Part 20
.
.
.
Rumah itu sepi.
Rumah itu seperti tak berpenghuni. Setau Sivia, Alvin tinggal di rumah
tantenya. Dan ini adalah rumah tante Alvin. Tapi, mengapa kelihatan sepi?
Dimana sang pemilik rumah?
Febby yang ada di
belakang Sivia jadi penasaran. Alvin kemana? Awas kalo dia berani-berani tinggalin
Sivia. Bakal ia cincang(?) tuh cowok.
Seorang wanita
setengah baya mendatangi keduanya. Mungkin wanita itu tau dimana keberadaan
Alvin. Benar juga. Wanita itu pun bicara.
“Bu Martha-tante
Alvin- dan Alvin tadi saya lihat pergi secara mendadak. Tidak tau kemana. Yang
jelas, mereka pergi ke luar negeri. Atau mungkin saja mereka pindah rumah.”
Jelas wanita itu.
Deg! Alvin pindah
rumah? Tanpa memberitahunya? Benar-benar keterlaluan! Alvin meninggalkannya
dengan santai dan tanpa rasa bersalah. Sivia ingin saja menangis dan berteriak.
Argh! Alvin sialan! Alvin sialan!
“Vi, balik aja.
Cowok itu emang keterlaluan.” Kata Febby.
Anehnya, Sivia kuat
untuk menahan tangis. Ya, ia bisa menahan air mata karena ia lelah menangis. Ia
lelah mengeluarkan air mata.
Dan biarkan semua
air mata yang ditahannya itu akan keluar pada puncaknya nanti.
***
Kali ini, Cakka
mengajak Ify ke taman bermain. Eit! Tapi taman ini untuk remaja dan dewasa.
Bukan untuk anak-anak. Hihihi.. Kalo ini mah bukan taman bermain namanya. Taman
pacaran kali ya? Wkwkwk :D
Hubungan CakFy
lumayan baik. Ify mulai terbiasa bersama Cakka. Walau hatinya masih
menginginkan Rio. Cakka? Entahlah.
“Fy, mau boneka?”
Tanya Cakka.
“Emang aku masih
kayak anak-anak ya?” Ify balik nanya.
Cakka malah tertawa.
“Ya enggaklah sayang. Tapi cewek kan sukanya di kasih boneka sama cowoknya.”
“Huh. Kasih aja ke
Agni!”
Lho-lho-lho? Kok
larinya ke Agni ya? Cakka terdiam ketika mendengar nama ‘Agni’. Cakka seperti
berpikir sesuatu dan Ify berusaha menebak apa yang dipikirkan Cakka. Tapi Ify
yakin sekali Cakka sedang memikirkan Agni. Artinya, Cakka masih mencintai Agni
dong!
“Kka, mikir apa?”
Tanya Ify.
Cakka tersadar.
“Nggak ada. Kita kesana aja yuk!”
Tanpa merka sadari,
ada sepasang mata yang memerhatikan mereka. Tentu sepasang mata itu melihat
mereka dengan perasaan cemburu dan ketidaksukaan. Cowok yang tak lain adalah
Rio itu semakin berani menyelidiki hubungan CakFy.
“Lo emang aneh, Yo.
Lo kayak bukan lo aja. Gue kira lo nggak berani ganggu hubungan orang. Tapi
sekarang? Besar banget ya ternyata rasa cinta lo ke Ify.” Kata Agni yang
sedaritadi diam-diam mengikuti Rio.
Rio jadi kaget.
“Cinta mengalahkan segalanya, Ag. Gue nggak akan merelakan Ify bersama Cakka
kecuali ada alasan yang masuk akal.” Ucapnya.
‘Alasan Cakka masuk
akal Yo.’ Batin Agni sedih. Cewek itu juga sama seperti Rio. Sedaritadi menahan
rasa cemburu.
Mendadak Rio
berlari menuju CakFy berada. Agni yang kurang tanggap menjadi panik sendiri.
Rio mau ngapain? Apa Rio mau....
***
Dulu, tempat inilah
tempatnya dengan Agni. Sekarang telah digantikan oleh Ify. Ify tau. Cakka dan
Agni sering mengunjungi tempat ini. Tepatnya sebuah tempat luas, sedikit
berumput, dan suasananya terasa damai. Ify bertanya-tanya dalam hati. Mengapa
Cakka sampai bisa mengajaknya pergi ke tempat ini? Bukannya ini hanya khusus
Cagni? Bukan CakFy?
“Kka, kenapa kita
ke..”
“Why? Salah ya kalo
aku ajak kamu kesini?” Tanya Cakka.
“Ng.. Nggak salah
kok.” Jawab Ify.
Keduanya duduk
berhadapan. Cakka melihat wajah Ify yang terlihat sangat cantik, namun sedikit
pucat. Sedaritadi Ify menunduk. Kasihan! Batin Cakka. Pelan-pelan, Cakka
mengangat dagu Ify. Alhasil, matanya bertemu dengan mata indah Ify.
“I love you.” Ucap
Cakka pelan.
Ify nggak merespon.
“I love you.” Ucap Cakka
sekali lagi.
Lagi-lagi Ify nggak
merespon. Cakka jadi frustrasi. Pikirannya pun kemana-mana. Setan-setan mulai
mengganggunya. Perlahan, Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Berharap Ify
mau merespon. Tapi Ify nggak bergerak sedikit pun. Apa sih yang dipikirkan Ify?
Wajah keduanya
semakin mendekat dan mendekat. Dan....
***
“SIALAN!! SIALAN!!
COWOK SIALAN!!”
Sivia berteriak tak
karuan di teras rumahnya. Orang mengira bahwa dia orang gila karena kehidupan
keluarga yang hancur berantakan. Mungkin itu juga merupakan salah satu penyebab
Sivia berteriak nggak jelas.
“COWOK SIALAN!!
ALVIIIN!!! LO DIMANA??! GUE BUTUH LO!! LO ITU PERGI TANPA BERI KABAR SEDIKIT
PUN!!! DASAR COWOK SIALAN!!”
Biarkan saja
suaranya habis. Sivia nggak peduli. Keinginannya hanya satu. Yaitu berteriak
sepuasnya. Bagus juga kalo Alvin mendengar teriakannya itu. Tapi itu kan
impossible.
“Hahaha... Nomer HP
lo nggak aktif! Dari kemarin lo nggak hubungi gue. Apa lo udah bosen sama gue?
Apa lo HANYA MEMPERMAINKAN GUE? Hahaha..”
“Tau nggak Vin, gue
itu penyakitan! KANKER OTAK STADIUM AKHIR! Gue harap juga begitu karena gue
SAMA SEKALI NGGAK PERNAH CEK KE RUMAH SAKIT SETELAH GUE TAU KALO GUE ITU
PENYAKITAN. Hahaha... Cowok mana yang mau ceweknya penyakitan? Ya, kan? Apa lo
tau kalo gue itu penyakitan makanya lo jauhi gue? Dasar cowok sialan!”
Kepalanya menjadi
pusing. Penyakitnya bertambah parah. Hahaha.. Biarkan saja, biarkan. Sebentar
lagi dia akan pergi dari dunia ini. Oh...
Sivia menitikkan
air mata. Andai hidupnya seperti dulu... Andai kedua orangtuanya akur... Andai
ia masih bersahabat dengan Gabriel... Andai....
Argh! Sivia
bersandar di tembok. Ia mencoba menenangkan pikiran. Tiba-tiba, bayangan
Gabriel dan Alvin berkelebat dipikirannya. Gabriel, Alvin, Gabriel, Alvin...
“Tuhan... Aku cinta
mereka! AKU CINTA MEREKA!”
Dan, seketika itu
juga Sivia pingsan.
***
“STOOP!!!”
Cakka dan Ify
sama-sama kaget mendengar teriakan itu. Apa? Itu kan...
“Rio!” Serempak
Cakka dan Ify.
“Gue peringatkan ke
elo Kka. JAUHIN IFY!!”
Ify terkejut
mendengar ucapan Rio. Jauhin Ify! Apa ia nggak salah dengar? Jauhin Ify!
Artinya, Rio menyuruh Cakka menjauhinya. Lantas... Ah Fy, jangan banyak
berharap. Mungkin Agni meminta bantuan Rio agar Cakka bisa menjauhinya sehingga
Cakka dan Agni kembali bersama lagi.
“Asyik ya kalian.
Hampir mau kiss, ckckck..” Kata Rio.
Agni telah sampai
di TKP(?). Nafasnya ngos-ngosan. Ia mendekati Rio, Cakka dan Ify. Agni sempat
melihat wajah Rio yang nggak marah, wajah kebingungan Cakka, dan wajah pucat
Ify.
“Jauhi Ify!” Kata
Rio sekali lagi.
Cakka angkat
bicara. “Apa hak lo ngelarang gue jauh dari Ify? Lo ayahnya Ify? Ato lo
selingkuhannya Ify?”
Wah, Cakka mulai
Esmosi nih...
“CAKKA!!” Bentak
Ify. Ia nggak suka dengan kalimat Cakka yang terakhir.
“Intinya, lo jauhi
Ify! Lo nggak usah banyak tanya!”
“Never!” Cakka
menatap tajam Rio. “Ify adalah milik gue. Kalo lo suka Ify, sebaiknya lo buang
rasa suka lo. Banyak cewek lain di luar sana.”
“Memang.” Ucap Rio
menggantung.
Ketiganya menatap
Rio dengan penuh tanda seru(?). Memang? Memang apa Yo? Ify yang paling
dek-dekan. Sementara Agni mulai tau apa maksud dari perkataan Rio barusan.
“Memang. Gue suka
Ify. Puas lo!” Sambung Rio.
Hati Ify
berbunga-bunga mendengar pengakuan Rio. Rio menyukainya? RIO MENYUKAINYA? Lalu,
bagaimana reaksi Cakka?
“Hahaha... Jangan
mimpi lo Yo. Ify kan calon tunangan gue. Kenapa lo nggak sama tuh cewek aja?”
Cakka menunjuk Agni.
“Gue nggak peduli.
Jauhi Ify! Gue yakin Ify nggak menyukai lo dan dia sendiri menyukai gue!”
Pede banget Rio
bilang, ‘dia sendiri menyukai gue’. ‘Dia’ yang dimaksud Rio tentu adalah Ify.
Tapi emang bener deh Ify suka sama Rio...
Cakka semakin
emosi. “Lo! Jangan macam-macam! Jangan rebut cewek orang! Mana harga diri lo
Yo? Hah? Gimana reaksi orang liat lo rebut cewek orang? Apa nggak ada cewek
lain selain Ify? Hah?”
Rio terdiam. Jujur,
emosi dan kemarahannya tadi ia keluarkan secara tidak sadar. Bukan Rio namanya
kalo nggak bisa menahan emosi. Perlahan, Rio menarik nafas dalam-dalam. Ia tau.
Ia salah. Ia salah berada di tempat ini. Seharusnya ia berada di rumah. Bukan
di tempat ini. Tapi ia ingat sesuatu. Alasan itu!
Rio beralih menatap
Ify, Ternyata, gadis itu juga menatapnya dengan tatapan... Kenapa? Kenapa ia
merasakan kalo Ify menyukai dirinya? Kenapa ia merasakan kalo Ify tersiksa
berada di samping Cakka?
Sudah ada dua hati
yang tersakiti. Ia dan Agni karena ulah Cakka. Dan, apa akan bertambah menjadi
satu? Apa Ify menyukai....
“Aku cinta kamu,
Yo.” Lirih Ify.
Jawaban sudah
terkuak. Ify menyukainya. Titik. Namun, Rio tidak senang atau apa. Ucapan Ify
barusan seperti sandiwara saja.
“Aku cinta kamu,
Yo.” Ucap Ify lagi. Kali ini suaranya agak dikeraskan.
Rio, Agni dan Cakka
terdiam. Agni seperti ingin menangis. Oh, mengapa surat wasiat itu harus ada?
Mengapa Mama Cakka nggak membiarkan ia hidup bahagia?
“Lo.. Lo udah
denger kan Kka? LO UDAH DENGER KAN? Lo nggak tega apa lihat Ify tersiksa? Dan
lo, apa nggak tega lihat Agni tersiksa karena ulah lo? Apa lo nggak tega ke
gue?” Kata Rio.
Cakka terdiam.
Sementara Ify dan Agni yang udah tau permasalahannya enggan menjelaskan pada
Rio. Biarkan Rio mengeluarkan seluruh emosinya. Yang menjadi pertanyaannya, apa
Cakka setuju dengan perjodohan itu atau tidak. Sampai sekarang Agni belum
mendapatkan jawabannya.
“Kka..” Giliran Rio
yang menatap Cakka tajam. “Lo udah buat tiga hati yang tersakiti. Gue, Agni,
dan Ify. Terimakasih atas perbuatan lo. Dan, jangan lalai menjaga Ify. Dia
adalah cewek yang gue sayangi. Jangan buat dia menangis. Gue pergi dulu.”
Apa artinya Rio
mengikhlaskan Ify bersama Cakka? Jawabannya adalah iya. Walau ia belum tau
alasannya. Artinya, Rio menyerah.
Sebelum Rio
berjalan meninggalkan Agni, Cakka, Ify, sesuatu yang nggak di duganya, juga
Agni dan Ify, keluar dari mulut Cakka.
Sebuah pengakuan
Cakka yang membuat jantung Agni kembali merasakan debaran dahsyat seperti saat
pertama kali ia bertemu pangeran hatinya, yaitu Cakka.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar