Stay For The Night
.
Kondisi Ele sudah membaik dan hari
ini juga Ele bisa pulang ke rumah. Tentunya dengan bantuan tongkat karena kaki
kanannya yang tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Louis yang sudah tau
akan hal itu begitu sedih. Namun rasa cintanya pada Ele tidak berkurang
sediktpun. Ia masih menganggap Ele adalah seorang gadis yang sangat luar biasa
dan hebat, meski kaki kanannya cacat.
Sore itu, Harry, Niall dan Louis
sudah ada di rumah sakit untuk mengantar Ele kembali ke rumah. Harry sudah
menceritakan tentang One Direction pada Ele dan tentu saja Ele senang. Ele
tidak menyangka ternyata kakaknya itu memiliki bakat bernyanyi yang hebat.
Padahal Ele tidak pernah mendengar kakaknya menyanyi. Yang paling penting, Ele
senang kakaknya sudah mau bergaul dan tentu saja memiliki banyak fans.
“Kak Harry memang hebat! Ele nyesel
tidak bisa melihat penampilan kakak. Pasti keren.” Ucap Ele.
Mereka kini sudah berada di dalam
mobil Louis. Zayn dan Liam tidak ikut menjemput Ele pulang. Mungkin karena
mereka sibuk. Ohya, One Direction akan membuat album pertama dan sekarang ini
mereka sedang mengerjakannya.
“Tenang aja El, ada video-nya kok.”
Ucap Niall sambil tersenyum.
Mobil itu pun berjalan dengan
kecepatan sedang. Louis sudah bisa akrab dengan Harry dan kadang-kadang
bercanda dengan Harry. Louis sudah percaya dengan Harry. Walau dulunya Harry
adalah sahabat Luke, Louis tidak peduli asalkan Harry tidak mengecewakannya.
Dan Ele, Louis sedang merencakanan sesuatu untuk menggantikan malam yang indah
itu.
“Tapi kan beda lihat langsung dan
lihat melalui video.” Kata Ele.
“Ah, cerewet!” Ucap Niall.
Sementara itu Harry tersenyum
bahagia melihat adiknya yang semangat dan seperti tidak merasa kaki kanannya
tidak bisa berfungsi. Dan Harry berharap adiknya akan selalu seperti itu. Ceria
dan tidak merasa berbeda dari yang lainnya.
***
Pagi yang cerah. Harry memutuskan
untuk berjalan-jalan karena sudah lama ia tidak berjalan di pagi hari. Ia
sengaja menggunakan kaca mata hitam agar tidak ketahuan. Bayangkan saja, jika
ada satu saja yang mengetahui kalau ia adalah Harry Styles, bakal panjang deh
jadinya dan Harry tidak akan bisa lagi bebas.
Ternyata menjadi seorang penyanyi
yang terkenal itu ada tidak enaknya. Harry jadi tidak bebas dan merasa sedang
dikejar-kejar. Dulu, tidak ada satu orang pun yang mau mendekatinya.Ya mungkin
karena ia orangnya penutup dan tidak enak diajak ngobrol. Tapi Harry berusaha
membuang sikap buruknya itu dan berusaha ramah kepada siapapun. Terutama kepada
fans-nya.
“Harry Styles!”
Entah darimana asal suara itu, tapi
Harry dapat mendengar suara itu dengan jelas. Jadi, penyamarannya ini gagal?
Sudah diyakini itu suara seorang gadis. Dari arah yang cukup dekat, Harry
melihat seorang gadis cantik berambut pirang yang tidak ia kenal. Tapi wajahnya
begitu mirip dengan seseorang.
“Hai! Aku kakaknya Emma, Taylor.”
Ucap gadis itu sambil tersenyum.
Pantas saja wajahnya mirip dengan
Emma karena gadis itu sendiri adalah kakak kandung Emma. Harry baru sadar kalau
Emma memiliki kakak kandung.
“Darimana kau mengenaliku?” Tanya
Harry.
Taylor tersenyum. “Pertama-tama,
kalau mau menyamar harus professional dong! Dari gaya rambutmu aja aku sudah
tau kalau kau adalah Harry Styles meski aku baru sekali melihatmu, itupun waktu
penampilan pertama kalian.” Ucapnya.
Harry menggaruk-garukkan kepala
mendengar jawaban Taylor. Untunglah tempat ini sepi jadi ia bisa tenang. Dan
Harry bisa menyimpulkan bahwa Taylor tidak terlalu kegirangan saat melihatnya.
Beda sekali dengan gadis-gadis selepas penampilannya beberapa hari yang lalu.
Harry tersenyum mengingat semua itu. Apakah ia sudah menjadi seorang malaikat?
“Kau hebat Harr! Padahal baru sekali
kau tampil di panggung dan kau sudah banyak penggemar. Gayamu itu keren sekali.
Apalagi sewaktu member bunga mawar kepada gadis beruntung itu.” Ucap Taylor.
“Terimakasih. Aku juga tidak tau
kenapa aku bisa nekat melakukan itu.” Ucap Harry.
Taylor teringat sesuatu. “Ohya,
boleh tidak aku berfotoan denganmu?” Pintanya.
“Tentu saja.” Jawab Harry.
Setelah berfotoan dan merasa puas,
Taylor mengajak Harry duduk di tempat yang nyaman karena tidak mungkin ngobrol
di jalanan seperti ini walau cukup sepi. Setelah menemukan tempat yang cocok,
sepertinya Taylor ingin membicarakan suatu hal yang serius pada Harry.
“Kau kenal Emma kan?” Tanyanya.
“Ya. Kenapa?”
Terdiam sesaat. Lalu Taylor
menjawab. “Entah sejak kapan dia menyukaimu. Yang jelas, saat ini dia sedang
mengharapkanmu. Emma sering curhat padaku tentangmu dan aku kasian padanya. Dan
aku berharap kau memiliki rasa yang sama ke Emma.” Jawabnya.
Sebisa mungkin Harry menyembunyikan
kekagetannya. Jadi, Emma menyukainya? Tidak tau apakah ia harus senang atau
tidak. Namun hatinya pedih mendengar ucapan Taylor itu. Emma menyukainya?
“Untuk saat ini, aku tidak mau
pacaran. Aku lebih ingin memfokuskan karierku.” Ucap Harry jujur.
“Jadi, kau tidak memiliki rasa yang
sama apa yang dirasakan Emma?” Tanya Taylor memastikan.
Cukup dengan sekali anggukan Harry
menjawabnya dan berharap Taylor mengerti. Harry melihat wajah gadis itu yang
tiba-tiba saja berubah menjadi lesu. Entah mengapa Harry jadi kasihan dengan
Taylor, terlebih Emma.
“Maaf. Sampaikan permintaa maafanku
ke Emma.” Ucap Harry.
Sebisa mungkin Taylor tersenyum,
lalu ia menatap Harry. “Oke. Perasaan seseorang memang tidak bisa dipaksakan.
Aku tau kok itu. Aku saja sering merasakannya. Ya sudah deh, aku pergi dulu.”
Ucapnya lalu pergi meninggalkan Harry.
Harry menatap kepergian Taylor. Apa
aku salah? Mengapa hal itu harus terjadi? Batinnya sedih. Dan kenapa harus
Emma? Kenapa?
***
Malam yang sepi dan Louis bingung
apakah harus malam ini. Berkali-kali ia menatap layar ponselnya dan ia masih
belum berani menelpon Ele untuk mengajaknya jalan-jalan. Padahal sudah sejak
tadi ia merencanakan semua itu. Ya, malam ini ia akan menyatakan perasaannya
pada Ele. Namun entah mengapa ia masih ragu.
Akhirnya, Louis memberanikan diri
memiscall Ele. Sambungan terhubung. Kemudian terdengar suara seorang gadis.
Jantung Louis pun berdetak-detak tak karuan tatkala mendengar suara lembut itu.
“Hai! Ada apa?” Tanya Ele.
Louis berusaha merangkai kata-kata
yang tepat untuk Ele. “Malam ini kau tidak sibuk kan?” Tanyanya.
“Tidak. Memangnya kenapa?”
“Aku.. Aku ingin mengajakmu keluar.”
Jawab Louis.
Disebrang sana, Ele belum menjawab
ajakan Louis. Akhirnya Ele menjawab. “Wah, ini sudah malam sekali Lou. Sudah
jam sebelas malam. Kenapa tidak besok saja?”
Louis baru sadar kalau ini sudah
larut malam dan ia merasa bodoh. Kenapa ia tidak melihat jam sih? Tapi,
rencananya itu hanya untuk malam ini. Ya, hanya untuk malam ini. Tidak peduli
apakah jam berapa sekarang karena hanya untuk malam ini.
“Tapi El, hanya untuk malam ini
saja. Ku mohon…” Ucap Louis.
Mendengar suara Louis yang tidak
biasa, akhirnya Ele menjawab. “Baiklah Lou. Kau ke rumahku saja sekarang.
Kebetulan kakakku belum tidur.” Ucapnya.
Louis menjadi lega mendengar jawaban
Ele. Dan ia yakin sekali Harry mau mengizinkannya mengajak Ele pergi. Louis pun
berganti pakaian dan tidak lupa membawa gitarnya. Setelah itu ia melaju ke
rumah Ele menggunakan mobilnya. Setelah tiba di rumah Ele, Louis masuk ke dalam
dengan jantung yang berdebar-debar.
“Oh kau Lou, tampan sekali kau malam
ini. Ada apa?”
Ternyata Harry yang membukakan
pintunya. Entah mengapa Louis jadi gugup berhadapan dengan Harry. “Ng..
Bolehkah aku mengajak Ele pergi hanya untuk malam ini?”
Sebelum menjawab, Harry berpikir.
“Baiklah. Kau sudah aku anggap sebagai keluargaku. Ya sudah, aku panggilkan Ele
dulu ya.” Ucapnya.
Beberapa menit kemudian, Ele datang
dan tersenyum menyapa Louis. Ele merasa kedatangan Louis kali ini berbeda dari
biasanya. Ada apa ya? Tanpa mengucapkan satu kata pun, Louis langsung meraih
tangan Ele dan membantunya berjalan. Bagi Ele, Louis sangatlah romantis.
Sedaritadi jantungnya berdebar-debar terus dan tidak bisa dinormalkan kembali.
“Jaga Ele baik-baik, Lou.” Pesan
Harry dan dibalas senyum oleh Louis.
Keduanya pun sudah masuk di dalam
mobil. Sesaat, Louis menjadi bingung. Dia seperti tidak tau bagaimana cara
menyetir mobil. Ele yang tidak menyukai suasana hening dan kaku seperti ini pun
berbicara.
“Kita kemana Lou?” Tanyanya.
“Eh..” Louis sedikit kaget. “Ke
suatu tempat.” Sambungnya lalu cepat-cepat menjalankan mobilnya. Mobil itu pun
melaju dengan kecepatan sedang.
Di perjalanan yang tidak tau dimana
tujuannya, Ele menjadi takut. Kemana Louis akan membawanya? Ele merasa Louis
berbeda dari biasanya. Tapi Ele berusaha menghapus rasa takutnya dan pikiran
negatifnya. Louis adalah lelaki yang baik, El..
Mobil itu pun berhenti di sebuah
tempat yang sepi. Detakan jantung Ele semakin berdetak-detak. Kenapa harus di
tempat ini? Tanya Ele dalam hati.
“Ayo turun El.” Ucap Louis dengan
suara pelan.
Entah mengapa Ele mau saja menuruti
ucapan Louis. Dengan hati-hati, Louis membantu Ele keluar dari mobil dan
menuntut Ele. Keduanya pun duduk tidak jauh dari mobil Louis. Kemudian Louis
kembali ke dalam mobilnya dan ditangannya kini sudah ada gitar. Melihat gitar
itu, hati Ele menjadi tenang. Mungkin Louis ingin mengajaknya bernyanyi
bersama.
“Ternyata kau ingin bernyanyi
bersamaku. Aku kira apa.” Ucap Ele.
Louis tersenyum. “Iya. Tapi aku
tidak tau menyanyi lagu apa.” Ucap Louis.
Keduanya pun sama-sama terdiam.
Pandangan keduanya terpusat di langit yang disana ada bintang-bintang yang
bertebaran indah sehingga dapat memperindah malam itu. Suasana semakin
romantis. Tanpa sadar, Louis menggenggam tangan Ele.
“Ah ya, kalian sudah menjadi
bintang.” Kata Ele sambil menatap bintang-bintang itu.
“Tapi kau juga ada diantara
bintang-bintang itu. Nah, itu bingangmu!” Tunjuk Louis.
Ele melihat arah tangan kanan Louis. Disana ada dua bintang yang
menyendiri dari kerumunan bintang lainnya. “Tapi kan itu ada dua.” Ucapnya.
“Iya, itu bintangmu dan disampingnya itu adalah bintangku.” Jawab Louis.
Tentu Ele tidak mengerti apa yang di maksud Louis tentang dua bintang
yang adalah bintangnya dan bintang Louis. Dan mengapa dua bintang itu memilih
untuk berpisah dari bintang-bintang lainnya? Serta bisakah dua bintang itu
berpisah satu sama lain? Ele jadi bingung.
“Hahaha.. Sudahlah El.. Itu tadi hanya perumpamaan saja. Tidak usah
dipikirkan lagi deh.” Ucap Louis.
“Perumpamaan apa sih?” Tanya Ele.
Louis tertawa tetapi ia tidak menjawab pertanyaan Ele. Keduanya kembali
terdiam sambil memandangi langit gelap di atas sana yang bertaburan banyak
bintang. Malam yang hampir bergantian menjadi pagi hari membuat Ele merasa
mengantuk. Ada apa sih Louis membawanya kemari? Masa’ hanya untuk melihat
bintang-bintang itu? Kalau memang benar, kenapa tidak melihat di rumah saja? Di
rumah kan juga bisa melihat bintang-bintang walau tidak sebanyak di tempat ini.
“Lou, aku sudah sangat mengantuk.
Kita pulang saja yuk. Aku yakin Harry tidak bisa tidur karena menungguiku.”
Kata Ele.
Apakah cukup sampai disini? Batin
Louis dalam hati. Dirinya juga sudah mengantuk tapi ia berusaha melawan rasa
kantuk itu. Tiba-tiba Ele berusaha untuk berdiri dan Louis kaget melihat itu.
Serius Ele mau kembali?
“Aku lelah menunggu Lou..” Lirih
Ele. Entah mengapa wajahnya berubah menjadi sedih. Langsung saja Louis kembali
mengajak Ele untuk duduk di sampingnya.
“Stay for the night, in my side..”
Lirih Louis. Ia pun mengambil gitarnya dan seperti ingin menyanyikan sebuah
lagu yang ia khususkan untuk Ele. Ele siap mendengarnya dengan jantung yang
berdebar-debar.
“The
end of the night we should say good bye
But
we carry on while everyone’s gone..”
Suara Louis begitu istimewa di
telinganya walau Ele tau suara Louis begitu unik dan berbeda dari lainnya. Tapi
Ele sangat menyukai suara Louis.
“Never
felt like this before…
Are
we friends or are we more?
As
I’m walking towards the door
I’m not
sure…”
Memasuki ke reff lagu, detakan
jantung Ele semakin berdebar-debar. Louis-kah yang menciptakan lagu ini? Apakah
lagu ini untuknya?
“But
baby if you say you want me to stay
I’ll
change my mind
Cause
I don’t wanna know I’m walking away
If
you be mine…
Won’t
go… Won’t go…
So
baby if you say you want me to stay
Stay
for the night I’ll change my mind..”
Ele tersenyum setelah lagu itu
selesai dinyanyikan Louis dan sedikit ia meneteskan air matanya. Langsung saja
Louis memeluk Ele dengan erat. Pilihannya tidak salah. Ia jatuh cinta dengan
Ele. Ya, ia jatuh cinta dengan gadis itu.
“I love you, El..” Ucap Louis.
“I love you too Lou..” Balas Ele.
Mereka pun berpelukan dan
bintang-bintang disana tersenyum melihat dua anak manusia yang sedang dimabuk
asmara. Bintang-bintang itulah yang menjadi saksi bisu antara cinta Louis
dengan Ele. Dan apakah cinta mereka kan abadi atau hanya sementara?
“I wanna be your love.” Ucap Louis.
Ele tersenyum. “Kita sudah menjadi
sepasang kekasih.” Ucap Ele lalu Louis langsung mencium pipi lembut Ele.
Malam yang begitu indah. Tidak
sia-sia Louis bertemu dengan Ele walau petemuan awal mereka terasa aneh dan
menyebalkan. Tuhan memang banyak mempunyai cara untuk mempertemukan cinta dan
menghadirkan cinta. Dan mungkin ini adalah salah satunya, ya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar