expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 3 )



Meet A Strange Girl
.

            Perumahan desa yang begitu sepi dan sedikit mengerikan serta gelap. Listrik telah padam beberapa menit yang lalu. Memang, petugas listrik jarang memerhatikan perkampungan kecil nan sempit itu. Tapi masyarakat perkampungan itu merasa nyaman-nyaman saja karena terbiasa.

            Diantara rumah-rumah itu, ada sebuah rumah mungil yang sederhana namun tampak bersih. Di teras, sengaja ditanami berbagai macam aneka bunga sehingga menambah kesan cantik di rumah itu. Pasti si pemilik rumah adalah orang yang sangat menyukai keindahan.

            “Kau mau kemana?” Tanya seorang pemuda kira-kira usianya dua puluh tahun.

            Si gadis menoleh ke sumber suara. “Aku mau keluar dulu. Sebentar saja. Toh jarak dari sini ke kota tidak terlalu jauh.”

            “Apa kau gila? Ini sudah hampir malam! Kakak tidak mau sesuatu terjadi padamu!”

            Gadis itu tau bahwa kakaknya sangat khawatir padanya. Tapi ia harus pergi ke kota saat ini juga untuk membeli bahan-bahan yang akan digunakannya besok. Ia merasa bodoh karena tidak membeli di siang hari atau paling tidaknya sebelum matahari tenggelam.

            “Ayolah kak! Apa kakak kira aku ini gadis penakut? Aku juara satu karate di sekolah kak dan jika ada yang berani macam-macam padaku, akan langsung kupatahkan lehernya.”

            Akhirnya, pemuda itu tidak bisa member izin adiknya untuk pergi. Toh memang adiknya suka keluyuran malam-malam. Tapi adiknya tidak di cap sebagai gadis yang tidak baik lho.

            “Sebelum jam sembilan harus balik ya.” Kata lelaki itu.

            “Sippp!”

***

            Louis benar-benar tidak habis pikir dengan keputusan Liam dan lainnya. Baru saja ia melihat interview dan disana ada The Potatoes, tentunya tanpa Austin dan dirinya yang mengucapkan secara tegas bahwa The Potatoes sudah bubar dan nama The Potatoes tidak akan kembali lagi. Meskipun begitu, mereka bangga dengan hasil kerja keras selama ini dan album pertama mereka yang begitu sukses.

            Sejujurnya, Louis tidak ingin The Potatoes bubar. Ia ingin The Potatoes tetap berdiri. Namun ia yakin sekali Liam dan lainnya tidak akan diam. Pasti mereka sedang membuat suatu rencana untuk mengobati kekecewaan Potatoers.

            Malam yang baginya buruk ini, Louis berjalan seorang diri sambil menikmati udara malam. Ia mengeratkan jaket yang dikenakannya dan ia sengaja memakai kacamata hitam agar tidak ketahuan fans fanatiknya. Untunglah tidak ada satupun yang mengenalinya atau memang tidak ada satupun yang menganggapnya?

            “Makasih banyak ya..” Ucap seorang gadis dengan tergesa-gesa. Gadis itu berlari hingga tidak menyadari ada orang di belakangnya dan….

            BUUUKKK !!!!!

            Louis yang belum siap mendadak terjungkal kebelakang. Parahnya lagi tubuhnya di tindih oleh tubuh si penabrak tadi, dan sialnya, kacamatanya terbuka sehingga banyak orang yang mendatanginya.

            “AAAAA ITU LOUIS !!!!” Teriak salah satu fans fanatiknya.

            Tentu saja Louis menjadi takut. Bagaimana ini? Sungguh, ia begitu panik. Sementara gadis yang menabarknya tadi berusaha untuk bangkit sambil merapikan rambutnya. Gadis itu begitu kaget mendapati lelaki tampan yang baru saja ditabraknya. Eh.. Bukannya itu….

            “Eh maaf.. maaf..” Kata gadis itu setengah gugup lalu membereskan barang-barangnya yang berserakan.

 Gadis itu hendak pergi meninggalkan tempat itu namun tangannya sudah di cengkram oleh Louis. Tampaknya Louis begitu marah dan kesal. Sementara fans-nya mulai berdatangan dan mengaga melihat kejadian itu. Siapa gadis itu? Batin mereka.

“Lepasin dong! Aku kan sudah minta maaf!” Kata gadis itu.

Louis menatap tajam ke arah gadis itu. “Urusanmu denganku belum selesai! Kata maaf saja tidak cukup!” Bentak Louis.

Karena tidak tahan, gadis itu melepaskan tangannya dari tangan Louis dengan sangat kasar. Ilmu karatenya ternyata ada gunanya. Alhasil ia melihat Louis yang tengah kesakitan, dan entah mengapa gadis itu tertawa melihat ekspresi Louis.

“Tau rasa! Tuhan saja mau memaafkan hamba-Nya, masa manusia seperti kamu aja tidak bisa sih?” Kata gadis itu kesal. Lalu ia melihat jam di tangannya. Duh, sudah hampir jam sembilan malam. Bagaimana ini?

Louis merasa gadis itu sangatlah hebat dan bukanlah gadis biasa. Tangannya begitu sakit. Sakit sekali. Bisa-bisa tulangnya patah. Tapi ia tidak mau kalah dengan gadis itu. Ia harus memberi pelajaran ke gadis itu yang sudah jelas-jelas salah.

“Antarin aku pulang!” Tanya gadis itu sekenanya dan membuat Louis terngaga lebar. Dia pikir dia itu siapa seenaknya menyuruh mengantarnya pulang?

***

“Jadi, kau Louis Tomlinson ya? Member The Potatoes?” Tanya gadis itu.

Sudah berkali-kali Louis mengatai dirinya bahwa dirinya sangat-sangat bodoh. Ia tidak tau mengapa ia mau mengantar gadis itu pulang. Padahal kan gadis itu datang kemari sendirian? Dan dimana rumah gadis yang belum ia ketahui siapa namanya itu? Dasar gadis aneh!

“Ya, tapi itu dulu. Sekarang The Potatoes sudah bubar.” Jawab Louis.

Tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya membuat Louis turut serta menghentikan langkahnya. Apa gadis aneh itu kaget mendengar berita heboh itu? Kemudian gadis itu melanjutkan langkah lagi diikuti Louis di sampingnya. Tapi kalau diperhatikan baik-baik, gadis itu cukup cantik dan memiliki banyak kelebihan. Baru kali ini Louis menemukan gadis seperti itu. Astaga! Apa ia mulai menyukai gadis yang baru saja dikenalinya itu?

“Bubar? Kenapa?” Tanya gadis itu.

Louis mendesah. Apa gadis itu tidak tau berita tentang kematian Austin? Sebegitunyakah gadis itu kurang updet? Tapi tidak mungkin deh. Gadis itu mengenalinya, juga The Potatoes. Tidak mungkin gadis itu tidak mengenali Austin.

“Kau tau kan berita kematian Austin Matthew?” Louis balik nanya.

Gadis itu terdiam sesaat, lalu menjawab. “Tentu saja. Seisi dunia heboh dibuatnya.” Jawab gadis itu.

“Kau terlalu lebay. Kita baru saja terkenal di Inggris dank au sudah bilang seisi dunia?”

“Terserah deh.” Kata gadis itu mengalah.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah perkampungan yang cukup gelap. Louis jadi merinding dibuatnya. Jangan-jangan, gadis yang bersamanya ini adalah hantu kali! Sesaat, Louis ragu apa lebih baik ia melanjutkan perjalanan atau tidak.

“Kenapa diam? Ayo ke rumah!” Ajak gadis itu sambil menarik tangannya. Mau tidak mau, Louis tidak bisa menolak permintaan gadis aneh itu.

Dari jarak yang cukup dekat dengan rumah, gadis itu terkejut bukan main saat melihat kakaknya yang tengah berdiri menungguinya di teras. Gadis itu melirik jam tangan di tangan kirinya. Astaga! Sudah hampir jam setengah sepuluh!

“Siapa dia?” Tanya Louis yang tidak sengaja melihat cowok yang kira-kira usianya sebaya dengannya atau lebih tua sedikit darinya. Namun wajahnya tidak terlalu jelas karena tertutupi oleh gelapnya malam.

“Ngg.. Udah dulu ya, bye!” Ucap gadis itu seraya berlari meninggalkan Louis. Tentu saja Louis kesal bukan main. Siapa sih gadis aneh nan menyebalkan itu?

Akhirnya Louis memutuskan meninggalkan tempat itu. Untunglah ia hafal jalan pulangnya. Louis berharap supaya ia tidak akan lagi bertemu dengan gadis aneh seperti gadis tadi. Sementara gadis itu, ia berusaha meminta maaf kepada kakaknya.

“Maafkan Ele kak..” Kata gadis itu.

“Baiklah aku maafkan. Tapi, siapa lelaki tadi? Mengapa lelaki itu mengantarmu pulang?” Tanya Kakaknya.

“Dia.. Dia Louis Tomlinson, salah satu personil The Potatoes. Kakak pasti tau kan?” Jawab gadis itu jujur.

Mendengar nama ‘Louis Tomlinson’ dan ‘The Potatoes’, wajah Kakaknya itu langsung berubah. “Sudah kakak bilang! Kau jangan bergaul dengan orang kaya seperti dia! Apalagi dia penyanyi terkenal! Ayo masuk!”

Satu hal yang ia tahu, bahwa kakaknya sangat membenci orang kaya.

***

Hari yang melelahkan. Louis merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya dan berusaha mem-flashback kejadian yang dianggapnya aneh itu. Bertemu dengan seorang gadis aneh. Cukup! Louis tidak mau masalahnya bertambah. Ia tidak mau terus-terusan memikirkan gadis itu. Masalahnya cukup satu. Yaitu Austin.

Tidak sengaja Louis melihat bingkai foto yang sudah tiga minggu yang lalu ia pasang. Disana, The Potatoes tampak gembira karena telah mendapatkan penghargaan. Austin sangat ceria disana dan ia sangat merindukan sosok Austin. Louis merasa Austin sangatlah berbeda dari kebanyakan cowok lainnya. Entah apa yang membuat Austin berbeda.

Drdrtrt….

1 Message From: Nialler

Hi Lou! Sudah nonton acara Breakout tadi? Ku harap kau sudah menontonnya dan kau harus mengerti mengapa The Potatoes harus bubar. Tapi tadi Liam sempat membisikkanku walau The Potatoes sudah bubar, tapi kami masih tetap eksis di dunia musik. Yeah, bagaimanapun caranya. Idk.

Bagaimanapun caranya. Apa dengan cara mengganti nama The Potatoes dengan nama lain? Bagaimana kalau The Carrots karena ia sangat menyukai wortel. Niall-lah yang mengusulkan nama The Potatoes dan diterima. Atau The Chickens karena Zayn suka sekali dengan ayam.

Masalah timbul lagi. Huft! Louis benar-benar pusing dibuatnya. Austin-lah, gadis itu-lah dan bubarnya The Potatoes. Sekali lagi, Louis melirik ke arah bingkai foto itu dan tersenyum sedih menatap Austin.

“Wish you were here….”

***


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar