih baik.” Ucap Luke.
***
Mimpi apa ia semalam pagi-pagi ini
mendengar berita kalau Connor sudah putus dengan Aleisha! Tentu saja berita
heboh ini banyak dibicarakan oleh semua orang dan menjadi topik hangat pagi
ini. Tapi mengapa rasanya ia tidak bahagia mendengar berita ini? Mengapa ia
biasa-biasa saja mendengar berita ini?
Setiba di kelas, Gretta langsung
duduk dan menemui Eleanor yang sepertinya juga heran dengan berita putusnya
Connor dengan Aleisha padahal hubungan mereka terkesan indah dan sempurna.
“Apa mereka benar putus?” Tanya
Eleanor.
Gretta tidak menjawab pertanyaan
Eleanor. Gadis itu terdiam seperti sedang menahan kesedihannya akibat peristiwa
semalam. Rasa rindu pada Ayah dan Harry.. Rasa bencinya pada Luke…
“Kau kenapa lagi?” Tanya Eleanor.
Gretta menatap Eleanor. “Jawabannya
sama. Karena Luke.” Jawabnya.
Tiba-tiba Eleanor teringat sesuatu.
“Kemarin kau kemana aja? Luke lelah mencarimu. Dia mengkhawatirkanmu.” Ucapnya.
“Tolong El jangan membuatku
membencimu hanya karena Luke. Aku sudah kehilangan Mama karena Luke, dan aku
tidak mau kehilanganmu.” Ucap Gretta.
“Aku tidak mengerti dengan ucapanmu.
Asal kau tau Gretta, Luke sangat menyayangimu. Bahkan mungkin dia menyimpan
perasaan lebih padamu. Bangunlah Gretta. Kau adalah gadis yang sangat
beruntung. Di kala semuanya ingin bisa dekat dengan Luke, kau yang dekat dengan
Luke malah tidak suka.” Ucap Eleanor.
Tidak. Eleanor tidak akan pernah
mengerti perasaannya. Eleanor selalu membela Luke dan mengatakan bahwa ia
adalah gadis yang beruntung karena dekat dengan Luke.
“Kau sama seperti Mama. Sama-sama
tidak mau mengerti perasaanku.” Ucap Gretta lalu mengambil tasnya dan pindah
tempat duduk. Biarkanlah ia sendiri karena ia memang pantas untuk sendiri.
Luke telah merebut semuanya.
Semuanya!
***
Sepulang sekolah, tidak sengaja
Gretta melihat Connor yang berjalan sendiri, tanpa Aleisha. Jadi benar berita
itu? Jadi benar Connor sudah putus dengan Aleisha? Atas dasar apa? Siapa yang
meminta putus?
“Kak Connor!” Teriak Gretta menyusul
Connor.
“Gretta..” Ucap Connor.
“Apa benar kak Connor putus dengan
kak Ale?” Tanya Gretta.
“Iya. Itu benar. Aleisha yang
meminta putus dan aku terima.” Jawab Connor.
Aleisha yang meminta putus dengan
Connor? Pasti ada alasannya. Pasti ada alasan mengapa Aleisha yang meminta
putus dengan Connor.
“Kenapa? Bukankah kak Ale sangat
mencintai kak Connor?” Tanya Gretta.
“Aku tidak tau. Yang jelas hubungan
kami sudah selesai dan aku tidak mau melihatnya lagi.” Jawab Connor.
“Apa.. Apa karena Luke?” Tanya
Gretta ragu.
Connor memberhentikan langkahnya.
Tentu ia tidak memikirkan hal itu. Tapi ia merasa pertanyaan Gretta ada
benarnya. Tapi apa iya Aleisha menyukai Luke dan karena Luke, Aleisha meminta
putus padanya? Namun Connor tidak merasakan sakit atau apa. Dia kelihatan
biasa-biasa saja. Mungkin salahnya juga karena belakang-belakangan ini seperti
berusaha menjauhi Aleisha.
“Kalau itu benar, Luke sudah sangat
keterlaluan!” Ucap Connor.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar