expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 19 )



Talking At The Night
.          

            One Direction kini resmi berdiri dan nama fans mereka adalah directioners. Tentu saja Anson menyukai nama One Direction yang berarti satu arah. Setelah penampilan yang luar biasa itu, One Direction bisa beristirahat dan kembali ke rumah masing-masing. Harry yang hampir melupakan Ele cepat-cepat bergegas ke rumah sakit.

            “Apa perlu ku antar?” Tanya Louis tiba-tiba. Entah mengapa ia ingin sekali mengetahui Harry lebih lanjut.

            “Tidak terimakasih. Aku bisa kesana dengan taksi.” Jawab Harry lalu pergi meninggalkan Louis.

            Setelah kepergian Harry, Niall pun datang. “Mungkin dia sedang lelah Lou dan khawatir dengan Ele. Ohya, nanti malam kita akan merayakan kemenangan kita. Liam sudah menemukan tempat yang cocok.” Ucapnya.

            Sementara itu, Harry yang kini sudah berada di dalam taksi berusaha menghilangkan rasa lelahnya akibat penampilan tadi yang baginya sangat menguras tenaganya. Belum lagi para fans yang berlomba-lomba berfotoan dan meminta tanda tangan dengannya. Tapi Harry merasa senang akan hal itu. Ia merasa hidupnya telah diberi suntikan penyemangat sehingga hidupnya tidak membosankan seperti itu.

            Setelah tiba di rumah sakit, Harry langsung berlari menuju ruang Ele. Disana Ele sedang tertidur. Adiknya itu memang suka tidur, yaiyalah, adiknya itu kan lagi sakit. Setiap kali ia datang kemari, Harry selalu menemukan Ele dalam keadaan tertidur dan beberapa menit kemudian baru terbangun.

            Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Melihat siapa yang meng-sms, Harry ragu apakah ia membuka pesan itu atau tidak. Tapi rasa penasarannya menjawab duluan. Alhasil Harry membuka pesan itu.

            Congrats to you! Ups! I mean One Direction. I’m sure One Direction will be the biggest boyband in the world. But remember about your promise to me. And I know what I will do to you after this. You just wait for a while.

            Setelah membaca pesan itu, Harry menarik nafas dalam-dalam. Bisa tidak sih masalahnya dengan orang itu selesai? Harry tau ia sudah banyak melakukan kesalahan pada orang itu. Lantas, apakah ini adalah akhir dari semua ini?

***

            Malam yang begitu sempurna dan terasa hangat walau udaranya agak dingin. Malam itu, One Direction sedang mengadakan pesta kecil-kecilan di belakang rumah Liam sambil memanggang ayam dan makanan lain. Mereka melakukan itu untuk merayakan kesuksesan mereka. Disana, Niall yang paling ceria. Tidak salah ia memilih Harry. Dan Niall melihat Harry sudah akrab dengan Liam dan Zayn. Keculai Louis. Entah mengapa Harry selalu menjaga jarak dengan Louis. Begitu pula dengan Louis.

            “Aku heran dengan kalian berdua. Kenapa kalian saling berjauhan sih?” Tanya Liam melirik ke arah Harry dan Louis secara bergantian.

            “Aku masih curiga padanya.” Ucap Louis.

            “Curiga? Sadar Lou! Harry itu tidak seperti yang ada di pikiranmu. Buktinya sms tadi yang mengatakan bahwa Harry akan menghancurkan penampilan itu. Dan ternyata Harry malah membuat penampilan kita menjadi lebih baik. Apa itu belum cukup untuk meyakinkanmu?” Ucap Liam.

            Terdiam sesaat, lalu Louis bicara. “Aku belum bisa percaya kecuali jika Harry mau menjelaskannya dengan jujur. Setiap kali aku menanyakan tentang Luke, dia diam saja! Apa itu tidak namanya sedang menyembunyikan sesuatu?”

            Tiba-tiba Harry angkat bicara. “Baiklah jika kau ingin tau yang sebenarnya.” Ucapnya yang membuat semua mata memandang ke arahnya. “Aku dan Luke sudah lama saling mengenal. Sebenarnya Luke baik. Hanya saja dia keras kepala dan tidak mau mengalah. Dulu kami berteman baik.” Sambungnya.

            Sudah aku duga! Batin Louis. Ternyata sudah lama mereka saling kenal dan berteman baik. Louis menunggu kelanjutan dari ucapan Harry. Sementara Niall, Liam dan Zayn tidak percaya apa yang barusan diucapkan oleh Harry.

            “Dan sejak kejadian yang menyakitkan itu, Luke berubah total dan sikapnya di luar kendali. Tentu saja aku membenci sikap barunya itu. Dan kami pun akhirnya saling menjauh dan bermusuhan. Luke sangat membenciku dan dia menyimpan banyak dendam padaku. Dia akan melakukan apa saja agar hidupku menderita.” Jelas Harry.

            Semuanya terdiam mendengar cerita Harry. Jadi, dulu Luke adalah anak yang baik dan kini berubah menjadi anak yang buruk? Batin Louis dalam hati.

            “Termasuk kecelakaan yang menimpa Ele ya?” Tanya Niall.

            Harry tersenyum sedih. “Iya. Dia yang melakukan semua itu. Luke ingin menyakiti siapapun yang dekat denganku. Karena itulah aku tidak ingin memiliki seorang teman. Aku tidak ingin temanku menderita hanya karena aku. Ele saja sudah cukup membuatku merasa sakit.” Ucapnya.

            Hampir saja Niall meneteskan air mata. Betapa jahatnya Luke pada Harry. Louis yang mendengarnya juga merasa sedih dan tidak tega melihat Harry, juga Ele yang adalah adik kandung Harry.

            “Kenapa Luke membencimu sih dan menyimpan dendam padamu?” Tanya Louis. Ia mulai mau bicara dengan Harry.

            Harry menghela nafas panjang. “Karena ada suatu masalah. Masalah yang membuatnya sangat membenciku sampai memakan satu korban.” Jawabnya.

            “Maksudnya? Aku tidak mengerti!” Tanya Louis.

            Harry tidak berbicara lagi. Wajahnya kini benar-benar terlihat sedih. Niall pun langsung memegang pundak Harry, seakan-akan memberinya energy agar Harry kuat menghadapi semua ini.

            “Masalahmu adalah masalah kami juga. Kami sudah menjadi satu. Jika Luke sudah sangat keterlaluan, tidak ada salahnya untuk melaporkannya ke polisi. Kau tidak usah memikirkannya lagi. Semuanya akan baik-baik saja dan kami akan selalu menjadi sahabatmu.” Ucap Niall.

            “Tapi aku masih belum mengerti mengapa Luke melakukan semua itu padamu. Coba ceritakan lebih jelas lagi.” Ucap Louis.

            Harry mencoba untuk tersenyum. “Suatu hari nanti kau akan tau.” Jawabnya singkat dan entah mengapa Louis tidak bisa melawannya. Padahal ia sangat penasaran sekali.

            “Daripada ngomongin Luke terus, bagaimana kalau kita bernanyi bersama?” Usul Liam dan disetujui oleh keempatnya.

            Untunglah Niall membawa gitarnya dan jari-jarinya siap untuk memainkan gitar itu. Awalnya Niall menawarkan Harry untuk memainkan gitar itu namun Harry menolak. Lagu pertama yang mereka nyanyikan adalah Once In A Lifetime.

            Suara petikan gitar pun terdengar dan mereka tersenyum bersama-sama. Niall sempat melirik ke Louis dan ternyata sahabatnya yang satu itu sudah mulai ceria. Niall berharap Louis bisa akrab dengan Harry dan mau menjadi sahabat Harry.

            “When I close my eyes…..

            All the stars align…

            And you are by my side….

            You are by my side…”

***

            “Aku ingin membuat suatu perjanjian denganmu.” Ucap pemuda itu yang tidak lain adalah Harry.

            Setelah bernyanyi bersama dengan Niall dkk, Harry menyempatkan diri untuk mendatangi ruma Luke. Untunglah Luke ada disana. Melihat kedatangan Harry yang tidak biasa, Luke sedikit merasakan kekagetan. Sementara itu, Harry tersenyum sedih melihat keadaan Luke yang semakin buruk.

            “Perjanjian apa? Kau sudah melanggar janjimu dan sebentar lagi kau akan menjadi seorang bintang!” Ucap Luke dengan suara tinggi.

            “Lantas, apa kau ingin membunuhku?” Tanya Harry.

            Luke terdiam sesaat. Lalu terdengar batuk-batuk kecil dari mulutnya. “Umurku sudah tidak lama lagi dan sebentar lagi aku akan mati. Baiklah. Aku menyerah dan aku siap kalah. The Invisible tidak mungkin bisa menandingi bandmu. Oke. Urusanmu denganku sudah selesai.” Ucapnya.

            Namun Harry tidak langsung percaya dengan apa yang diucapkan Luke. “Aku tidak percaya. Kau banyak memiliki teman dan kapan saja kau bisa melukai sahabat-sahabatku. Kau sudah melukai adikku. Aku minta maaf karena aku sudah melanggar janjiku untuk tidak bergaul dengan Niall dan lainnya.”

            Luke tersenyum penuh misteri. “Oke. Aku tau kau cukup pintar dan tidak bisa termakan oleh kata-kataku. Beda sekali dengan temanmu yang bernama Louis itu.” Ucapnya.

            “Ya, aku tau.” Ucap Harry.

            Terdiam sesaat. Baik Harry ataupun Luke belum ada yang mau angkat bicara. Sepertinya Luke sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia menemukan sesuatu. Sesuatu yang hampir dilupakannya.

            “Kau tau, aku sudah sembuh dan aku sedang jatuh cinta dengan seorang gadis. Aku berjanji tidak akan menganggu hidupmu lagi dan menghapus semua dendam-dendamku padamu dengan satu syarat.” Ucap Luke.

            “Apa itu?” Tanya Harry penasaran. Sekaligus penasaran dengan kalimat yang tadi diucapkan Luke. Luke sudah sembuh?

            “Kau harus membuat gadis itu jatuh cinta padaku. Maka urusan kita selesai dan kau bisa bahagia dengan hidupmu yang baru tanpa bayangan-bayanganku.” Jawab Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar