Rainy Day
.
Hari ini hujan. Ele menatap
pemandangan di luar jendela dan bisa ia lihat air turun dari langit dengan derasnya.
Sejak pagi tadi, hujan tak kunjung reda. Langit memang sedang bersedih dan
matahari tidak mampu meredakan tangis langit itu.
Ele merasa ada sebuah tangan yang
menyetuh punggung tangannya. Sebisa mungkin Ele tersenyum tatkala Louis
menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Langsung saja Louis memeluk tubuh
kekasihnya itu. Berharap kekasihnya cukup tegar dan bisa menerima semua ini.
“Lou.. Aku.. Aku tidak menyangka!
Teganya Luke berbuat seperti itu!” Tangis Ele.
Seminggu yang lalu dan di hari yang
sama. Louis memejamkan matanya. Ia ingat kejadian setahun yang lalu. Saat
kepergian Austin. Dia sangat kehilangan Austin. Dan sekarang, di hari yang sama
pula, ia sudah kehilangan Harry. Louis mengira ini hanyalah sebuah mimpi dan
berharap ia terbangun dari tidurnya.
Lalu bagaimana keadaan Emma?
Setaunya, Emma sedang di rawat di rumah sakit dan tidak tau bagaimana kabarnya.
Louis berharap gadis itu baik-baik saja. Emma memang begitu rapuh saat ini. Dia
sudah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya. Yaitu Austin dan Harry.
Lama Louis memeluk Ele, Louis
mengambil sebuah buku yang isinya adalah tulisan Harry. Mungkin dengan buku
ini, semuanya akan terungkap. Rasa penasarannya pada Harry dan hubungan Harry
dengan Luke, juga Austin. Louis tidak mengerti. Saat Harry menyelesaikan
lagunya, tiba-tiba Harry terjatuh dan membuat semua orang panik. Kemudian Louis
mendapat kabar bahwa ada penjaga yang menemukan mayat Luke yang mengenaskan.
Sepertinya Luke memilih untuk mengakhiri hidupnya. Tapi, kenapa Luke harus
membunuh Harry? Kenapa?
Setelah diselidiki, diam-diam Luke
membawa pistol beracun yang bisa membunuh siapa saja. Entah darimana Luke
mendapatkan pistol itu dan anehnya Luke sangat pandai menembak. Padahal jarak
antara Luke dengan panggung cukup jauh. Juga pistol itu tidak mengeluarkan
suara. Polisi menduga setelah Luke menembak Harry dengan pistol itu, Luke
membunuh dirinya sendiri dengan pistol itu pula.
“El, kau siap membacanya?” Tanya
Louis.
Ele hanya mengangguk pelan. Kemudian
tangan Louis membuka satu persatu lembaran buku itu, ditemani dengan derasnya
hujan.
“Hai!
Aku bertaruh kalian pasti sedih? Sebaiknya kalian tidak usah sedih. Aku senang
kalian mau membaca tulisanku yang menurutku buruk ini dan bahasanya hancur.
Maafkan aku
Lou. Selama ini aku berbohong. Aku sengaja memilih untuk menyendiri karena ini
demi Luke, sahabatku! Kau pasti kaget kenapa aku bisa menjadi sahabat Luke?
Dulu, aku, Luke dan Austin adalah tiga sahabat sejati dan kami bagaikan satu.
Kami selalu bersama dan tidak ada satupun yang bisa memisahkan kami. Sampai di
hari itu.
Saat kami
duduk di bangku SMA, Luke mulai memperlihatkan sikap buruknya. Dia benar-benar
berubah dan aku tidak suka dengan perubahannya. Karena itulah aku hanya
berteman dengan Austin. Dan saat aku tau bahwa Luke ternyata gay, hatiku hancur
sekali. Aku tidak menyangka Luke yang kukenal adalah seseorang yang gay. Dia
sudah banyak berhubungan dengan teman cowoknya. Saat itulah aku membenci Luke.
Parahnya
lagi, Austin ikut terjerat dengan Luke dan aku tidak percaya ternyata keduanya
diam-diam menjalani sebuah hubungan spesial, layaknya kau dengan Ele dan mereka
sama-sama mencintai. Aku bingung harus berbuat apa. Mereka tampak cuek-cuek
aja. Dan ketika kami berumur sembilan belas tahun, aku harus bertindak. Ya!
Sebisa
mungkin aku menghilangkan penyakit Austin tapi aku selalu gagal meskipun
berkali-kali aku memohon pada Austin. Orangtuanya sudah tidak bisa berbuat
apa-apa lagi. Dan pada akhirnya, aku menemukan seorang bidadari cantik yang
langsung membuatku jatuh cinta. Dia adalah Emma Lilian. Emma adalah mahasiswi
yang begitu cantik, pintar dan terkenal. Banyak lelaki yang menginginkannya dan
aku lebih memendam perasaanku karena aku sadar aku tidak pantas untuknya.
Sampai aku
tau bahwa ternyata Emma menyukai Austin ( Aku belum cerita ya kalau Austin
sudah terkenal dengan The Potatoes dan tentu saja Emma mengagumi Austin
habis-habisan ), aku menemukan sebuah ide. Aku menyuruh Austin untuk menjalani
sebuah hubungan dengan seorang gadis. Aku menyarankan Emma. Anehnya Austin
menerima dan mereka pun pacaran. Jujur saja, aku sedih dan merasa cemburu
melihat mereka bahagia, namun aku senang karena aku yakin Austin sudah sembuh
total dan kembali normal.
Tapi
tentunya kau tau kan bagaimana Luke karena kau pernah cerita kalau Luke keras
kepala dan tidak mau mengalah. Melihat Austin dan Emma bahagia, Luke begitu
marah dan dia tau itu adalah ideku. Luke marah padaku dan mengancamku untuk
membunuhku. Tapi aku tidak takut.
Sampai di
hari itu, Luke sudah tidak tahan lagi dan ia memilih untuk membunuh Austin. Ya.
Luke-lah yang membunuh Austin dalam kecelakaan mobil itu. Tapi saat detik-detik
kematian Austin, Austin mengaku kalau ia belum bisa melupakan Luke dan Emma
adalah pelariannya. Saat itulah Luke merasa menyesal. Ia menyesa karena sudah
membunuh seseorang yang sangat dicintainya. Pikirannya kini hanya tertuju pada
satu nama. Yaitu aku.
Luke sangat
dendam padaku dan dia ingin membalas dendam itu dengan cara apapun. Amarahnya
tidak bisa ditahan. Luke pernah mengancam untuk membunuhku dan bisa saja dia
membunuhku karena aku tau siapa Luke itu. Dia mempunyai geng yang sebagian
besar adalah penjahat yang telah melarikan diri dari penjara. Tapi aku tidak
takut dengan ancamannya. Kalaupun ia membunuhku dan aku berakhir seperti
Austin, aku tidak peduli.
Tapi luke
ternyata bisa berubah pikiran dan dia akan menghapus dendamku asalkan aku tidak
boleh bergaul dengan siapapun termasuk ikut ke dalam dunianya. Kau pasti
bertanya-tanya kenapa aku begitu mudah bernyanyi bersama kalian dan mungkin
Niall bertanya-tanya kenapa aku begitu pandai menyanyi dan bermain gitar.
Dulu, saat
kami masih kecil, aku, Luke dan Austin, aku-lah yang sangat mencintai musik dan
aku suka menyanyi, sementara Luke dan Austin tidak tertarik dengan dunia musik.
Namun karena pengaruhku,akhirnya Luke dan Austin menyukai dunia musik dan kami
berobsesi bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Dan di saat audisi X-Factor
itu, kami bertiga mengikutinya. Namun hanya aku saja yang lolos sementara
Austin dan Luke tidak. Aku heran kenapa kalian berempat tidak mengenaliku
karena aku mengenali kalian. Kau, Niall, Liam dan Zayn dan kalian berempat
lulus audisi. Aku juga lulus audisi dan aku senang sekali. Tidak dengan Austin.
Dia begitu sedih dan aku kasihan padanya.
Akhirnya,
aku memutuskan untuk menggantikan posisiku dengan Austin. Aku memohon pada juri
untuk menggantikan diriku dengan Austin. Tentu saja juri itu tidak setuju
karena aku lebih pantas dibanding Ausin. Tapi aku tidak menyerah. Aku berbohong
pada juri bahwa aku ternyata mengidap suatu penyakit parah dan jika aku
melanjutkan audisiku, keadaanku akan semakin parah. Untunglah juri mengerti dan
dia mau menggantikanku dengan Austin dengan syarat Austin harus bisa bernyanyi
sepertiku. Akulah yang mengajarkan Austin sampai Austin bisa dan lihat
sekarang. Dia menjadi populer dan terkenal dengan The Potatoes dan berkali-kali
Austin berterimakasih padaku.
Coba
bayangkan jika aku tidak mengalah, mungkin kalian tidak akan pernah mengenali
Austin dan akulah yang berada di posisi Austin. Tapi, bagiku persahabatan itu
adalah segala-galanya. Aku hanya ingin sahabat-sahabatku bahagia meski itu
membuatku sedih. Ya seperti ceritaku di atas tadi. Luke tau aku sangat
mencintai dunia musik dan dia memanfaatkanku. Karena itulah aku menutupi diriku
bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia musik. Coba saja kau tanyakan
pada Niall.
Tapi,
lama-kelamaan aku tidak tahan juga. Terutama ketika Niall mendekatiku dan
mengajakku bergabung di bandnya karena aku begitu bodoh menyanyikan lagu dan
dia melihatku. Dan aku ingat dengan ucapan Ele bahwa setiap manusia memiliki
hak dan kehidupan masing-masing. Meski aku berada di bawah bayang-bayangan
Luke, tapi tentu aku tidak mau terus ditahan olehnya. Karena itulah aku
memutuskan untuk bergabung dengan kalian.
Mendengar
kemunculan One Direction, Luke semakin membenciku. The Invisible pun mendadak
menghilang karena kemunculan One Direction. Ya, aku telah menghancurkan impian
Luke. Kau tau kan Luke tidak mau mengalah dan ingin selalu menjadi yang
pertama. Tapi dia memberiku kesempatan terakhir. Yaitu aku harus membuat gadis
yang disukai Luke menyukai Luke. Tentu saja aku heran. Apa Luke sudah sembuh?
Luke kan gay! Aku sudah tau ini adalah sebuah jebakan karena aku tau keinginan
Luke hanyalah menghapusku dari dunia ini. Gadis itu adalah Emma. Ya, Emma,
gadis yang selama ini aku cintai. Aku sudah cerita semuanya pada Emma dan aku
harap dia percaya.
Tapi sekali
lagi, aku mengingkari janjiku dengan Luke. Aku memilih menyatakan perasaanku
pada Emma karena rasa cinta ini tidak bisa disimpan lagi dan aku kasihan pada
Emma yang terlalu mengharapkanku.
Dan.. Tepat
di hari kematian Austin, tampaknya Luke ingin melakukan sesuatu untuk
mengakhiri semuanya. Kau tau, sudah lama Luke menderita penyakit di
paru-parunya namun dia masih saja merokok. Berkali-kali aku memperingatinya
untuk tidak merokok namun dia tidak mau menuruti nasehatku. Saat konser pertama
kita, Luke ada diantara ribuan penonton dan dia siap untuk membunuhku. Aku
sudah tau apa isi otak Luke dan dia hanya ingin mengakhiri semuanya dengan cara
membunuhku, lalu membunuh dirinya sendiri, tepat di hari kematian Austin. Aku
tidak tau kenapa Luke memilih hari kematian Austin. Apa karena Luke belum
ikhlas atau masih menyesal?
Terakhir,
aku titip salam ke Niall, Zayn, Liam dan tentunya Emma. Aku sangat menyayangi
kalian dan aku tidak bisa hidup tanpa kalian. Lagu yang aku nyanyikan pada saat
konser adalah lagu yang aku khususkan untuk kalian dan semoga kalian
menyukainya J
“And being here without you is like I’m
waking up to
Only half a blue sky kinda there but
not quite
I’m walking around with just one
shoe
I’m half a heart without you
I’m half a man at best with half an
narrow in my chest
I miss everything we do I’m half a
heart without you..”
***
Aku telah menuntaskan janjiku.
Sekarang, kita bertiga kembali. Ya. Kembali pada kehidupan yang semula. Kembali
pada kehidupan yang indah seperti dulu, saat kita masih bocah dan belum
mengerti apa sebenarnya arti hidup ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar