Finding For Something That Will Never
Know
.
Virus The Invisible merajalela.
Louis semakin tidak tahan. Sangat tidak tahan. Ketika ia melihat Luke di TV,
ingin sekali ia menonjok wajah itu. Bahkan ia ingin menghancurkan TV-nya itu.
Ia sudah sangat-sangat kesal dengan Luke.
“Lou, jangan begitu. Meski dulu Luke
adalah musuh bebuyutanmu, tidak mungkin dia jahat terus-terusan. Lihat saja!
Luke sangat ramah dengan fans-nya. Kau harus senang dong dengan
prestasi-prestasi yang diraih oleh The Invisible.” Kata Emma.
“Iya Lou, Emma benar. Mungkin ini
adalah jalan terbaiknya.” Tambah Niall.
“Tapi aku tidak suka melihatnya
bahagia disana, sementara aku? Ayolah! Kita harus bangkit lagi! Kita harus
menyelesaikan konser-konser yang sudah lama tertunda.” Kata Louis.
“Jaga amarahmu, Lou. Kau kira itu
mudah? Kau kira bisa menggantikan bagian solo Austin?” Kata Liam.
Louis tau Liam sedang menyindirnya.
Ia sadar suaranya tidak sebagus suara Austin yang begitu merdu. Sudah dibilang
sejak awal cerita, Austin adalah vokal utamanya di The Potatoes. Otomatis
bagian solonya yang paling banyak. Sementara Zayn kebagian di nada-nada yang
tinggi.
“Bilang saja suaraku jelek, ya aku
sadar.” Kata Louis.
Liam menjadi serba salah. “Tidak,
bukan itu maksudku. Tapi…”
“Sudah! Intinya kita harus tetap
eksis! Aku sedang memikirkan nama apa yang tepat untuk band kita.” Kata Louis
lalu meninggalkan tempat itu.
“Dia sudah gila.” Gumam Zayn.
“Ya, Louis memang begitu. Dia tidak
bisa mengendalikan amarah dan emosinya.” Kata Niall.
“Terus, bagaimana ini? Apa benar
kita akan tetap lanjut?” Tanya Zayn.
Sementara itu, Liam tengah
memikirkan sesuatu. “Kita cari pengganti Autsin!” Ucapnya.
Niall dan Zayn menatap Liam secara
bersamaan. “Serius? Bukannya kata Louis tidak ada pergantian personil?” Tanya
Niall.
“Jangan pikirkan Louis. Sekarang
kita fokus mencari pengganti Austin. Masing-masing dari kita akan mencari siapa
yang pantas untuk menggantikan Austin, tapi tanpa sepengetahuan Louis ataupun media.
Oke?”
***
Mencari pengganti Austin tidaklah
mudah. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Niall telah menemukan beberapa
orang yang memiliki bakat menyayi yang baik, tapi saat Niall mengajaknya
mencoba bergabung dengan band-nya, mereka malah menolak. Niall jadi stress
sendiri. Begitu pula dengan yang lainnya.
“Aku punya sepupu namanya David dan
dia memiliki bakat yang sama denganku. Bagaimana? Saat aku tawarin, dia mau-mau
aja.” Kata Liam.
“Aku setuju-setuju aja deh.” Kata
Niall.
“Oke. Besok akan ku pertemukan
kalian dengannya.”
Esoknya, David yang diceritakan oleh
Liam sudah ada di rumah. Tapi saat pertama kali melihat David, Niall kurang
srek dengan David. Pasalnya, baginya David terlalu tua, apalagi rambut
pirangnya. Niall tidak suka ada yang menyaingi rambut pirangnya.
“David, coba kau menyanyi bagian
lagu ini.” Suruh Liam.
David menuruti permintaan Liam. Ia
mencoba menyanyi bagian solo Austin. Tetapi hasilnya buruk. David mengaku tidak
bisa bernyanyi dalam satu grup. Ia lebih suka bernanyi sendiri dan Niall
menjadi lega.
“Kita cari yang lain. Jangan putus asa!”
Kata Liam.
Sasaran kedua adalah Romeo, dia
adalah teman seangkatan Zayn. Romeo mengaku sangat tergila-gila dengan boyband
dan dia adalah salah satu penggemar….. The Invisible? Kalau Louis tau, bakal
mati Romeo.
“Sebenarnya aku ingin bergabung, tapi
aku tidak bisa mengganti Austin. Maaf.” Kata Romeo.
Sasaran ketiga adalah Donald. Kali
ini Niall yang mengusulkannya. Donald lebih muda setahun darinya. Tapi Donald
agak pemalu. Liam tidak suka dengan sikap pemalu itu. Bagaimana di panggung
nanti? Oke. Donald memiliki suara yang bagus. Tetapi jika berhadapan dengan
fans atau paparazi, Liam yakin sekali Donald tidak akan selamat.
“Sudah tiga kali gagal dan kita
melakukannya hampir seminggu tanpa sepengetahuan Louis. Gila!” Kata Niall.
“Aku mengusulkan lebih baik cari di
X-Factor saja, kita kan dari X-Factor juga.” Kata Zayn.
The Potatoes terbentuk sejak mereka
mengikuti pencarian bakat X-Factor. X-Factor-lah yang mempertemukan mereka. Tapi
rasanya begitu aneh. Nanti kalau ketahuan bagaimana? Zayn merasa rencananya
untuk mencari pengganti Austin sudah mulai diketahui meski tidak sampai ke
media.
“Mencari sesuatu yang tidak akan
pernah diketahui. Aku menyerah saja. Aku tidak peduli dengan band ataupun
Louis.” Ucap Niall. Sepertinya cowok itu sudah sangat lelah.
“Kau yakin? Kau tidak ingin menyanyi
di panggung lagi?” Tanya Liam.
“Lebih baik menyanyi di kamar mandi
daripada menyanyi di atas panggung.” Jawabnya.
“Niall sama gilanya seperti Louis.”
Kata Zayn pelan.
Di belakang sana, seorang lelaki
tengah tersenyum sinis. Sangat sinis. Lelaki itu tidak lain adalah Louis. Tega
sekali mereka mencari pengganti Austin tanpa sepengetahuannya. Memangnya mereka
kira dia ini siapa?
Louis memang sudah sangat kesal.
Satu-satunya obat yang dapat membuatnya kembali tersenyum adalah Ele. Ya, Ele.
Saat ia butuh seseorang untuk diajak bicara, Ele selalu ada untuknya. Bahkan
Ele pernah mengaku bahwa ia sering melawan kakaknya demi bertemu dengannya.
Bukannya itu yang dinamakan pengorbanan?
“Yang ada di otakmu apa sih?” Tanya
Ele.
Louis terdiam sesaat, lalu menjawab.
“Satu yang aku inginkan. Aku hanya ingin Austin kembali. Itu saja.” Ucapnya.
“Harapan yang tidak masuk akal. Kau
sangat mengharapkannya. Sementara kekasihnya yang bernama Emma baik-baik saja.
Kau ini kenapa sih? Masih banyak sahabat-sahabat lain selain Austin.” Kata Ele.
“Aku juga tidak tau. Bagiku, Austin
sangat berbeda dari cowok-cowok lainnya.”
Berbeda? Batin Ele. Ele jadi
merinding. Jangan-jangan Austin….
“Kau jangan memikirkan yang aneh-aneh.
Dia itu normal! Dia itu sudah memiliki seorang kekasih!” Ucap Louis setengah
membentak.
“Iya.. Iya.. Aku kan hanya
mengira-ngira saja.” Kata Ele. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Emang benar The
Potatoes mencari pengganti Austin? Ku perhatikan Niall dan lainnya sibuk
sekali.” Tanyanya.
“Ya, itu benar dan itu tanpa
sepengetahuanku. Tentu saja aku sakit hati. Mereka seenaknya memutuskan suatu
keputusan tanpa sepengetahuanku.” Kata Louis.
“Sudahlah Lou, sabar aja. Tapi itu
kan bagus. Siapa tau kan pengganti Austin lebih baik dari Austin?”
Louis menatap tajam Ele dan
cepat-cepat Ele menundukkan wajahnya. “Sekali lagi, tidak akan ada yang bisa
menggantikan Austin!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar