Hari ini
Gretta sakit. Suhu tubuhnya panas akibat bermain basket di bawah guyuran hujan.
Awalnya Gretta memaksakan diri untuk sekolah tetapi Teresa melarangnya. Gretta
terserang demam dan harus istirahat total di rumah. Jarang sekali Gretta sakit
apalagi sakit demam. Biasanya Gretta hanya terkena penyakit batuk atau pilek.
“Hari ini Gretta sakit.” Ucap
Teresa.
Teresa mengucapkan kalimat itu
dengan suara yang serak. Jika Gretta sakit sampai demam, itu bukanlah hal yang
biasa. Selama ini Teresa melihat Gretta adalah anak yang kuat. Bahkan saat
Ayahnya meninggal Gretta tidak sakit seperti ini. Biasanya walau sakit Gretta
bisa pergi sekolah tapi keadaan Gretta saat ini terlihat parah dan suhu tubuh
Gretta terasa panas. Mau tidak mau Gretta harus di bawa ke dokter secepatnya
agar tidak parah.
“Dia tidak sekolah hari ini?” Tanya
Luke.
Sebenarnya itu pertanyaan bodoh
tentu Luke sudah tau hari ini Gretta tidak masuk sekolah dan harus istirahat
total di rumah. Diam-diam Luke ingin merawat Gretta sampai sembuh dan tidak
peduli bagaimana reaksi Gretta nantinya.
“Iya. Nanti kamu jaga Gretta ya
setelah pulang sekolah.” Ucap Teresa.
***
Tentu Connor merasa sedih mendengar
kabar kalau Gretta sakit akibat bermain basket di bawah guyuran hujan. Gretta
memang suka memaksakan diri dan keras kepala. Selama di kelas wajah Connor
tampak gelisah dan ingin cepat-cepat menjenguk Gretta. Baru kali ini ia merasa
khawatir pada seseorang, bahkan saat Aleisha sakit ia tidak se-khawatir ini.
Connor merasa Gretta spesial di hatinya dan berbeda dari lainnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Tanya Riley.
Mendadak Connor kaget mendengar
suara Riley. “Mengapa kau mengagetkanku?” Tanyanya sedikit sebal.
“Apa karena gadis itu?” Tanya Riley.
Entah mengapa jantung Connor
berdebar-debar. “Gadis siapa? Aku sudah putus dengan Aleisha.” Jawab Connor
sekenanya.
“Bukan Ale. Tapi si gadis tomboi
itu. Ku perhatikan kau seperti tertarik dengannya.” Jawab Riley.
Tentu Connor tau siapa sosok gadis
yang dimaksud Riley. Siapa lagi kalau bukan Gretta? Semenjak ia putus dengan
Aleisha, ia begitu dekat dengan Gretta dan pada saat latihan basket ia selalu
bersama Gretta. Ada yang bilang ia pacaran dengan Gretta tapi Connor tidak
pernah menanggapinya. Hanya saja ia nyaman bersama gadis itu. Tapi Connor
bingung dengan perasaannya apakah ia menyukai Gretta atau tidak. Tapi di dalam
hatinya yang paling dalam Connor sangat menyayangi Gretta dan tidak ingin
Gretta tidak ada di dekatnya.
Tiba-tiba Connor teringat dengan
Luke. Cowok itu sudah merebut semua hidupnya. Dan Connor takut jika
sewaktu-waktu Luke merebut Gretta maka habislah kesabarannya. Baginya Gretta
sangat berharga seperti sebuah berlian yang mahal. Bahkan Gretta jauh lebih
mahal dari berlian.
“Nah itu kau sedang memikirkannya.
Kalau kau menyukai Gretta, apa salahnya untuk menyatakan perasaanmu pada
Gretta?” Ucap Riley.
Connor menghela nafas dalam-dalam.
“Aku bingung dengan perasaanku. Setidaknya Gretta berada dekat di sampingku dan
aku tidak mau kehilangannya. Tapi ada satu hal yang aku takutkan.” Ucapnya.
“Apa itu?” Tanya Riley.
“Aku takut jika sewaktu-waktu Luke
merebut Gretta dariku walau Gretta bukan milikku.” Jawab Connor.
Riley tersenyum. “Luke lagi?
Memangnya ada apa hubungan antara Luke dengan Gretta? Gretta tidak tertarik
dengan Luke kan walau seisi sekolah tertarik padanya?” Tanyanya.
“Iya aku tau. Gretta sama sepertiku.
Kami sama-sama membenci Luke. Kau tau apa yang membuat hidup Gretta seperti
ini, itu karena Luke. Ayah Luke telah membunuh Ayah Gretta sekaligus kakak
laki-laki Gretta dan Gretta sangat dendam dan benci dengan Luke.” Jelas Connor.
Riley sedikit kaget mendengar
penjelasan Connor. “Aku bingung. Padahal menurutku Luke anak yang baik dan
ramah. Dia begitu baik padaku. Tidak mungkin Ayahnya sejahat itu.” Ucapnya.
“Tidak! Selama ini Luke hanya
memasang tampang baiknya sedangkan hatinya busuk. Buktinya dia sudah merebut
semua yang aku inginkan. Sekarang aku bukan apa-apa lagi. Dan itu semua karena
dia!” Ucap Connor.
“Jangan men-judge orang seperti itu. Bagaimana jika Gretta berbohong padamu?
Dan tolong buanglah sikap kekanak-kanakanmu itu. Seharusnya kau merasa bangga
dengan Luke, bangga dengan apa yang telah diraih Luke. Kau akan bisa menjadi
seorang bintang yang baru di waktunya nanti.” Ucap Riley.
Connor menatap tajam Riley. Benar
kata Gretta. Mereka semua selalu membela Luke. Selalu membela Luke! Apa yang ia
alami sama dengan yang dialami Gretta. Bahkan Gretta jauh lebih sakit dibanding
dirinya. Luke. Mengapa makhluk itu harus ada di dunia ini jika tujuannya
menyakiti orang lain?
“Aku lupa kalau kau lebih membelanya
dibanding sahabatmu sendiri.” Ucap Connor lalu pergi meninggalkan Riley yang
masih bingung dengan sikap Connor.
***
Rasanya sakit sekali. Seperti sedang
berada di sebuah tempat antah berantah dan suhunya begitu panas. Tadi Teresa
sudah mengantarnya ke dokter. Ternyata bukan hanya demam saja. Tubuhnya saat
ini sedang lemah dan banyak sekali beban. Dokter menyarankan menyuruhnya untuk
hidup rileks dan tidak memendam sesuatu.
Luke. Rasa bencinya pada Luke
semakin besar. Luke yang membuatnya sakit seperti ini. Sebenarnya Gretta sudah
lelah dengan hidupnya ini dan berharap Tuhan mencabut nyawanya saat itu juga.
Gretta ingin berkumpul dengan Ayah dan Kak Harry. Tempatnya bukan disini. Tapi
tempatnya bersama Ayah dan Kak Harry, orang-orang yang begitu tulus
menyayanginya dan selalu mendukungnya.
Tiba-tiba Gretta teringat dengan
Connor. Apa Connor tau kalau ia sedang sakit? Kalau iya, apakah Connor khawatir
padanya? Tapi rasanya tidak. Ia bukan apa-apa bagi Connor. Hidupnya memang
ditakdirkan sebagai sosok yang tidak berarti apa-apa dan sosok yang tidak
terlihat. Namun jujur saat ini juga Gretta sangat membutuhkan kehadiran Connor
agar ia menjadi lebih baik.
“Right
now I wish you were here with me
Cause
right now everything is new to me
You
know I can’t fight this feeling
And
every night I feel it
Right
now I wish you were here with me…”
Pintu kamarnya terbuka. Jika saja
saat itu Gretta memiliki sedikit saja tenaga, ia akan memarahi Luke dan memaksa
Luke untuk keluar dari kamarnya. Disana, Luke bagaikan sosok pangeran yang
menyelamatkannya. Luke memang sempurna dan itu terlalu berlebihan bagi Gretta.
Memang selama ini Gretta memimpikan sosok sempurna yang selalu ada untuknya
tetapi kenapa harus Luke?
Luke tersenyum menatapnya sambil
membawa semangkuk sup kesukaannya. Jujur saja, Gretta sangat lapar dan ingn
memakan sup itu. Tapi sekali lagi kenapa harus Luke? Rasanya ingin sekali ia
menangis. Ia memang sangat membenci Luke dan dendam pada Luke akibat masa lalu.
Tapi mengapa semakin banyak dendam dan benci yang ia pendam, rasanya semakin
sakit? Luke amat baik padanya dan berusaha akrab padanya walau Gretta tidak tau
apa maksud Luke dibalik semua itu.
“Aku bertaruh kau pasti lapar. Aku
bisa menebak wajah seseorang yang sedang kelaparan.” Ucap Luke lalu duduk di
kursi di samping kasur Gretta.
Gretta tau kalau Luke tengah
berusaha bercanda padanya dan membuatnya tertawa. Itulah keinginan Luke. Ingin
membuatnya tersenyum dan terawa. Tetapi ego-nya menyuruhnya untuk tetap
membenci Luke dan harus membuang Luke jauh-jauh dari tempat ini.
“Dimana Mama?” Tanya Gretta.
“Teresa sedang kerja. Karena itulah
aku yang menjagamu.” Jawab Luke.
Perlahan Luke menyentuh lembut
tangan Gretta dan Gretta tidak bisa melawannya. Sentuhan itu sangat lembut sehingga
membuatnya memejamkan mata. Mengapa rasanya begitu sesak? Selanjutnya Luke
menyentuh keningnya yang terasa panas dan jantung Gretta mulai berdebar-debar.
Ingatannya kembali di saat ia dan Luke masih berteman baik. Dan satu hal yang
tidak bisa ia lupakan walau ingin sekali ia lupakan. Yaitu janji Luke padanya
untuk selalu berada di sampingnya apapun yang terjadi.
Dan air matanya pun mengalir
membahasi pipinya. Untuk yang pertama kalinya ia menangis sambil memejamkan
mata. Dan untuk apa ia menangis? Ia membenci Luke! Semua itu palsu! Sentuhan
itu hanyalah palsu yang hanya bisa melemahkan hatinya.
BRAKK !!!
Baik Gretta maupun Luke sama-sama
kaget mendengar suara itu. Luke membalikkan tubuhnya dan kaget menyadari
seseorang yang berdiri di pintu kamar Gretta. Begitu pula dengan Gretta! Ini
hanya mimpi kan? Mengapa ini harus terjadi? Langsung saja Gretta mendorong
tubuh Luke dan melepaskan tangannya dengan Luke dan berusaha sekuat tenaga
untuk bangkit. Ini hanya kesalah pahaman saja! Jerit Gretta.
“Ternyata kalian tidak ada bedanya.
Termasuk kau Gretta! Selama ini kau berbohong padaku dan kau malah bersekutu
dengan Luke! Aku menyesal mengenalmu.” Ucapnya yang tidak lain adalah Connor.
Connor memang sudah memutuskan untuk
menjenguk Gretta dan ia mendapatkan alamat rumah Gretta dari Eleanor. Di rumah
Gretta sepi tetapi pintunya terbuka. Connor memberanikan diri untuk menelusuri
rumah Gretta dan ketika ia sampai di kamar Gretta, ia melihat semua itu. Sebuah
pemandangan yang sangat tidak di duganya dan Connor merasakan kekecewaan yang
luar biasa. Connor pun pergi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan
teriakan Gretta yang seperti sedang putus asa. Ia sudah sangat sakit sekarang
dan membenci Gretta.
Kini tinggal Luke dan Gretta dan
Luke sudah bisa menebak bagaimana ekspresi Gretta melihat semua itu.
“Kau puas sekarang? Kau puas
membuatku kehilangan sosok yang aku cintai? KAU PUAS SEKARANG???!” Bentak
Gretta dengan air mata.
Luke terdiam mendengar bentakan
Gretta. Namun hatinya terasa sakit dan merasa bersalah. Sakit sekali. Seperti
ia ingin menangis. Ini hanyalah kesalah pahaman. Ia tidak bermaksud membuat
Connor membenci Gretta. Justru Luke ingin melihat Gretta bahagia bersama orang
yang dicintainya.
“KENAPA? KENAPA KAU DIAM SAJA LUKE?
KAU PUAS MEMBUAT CONNOR MEMBENCIKU AKIBAT ULAH BODOHMU ITU??? APA KAU TIDAK
PUNYA TELINGA??!!” Bentak Gretta lagi.
Lagi-lagi Luke terdiam sambil
menatap Gretta dengan nanar dan berusaha menahan rasa sakit dihatinya. Mata
birunya sudah berkaca-kaca sekarang tetapi Luke berusaha menahan air matanya
agar tidak keluar. Luke benar-benar bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa
dengan kondisi seperti ini. Kali ini Gretta benar-benar marah besar padanya.
“KAU HARUS PERGI LUKE KAU HARUS
PERGI !!!” Bentak Gretta frustrasi.
Akhirnya Luke memutuskan untuk
meninggalkan kamar Gretta dan berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk
yang akan segera berakhir.
***
“Kau tidak apa-apa Conn? Bagaimana
kondisi Gretta?” Tanya Riley.
Connor tidak menjawab pertanyaan
Riley dan langsung masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu kamarnya
keras-keras. Kemudian Connor bersender di pintu kamarnya sambil berusaha
menahan emosinya. Namun rasa sedih dan kecewa jauh lebih dominan. Gretta.
Ketakutannya terjawab sekarang.
Ternyata, selama ini Gretta hanya
berbohong padanya. Gretta tidak pernah membenci Luke. Gretta malah asyik
menikmati sentuhan lembut dari Luke dan terus ingin menikmatinya. Benar apa
yang dikatakan Riley bahwa bisa saja Gretta mengarang cerita palsu dan ternyata
benar. Lalu apa tujuan Gretta membenci Luke dan mengatakan padanya kalau Luke
telah menghancurkan hidupnya? Apa Gretta hanya mempermainkannya saja? Atau
jangan-jangan… Gretta ingin menjauhkannya dari Aleisha? Bisa saja kan Gretta
menyusun rencana bersama Luke untuk menjauhkannya dari Aleisha.
Kepalanya menjadi pusing dan inilah
hari terburuknya. Cukup! Ia harus menghapus nama Gretta dari hidupnya dan ia
tidak boleh mengingat nama itu lagi walau rasanya sangat sulit untuk menghapus
nama Gretta dari pikirannya.
Dan Connor tersadar bahwa ia
mencintai Gretta jauh sebelum ia menyadarinya.
***
Gretta mengamuk dan Luke bingung
harus apa. Luke memilih menelpon Teresa dan Teresa langsung pulang ke rumah.
Luke menceritakan semua kejadan itu pada Teresa dan berharap Teresa tidak
membencinya. Tetapi Teresa tidak mengatakan apapun padanya dan pergi menuju
kamar Gretta.
Di dalam sana Teresa bisa
menyimpulkan bahwa Gretta tengah frustrasi dan menghancurkan semua
barang-barang yang ada di kamarnya. Dan Teresa baru tau kalau Gretta menyukai
Connor dan karena kesalah pahaman saat itu juga Connor membenci Gretta.
Pantasan saja Gretta menjadi seperti ini dan Teresa khawatir dengan keadaan
Gretta yang semakin buruk.
“Gretta tolong bukakan pintunya..
Gretta ini Mama..” Ucap Teresa dengan suara yang sangat memohon.
“Apa? Aku tidak kenal siapa kau!
Sana pergi! Aku mau mati!” Bentak Gretta.
Luke pun datang dan rasa bersalahnya
semakin besar. “Gretta ku mohon maafkan aku. Besok aku akan bicara baik-baik
dengan Connor. Ku mohon Gretta..” Ucapnya.
“Ohya? Apa segampang itu memperbaiki
semuanya? Aku membencimu Luk dan kenapa kau tidak mau menyadarinya? Kau telah
membuat aku kehilangan Ayah, Kak Harry, Mama dan sekarang, kau telah membuat
orang yang sangat aku cintai membenciku! Mau-mu apa sih Luk? Kenapa kau harus
ada di dunia ini? Kenapa? Kenapa kau tidak pergi aja dari dunia ini?” Tangis
Gretta.
“Gretta..” Ucap Teresa.
“Mama masih tetap membela anak
sialan itu? Ohya aku lupa. Mama bukanlah Mama-ku lagi karena Luke sudah merebut
rasa cinta Mama yang seharusnya diberikan pada Gretta! Bukan pada anak pembunuh
itu!!”
“Gretta!” Ucap Teresa dengan suara
tinggi.
Hening. Semua terasa hening dan
Teresa tidak tau hal apa yang terjadi di dalam sana. Namun ia merasakan
perasaan yang tidak enak. Termasuk menyangkut nyawa Gretta!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar