expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 6 )



Finding For Something That Will Never Know
.

            Virus The Invisible merajalela. Louis semakin tidak tahan. Sangat tidak tahan. Ketika ia melihat Luke di TV, ingin sekali ia menonjok wajah itu. Bahkan ia ingin menghancurkan TV-nya itu. Ia sudah sangat-sangat kesal dengan Luke.

            “Lou, jangan begitu. Meski dulu Luke adalah musuh bebuyutanmu, tidak mungkin dia jahat terus-terusan. Lihat saja! Luke sangat ramah dengan fans-nya. Kau harus senang dong dengan prestasi-prestasi yang diraih oleh The Invisible.” Kata Emma.

            “Iya Lou, Emma benar. Mungkin ini adalah jalan terbaiknya.” Tambah Niall.

            “Tapi aku tidak suka melihatnya bahagia disana, sementara aku? Ayolah! Kita harus bangkit lagi! Kita harus menyelesaikan konser-konser yang sudah lama tertunda.” Kata Louis.

            “Jaga amarahmu, Lou. Kau kira itu mudah? Kau kira bisa menggantikan bagian solo Austin?” Kata Liam.

            Louis tau Liam sedang menyindirnya. Ia sadar suaranya tidak sebagus suara Austin yang begitu merdu. Sudah dibilang sejak awal cerita, Austin adalah vokal utamanya di The Potatoes. Otomatis bagian solonya yang paling banyak. Sementara Zayn kebagian di nada-nada yang tinggi.

            “Bilang saja suaraku jelek, ya aku sadar.” Kata Louis.

            Liam menjadi serba salah. “Tidak, bukan itu maksudku. Tapi…”

            “Sudah! Intinya kita harus tetap eksis! Aku sedang memikirkan nama apa yang tepat untuk band kita.” Kata Louis lalu meninggalkan tempat itu.

            “Dia sudah gila.” Gumam Zayn.

            “Ya, Louis memang begitu. Dia tidak bisa mengendalikan amarah dan emosinya.” Kata Niall.

            “Terus, bagaimana ini? Apa benar kita akan tetap lanjut?” Tanya Zayn.

            Sementara itu, Liam tengah memikirkan sesuatu. “Kita cari pengganti Autsin!” Ucapnya.

            Niall dan Zayn menatap Liam secara bersamaan. “Serius? Bukannya kata Louis tidak ada pergantian personil?” Tanya Niall.

            “Jangan pikirkan Louis. Sekarang kita fokus mencari pengganti Austin. Masing-masing dari kita akan mencari siapa yang pantas untuk menggantikan Austin, tapi tanpa sepengetahuan Louis ataupun media. Oke?”

***

            Mencari pengganti Austin tidaklah mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Niall telah menemukan beberapa orang yang memiliki bakat menyayi yang baik, tapi saat Niall mengajaknya mencoba bergabung dengan band-nya, mereka malah menolak. Niall jadi stress sendiri. Begitu pula dengan yang lainnya.

            “Aku punya sepupu namanya David dan dia memiliki bakat yang sama denganku. Bagaimana? Saat aku tawarin, dia mau-mau aja.” Kata Liam.

            “Aku setuju-setuju aja deh.” Kata Niall.

            “Oke. Besok akan ku pertemukan kalian dengannya.”

            Esoknya, David yang diceritakan oleh Liam sudah ada di rumah. Tapi saat pertama kali melihat David, Niall kurang srek dengan David. Pasalnya, baginya David terlalu tua, apalagi rambut pirangnya. Niall tidak suka ada yang menyaingi rambut pirangnya.

            “David, coba kau menyanyi bagian lagu ini.” Suruh Liam.

            David menuruti permintaan Liam. Ia mencoba menyanyi bagian solo Austin. Tetapi hasilnya buruk. David mengaku tidak bisa bernyanyi dalam satu grup. Ia lebih suka bernanyi sendiri dan Niall menjadi lega.

            “Kita cari yang lain. Jangan putus asa!” Kata Liam.

            Sasaran kedua adalah Romeo, dia adalah teman seangkatan Zayn. Romeo mengaku sangat tergila-gila dengan boyband dan dia adalah salah satu penggemar….. The Invisible? Kalau Louis tau, bakal mati Romeo.

            “Sebenarnya aku ingin bergabung, tapi aku tidak bisa mengganti Austin. Maaf.” Kata Romeo.

            Sasaran ketiga adalah Donald. Kali ini Niall yang mengusulkannya. Donald lebih muda setahun darinya. Tapi Donald agak pemalu. Liam tidak suka dengan sikap pemalu itu. Bagaimana di panggung nanti? Oke. Donald memiliki suara yang bagus. Tetapi jika berhadapan dengan fans atau paparazi, Liam yakin sekali Donald tidak akan selamat.

            “Sudah tiga kali gagal dan kita melakukannya hampir seminggu tanpa sepengetahuan Louis. Gila!” Kata Niall.

            “Aku mengusulkan lebih baik cari di X-Factor saja, kita kan dari X-Factor juga.” Kata Zayn.

            The Potatoes terbentuk sejak mereka mengikuti pencarian bakat X-Factor. X-Factor-lah yang mempertemukan mereka. Tapi rasanya begitu aneh. Nanti kalau ketahuan bagaimana? Zayn merasa rencananya untuk mencari pengganti Austin sudah mulai diketahui meski tidak sampai ke media.

            “Mencari sesuatu yang tidak akan pernah diketahui. Aku menyerah saja. Aku tidak peduli dengan band ataupun Louis.” Ucap Niall. Sepertinya cowok itu sudah sangat lelah.

            “Kau yakin? Kau tidak ingin menyanyi di panggung lagi?” Tanya Liam.

            “Lebih baik menyanyi di kamar mandi daripada menyanyi di atas panggung.” Jawabnya.

            “Niall sama gilanya seperti Louis.” Kata Zayn pelan.

            Di belakang sana, seorang lelaki tengah tersenyum sinis. Sangat sinis. Lelaki itu tidak lain adalah Louis. Tega sekali mereka mencari pengganti Austin tanpa sepengetahuannya. Memangnya mereka kira dia ini siapa?

            Louis memang sudah sangat kesal. Satu-satunya obat yang dapat membuatnya kembali tersenyum adalah Ele. Ya, Ele. Saat ia butuh seseorang untuk diajak bicara, Ele selalu ada untuknya. Bahkan Ele pernah mengaku bahwa ia sering melawan kakaknya demi bertemu dengannya. Bukannya itu yang dinamakan pengorbanan?

            “Yang ada di otakmu apa sih?” Tanya Ele.

            Louis terdiam sesaat, lalu menjawab. “Satu yang aku inginkan. Aku hanya ingin Austin kembali. Itu saja.” Ucapnya.

            “Harapan yang tidak masuk akal. Kau sangat mengharapkannya. Sementara kekasihnya yang bernama Emma baik-baik saja. Kau ini kenapa sih? Masih banyak sahabat-sahabat lain selain Austin.” Kata Ele.

            “Aku juga tidak tau. Bagiku, Austin sangat berbeda dari cowok-cowok lainnya.”

            Berbeda? Batin Ele. Ele jadi merinding. Jangan-jangan Austin….

            “Kau jangan memikirkan yang aneh-aneh. Dia itu normal! Dia itu sudah memiliki seorang kekasih!” Ucap Louis setengah membentak.

            “Iya.. Iya.. Aku kan hanya mengira-ngira saja.” Kata Ele. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Emang benar The Potatoes mencari pengganti Austin? Ku perhatikan Niall dan lainnya sibuk sekali.” Tanyanya.

            “Ya, itu benar dan itu tanpa sepengetahuanku. Tentu saja aku sakit hati. Mereka seenaknya memutuskan suatu keputusan tanpa sepengetahuanku.” Kata Louis.

            “Sudahlah Lou, sabar aja. Tapi itu kan bagus. Siapa tau kan pengganti Austin lebih baik dari Austin?”

            Louis menatap tajam Ele dan cepat-cepat Ele menundukkan wajahnya. “Sekali lagi, tidak akan ada yang bisa menggantikan Austin!”
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar