The Invisible
.
Berita dekatnya Louis Tomlinson
dengan seorang gadis yang tidak dikenal membuat heboh siapapun. Bayangkan aja,
seorang Louis yang sejak tergabung dalam The Potatoes sama sekali tidak pernah
digosipkan oleh gadis manapun. Dan setelah The Potatoes bubar, Louis mulai
digosipkan dekat dengan seorang gadis. Apa The Potatoes melarang Louis untuk
pacaran? Padahal personil lainnya sudah memiliki kekasih.
“Siapa gadis itu?” Tanya Taylor
tidak sengaja melihat ke TV.
“Aku juga tidak tau. Tapi menurutku
dia gadis biasa, namun spesial di mata Louis.” Jawab Emma.
Emma sudah mulai terbiasa hidup
tanpa Austin. Ia sudah mulai tersenyum dan tertawa. Tapi sampai saat ini, kasus
kematian Austin belum terselesaikan. Bagaimana cara menyelesaikannya tanpa
adanya petunjuk yang jelas? Louis saja tidak bisa memecahkannya. Tapi apapun
masalahnya, pasti ada jalan keluarnya. Emma yakin itu.
“Syukurlah. Aku kira Louis itu tidak
normal.” Kata Taylor.
Emma juga sempat berpikir kalau
Louis itu tidak normal. Dia sangat anti yang namanya cewek. Foto-an sama
fans-nya pun jarang ia lakukan. Kalaupun ia lakukan, pasti atas dasar paksaan.
Emma berharap hubungan Louis dengan gadis itu dapat bertahan sampai Louis
menyatakan cinta kepada gadis itu.
“Kalau kamu gimana? Banyak lho
cowok-cowok di luar sana antri jadi pacarmu.” Goda Taylor.
Kedua pipi Emma memerah mendengar
ucapan Taylor. “Emma masih ingin sendiri. Bukannya belum bisa move on dari
Austin, tapi Emma hanya ingin sendiri saja.” Ucapnya.
“Oh oke-oke. Dan jika ada cowok yang
kira-kira tepat buatmu, jangan lupa kenalin ke aku ya.”
***
The Potatoes memang sudah bubar dan
tidak ada lagi boyband seperti mereka. Tapi Potatoers masih banyak dan masih
setia mengidolakan The Potatoes. Benar-benar fans sejati. Tapi dengar-dengar,
ada sebuah boyband baru bernama The Invisible yang ternyata salah satu
personilnya adalah musuh bebuyutan Louis. Namanya Luke.
Louis tidak menyangka ternyata Luke
yang dulu adalah saingan terbesarnya dalam kontes bernanyi berhasil membentuk
sebuah boyband yang tidak kalah hebatnya dari The Potatoes. Tentu saja Louis
merasa kesal dan ingin menghajar Luke sampai mati.
“The Invisible. Nama yang bagus.”
Kata Louis.
Niall yang mendengarnya langsung
berkomentar. “Itu kan boyband baru yang katanya adalah pengganti The Potatoes.
Satu demi persatu Potatoers menjadi Invisiblers. Jujur saja, aku tidak suka.
The Potatoes kan belum berakhir.” Ucapnya.
Louis menatap Niall dengan tajam.
“The Potatoes sudah berakhir! Liam yang mengucapkannya dengan tegas!” Ucapnya.
“Lou, kau tidak suka ya kehadiran
The Invisible?” Tanya Zayn hati-hati. Ia tau perasaan Louis saat ini begitu
sensitiv.
“Jujur saja, aku ingin kita kembali
seperti dulu. Tidak ada yang bisa menggantikan Austin. Kita hanya berempat. Aku
mengerti maksud Liam. The Potatoes memang bubar, tapi hanya nama saja, bukan
personilnya, jadi kita tidak akan pernah bubar. Kita harus membuktikan pada
dunia bahwa kita berempat masih layak menjadi sebuah boyband dan bisa
mengalahkan The Invisible yang sok tenar itu.” Kata Louis.
“Kau yakin? Tapi menurutku, berempat
saja tidak cukup. Aku ingin ada yang menggantikan Austin.” Kata Zayn.
“TIDAK !!” Bentak Louis tiba-tiba
yang membuat semuanya terdiam. “Tidak ada yang bisa menggantikan Austin!
Siapapun dia!”
Setelah mengucapkan kalimat itu,
Louis pergi meninggalkan tempat itu dengan penuh kekesalan sekaligus kesedihan.
Ia masih tidak rela Austin pergi. Jika saja Austin masih hidup.. Jika saja
Austin masih ada disini…
***
Suara teriakan dari para gadis-gadis
itu membuat konser malam ini semakin sempurna. Benar saja. The Invisible telah
mengalihkan dunia. Boyband muda dari Inggris itu berhasilkan memikat jutaan
fans. Tidak hanya dari Inggris saja. Tapi di luar Inggris juga. Bahkan Amerika!
The Invisible terdiri dari lima pemuda tampan yang diketuai oleh Luke.
Anggotanya adalah Ryan, Mark, Gary dan Kevin.
Jadi, The Invisible adalah pengganti
dari The Potatoes? Kita tidak tau. Namun ada beberapa yang mengatakan bahwa The
Potatoes tidak akan pernah terganti oleh boyband manapun. The Potatoes lebih
keren dari The Invisible.
Dari jauh, Louis melihat konser
besar itu dengan kesakitan yang luar biasa. Ia telah kalah dari Luke. Dulu, ia
dan Luke pernah berjanji bahwa masing-masing akan tergabung dalam sebuah
boyband yang terkenal. Mungkin karena kesuksesan besar dari The Potatoes, itu
yang menyebabkan Luke balas dendam padanya. Tapi Louis berjanji akan membentuk
band baru lagi. Entah apa namanya.
Setelah konser besar itu selesai,
diam-diam Louis mendekati keramaian itu. Tentu saja dengan kacamata hitamnya.
Ingin sekali ia bertemu dengan Luke dan mengucapkan selamat sebesar-besarnya.
Bukan karena senang, tetapi saking benci dan kesalnya.
“Louis?” Tanya seseorang dari dalam
sana.
Mata Louis terbelalak saat melihat
Mark disana. Louis ingat, Mark adalah teman SMA-nya dan Mark sangat baik
padanya. Mark pernah menawarkannya untuk gabung dalam boyband-nya tetapi Louis
menolak karena tentu disana ada Luke.
“Apa kabar bro? Lama tidak jumpa!”
Kata Mark sambil memeluk Louis ala lelaki.
“Ya, aku baik-baik saja.” Jawab
Louis singkat.
Mark tersenyum. “Aku dengar, The
Potatoes bubar ya sejak kematian Austin?” Tanyanya. Entah itu sindiran atau
apa.
“Ya. Menyedihkan bukan.” Jawab
Louis.
“Tapi menurutku, ada tidaknya Austin
kalian harus tetap eksis di dunia musik. Austin sangatlah baik. Dia begitu
sayang dengan fans-nya. Aku tidak menyangka dia pergi dengan tragis. Apa kalian
tidak bermaksud untuk mencari pengganti Austin? Aku punya banyak teman lho yang
tidak kalah hebatnya dengan Austin.”
Belum sempat Louis bicara, Luke dan
lainnya datang. Hal itu menambah masam wajah Louis. Tapi Louis tidak bisa
membohongi dirinya sendiri bahwa Luke begitu sempurna malam ini. Damn! Maki
Louis dalam hati. Sebisa mungkin Louis tenang saat bertatapan muka dengan Luke.
“Wah kau ya Lou? Apa kabar?” Sapa
Luke ceria.
Apa Luke lupa kalau lelaki di
depannya ini adalah musuh bebuyutannya selama SMA? “Baik.” Jawab Louis singkat
berusaha untuk tersenyum.
Anehnya selama ia bicara dengan
Luke, Luke seperti melupakan masa lalu itu. Padahal dulu Luke sangat
membencinya, sangat membencinya! Akhirnya, Louis memutuskan untuk pulang ke
rumah dan menolak ajakan makan malam Luke. Bagaimanapun ekspresi Luke sekalipun
itu ramah, Louis tetap tidak sudi menatapnya. Mungkin Luke sedang membuat suatu
rencana. Ya, suatu rencana.
***
Pagi yang buruk. Louis terbangun
dari mimpi buruknya. Dalam mimpi, disana ada Luke yang sedang menjajahnya.
Disana Luke adalah seorang Raja yang begitu kejam dan dia di suruh bekerja
paksa oleh Luke. Intinya, mimpi itu sangat buruk. Wajah ramah Luke kemarin
malam adalah sebuah topeng yang cerdas. Louis tersenyum sinis. Ia mengaku
dirinya lebih bodoh di banding Luke yang nilainya jarang mendapat C.
Louis keluar dari rumahnya. Udara
pagi yang sejuk membuat pikirannya menjadi segar. Louis memutuskan untuk
berjalan kaki tuk sekedar meregangkan otot-ototnya yang kaku. Hikmah di balik
bubarnya The Potatoes adalah ia bisa sesantai ini. Ia tidak akan sering
merasakan lelah akibat konser, fans maupun paparazi yang suka mengejarnya.
“Hai Louis!” Sapa suara seorang
gadis yang tidak lain adalag Ele.
“Oh, hai juga El! Tumben kesini. Kau
kabur dari rumah ya?” Canda Louis.
Ele tersenyum. “Tidak. Hari ini aku
free. Kakakku juga free. Saat ini kakakku sedang menenangkan diri. Mungkin
karena kecapekan bekerja ditambah tugas-tugas kuliah yang menumpuk.” Ucapnya.
“Figur kakak yang hebat. Aku tidak
sabaran berbincang-bincang dengannya.” Ucap Louis.
“Aku juga. Tapi Kakakku selalu nolak
aja. Dia anti banget yang namanya bersosialisasi.”
“Kakakmu kuliah di kampus-ku bukan?”
Tanya Louis memastikan dan dibalas anggukan Ele.
Tiba-tiba Ele teringat sesuatu.
“Ohiya, kau tau The Invisible? Boyband baru yang tiba-tiba langsung terkenal
itu?” Tanyanya.
Mendadak perut Louis serasa mau
muntah mendengar Ele menyebut ‘The Invisible’. Louis berharap gadis itu tidak
mengidolakan boyband baru itu. Apalagi kalau sampai mengidolakan Luke.
“Ya. Kenapa?” Jawab+Tanya Louis
malas.
“Oh, tidak apa-apa kok. Tapi
menurutku masih kerenan The Potatoes. Teman-temanku bahagia sekali karena
kemarin malam berhasil nonton konser The Invisible. Bahkan sahabatku sendiri
bercerita kemarin malam sepulang menonton konser The Invisible. Dan menurutku
itu sangat berlebihan.”
Louis tersenyum seraya mengacak-acak
rambut Ele. “Kau gadis yang baik.” Ucapnya.
“Sayang sekali Austin meninggal.
Kalau dia masih hidup, pasti The Potatoes masih ada, bahkan bisa mengalahkan
The Invisible.” Kata Ele.
Louis menghela nafas beratnya. “Ya.
Kematian Austin sangatlah misterius.” Ucapnya.
“Aku tau. Pasti ada seseorang yang
menginginkan kematiannya.” Kata Ele.
Louis mengangguk-angguk. Pasti ada
seseorang yang menginginkan kematiannya. Siapa sosok orang itu? Tiba-tiba Louis
teringat dengan Luke. Apa orang itu adalah Luke?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar