expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 11 )




New Song
.

            Memang benar. Mereka tidak boleh kalah dengan The Invisible. Mereka harus merebut kembali semua yang telah hilang itu. Harus ada lagu baru yang akan mereka nyanyikan. Untuk sementara, Liam mengusulkan sebuah nama yang baginya cocok. Yaitu The Black And White. Nama yang panjang, namun tidak tau mengapa Liam memilih nama itu. Kan hanya untuk sementara juga.

            “Kita hanya berempat! Tidak boleh ada penambahan anggota!” Ucap Louis dengan tegas.

            Niall tidak terlalu mempedulikan ucapan Louis. Pikirannya hanya ada satu. Yaitu lagu baru. Otaknya begitu mampet jadi ia bingung menyusun lirik-lirik lagu yang romantis.

            “Kenapa begitu? Aku akan mengajak Harry gabung kesini.” Kata Liam.

            “Tidak!” Bentak Louis. “Kalau dia gabung, suasana akan bertambah buruk! Dia itu senjata rahasia Luke. Kau harus hati-hati dengannya.”

            “Darimana kau tau? Sudahlah Lou, jangan memfitnah Harry seperti itu. Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan Luke.” Ucap Liam.

            “Terserah. Tapi kalau kau lebih memilih Harry dibanding permintaanku, aku yang akan keluar!” Ucap Louis dengan tegas.

            Itulah salah satu sikap Louis yang paling dibenci Liam. Louis sangat keras kepala dan jarang bersikap lembut. Tapi ya mau bagaimana lagi? Sementara Harry, apa iya Harry mau ikut bergabung dengan band-nya? Bukannya Harry pernah mengatakan kalau ia tidak bisa menyanyi?

***

            Siang menjelang sore yang begitu tenang. Harry berjalan dengan santai. Tujuan utamanya yaitu perpustakaan. Ya. Sudah lama ia tidak mendatangi tempat itu dan kini saatnya ia mendatangi tempat itu meski rasanya ia sudah tidak layak datang ke tempat itu. Sedaritadi, Harry berusaha menjauhkan diri dari kerumunan. Apalagi salah satu dosen yang ia kenal. Apalagi Mr. Alex! Jika Mr. Alex melihatnya, entahlah bagaimana nasibnya nanti. Mr. Alex adalah seorang pria yang cerdas dan seorang pria cerdas bisa membedakan orang yang sakit, orang yang sehat dan orang yang sembuh setelah sakit.

            Harry takut jika Mr. Alex sudah tidak mempercayainya lagi. Mungkin Mr. Alex mengira ia sudah lelah dengan hidupnya ini yang sehar-hari belajar terus. Padahal sejujurnya, Harry sangat membenci belajar dan membenci kuliah. Baginya, kuliah itu tidak ada gunanya, tentu saja bagi orang yang seperti dirinya.

            “Harry ya?” Sapa sebuah suara yang begitu terdengar lembut di telinganya.

            Entah sejak kapan bidadari cantik itu sudah ada di hadapannya sambil memamerkan senyuman manisnya. Harry begitu terhanyut dalam senyuman itu sampai matanya tidak bisa berkedip.

            “Halooo!!! Adakah orang disana?” Tanya gadis itu dengan suara yang agak keras.

            Harry pun tersadar. “Eh, iya? Ada apa? Darimana kau tau namaku?”

            Gadis itu tertawa dan tawanya mampu menggelikan hatinya. Harry menyukai tawa itu. “Aku Emma Lilian. Kau pasti mengenaliku kan? Aku sering melihatmu di perpustakaan, tapi saat aku sapa, kau cuek saja. Ternyata benar apa yang dikatan Niall.” Ucap gadis itu yang tidak lain adalah Emma.

            “Niall? Ada apa dengan Niall?” Tanya Harry.

            “Kau memang pantas menggantikan Austin.” Jawab Emma.

            Menggantikan Austin? Tanya Harry dalam hati. Hal gila apakah itu? Niall tidak pernah membicarakan pengganti Austin ataupun Austin padanya. Niall hanya sibuk menanyakan tentang dirinya, bukan orang lain.

            “Aku tidak mengerti maksudmu.” Kata Harry.

            Tiba-tiba tangannya sudah di tarik oleh tangan halus Emma dan Harry tidak bisa membebaskan tangannya dari tangan Emma. Apa yang diinginkan gadis itu? Sepertinya Emma ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat.

            “Ayo kita ke kantin! Aku lapar sekali.” Kata Emma dengan penuh semangat. Tidak jauh beda dengan Niall.

            Mau tidak mau, terpaksa Harry menuruti ajakan Emma. Baginya, ini adalah sebuah hal yang tidak masuk akal. Harry yakin sekali ini hanya sebuah mimpi. Tidak ada satupun gadis yang berani mengajaknya, bahkan mengajaknya bicara. Apa ia terlalu dingin?

            Sesampai di kantin yang begitu ramai, menjadi heboh karena kedatangan Emma dan seorang pemuda tampan di sampingnya. Emma tersenyum senang sambil menyapa beberapa orang yang dikenalinya. Gadis itu pun mengajak Harry duduk di salah satu meja yang kosong dan Harry tidak bisa menghindarinya.

            “Mbak, spaghetti dua dan jus alpukat dua!” Kata Emma.

            “Hei! Kau yang akan membayarnya?” Tanya Harry.

            Lagi-lagi Emma tertawa. “Kau kira berapa harga dua spaghetti dan dua jus alpukat? Ini kantin, bukan restoran.” Jawabnya.

            “Tapi aku tidak lapar. Aku harus menghemat uang. Kau enak anak orang kaya yang bisa-nya minta uang saja.” Kata Harry.

            Entah mengapa kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Harry juga tidak mengerti mengapa kata-kata itu yang keluar. Bagaimana jika Emma merasa sakit hati mendengar ucapannya yang jelas-jelas menyindirnya?

            “Oh, oke. Aku yang akan membayarnya.” Kata Emma yang masih dalam keadaan ceria.

            Risih. Itulah yang dirasakan Harry saat berhadapan duduk dengan Emma. Siapa yang tidak mengenali Emma? Emma adalah kekasih Austin Matthew yang sudah meninggal satu bulan yang lalu dan begitu dengan dengan The Potatoes. Emma juga memiliki wajah yang sangat cantik dan dia adalah seorang model. Tentu saja Harry menciut. Melihat jemari indah Emma saja ia tidak berani.

            “Aku ingin tau semua tentangmu.” Kata Emma membuka topik pembicaraan.

            “Kenapa?” Tanya Harry.

            “Kan aku sudah bilang, kau adalah calon bintang dan kau akan menggantikan Austin. Pertama-tama aku ingin mendengar suara indahmu itu. Cobalah menyanyikan satu lagu saja. Lagunya bebas deh.” Ucap Emma.

            Semakin lama Harry semakin bingung. Calon bintang? Pengganti Austin? Sekali lagi, Niall tidak pernah membicarakan tentang Austin padanya. Niall hanya ingin menjadi temannya. Itu saja. Mungkin gadis di hadapannya ini adalah gadis yang aneh.

            Kemudian, pesanan Emma sudah datang. Bau khas dari spaghetti itu membuat perutnya tidak tahan untuk menyantapnya. Sementara Harry, dia menatap sedih spaghetti itu. Tidak tau apa ia akan memakan spaghetti itu atau tidak.

            “Kau alergi spaghetti ya?” Tanya Emma melihat spaghetti di piring Harry yang masih utuh.

            “Eh, tidak. Aku akan mengabiskannya.” Jawab Harry cepat-cepat lalu menghabiskan spaghetti itu.

            “Jadi, kau belum tau ya kalau Niall mengejarmu karena satu asalan.” Ucap Emma.

            Harry sedikit terbatuk-batuk mendengar ucapan Emma. “Tidak. Alasan apa? Niall hanya ingin menjadi temanku saja karena dia kasihan padaku yang tidak bisa mencari teman.” Ucapnya.

            “Pasca kejadian di ruang musik itu, Niall jadi ingin tau tentangmu. Katanya dia melihatmu bernyanyi sambil bermain gitar sampai membuat Niall terpesona.” Jawab Emma.

            Harry terdiam sesaat, lalu bicara. “Di ruang musik? Aku tidak pernah kesana. Bahkan aku tidak tau dimana letaknya. Aku bukan anak kesenian. Aku tidak bisa bernanyi dan aku tidak bisa bermain gitar. Menyentuhnya pun tidak pernah.” Ucapnya.

            Emma tidak langsung percaya apa yang dikatakan Harry barusan. Tapi tampaknya Harry jujur. Kalau begitu, Niall dong yang bohong! Mungkin benar. Waktu itu Niall sedang mabuk. Tapi, luka di tangannya itu karena apa kalau tidak menyenggol seng yang ada di luar ruang musik itu? Jadi, mana yang benar?

            “Aku membutuhkan kejujuranmu Harr karena ini menyangkut masa depan mereka.”

            “Mereka? Aku tidak peduli.” Ucap Harry.

            Sudah bisa ditebak bahwa Harry tidak ingin bergabung di grup Niall. Sekalipun Harry memiliki suara emas. Harry terlalu menyendiri dan susah diajak bicara. Tapi entah mengapa, saat ia melihat mata hijau milik Harry, Emma jadi teringat dengan Austin yang juga memiliki mata berwarna hijau seperti Harry.

            “Kau kenal Austin Matthwe?” Tanya Emma.

            “Dia kan anggota The Potatoes sekaligus sahabat Niall.” Jawab Harry.

***

            Setelah bebas dari Emma, Harry bisa bernafas dengan lega. Entahlah saat ia bersama Emma rasanya sulit untuk bernafas. Harry pun memutuskan untuk menyendiri di dekat toilet yang terletak di ujung bangunan. Mungkin sebagaian orang mengatakan tempat itu berhantu, tetapi Harry tidak percaya.

            Harry mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam tas-nya sembari menulis sesuatu. Entahlah apa yang ditulis Harry, tapi sepertinya isinya begitu romantis dan penuh semangat. Sudah cukup lama Harry menulis dan disana banyak coret-coretannya. Mungkin Harry kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk tulisannya itu.

            “Wau! Kreatif! Imajinatif!” Puji seseorang yang langsung duduk di sampingnya.

            Niall lagi! Batin Harry dan entah mengapa rasanya aneh saat melihat Niall. Harry sedikit takut saat melihat Niall. Secara mendadak, Niall merebut bukunya itu dan Harry tidak bisa merebutnya kembali.

            The one that I came with, she had to go. But you look amazing standing alone..” Ucap Niall membaca tulisan Harry yang baginya begitu luar biasa. Sementara Harry pasrah tulisan yang ia buat dibaca oleh Niall.

            “Kau yang membuatnya?” Tanya Niall dan dibalas anggukan Harry. “Liriknya bagus sekali. Aku suka! Kebetuan aku sedang menciptakan sebuah lagu. Lirik ini sepertinya pantas. Ayo kita pergi ke ruang musik!” Ajak Niall dengan penuh semangat.

            “Itu bukan lirik lagu! Itu hanya coretan bodoh saja!” Ucap Harry.

            “Ayolah man! Kau jangan merendah gitu. Aku tau kau bakat menulis lagu.”

            Sekali lagi, Harry tidak bisa menolak ajakan Niall. Keduanya pun berjalan hingga berhenti di ruang musik. Di dalam sana, banyak sekali berbagai jenis alat musik. Terutama gitar. Niall langsung mengambil gitar cokelat yang kelihatan bersinar itu.

            “Aku yang akan menentukan nadanya dan nadanya harus semangat karena liriknya semangat juga. Kita bisa begadang menyelesaikan satu lagu ini.” Kata Niall dengan penuh semangat.

            “Kenapa kau tidak mengajak band-mu saja?” Tanya Harry.

            “Aku tidak mau. Kali ini, hanya kau dan aku, oke? Ohya, bisakah kau memainkan gitar ini? Siapa tau kau juga bisa menentukan nada-nadanya.”

            Gitar itu kini sudah ada di pangkuan Harry dan Harry tidak bisa membuangnya begitu aja dan Harry hanya bisa menatap gitar itu tanpa harus memainkannya.

            “Kau tidak bisa bermain gitar ya?” Tanya Niall.

            “Ya, aku sama sekali tidak bisa bermain gitar.” Jawab Harry.

            Niall mengangguk-angguk, tapi ia tahu bahwa Harry sedang berbohong. Temannya yang satu itu memang suka merendahkan diri dan sedikit pemalu, namun sangat luar biasa. “Tapi kau adalah penulis lagu yang sangat berbakat. Ayo kita lanjutkan! Bahkan sampai besok pun aku siap.” Ucap Niall.

            Keduanya pun kembali menulis lagu dengan penuh semangat. Baru kali ini Niall melihat Harry yang sedang bersemangat. Harry.. Harry.. Mengapa kau tidak jujur saja? Kau mempunyai bakat nyanyi yang sangat luar biasa. Kenapa kau tidak memperlihatkannya saja kepada orang lain? Ya minimal-lah ke dia.

            Tidak terasa sudah larut malam dan lagu itu belum juga selesai. Niall tengah sibuk membuat nada-nada untuk lagu itu dan Harry yang mengomentarinya. Liriknya sih sudah siap tapi tidak cocok dengan nadanya. Namun, Niall dan Harry yakin sekali bahwa lagu itu nantinya akan menjadi lagu yang sangat bagus dan dapat membuat para gadis tergila-gila. Lihat saja nanti!

***

            Sudah berpuluhan kali Liam me-miscall Niall dan Niall tidak menjawabnya. Anak laki-laki berambut pirang itu kemana sih? Liam memang masih menganggap Niall sebagai anak kecil karena baginya Niall adalah idiot. Padahal umur Niall sudah mencapai dua puluh tahun. Sampai pagi ini, Niall juga tidak mau mengangkat telponnya. Apalagi membalas sms-nya!

            Pagi ini, Liam, Zayn dan Louis sibuk mencari Niall yang dikabarkan menghilang. Zayn sudah mencari Niall di rumah dan Ibu Niall juga tidak tau dimana Niall. Tidak lupa Zayn memiscall Harry. Tapi nomor Harry tidak aktif. Zayn juga tidak melihat batang hidung Harry. Jangan-jangan Harry ikut menghilang lagi.

            Lama kelamaan, mereka jadi takut. Takut jika sesuatu terjadi pada Niall. Louis jangan ditanya. Sasaran utamanya adalah Harry! Louis yakin sekali menghilangnya Niall ada hubungannya dengan Harry.

            “Jangan salahkan Harry lagi, Lou. Apa kau tidak lelah menuduhnya?” Ucap Liam.

            “Dia memang salah! Dia adalah kaki tangan Luke!” Ucap Louis.

            “Kau nge-lantur Lou.” Kata Zayn sambil menggeleng-gelengkan kepala.

            Tiba-tiba Liam menemukan sebuah jawaban dari masalah ini. “Aku tau dimana Niall! Ya! Di ruang musik! Aku yakin dia sedang membuat lagu disana.” Ucapnya dengan yakin.

            “Ya sudah kau kesana saja.” Kata Louis dengan nada sinis.

            Akhirnya Liam berlari menuju ruang musik yang begitu sepi. Sesaat, Liam ragu apakah ia harus melanjutkan langkahnya. Tapi, apa salahnya mengecek ruang musik? Siapa tau kan ada Niall disana! Saat Liam membuka pintu ruang musik….

            “ASTAGA !!! KENAPA MEREKA BISA TIDUR DISINI??” Ucap Liam dengan suara yang cukup keras sekaligus kaget.

            Liam berusaha menahan tawanya. Gaya tidur Niall dan Harry begitu lucu. Untunglah Niall mengenakan jaket dan Harry mengenakan sweter sehingga mereka terlindungi dari udara dingin. Liam yakin sekali bahwa Niall dan Harry sedang membuat kejutan untuknya. Yaitu sebuah lagu baru.

            “Hei kalian berdua, ayo bangun! Hari sudah siang!” Ucap Liam sambil menggoyang-goyangkan badan Niall dan Harry.

            Untunglah Niall dan Harry cepat bangun. Liam melihat Niall yang sedang mengucek-ngucek mata. Sedangkan Harry sedang mengumpulkan nyawa-nyawanya.

            “Dimana aku? Apa yang terjadi?” Tanya Harry lalu cepat-cepat duduk.

            “Kau tidak sadar? Kalian mabuk ya semalam?” Tanya Liam.

            Niall yang sudah sadar mendadak gembira seperti anak kecil tatkala melihat Liam. Liam memandangi anak idiot itu dengan aneh. “Kau kenapa sih?” Tanyanya.

            “Aku dan Harry berhasil membuat sebuah lagu! Lagunya berjudul ‘C’mon, C’mon’ dan aku tidak sabar untuk menyanyikannya. Ayo!” Ucap Niall.

            Sekali lagi, Liam menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap sikap idiot Niall. Tapi ia begitu senang memiliki sahabat seperti Niall yang setiap hari tampak selalu ceria dan tanpa beban.

***

            “Wah, lagunya bagus! Kau hebat!” Puji Zayn setelah mendengar lagu ceria yang dibawakan Niall.

            “Tentu saja.” Kata Niall.

            Tau lagu itu ciptaan Harry, Louis malah menyindirnya. “Lagunya sangat buruk. Sangat buruk dan aku tidak sudi mendengarnya lagi.” Ucapnya.

            Niall memang harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapi Louis. “Kau kenapa sih benci sekali dengan Harry? Mengenai soal Luke, dia tidak ada hubungannya dengan Luke! Harry anak yang baik. Lihat kan! Dia berhasil menyusun lirik lagu yang indah.” Ucapnya.

            “Aku tau dia lebih baik dariku. Terserah kau saja jika kau lebih memilihnya. Aku keluar saja. Tidak ada gunanya jika seandainya aku satu grup dengan Harry.” Ucap Louis.

            Baru saja Niall hendak angkat bicara, Liam langsung menyelanya. “Sudahlah Yell, suatu hari nanti Louis akan baikan dengan Harry dan mereka akan bersahabat seperti Louis dengan Austin.” Ucapnya.

            “Yeah, I hope so.” Ucap Niall.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar