Singing With You
.
“Yeah… I’ve been watching you all
night.. There’s something in your eyes.. So c’mon c’mon and dance with me
baby…”
Lagu itu terus saja dinyanyikan
Niall sampai membuat panas telinga Louis. Tetapi Louis tidak bisa membohongi
dirinya sendiri jika ia begitu suka dengan lagu itu. Sekarang, ada dua
pilihannya. Mengajak Harry gabung ke dalam band atau membiarkan kesombongan Luke
hingga pada titik terparahnya.
Kemarin Zayn bertanya padanya apakah
ia lebih membenci Harry atau Luke. Jawabannya tidak tau karena Louis yakin
bahwa Harry adalah mata-mata Luke. Entah mengapa firasatnya kali ini begitu
kuat. Tapi jika seandainya Harry bergabung ke bandnya, Louis bisa meramal
bandnya akan bertambah lebih baik, bahkan bisa melebihi kesombongan Luke. Tapi
egonya menyuruhnya untuk tidak mengajak Harry.
“Suaramu kacau! Sangat kacau!” Kata
Louis.
“Terserah. Tapi aku sangat
bersemangat menyanyikan lagu itu.” Kata Niall.
“Baiklah!” Ucap Louis tiba-tiba
dengan suara yang tinggi. “Aku terima lagu itu! Kita akan melakukan rekaman
untuk pembuatan album pertama dari The Black and White.” Sambungnya.
Kedua mata Niall langsung berbinar-binar.
“Tapi aku ingin mengajak Harry. Itu lebih baik.” Ucapnya.
“Aku tidak bilang kalau aku mau
menerimanya. Aku hanya menyukai lagunya saja.” Ucap Louis.
Niall tertawa. “Tidak apa-apa. Kau
sudah mulai menerima lagunya dan sebentar lagi kau akan bersahabat baik
dengannya.”
Mendengar ucapan Niall yang sangat
tidak lucu, Louis menatapnya dengan tajam. “Never!” Ucapnya.
***
Sore itu, Niall ada kelas sore dan
ia tidak sengaja berpapasan dengan Emma. Kebetulan Emma juga ada kelas sore.
Jadi dia bisa mengobrol dengan Emma karena sudah lama Niall tidak bertemu Emma.
Niall rasa hari-hari Emma begitu padat dan sibuk.
“Dengar-dengar, kalian akan membuat
album baru ya? Kemarin aku membaca tweet Liam. The Black and White. Nama yang
unik.” Kata Emma.
Niall tersenyum. “Nama itu
sementara. Kalau aku sih tidak setuju menggunakan nama itu. Aku lebih suka
menggunakan nama makanan.” Ucapnya.
Emma tertawa. “Kau ini
makanan-makanan terus yang kau pikirkan!”
Universitas yang cukup terkenal dan
di huni banyak tokoh-tokoh terkenal itu mulai kelihatan ramai. Dengar-dengar
Luke pindah bersekolah di tempat ini. Tentu saja hal itu membuat heboh seantero
kampus.
“Apa kau mengajak Harry bergabung?”
Tanya Emma.
Wajah Niall berubah menjadi lesu.
“Tidak. Kalau aku mengajaknya, Louis pasti marah dan sepertinya Harry mulai
menghindariku. Harry tidak ingin Louis marah dan membenciku hanya karenanya.”
Ucapnya.
“Oh.. Aku kasihan pada Harry. Dia
anak yang baik dan… istimewa. Aku sudah pernah mengajaknya makan di kantin dan
dia tampak berbeda dari laki-laki lainnya.” Ucap Emma.
“Ecieee.. Jangan-jangan kau menyukai
Harry ya? Jujur aja deh!” Goda Niall.
Kedua pipi putih Emma langsung
memerah. Benarkah ia menyuaki Harry secepat ini? “Tidak tau. Tapi ya tidak
tau-lah kedepannya. Tapi aku ingin menjadi temannya. Kau saja bisa menjadi
temannya, masa’ aku tidak?”
***
“The Black and White. Huh! Nama yang
tidak bermutu!” Ucap Luke saat tidak sengaja menemukan sebuah berita di google.
Katanya, The Potatoes yang sudah bubar
ternyata tidak benar-benar bubar. The Potatoes telah berganti nama menjadi The
Black and White. Tapi mereka tidak mencari member baru. Empat member saja sudah
cukup.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Pertanda satu pesan masuk. Sebelum mengambil ponselnya, Luke sedikit
terbatuk-batuk dan entah mengapa dadanya sangat sulit untuk bernafas. Luke
tersenyum sinis. Tidak apa! Batinnya.
Message From: E.S.
Jaga
kesehatanmu dan berhentilah merokok.
Ingin sekali Luke melempar ponselnya
jauh-jauh sampai pecah. Beraninya orang itu menasehatinya! Dan entah mengapa
hatinya menjadi sedih sekaligus rindu. Rindu dengan masa kanak-kanaknya yang
begitu menyenangkan. Ia rindu semuanya.
‘Aku benci hidupku! Kapan Tuhan
mencabut nyawaku?’ Batinnya.
Ponselnya kembali berdering. Tangan
Luke terus saja ingin meraih ponsel itu. Akhirnya ia mengambil ponselnya lalu
membacanya.
Message From: E.S.
Aku
janji akan memenuhi permintaanku. Lihat! Hidupku sudah kembali normal. Aku
kembali berkutat dengan buku-bukuku. Tapi kau harus janji bahwa kau akan
mengubah gaya hidupmu. Aku tidak dendam sedikitpun padamu.
‘Dia anak yang baik, sangat baik tapi
aku masih tidak bisa menerima kebaikannya.’ Batin Luke.
***
Memang benar! Harry sudah berubah
180 derajat. Harry yang sekarang adalah Harry yang cuek, diam dan tidak mau
tau. Tadi pagi Niall tidak sengaja berpapasan dengan Harry. Niall mencoba
menyapa Harry tetapi Harry seakan-akan tidak mengenalinya. Bahkan membalas
sapaannya pun tidak. Tidak mungkin hanya karena masalah kemarin Harry bisa
berubah seperti ini.
Harry memang berjanji untuk tidak
menganggunya karena ia tidak mau Louis membencinya. Padahal bukan Harry yang
menganggunya, melainkan ia yang menganggu hidup Harry! Setelah ia berteman
dengan Harry, sikap Harry sedikit berubah. Harry lebih ceria dan lebih sering
tertawa. Niall ingat ketika ia dan Harry menciptakan sebuah lagu sampai larut
malam dan tertidur hingga esoknya.
Menyesal. Ya, Niall sangat menyesal.
Seharusnya ia tidak perlu memikirkan sikap Louis yang mudah sekali berubah.
Niall yakin sekali lambat laun Louis mau menerima Harry dan berteman baik
dengan Harry. Jadi, apakah kejadian kemarin bisa diulang kembali? Bisakah ia
tetap berteman dengan Harry?
“Yeah… I’ve been watching you all
night.. There’s something in your eyes.. So c’mon c’mon and dance with me
baby…”
Berkali-kali Niall menyanyikan lagu
itu secara berulang-ulang dengan suara yang sedikit serak, padahal lagu itu
sangat bersemangat. Tujuannya yaitu ruang musik. Niall berharap disana ia bisa
mendengar suara petikan gitar dan Harry yang memainkannya. Tetapi pada saat ia
masuk ke dalam ruang musik, di dalamnya kosong. Hanya ada kumpulan alat musik
dan beberapa kertas-kertas.
Pelan-pelan Niall mengambil gitar
cokelat itu lalu memainkannya. Tumben sekali jari-jarinya sangat tidak
bersemangat menyentuh senar-senar gitar itu. Yang ia butuhkan hanyalah Harry.
Ya, Harry yang hampir dianggapnya sebagai seorang sahabat.
***
Gadis cantik itu berjalan tanpa
arah. Udara yang dingin membuatnya mengeratkan jaket yang ia kenakan. Gadis itu
bingung dengan perasaan yang belakang-belakangan ini hadir menghantuinya. Emma,
gadis itu bingung dengan perasaannya terhadap Harry Styles.
Sekarang Emma tau sedikit tentang
Harry dari teman-temannya. Harry adalah seorang anak yatim-piatu yang hanya
tinggal bersama satu adiknya di rumah yang sederhana. Betapa kasihannya hidup
Harry. Emma tidak bisa membayangkan jika ia berada di posisi Harry. Tapi Emma
begitu salut dengan perjuangan Harry. Pantas saja setiap harinya Harry selalu
meluangkan waktu di perpustakaan demi mendapatkan ilmu dan Harry sangat dekat
dengan Mr. Alex.
Emma yakin sekali Harry adalah
mahasiswa terpintar di kampusnya ini. Dan ia yakin sekali Harry anti dengan
cewek. Tidak mungkin Harry bisa berpacaran sementara tugasnya banyak sekali.
Mana kuliah, mana kerja, mana belajar. Tidak ada waktu untuk berpacaran. Emma
sadar mencari uang itu sangatlah susah sedangkan ia suka sekali
menghambur-hamburkan uang. Hari ini membeli tas seharga puluhan juta dan
esoknya ia sudah mengganti dengan merk yang lebih baru lagi.
Gadis sepertinya tidak cocok untuk
Harry. Emma yakin sekali Harry tidak menyukai tipe cewek kaya dan suka
menghambur-hamburkan uang seperti dirinya. Harry lebih suka dengan gadis
sederhana yang latar belakang hidupnya sama seperti Harry.
Tiba-tiba, kedua matanya tidak
sengaja menangkap seseorang. Harry! Batin Emma. Entah mengapa kedua kakinya ini
ingin mengikuti Harry walau hatinya melawan. Tapi hanya kali ini saja ia
menuruti salah satu anggota gerak tubuhnya dan mencuekkan kemauan hatinya.
***
“Yeah… I’ve been watching you all night.. There’s something in your
eyes.. So c’mon c’mon and dance with me baby…”
Niall menyanyikan lagu itu dengan buruk dan suara petikan gitar yang
terdengar aneh. Mungkin semua orang tidak menyangka yang memainkan gitar itu
adalah Niall Horan, si penyanyi terkenal dari The Potatoes.
“Yeah... The music is so loud.. I Wanna be yours now.. So c’mon c’mon and
dance with me baby…”
Beberapa menit kemudian, Niall
menghentikan nyanyiannya sambil mengatur nafasnya. Betapa bosannya ia berada di
ruang musik ini. Niall bingung bagaimana cara merubah hatinya yang sedang
mendung ini.
“Kalau kau menyanyi, jangan
menggunakan emosi. Gunakan-lah hati dan perasaanmu.” Ucap suara seseorang.
Mendengar suara yang tidak asing
itu, jantung Niall berdebar-debar. Harry! Jeritnya dalam hati. Harry datang di
saat yang tepat. Jadi, apa Harry masih mau menemuinya dan menganggapnya sebagai
teman?
“Aku tidak percaya kau kesini.
Biasanya aku yang menemuimu dan sekarang kau yang menemuiku.” Ucap Niall sambil
tersenyum.
Harry membalas senyum Niall. “Aku
tidak bisa untuk tidak melihat wajah lucumu dan rambut pirangmu.” Ucapnya lalu
duduk di dekat Niall.
Niall tertawa. “Bagus. Aku harap
sapaanku tadi pagi hanyalah gurauan.” Ucapnya.
“Ya. Aku berusaha menganggapmu tak
ada, tapi aku tidak bisa. Sudahlah, kita tetap teman kan?” Ucap Harry.
“Tidak. Kau bukan temanku.” Kata
Niall dengan wajah yang sangat serius.
Baru kali ini Harry melihat wajah Niall
yang serius. Permainan apa ini? Batin Harry. “Kenapa?” Tanyanya.
“Ya. Kau bukan temanku, melainkan
sahabatku, sama seperti Louis, Zayn dan Liam.” Jawab Niall sambil tertawa. Kena
deh Harry!
“Mulai berani mengerjaiku ya? Ya
sudah! Giliran aku yang mengerjaimu tau rasa!” Ucap Harry.
Keduanya sama-sama tertawa. Ya,
Niall sudah menganggap Harry sebagai sahabatnya, sama seperti Louis, Liam dan
Zayn. Tapi bagi Niall, Harry berbeda dari lainnya. Tidak tau hal apa yang
membuat Harry berbeda dari yang lainnya. Tanpa keduanya ketahui, seorang gadis
bermata indah itu mendengar setiap kata baik yang diucapkan Harry maupun Niall.
Ya, gadis itu adalah Emma. Ternyata tujuan Harry yaitu ruang musik.
Alangkah enaknya jadi Niall. Disana
Niall bisa tertawa bebas dengan Harry dan Emma tidak bisa untuk tidak tersenyum
saat melihat tawa Harry yang begitu manis. Mereka memang sudah tidak bisa
dipisahkan! Batin Emma. Niall memang seorang anak laki-laki yang beruntung.
“Kau sedang bernyanyi bukan?” Tanya
Harry.
“Ya. Tapi aku bingung mau menyanyi
lagu apa.” Jawab Niall. Jari-jarinya mulai menyentuh senar gitar itu dan
membentuk sebuah nada yang tidak jelas.
“Little Things.” Ucap Harry dengan
suara yang nyaris tidak terdengar.
“Little Things?” Tanya Niall sambil
mengangkat sebelah alisnya. “Kau tau lagu itu?” Tanyanya.
“Ya. Itu kan single kedua kalian.
Adikku sering menyetelnya dan lagunya cukup sedih.” Jawab Harry.
Niall tersenyum lalu mulai memainkan
gitarnya hingga membentuk alunan lagu Little Things. “Ayo bernyanyilah
bersamaku!” Ajak Niall, namun Harry tetap diam saja sambil mendengarkan suara
Niall.
“Your
hand fits in mine, Like it's made just for me
But bear this in mind It was meant to be
And it all makes sense to me..”
Entah mengapa semakin lama Harry semakin tergoda untuk menyanyikan lagu
itu. Lagu itu merupakan salah satu lagu favoritnya. Tidak tau kenapa, mungkin
karena adiknya yang selalu sering menyetel lagu itu sehingga membuatnya untuk
tergoda menyukai lagu itu.
But if I do It's you Oh
it's you They add up to
I'm in love with you And all these little things..”
“C’mon Harr! Aku tau kau ingin sekali
menyanyi. Ayolah! Aku yakin suaramu lebih bagus dari suaraku..” Kata Niall.
Di luar sana, hampir
saja Emma meneteskan air matanya mendengar lagu itu. Apalagi saat melihat wajah
Harry yang dengan penuh penghayatan mendengarkan lagu itu. Kenapa Harry tidak
mau menyanyi? Emma berharap kali ini dia bisa mendengar Harry menyanyi dan
membernarkan kata-kata Niall tentang suara Harry itu.
“You can’t go to
bed without a cup tea
And maybe that’s the reason that you
talk in your sleep
And all those
conversations Are the secrets
that I keep
Though it makes no
sense to me..”
Niall baru menyadari bahwa ia
mendengar suara Harry walau terdengar cukup kecil. Dugaannya ternyata benar.
Harry tidak tahan untuk tidak menyanyikan lagu itu. Maka dengan bahasa mata,
Niall seakan-akan menyuruh Harry bernyanyi sendiri di bagian selanjutnya.
“I
know you’ve never loved the sound of your voice on tape
You
never want to know how much your weigh
You
still have to squeeze into your jeans
But
you're perfect to me..”
Niall membiarkan Harry melanjutkan
lagunya sementara ia bermain gitar. Dalam hati Niall tersenyum. Suara Harry
memang bagus. Sangat bagus. Bahkan melebihi suara Austin. Dan bagi Niall suara
Harry cukup unik dan langka, sementara suara Austin tidak bisa dibilang langka
karena sebagian besar dari penyanyi-penyanyi dunia, suaranya tidak jauh beda
dengan suara Austin.
Memasuki reff, suara Harry mulai
terdengar jelas dan itu membuat jantung Niall berdebar-debar. Apa Harry tidak
sadar kalau dia sedang menyanyi? Niall perhatikan Harry begitu serius dan penuh
penghayatan menyanyikan lagu itu.
Sementara Emma, gadis itu menangis.
Ya, dia menangis tatkala mendengar suara Harry yang mampu menjawab perasaan
aneh yang ia rasakan itu. Ya, dia menyukai Harry. Emma menyukai Harry. Entahlah
apakah ini hanya sementara, sekedar kagum ataupun yang lainnya. Tapi saat ia
mendengar suara Harry, ia berani mengakui kalau ia menyukai Harry.
“I’m
in love with you… And all your little things..”
Setelah lagu berakhir, Niall dan
Harry sama-sama tertawa. Padahal tadi wajah mereka begitu sedih. Niall sampai
bingung menyusun kata apa yang akan pertama kali ia ucapkan setelah mendengar
Harry bernanyi.
“Patner feat yang keren!” Kata
Niall.
“Ya. Baru kali ini aku merasa
sesenang ini.” Kata Harry.
“Artinya, kau bohong padaku!” Kata
Niall.
“Ohya? Kalau begitu maafkan aku
patner-ku yang hebat. Semua orang memang bisa menyanyi dan menyanyi dapat
membuatmu senang.”
Tiba-tiba Niall menemukan sebuah ide
yang cemerlang dan bahkan ini lebih hebat dari alunan lagu Little Things tadi.
Pertama-tama, Niall menyerahkan gitar cokelat itu pada Harry dan Harry tidak
bisa menolaknya. Sepertinya Harry tau apa yang ada di otak Niall.
“Nyanyilah satu buah lagu. Buktikan
kalau kau lebih hebat dariku.” Kata Niall.
Harry berpikir sebentar sambil
menimbang-nimbang. Sementara Niall sangat tidak sabar. Apa susahnya sih
menyanyi dan mengutak-atik senar gitar itu? Tidak nyambung dengan lagunya pun
tidak apa-apa asalkan suara petikan gitarnya terdengar.
“Oke. One song.” Ucap Harry lalu
mulai beraksi.
Jari-jari Harry yang licah mulai
memetik senar-senar di gitar itu. Sepertinya Harry akan membawakan sebuah lagu
yang semangat. Padahal Niall ingin mendengar lagu Harry saat pertama kali ia
melihat Harry di ruang musik.
“I
think I’m gonna lose my mind
Something deep inside me I can’t give up
I think I’m gonna lose my mind
I roll and I roll till I’m out of
luck
Yeah I roll and I roll till I’m out
of luck..”
Lagu yang begitu ceria! Niall yakin sekali Harry yang menciptakan lagu
itu. Sekali lagi, Harry adalah orang yang sangat hebat dan Niall mengaku kalau
Harry lebih hebat darinya. Jika ia tau lagu yang dinyanyikan Harry, langsung
saja Niall ikutan menyanyi.
“Cause nobody knows you baby the way
I do
And nobody loves you baby the way I
do
It’s been so long It’s been so long
maybe you’re fireproof
And nobody saves me baby the way you
do..”
Tiba-tiba saja Harry menghentikan nyanyiannya. Hal itu membuat Niall
kecewa. Ada apa dengan Harry? Mengapa ekspresi wajahnya berubah? Apa Harry
sudah sadar?
“Aku harus pergi. Aku lupa hari ini aku harus sampai di rumah Mr. Alex
karena sepertinya aku sedang ada masalah dengannya.” Ucap Harry lalu
cepat-cepat menaruh gitar itu di atas meja yang terletak di sampingnya.
Belum saja Niall bicara Harry langsung nyelonong keluar saja. Dan ketika
di luar, Harry begitu kaget menemukan Emma disana dengan sisa-sisa air mata di
pipinya. Mau tidak mau, Harry harus cepat-cepat kabur sebelum Niall
menangkapnya.
“Mma Harry sudah pergi?” Tanya Niall yang pada saat itu juga kaget
melihat kehadiran Emma disana.
Emma hanya bisa mengangguk, lalu ia mengucapkan tentang apa yang dirasakan
hatinya sekarang dengan begitu lirih. “Aku menyukai Harry…”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar