expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

We Love You Sivia ( Part 20 )



Part 20

.

.

.

Rumah itu sepi. Rumah itu seperti tak berpenghuni. Setau Sivia, Alvin tinggal di rumah tantenya. Dan ini adalah rumah tante Alvin. Tapi, mengapa kelihatan sepi? Dimana sang pemilik rumah?

Febby yang ada di belakang Sivia jadi penasaran. Alvin kemana? Awas kalo dia berani-berani tinggalin Sivia. Bakal ia cincang(?) tuh cowok.

Seorang wanita setengah baya mendatangi keduanya. Mungkin wanita itu tau dimana keberadaan Alvin. Benar juga. Wanita itu pun bicara.

“Bu Martha-tante Alvin- dan Alvin tadi saya lihat pergi secara mendadak. Tidak tau kemana. Yang jelas, mereka pergi ke luar negeri. Atau mungkin saja mereka pindah rumah.” Jelas wanita itu.

Deg! Alvin pindah rumah? Tanpa memberitahunya? Benar-benar keterlaluan! Alvin meninggalkannya dengan santai dan tanpa rasa bersalah. Sivia ingin saja menangis dan berteriak. Argh! Alvin sialan! Alvin sialan!

“Vi, balik aja. Cowok itu emang keterlaluan.” Kata Febby.

Anehnya, Sivia kuat untuk menahan tangis. Ya, ia bisa menahan air mata karena ia lelah menangis. Ia lelah mengeluarkan air mata.

Dan biarkan semua air mata yang ditahannya itu akan keluar pada puncaknya nanti.

***

Kali ini, Cakka mengajak Ify ke taman bermain. Eit! Tapi taman ini untuk remaja dan dewasa. Bukan untuk anak-anak. Hihihi.. Kalo ini mah bukan taman bermain namanya. Taman pacaran kali ya? Wkwkwk :D

Hubungan CakFy lumayan baik. Ify mulai terbiasa bersama Cakka. Walau hatinya masih menginginkan Rio. Cakka? Entahlah.

“Fy, mau boneka?” Tanya Cakka.

“Emang aku masih kayak anak-anak ya?” Ify balik nanya.

Cakka malah tertawa. “Ya enggaklah sayang. Tapi cewek kan sukanya di kasih boneka sama cowoknya.”

“Huh. Kasih aja ke Agni!”

Lho-lho-lho? Kok larinya ke Agni ya? Cakka terdiam ketika mendengar nama ‘Agni’. Cakka seperti berpikir sesuatu dan Ify berusaha menebak apa yang dipikirkan Cakka. Tapi Ify yakin sekali Cakka sedang memikirkan Agni. Artinya, Cakka masih mencintai Agni dong!

“Kka, mikir apa?” Tanya Ify.

Cakka tersadar. “Nggak ada. Kita kesana aja yuk!”

Tanpa merka sadari, ada sepasang mata yang memerhatikan mereka. Tentu sepasang mata itu melihat mereka dengan perasaan cemburu dan ketidaksukaan. Cowok yang tak lain adalah Rio itu semakin berani menyelidiki hubungan CakFy.

“Lo emang aneh, Yo. Lo kayak bukan lo aja. Gue kira lo nggak berani ganggu hubungan orang. Tapi sekarang? Besar banget ya ternyata rasa cinta lo ke Ify.” Kata Agni yang sedaritadi diam-diam mengikuti Rio.

Rio jadi kaget. “Cinta mengalahkan segalanya, Ag. Gue nggak akan merelakan Ify bersama Cakka kecuali ada alasan yang masuk akal.” Ucapnya.

‘Alasan Cakka masuk akal Yo.’ Batin Agni sedih. Cewek itu juga sama seperti Rio. Sedaritadi menahan rasa cemburu.

Mendadak Rio berlari menuju CakFy berada. Agni yang kurang tanggap menjadi panik sendiri. Rio mau ngapain? Apa Rio mau....

***

Dulu, tempat inilah tempatnya dengan Agni. Sekarang telah digantikan oleh Ify. Ify tau. Cakka dan Agni sering mengunjungi tempat ini. Tepatnya sebuah tempat luas, sedikit berumput, dan suasananya terasa damai. Ify bertanya-tanya dalam hati. Mengapa Cakka sampai bisa mengajaknya pergi ke tempat ini? Bukannya ini hanya khusus Cagni? Bukan CakFy?

“Kka, kenapa kita ke..”

“Why? Salah ya kalo aku ajak kamu kesini?” Tanya Cakka.

“Ng.. Nggak salah kok.” Jawab Ify.

Keduanya duduk berhadapan. Cakka melihat wajah Ify yang terlihat sangat cantik, namun sedikit pucat. Sedaritadi Ify menunduk. Kasihan! Batin Cakka. Pelan-pelan, Cakka mengangat dagu Ify. Alhasil, matanya bertemu dengan mata indah Ify.

“I love you.” Ucap Cakka pelan.

Ify nggak merespon.

“I love you.” Ucap Cakka sekali lagi.

Lagi-lagi Ify nggak merespon. Cakka jadi frustrasi. Pikirannya pun kemana-mana. Setan-setan mulai mengganggunya. Perlahan, Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Ify. Berharap Ify mau merespon. Tapi Ify nggak bergerak sedikit pun. Apa sih yang dipikirkan Ify?

Wajah keduanya semakin mendekat dan mendekat. Dan....

***

“SIALAN!! SIALAN!! COWOK SIALAN!!”

Sivia berteriak tak karuan di teras rumahnya. Orang mengira bahwa dia orang gila karena kehidupan keluarga yang hancur berantakan. Mungkin itu juga merupakan salah satu penyebab Sivia berteriak nggak jelas.

“COWOK SIALAN!! ALVIIIN!!! LO DIMANA??! GUE BUTUH LO!! LO ITU PERGI TANPA BERI KABAR SEDIKIT PUN!!! DASAR COWOK SIALAN!!”

Biarkan saja suaranya habis. Sivia nggak peduli. Keinginannya hanya satu. Yaitu berteriak sepuasnya. Bagus juga kalo Alvin mendengar teriakannya itu. Tapi itu kan impossible.

“Hahaha... Nomer HP lo nggak aktif! Dari kemarin lo nggak hubungi gue. Apa lo udah bosen sama gue? Apa lo HANYA MEMPERMAINKAN GUE? Hahaha..”

“Tau nggak Vin, gue itu penyakitan! KANKER OTAK STADIUM AKHIR! Gue harap juga begitu karena gue SAMA SEKALI NGGAK PERNAH CEK KE RUMAH SAKIT SETELAH GUE TAU KALO GUE ITU PENYAKITAN. Hahaha... Cowok mana yang mau ceweknya penyakitan? Ya, kan? Apa lo tau kalo gue itu penyakitan makanya lo jauhi gue? Dasar cowok sialan!”

Kepalanya menjadi pusing. Penyakitnya bertambah parah. Hahaha.. Biarkan saja, biarkan. Sebentar lagi dia akan pergi dari dunia ini. Oh...

Sivia menitikkan air mata. Andai hidupnya seperti dulu... Andai kedua orangtuanya akur... Andai ia masih bersahabat dengan Gabriel... Andai....

Argh! Sivia bersandar di tembok. Ia mencoba menenangkan pikiran. Tiba-tiba, bayangan Gabriel dan Alvin berkelebat dipikirannya. Gabriel, Alvin, Gabriel, Alvin...

“Tuhan... Aku cinta mereka! AKU CINTA MEREKA!”

Dan, seketika itu juga Sivia pingsan.

***

“STOOP!!!”

Cakka dan Ify sama-sama kaget mendengar teriakan itu. Apa? Itu kan...

“Rio!” Serempak Cakka dan Ify.

“Gue peringatkan ke elo Kka. JAUHIN IFY!!”

Ify terkejut mendengar ucapan Rio. Jauhin Ify! Apa ia nggak salah dengar? Jauhin Ify! Artinya, Rio menyuruh Cakka menjauhinya. Lantas... Ah Fy, jangan banyak berharap. Mungkin Agni meminta bantuan Rio agar Cakka bisa menjauhinya sehingga Cakka dan Agni kembali bersama lagi.

“Asyik ya kalian. Hampir mau kiss, ckckck..” Kata Rio.

Agni telah sampai di TKP(?). Nafasnya ngos-ngosan. Ia mendekati Rio, Cakka dan Ify. Agni sempat melihat wajah Rio yang nggak marah, wajah kebingungan Cakka, dan wajah pucat Ify.

“Jauhi Ify!” Kata Rio sekali lagi.

Cakka angkat bicara. “Apa hak lo ngelarang gue jauh dari Ify? Lo ayahnya Ify? Ato lo selingkuhannya Ify?”

Wah, Cakka mulai Esmosi nih...

“CAKKA!!” Bentak Ify. Ia nggak suka dengan kalimat Cakka yang terakhir.

“Intinya, lo jauhi Ify! Lo nggak usah banyak tanya!”

“Never!” Cakka menatap tajam Rio. “Ify adalah milik gue. Kalo lo suka Ify, sebaiknya lo buang rasa suka lo. Banyak cewek lain di luar sana.”

“Memang.” Ucap Rio menggantung.

Ketiganya menatap Rio dengan penuh tanda seru(?). Memang? Memang apa Yo? Ify yang paling dek-dekan. Sementara Agni mulai tau apa maksud dari perkataan Rio barusan.

“Memang. Gue suka Ify. Puas lo!” Sambung Rio.

Hati Ify berbunga-bunga mendengar pengakuan Rio. Rio menyukainya? RIO MENYUKAINYA? Lalu, bagaimana reaksi Cakka?

“Hahaha... Jangan mimpi lo Yo. Ify kan calon tunangan gue. Kenapa lo nggak sama tuh cewek aja?” Cakka menunjuk Agni.

“Gue nggak peduli. Jauhi Ify! Gue yakin Ify nggak menyukai lo dan dia sendiri menyukai gue!”

Pede banget Rio bilang, ‘dia sendiri menyukai gue’. ‘Dia’ yang dimaksud Rio tentu adalah Ify. Tapi emang bener deh Ify suka sama Rio...

Cakka semakin emosi. “Lo! Jangan macam-macam! Jangan rebut cewek orang! Mana harga diri lo Yo? Hah? Gimana reaksi orang liat lo rebut cewek orang? Apa nggak ada cewek lain selain Ify? Hah?”

Rio terdiam. Jujur, emosi dan kemarahannya tadi ia keluarkan secara tidak sadar. Bukan Rio namanya kalo nggak bisa menahan emosi. Perlahan, Rio menarik nafas dalam-dalam. Ia tau. Ia salah. Ia salah berada di tempat ini. Seharusnya ia berada di rumah. Bukan di tempat ini. Tapi ia ingat sesuatu. Alasan itu!

Rio beralih menatap Ify, Ternyata, gadis itu juga menatapnya dengan tatapan... Kenapa? Kenapa ia merasakan kalo Ify menyukai dirinya? Kenapa ia merasakan kalo Ify tersiksa berada di samping Cakka?

Sudah ada dua hati yang tersakiti. Ia dan Agni karena ulah Cakka. Dan, apa akan bertambah menjadi satu? Apa Ify menyukai....

“Aku cinta kamu, Yo.” Lirih Ify.

Jawaban sudah terkuak. Ify menyukainya. Titik. Namun, Rio tidak senang atau apa. Ucapan Ify barusan seperti sandiwara saja.

“Aku cinta kamu, Yo.” Ucap Ify lagi. Kali ini suaranya agak dikeraskan.

Rio, Agni dan Cakka terdiam. Agni seperti ingin menangis. Oh, mengapa surat wasiat itu harus ada? Mengapa Mama Cakka nggak membiarkan ia hidup bahagia?

“Lo.. Lo udah denger kan Kka? LO UDAH DENGER KAN? Lo nggak tega apa lihat Ify tersiksa? Dan lo, apa nggak tega lihat Agni tersiksa karena ulah lo? Apa lo nggak tega ke gue?” Kata Rio.

Cakka terdiam. Sementara Ify dan Agni yang udah tau permasalahannya enggan menjelaskan pada Rio. Biarkan Rio mengeluarkan seluruh emosinya. Yang menjadi pertanyaannya, apa Cakka setuju dengan perjodohan itu atau tidak. Sampai sekarang Agni belum mendapatkan jawabannya.

“Kka..” Giliran Rio yang menatap Cakka tajam. “Lo udah buat tiga hati yang tersakiti. Gue, Agni, dan Ify. Terimakasih atas perbuatan lo. Dan, jangan lalai menjaga Ify. Dia adalah cewek yang gue sayangi. Jangan buat dia menangis. Gue pergi dulu.”

Apa artinya Rio mengikhlaskan Ify bersama Cakka? Jawabannya adalah iya. Walau ia belum tau alasannya. Artinya, Rio menyerah.

Sebelum Rio berjalan meninggalkan Agni, Cakka, Ify, sesuatu yang nggak di duganya, juga Agni dan Ify, keluar dari mulut Cakka.

Sebuah pengakuan Cakka yang membuat jantung Agni kembali merasakan debaran dahsyat seperti saat pertama kali ia bertemu pangeran hatinya, yaitu Cakka.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar