Talking At The Night
.
One Direction kini resmi berdiri dan
nama fans mereka adalah directioners. Tentu saja Anson menyukai nama One
Direction yang berarti satu arah. Setelah penampilan yang luar biasa itu, One
Direction bisa beristirahat dan kembali ke rumah masing-masing. Harry yang
hampir melupakan Ele cepat-cepat bergegas ke rumah sakit.
“Apa perlu ku antar?” Tanya Louis
tiba-tiba. Entah mengapa ia ingin sekali mengetahui Harry lebih lanjut.
“Tidak terimakasih. Aku bisa kesana
dengan taksi.” Jawab Harry lalu pergi meninggalkan Louis.
Setelah kepergian Harry, Niall pun
datang. “Mungkin dia sedang lelah Lou dan khawatir dengan Ele. Ohya, nanti
malam kita akan merayakan kemenangan kita. Liam sudah menemukan tempat yang
cocok.” Ucapnya.
Sementara itu, Harry yang kini sudah
berada di dalam taksi berusaha menghilangkan rasa lelahnya akibat penampilan
tadi yang baginya sangat menguras tenaganya. Belum lagi para fans yang
berlomba-lomba berfotoan dan meminta tanda tangan dengannya. Tapi Harry merasa
senang akan hal itu. Ia merasa hidupnya telah diberi suntikan penyemangat
sehingga hidupnya tidak membosankan seperti itu.
Setelah tiba di rumah sakit, Harry
langsung berlari menuju ruang Ele. Disana Ele sedang tertidur. Adiknya itu
memang suka tidur, yaiyalah, adiknya itu kan lagi sakit. Setiap kali ia datang
kemari, Harry selalu menemukan Ele dalam keadaan tertidur dan beberapa menit
kemudian baru terbangun.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Melihat siapa yang meng-sms, Harry ragu apakah ia membuka pesan itu atau tidak.
Tapi rasa penasarannya menjawab duluan. Alhasil Harry membuka pesan itu.
Congrats
to you! Ups! I mean One Direction. I’m sure One Direction will be the biggest
boyband in the world. But remember about your promise to me. And I know what I
will do to you after this. You just wait for a while.
Setelah membaca pesan itu, Harry
menarik nafas dalam-dalam. Bisa tidak sih masalahnya dengan orang itu selesai?
Harry tau ia sudah banyak melakukan kesalahan pada orang itu. Lantas, apakah
ini adalah akhir dari semua ini?
***
Malam yang begitu sempurna dan
terasa hangat walau udaranya agak dingin. Malam itu, One Direction sedang
mengadakan pesta kecil-kecilan di belakang rumah Liam sambil memanggang ayam
dan makanan lain. Mereka melakukan itu untuk merayakan kesuksesan mereka.
Disana, Niall yang paling ceria. Tidak salah ia memilih Harry. Dan Niall
melihat Harry sudah akrab dengan Liam dan Zayn. Keculai Louis. Entah mengapa
Harry selalu menjaga jarak dengan Louis. Begitu pula dengan Louis.
“Aku heran dengan kalian berdua.
Kenapa kalian saling berjauhan sih?” Tanya Liam melirik ke arah Harry dan Louis
secara bergantian.
“Aku masih curiga padanya.” Ucap
Louis.
“Curiga? Sadar Lou! Harry itu tidak
seperti yang ada di pikiranmu. Buktinya sms tadi yang mengatakan bahwa Harry
akan menghancurkan penampilan itu. Dan ternyata Harry malah membuat penampilan
kita menjadi lebih baik. Apa itu belum cukup untuk meyakinkanmu?” Ucap Liam.
Terdiam sesaat, lalu Louis bicara.
“Aku belum bisa percaya kecuali jika Harry mau menjelaskannya dengan jujur.
Setiap kali aku menanyakan tentang Luke, dia diam saja! Apa itu tidak namanya
sedang menyembunyikan sesuatu?”
Tiba-tiba Harry angkat bicara.
“Baiklah jika kau ingin tau yang sebenarnya.” Ucapnya yang membuat semua mata
memandang ke arahnya. “Aku dan Luke sudah lama saling mengenal. Sebenarnya Luke
baik. Hanya saja dia keras kepala dan tidak mau mengalah. Dulu kami berteman
baik.” Sambungnya.
Sudah aku duga! Batin Louis.
Ternyata sudah lama mereka saling kenal dan berteman baik. Louis menunggu
kelanjutan dari ucapan Harry. Sementara Niall, Liam dan Zayn tidak percaya apa
yang barusan diucapkan oleh Harry.
“Dan sejak kejadian yang menyakitkan
itu, Luke berubah total dan sikapnya di luar kendali. Tentu saja aku membenci
sikap barunya itu. Dan kami pun akhirnya saling menjauh dan bermusuhan. Luke
sangat membenciku dan dia menyimpan banyak dendam padaku. Dia akan melakukan
apa saja agar hidupku menderita.” Jelas Harry.
Semuanya terdiam mendengar cerita
Harry. Jadi, dulu Luke adalah anak yang baik dan kini berubah menjadi anak yang
buruk? Batin Louis dalam hati.
“Termasuk kecelakaan yang menimpa
Ele ya?” Tanya Niall.
Harry tersenyum sedih. “Iya. Dia
yang melakukan semua itu. Luke ingin menyakiti siapapun yang dekat denganku.
Karena itulah aku tidak ingin memiliki seorang teman. Aku tidak ingin temanku
menderita hanya karena aku. Ele saja sudah cukup membuatku merasa sakit.”
Ucapnya.
Hampir saja Niall meneteskan air
mata. Betapa jahatnya Luke pada Harry. Louis yang mendengarnya juga merasa
sedih dan tidak tega melihat Harry, juga Ele yang adalah adik kandung Harry.
“Kenapa Luke membencimu sih dan
menyimpan dendam padamu?” Tanya Louis. Ia mulai mau bicara dengan Harry.
Harry menghela nafas panjang.
“Karena ada suatu masalah. Masalah yang membuatnya sangat membenciku sampai
memakan satu korban.” Jawabnya.
“Maksudnya? Aku tidak mengerti!”
Tanya Louis.
Harry tidak berbicara lagi. Wajahnya
kini benar-benar terlihat sedih. Niall pun langsung memegang pundak Harry,
seakan-akan memberinya energy agar Harry kuat menghadapi semua ini.
“Masalahmu adalah masalah kami juga.
Kami sudah menjadi satu. Jika Luke sudah sangat keterlaluan, tidak ada salahnya
untuk melaporkannya ke polisi. Kau tidak usah memikirkannya lagi. Semuanya akan
baik-baik saja dan kami akan selalu menjadi sahabatmu.” Ucap Niall.
“Tapi aku masih belum mengerti
mengapa Luke melakukan semua itu padamu. Coba ceritakan lebih jelas lagi.” Ucap
Louis.
Harry mencoba untuk tersenyum.
“Suatu hari nanti kau akan tau.” Jawabnya singkat dan entah mengapa Louis tidak
bisa melawannya. Padahal ia sangat penasaran sekali.
“Daripada ngomongin Luke terus, bagaimana
kalau kita bernanyi bersama?” Usul Liam dan disetujui oleh keempatnya.
Untunglah Niall membawa gitarnya dan
jari-jarinya siap untuk memainkan gitar itu. Awalnya Niall menawarkan Harry
untuk memainkan gitar itu namun Harry menolak. Lagu pertama yang mereka
nyanyikan adalah Once In A Lifetime.
Suara petikan gitar pun terdengar
dan mereka tersenyum bersama-sama. Niall sempat melirik ke Louis dan ternyata
sahabatnya yang satu itu sudah mulai ceria. Niall berharap Louis bisa akrab
dengan Harry dan mau menjadi sahabat Harry.
“When
I close my eyes…..
All
the stars align…
And
you are by my side….
You
are by my side…”
***
“Aku ingin membuat suatu perjanjian
denganmu.” Ucap pemuda itu yang tidak lain adalah Harry.
Setelah bernyanyi bersama dengan
Niall dkk, Harry menyempatkan diri untuk mendatangi ruma Luke. Untunglah Luke
ada disana. Melihat kedatangan Harry yang tidak biasa, Luke sedikit merasakan
kekagetan. Sementara itu, Harry tersenyum sedih melihat keadaan Luke yang
semakin buruk.
“Perjanjian apa? Kau sudah melanggar
janjimu dan sebentar lagi kau akan menjadi seorang bintang!” Ucap Luke dengan
suara tinggi.
“Lantas, apa kau ingin membunuhku?”
Tanya Harry.
Luke terdiam sesaat. Lalu terdengar
batuk-batuk kecil dari mulutnya. “Umurku sudah tidak lama lagi dan sebentar
lagi aku akan mati. Baiklah. Aku menyerah dan aku siap kalah. The Invisible
tidak mungkin bisa menandingi bandmu. Oke. Urusanmu denganku sudah selesai.”
Ucapnya.
Namun Harry tidak langsung percaya
dengan apa yang diucapkan Luke. “Aku tidak percaya. Kau banyak memiliki teman
dan kapan saja kau bisa melukai sahabat-sahabatku. Kau sudah melukai adikku.
Aku minta maaf karena aku sudah melanggar janjiku untuk tidak bergaul dengan
Niall dan lainnya.”
Luke tersenyum penuh misteri. “Oke.
Aku tau kau cukup pintar dan tidak bisa termakan oleh kata-kataku. Beda sekali
dengan temanmu yang bernama Louis itu.” Ucapnya.
“Ya, aku tau.” Ucap Harry.
Terdiam sesaat. Baik Harry ataupun
Luke belum ada yang mau angkat bicara. Sepertinya Luke sedang memikirkan
sesuatu. Tiba-tiba ia menemukan sesuatu. Sesuatu yang hampir dilupakannya.
“Kau tau, aku sudah sembuh dan aku
sedang jatuh cinta dengan seorang gadis. Aku berjanji tidak akan menganggu
hidupmu lagi dan menghapus semua dendam-dendamku padamu dengan satu syarat.”
Ucap Luke.
“Apa itu?” Tanya Harry penasaran.
Sekaligus penasaran dengan kalimat yang tadi diucapkan Luke. Luke sudah sembuh?
“Kau harus membuat gadis itu jatuh
cinta padaku. Maka urusan kita selesai dan kau bisa bahagia dengan hidupmu yang
baru tanpa bayangan-bayanganku.” Jawab Luke.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar