expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Prolog )




           

 Pemuda itu mendesah. Berusaha menenangkan pikiran-pikirannya yang sejak tadi menghantuinya. Entah mengapa sejak tadi hatinya merasa tidak enak. Pemuda itu tau akan terjadi sesuatu. Sesuatu yang buruk. Entah itu apa.

            Tiba-tiba, adiknya datang menghampirinya sambil tersenyum. Ditangannya ada nampan yang berisi teh hangat dan dua potong brownis cokelat. Adiknya itu duduk di samping kakaknya seraya melihat wajah kakaknya yang kelihatan lain dari biasanya.

            “Ada apa kak?”

            Mendengar suara lembut dari seorang gadis, pemuda itu langsung menoleh dan mendapati adiknya yang penasaran. Sebisa mungkin ia tersenyum.

            “Cuma ngerasa ada hal yang aneh saja.” Jawabnya jujur.

            “Ya udah deh. Diminum dulu tehnya. Kakak pasti terlalu capek bekerja.”

            Baru saja ia mengambil cangkir di nampan itu, ponselnya berdering sehingga membuat jantungnya mau copot. Aneh sekali. Hanya karena deringan ponsel saja ia sudah seperti terkena serangan jantung.

            “Halo..” Jawabnya sedikit gugup. Pasalnya yang menelpon adalah nomor asing.

            Belum semenit dan pembicaraan orang disebrang sana selesai, cepat-cepat pemuda itu membuang ponsel yang ada ditelinganya seraya melempar ponselnya jauh-jauh. Sialan! Makinya dalam hati. Ternyata semua keganjilan ini dikarenakan oleh si penelpon tadi.

            “Kakak kenapa? Ada apa?” Tanya adiknya panik melihat perubahan wajah kakaknya.

            Pemuda itu tidak menyahut. Di wajahnya, ada kemarahan, kekesalan, kesedihan, kekecewaan sekaligus kesakitan. Semua itu bercampur menjadi satu. Namun rasa sakitlah yang paling dominan ditambah rasa kecewa yang luar biasa. Jadi, usahanya selama ini adalah sia-sia?

            “Maafkan aku karena aku tidak bisa menepati janjiku…” Lirih pemuda itu bersamaan dengan keluarnya air mata.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar