Meet A Strange Girl
.
Perumahan desa yang begitu sepi dan
sedikit mengerikan serta gelap. Listrik telah padam beberapa menit yang lalu.
Memang, petugas listrik jarang memerhatikan perkampungan kecil nan sempit itu.
Tapi masyarakat perkampungan itu merasa nyaman-nyaman saja karena terbiasa.
Diantara rumah-rumah itu, ada sebuah
rumah mungil yang sederhana namun tampak bersih. Di teras, sengaja ditanami
berbagai macam aneka bunga sehingga menambah kesan cantik di rumah itu. Pasti
si pemilik rumah adalah orang yang sangat menyukai keindahan.
“Kau mau kemana?” Tanya seorang
pemuda kira-kira usianya dua puluh tahun.
Si gadis menoleh ke sumber suara.
“Aku mau keluar dulu. Sebentar saja. Toh jarak dari sini ke kota tidak terlalu
jauh.”
“Apa kau gila? Ini sudah hampir
malam! Kakak tidak mau sesuatu terjadi padamu!”
Gadis itu tau bahwa kakaknya sangat khawatir
padanya. Tapi ia harus pergi ke kota saat ini juga untuk membeli bahan-bahan
yang akan digunakannya besok. Ia merasa bodoh karena tidak membeli di siang
hari atau paling tidaknya sebelum matahari tenggelam.
“Ayolah kak! Apa kakak kira aku ini gadis
penakut? Aku juara satu karate di sekolah kak dan jika ada yang berani
macam-macam padaku, akan langsung kupatahkan lehernya.”
Akhirnya, pemuda itu tidak bisa
member izin adiknya untuk pergi. Toh memang adiknya suka keluyuran malam-malam.
Tapi adiknya tidak di cap sebagai gadis yang tidak baik lho.
“Sebelum jam sembilan harus balik
ya.” Kata lelaki itu.
“Sippp!”
***
Louis benar-benar tidak habis pikir
dengan keputusan Liam dan lainnya. Baru saja ia melihat interview dan disana
ada The Potatoes, tentunya tanpa Austin dan dirinya yang mengucapkan secara
tegas bahwa The Potatoes sudah bubar dan nama The Potatoes tidak akan kembali
lagi. Meskipun begitu, mereka bangga dengan hasil kerja keras selama ini dan
album pertama mereka yang begitu sukses.
Sejujurnya, Louis tidak ingin The
Potatoes bubar. Ia ingin The Potatoes tetap berdiri. Namun ia yakin sekali Liam
dan lainnya tidak akan diam. Pasti mereka sedang membuat suatu rencana untuk
mengobati kekecewaan Potatoers.
Malam yang baginya buruk ini, Louis
berjalan seorang diri sambil menikmati udara malam. Ia mengeratkan jaket yang
dikenakannya dan ia sengaja memakai kacamata hitam agar tidak ketahuan fans
fanatiknya. Untunglah tidak ada satupun yang mengenalinya atau memang tidak ada
satupun yang menganggapnya?
“Makasih banyak ya..” Ucap seorang
gadis dengan tergesa-gesa. Gadis itu berlari hingga tidak menyadari ada orang
di belakangnya dan….
BUUUKKK !!!!!
Louis yang belum siap mendadak
terjungkal kebelakang. Parahnya lagi tubuhnya di tindih oleh tubuh si penabrak
tadi, dan sialnya, kacamatanya terbuka sehingga banyak orang yang
mendatanginya.
“AAAAA ITU LOUIS !!!!” Teriak salah
satu fans fanatiknya.
Tentu saja Louis menjadi takut.
Bagaimana ini? Sungguh, ia begitu panik. Sementara gadis yang menabarknya tadi
berusaha untuk bangkit sambil merapikan rambutnya. Gadis itu begitu kaget
mendapati lelaki tampan yang baru saja ditabraknya. Eh.. Bukannya itu….
“Eh maaf.. maaf..” Kata gadis itu
setengah gugup lalu membereskan barang-barangnya yang berserakan.
Gadis itu hendak pergi
meninggalkan tempat itu namun tangannya sudah di cengkram oleh Louis. Tampaknya
Louis begitu marah dan kesal. Sementara fans-nya mulai berdatangan dan mengaga
melihat kejadian itu. Siapa gadis itu? Batin mereka.
“Lepasin dong! Aku kan sudah minta maaf!” Kata gadis itu.
Louis menatap tajam ke arah gadis itu. “Urusanmu denganku belum selesai!
Kata maaf saja tidak cukup!” Bentak Louis.
Karena tidak tahan, gadis itu melepaskan tangannya dari tangan Louis
dengan sangat kasar. Ilmu karatenya ternyata ada gunanya. Alhasil ia melihat
Louis yang tengah kesakitan, dan entah mengapa gadis itu tertawa melihat
ekspresi Louis.
“Tau rasa! Tuhan saja mau memaafkan hamba-Nya, masa manusia seperti kamu
aja tidak bisa sih?” Kata gadis itu kesal. Lalu ia melihat jam di tangannya.
Duh, sudah hampir jam sembilan malam. Bagaimana ini?
Louis merasa gadis itu sangatlah hebat dan bukanlah gadis biasa.
Tangannya begitu sakit. Sakit sekali. Bisa-bisa tulangnya patah. Tapi ia tidak
mau kalah dengan gadis itu. Ia harus memberi pelajaran ke gadis itu yang sudah
jelas-jelas salah.
“Antarin aku pulang!” Tanya gadis itu sekenanya dan membuat Louis
terngaga lebar. Dia pikir dia itu siapa seenaknya menyuruh mengantarnya pulang?
***
“Jadi, kau Louis Tomlinson ya? Member The Potatoes?” Tanya gadis itu.
Sudah berkali-kali Louis mengatai dirinya bahwa dirinya sangat-sangat
bodoh. Ia tidak tau mengapa ia mau mengantar gadis itu pulang. Padahal kan
gadis itu datang kemari sendirian? Dan dimana rumah gadis yang belum ia ketahui
siapa namanya itu? Dasar gadis aneh!
“Ya, tapi itu dulu. Sekarang The Potatoes sudah bubar.” Jawab Louis.
Tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya membuat Louis turut serta
menghentikan langkahnya. Apa gadis aneh itu kaget mendengar berita heboh itu?
Kemudian gadis itu melanjutkan langkah lagi diikuti Louis di sampingnya. Tapi
kalau diperhatikan baik-baik, gadis itu cukup cantik dan memiliki banyak
kelebihan. Baru kali ini Louis menemukan gadis seperti itu. Astaga! Apa ia mulai
menyukai gadis yang baru saja dikenalinya itu?
“Bubar? Kenapa?” Tanya gadis itu.
Louis mendesah. Apa gadis itu tidak tau berita tentang kematian Austin?
Sebegitunyakah gadis itu kurang updet? Tapi tidak mungkin deh. Gadis itu
mengenalinya, juga The Potatoes. Tidak mungkin gadis itu tidak mengenali
Austin.
“Kau tau kan berita kematian Austin Matthew?” Louis balik nanya.
Gadis itu terdiam sesaat, lalu menjawab. “Tentu saja. Seisi dunia heboh
dibuatnya.” Jawab gadis itu.
“Kau terlalu lebay. Kita baru saja terkenal di Inggris dank au sudah
bilang seisi dunia?”
“Terserah deh.” Kata gadis itu mengalah.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah perkampungan yang cukup gelap. Louis
jadi merinding dibuatnya. Jangan-jangan, gadis yang bersamanya ini adalah hantu
kali! Sesaat, Louis ragu apa lebih baik ia melanjutkan perjalanan atau tidak.
“Kenapa diam? Ayo ke rumah!” Ajak gadis itu sambil menarik tangannya. Mau
tidak mau, Louis tidak bisa menolak permintaan gadis aneh itu.
Dari jarak yang cukup dekat dengan rumah, gadis itu terkejut bukan main
saat melihat kakaknya yang tengah berdiri menungguinya di teras. Gadis itu
melirik jam tangan di tangan kirinya. Astaga! Sudah hampir jam setengah
sepuluh!
“Siapa dia?” Tanya Louis yang tidak sengaja melihat cowok yang kira-kira
usianya sebaya dengannya atau lebih tua sedikit darinya. Namun wajahnya tidak
terlalu jelas karena tertutupi oleh gelapnya malam.
“Ngg.. Udah dulu ya, bye!” Ucap gadis itu seraya berlari meninggalkan
Louis. Tentu saja Louis kesal bukan main. Siapa sih gadis aneh nan menyebalkan
itu?
Akhirnya Louis memutuskan meninggalkan tempat itu. Untunglah ia hafal
jalan pulangnya. Louis berharap supaya ia tidak akan lagi bertemu dengan gadis
aneh seperti gadis tadi. Sementara gadis itu, ia berusaha meminta maaf kepada
kakaknya.
“Maafkan Ele kak..” Kata gadis itu.
“Baiklah aku maafkan. Tapi, siapa lelaki tadi? Mengapa lelaki itu
mengantarmu pulang?” Tanya Kakaknya.
“Dia.. Dia Louis Tomlinson, salah satu personil The Potatoes. Kakak pasti
tau kan?” Jawab gadis itu jujur.
Mendengar nama ‘Louis Tomlinson’ dan ‘The Potatoes’, wajah Kakaknya itu
langsung berubah. “Sudah kakak bilang! Kau jangan bergaul dengan orang kaya
seperti dia! Apalagi dia penyanyi terkenal! Ayo masuk!”
Satu hal yang ia tahu, bahwa kakaknya sangat membenci orang kaya.
***
Hari yang melelahkan. Louis merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya
dan berusaha mem-flashback kejadian yang dianggapnya aneh itu. Bertemu dengan
seorang gadis aneh. Cukup! Louis tidak mau masalahnya bertambah. Ia tidak mau
terus-terusan memikirkan gadis itu. Masalahnya cukup satu. Yaitu Austin.
Tidak sengaja Louis melihat bingkai foto yang sudah tiga minggu yang lalu
ia pasang. Disana, The Potatoes tampak gembira karena telah mendapatkan
penghargaan. Austin sangat ceria disana dan ia sangat merindukan sosok Austin.
Louis merasa Austin sangatlah berbeda dari kebanyakan cowok lainnya. Entah apa
yang membuat Austin berbeda.
Drdrtrt….
1 Message From: Nialler
Hi Lou! Sudah nonton acara Breakout
tadi? Ku harap kau sudah menontonnya dan kau harus mengerti mengapa The
Potatoes harus bubar. Tapi tadi Liam sempat membisikkanku walau The Potatoes
sudah bubar, tapi kami masih tetap eksis di dunia musik. Yeah, bagaimanapun
caranya. Idk.
Bagaimanapun caranya. Apa dengan cara mengganti nama The Potatoes dengan
nama lain? Bagaimana kalau The Carrots karena ia sangat menyukai wortel.
Niall-lah yang mengusulkan nama The Potatoes dan diterima. Atau The Chickens
karena Zayn suka sekali dengan ayam.
Masalah timbul lagi. Huft! Louis benar-benar pusing dibuatnya.
Austin-lah, gadis itu-lah dan bubarnya The Potatoes. Sekali lagi, Louis melirik
ke arah bingkai foto itu dan tersenyum sedih menatap Austin.
“Wish you were here….”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar