expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 13 )



Singing With You
.

            “Yeah… I’ve been watching you all night.. There’s something in your eyes.. So c’mon c’mon and dance with me baby…”

            Lagu itu terus saja dinyanyikan Niall sampai membuat panas telinga Louis. Tetapi Louis tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia begitu suka dengan lagu itu. Sekarang, ada dua pilihannya. Mengajak Harry gabung ke dalam band atau membiarkan kesombongan Luke hingga pada titik terparahnya.

            Kemarin Zayn bertanya padanya apakah ia lebih membenci Harry atau Luke. Jawabannya tidak tau karena Louis yakin bahwa Harry adalah mata-mata Luke. Entah mengapa firasatnya kali ini begitu kuat. Tapi jika seandainya Harry bergabung ke bandnya, Louis bisa meramal bandnya akan bertambah lebih baik, bahkan bisa melebihi kesombongan Luke. Tapi egonya menyuruhnya untuk tidak mengajak Harry.

            “Suaramu kacau! Sangat kacau!” Kata Louis.

            “Terserah. Tapi aku sangat bersemangat menyanyikan lagu itu.” Kata Niall.

            “Baiklah!” Ucap Louis tiba-tiba dengan suara yang tinggi. “Aku terima lagu itu! Kita akan melakukan rekaman untuk pembuatan album pertama dari The Black and White.” Sambungnya.

            Kedua mata Niall langsung berbinar-binar. “Tapi aku ingin mengajak Harry. Itu lebih baik.” Ucapnya.

            “Aku tidak bilang kalau aku mau menerimanya. Aku hanya menyukai lagunya saja.” Ucap Louis.

            Niall tertawa. “Tidak apa-apa. Kau sudah mulai menerima lagunya dan sebentar lagi kau akan bersahabat baik dengannya.”

            Mendengar ucapan Niall yang sangat tidak lucu, Louis menatapnya dengan tajam. “Never!” Ucapnya.

***

            Sore itu, Niall ada kelas sore dan ia tidak sengaja berpapasan dengan Emma. Kebetulan Emma juga ada kelas sore. Jadi dia bisa mengobrol dengan Emma karena sudah lama Niall tidak bertemu Emma. Niall rasa hari-hari Emma begitu padat dan sibuk.

            “Dengar-dengar, kalian akan membuat album baru ya? Kemarin aku membaca tweet Liam. The Black and White. Nama yang unik.” Kata Emma.

            Niall tersenyum. “Nama itu sementara. Kalau aku sih tidak setuju menggunakan nama itu. Aku lebih suka menggunakan nama makanan.” Ucapnya.

            Emma tertawa. “Kau ini makanan-makanan terus yang kau pikirkan!”

            Universitas yang cukup terkenal dan di huni banyak tokoh-tokoh terkenal itu mulai kelihatan ramai. Dengar-dengar Luke pindah bersekolah di tempat ini. Tentu saja hal itu membuat heboh seantero kampus.

            “Apa kau mengajak Harry bergabung?” Tanya Emma.

            Wajah Niall berubah menjadi lesu. “Tidak. Kalau aku mengajaknya, Louis pasti marah dan sepertinya Harry mulai menghindariku. Harry tidak ingin Louis marah dan membenciku hanya karenanya.” Ucapnya.

            “Oh.. Aku kasihan pada Harry. Dia anak yang baik dan… istimewa. Aku sudah pernah mengajaknya makan di kantin dan dia tampak berbeda dari laki-laki lainnya.” Ucap Emma.

            “Ecieee.. Jangan-jangan kau menyukai Harry ya? Jujur aja deh!” Goda Niall.

            Kedua pipi putih Emma langsung memerah. Benarkah ia menyuaki Harry secepat ini? “Tidak tau. Tapi ya tidak tau-lah kedepannya. Tapi aku ingin menjadi temannya. Kau saja bisa menjadi temannya, masa’ aku tidak?”

***

            “The Black and White. Huh! Nama yang tidak bermutu!” Ucap Luke saat tidak sengaja menemukan sebuah berita di google.

            Katanya, The Potatoes yang sudah bubar ternyata tidak benar-benar bubar. The Potatoes telah berganti nama menjadi The Black and White. Tapi mereka tidak mencari member baru. Empat member saja sudah cukup.

            Tiba-tiba ponselnya berdering. Pertanda satu pesan masuk. Sebelum mengambil ponselnya, Luke sedikit terbatuk-batuk dan entah mengapa dadanya sangat sulit untuk bernafas. Luke tersenyum sinis. Tidak apa! Batinnya.

            Message From: E.S.

            Jaga kesehatanmu dan berhentilah merokok.

            Ingin sekali Luke melempar ponselnya jauh-jauh sampai pecah. Beraninya orang itu menasehatinya! Dan entah mengapa hatinya menjadi sedih sekaligus rindu. Rindu dengan masa kanak-kanaknya yang begitu menyenangkan. Ia rindu semuanya.

            ‘Aku benci hidupku! Kapan Tuhan mencabut nyawaku?’ Batinnya.

            Ponselnya kembali berdering. Tangan Luke terus saja ingin meraih ponsel itu. Akhirnya ia mengambil ponselnya lalu membacanya.

            Message From: E.S.

            Aku janji akan memenuhi permintaanku. Lihat! Hidupku sudah kembali normal. Aku kembali berkutat dengan buku-bukuku. Tapi kau harus janji bahwa kau akan mengubah gaya hidupmu. Aku tidak dendam sedikitpun padamu.

            ‘Dia anak yang baik, sangat baik tapi aku masih tidak bisa menerima kebaikannya.’ Batin Luke.

***

            Memang benar! Harry sudah berubah 180 derajat. Harry yang sekarang adalah Harry yang cuek, diam dan tidak mau tau. Tadi pagi Niall tidak sengaja berpapasan dengan Harry. Niall mencoba menyapa Harry tetapi Harry seakan-akan tidak mengenalinya. Bahkan membalas sapaannya pun tidak. Tidak mungkin hanya karena masalah kemarin Harry bisa berubah seperti ini.

            Harry memang berjanji untuk tidak menganggunya karena ia tidak mau Louis membencinya. Padahal bukan Harry yang menganggunya, melainkan ia yang menganggu hidup Harry! Setelah ia berteman dengan Harry, sikap Harry sedikit berubah. Harry lebih ceria dan lebih sering tertawa. Niall ingat ketika ia dan Harry menciptakan sebuah lagu sampai larut malam dan tertidur hingga esoknya.

            Menyesal. Ya, Niall sangat menyesal. Seharusnya ia tidak perlu memikirkan sikap Louis yang mudah sekali berubah. Niall yakin sekali lambat laun Louis mau menerima Harry dan berteman baik dengan Harry. Jadi, apakah kejadian kemarin bisa diulang kembali? Bisakah ia tetap berteman dengan Harry?

            “Yeah… I’ve been watching you all night.. There’s something in your eyes.. So c’mon c’mon and dance with me baby…”

            Berkali-kali Niall menyanyikan lagu itu secara berulang-ulang dengan suara yang sedikit serak, padahal lagu itu sangat bersemangat. Tujuannya yaitu ruang musik. Niall berharap disana ia bisa mendengar suara petikan gitar dan Harry yang memainkannya. Tetapi pada saat ia masuk ke dalam ruang musik, di dalamnya kosong. Hanya ada kumpulan alat musik dan beberapa kertas-kertas.

            Pelan-pelan Niall mengambil gitar cokelat itu lalu memainkannya. Tumben sekali jari-jarinya sangat tidak bersemangat menyentuh senar-senar gitar itu. Yang ia butuhkan hanyalah Harry. Ya, Harry yang hampir dianggapnya sebagai seorang sahabat.

***

            Gadis cantik itu berjalan tanpa arah. Udara yang dingin membuatnya mengeratkan jaket yang ia kenakan. Gadis itu bingung dengan perasaan yang belakang-belakangan ini hadir menghantuinya. Emma, gadis itu bingung dengan perasaannya terhadap Harry Styles.

            Sekarang Emma tau sedikit tentang Harry dari teman-temannya. Harry adalah seorang anak yatim-piatu yang hanya tinggal bersama satu adiknya di rumah yang sederhana. Betapa kasihannya hidup Harry. Emma tidak bisa membayangkan jika ia berada di posisi Harry. Tapi Emma begitu salut dengan perjuangan Harry. Pantas saja setiap harinya Harry selalu meluangkan waktu di perpustakaan demi mendapatkan ilmu dan Harry sangat dekat dengan Mr. Alex.

            Emma yakin sekali Harry adalah mahasiswa terpintar di kampusnya ini. Dan ia yakin sekali Harry anti dengan cewek. Tidak mungkin Harry bisa berpacaran sementara tugasnya banyak sekali. Mana kuliah, mana kerja, mana belajar. Tidak ada waktu untuk berpacaran. Emma sadar mencari uang itu sangatlah susah sedangkan ia suka sekali menghambur-hamburkan uang. Hari ini membeli tas seharga puluhan juta dan esoknya ia sudah mengganti dengan merk yang lebih baru lagi.

            Gadis sepertinya tidak cocok untuk Harry. Emma yakin sekali Harry tidak menyukai tipe cewek kaya dan suka menghambur-hamburkan uang seperti dirinya. Harry lebih suka dengan gadis sederhana yang latar belakang hidupnya sama seperti Harry.

            Tiba-tiba, kedua matanya tidak sengaja menangkap seseorang. Harry! Batin Emma. Entah mengapa kedua kakinya ini ingin mengikuti Harry walau hatinya melawan. Tapi hanya kali ini saja ia menuruti salah satu anggota gerak tubuhnya dan mencuekkan kemauan hatinya.

***

“Yeah… I’ve been watching you all night.. There’s something in your eyes.. So c’mon c’mon and dance with me baby…”

Niall menyanyikan lagu itu dengan buruk dan suara petikan gitar yang terdengar aneh. Mungkin semua orang tidak menyangka yang memainkan gitar itu adalah Niall Horan, si penyanyi terkenal dari The Potatoes.
           
“Yeah... The music is so loud.. I Wanna be yours now.. So c’mon c’mon and dance with me baby…”

            Beberapa menit kemudian, Niall menghentikan nyanyiannya sambil mengatur nafasnya. Betapa bosannya ia berada di ruang musik ini. Niall bingung bagaimana cara merubah hatinya yang sedang mendung ini.

            “Kalau kau menyanyi, jangan menggunakan emosi. Gunakan-lah hati dan perasaanmu.” Ucap suara seseorang.

            Mendengar suara yang tidak asing itu, jantung Niall berdebar-debar. Harry! Jeritnya dalam hati. Harry datang di saat yang tepat. Jadi, apa Harry masih mau menemuinya dan menganggapnya sebagai teman?

            “Aku tidak percaya kau kesini. Biasanya aku yang menemuimu dan sekarang kau yang menemuiku.” Ucap Niall sambil tersenyum.

            Harry membalas senyum Niall. “Aku tidak bisa untuk tidak melihat wajah lucumu dan rambut pirangmu.” Ucapnya lalu duduk di dekat Niall.

            Niall tertawa. “Bagus. Aku harap sapaanku tadi pagi hanyalah gurauan.” Ucapnya.

            “Ya. Aku berusaha menganggapmu tak ada, tapi aku tidak bisa. Sudahlah, kita tetap teman kan?” Ucap Harry.

            “Tidak. Kau bukan temanku.” Kata Niall dengan wajah yang sangat serius.

            Baru kali ini Harry melihat wajah Niall yang serius. Permainan apa ini? Batin Harry. “Kenapa?” Tanyanya.

            “Ya. Kau bukan temanku, melainkan sahabatku, sama seperti Louis, Zayn dan Liam.” Jawab Niall sambil tertawa. Kena deh Harry!

            “Mulai berani mengerjaiku ya? Ya sudah! Giliran aku yang mengerjaimu tau rasa!” Ucap Harry.

            Keduanya sama-sama tertawa. Ya, Niall sudah menganggap Harry sebagai sahabatnya, sama seperti Louis, Liam dan Zayn. Tapi bagi Niall, Harry berbeda dari lainnya. Tidak tau hal apa yang membuat Harry berbeda dari yang lainnya. Tanpa keduanya ketahui, seorang gadis bermata indah itu mendengar setiap kata baik yang diucapkan Harry maupun Niall. Ya, gadis itu adalah Emma. Ternyata tujuan Harry yaitu ruang musik.

            Alangkah enaknya jadi Niall. Disana Niall bisa tertawa bebas dengan Harry dan Emma tidak bisa untuk tidak tersenyum saat melihat tawa Harry yang begitu manis. Mereka memang sudah tidak bisa dipisahkan! Batin Emma. Niall memang seorang anak laki-laki yang beruntung.

            “Kau sedang bernyanyi bukan?” Tanya Harry.          

            “Ya. Tapi aku bingung mau menyanyi lagu apa.” Jawab Niall. Jari-jarinya mulai menyentuh senar gitar itu dan membentuk sebuah nada yang tidak jelas.

            “Little Things.” Ucap Harry dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

            “Little Things?” Tanya Niall sambil mengangkat sebelah alisnya. “Kau tau lagu itu?” Tanyanya.

            “Ya. Itu kan single kedua kalian. Adikku sering menyetelnya dan lagunya cukup sedih.” Jawab Harry.

            Niall tersenyum lalu mulai memainkan gitarnya hingga membentuk alunan lagu Little Things. “Ayo bernyanyilah bersamaku!” Ajak Niall, namun Harry tetap diam saja sambil mendengarkan suara Niall.

            “Your hand fits in mine, Like it's made just for me

           

But bear this in mind It was meant to be

And I'm joining up the dots With the freckles on your cheeks

And it all makes sense to me..”

Entah mengapa semakin lama Harry semakin tergoda untuk menyanyikan lagu itu. Lagu itu merupakan salah satu lagu favoritnya. Tidak tau kenapa, mungkin karena adiknya yang selalu sering menyetel lagu itu sehingga membuatnya untuk tergoda menyukai lagu itu.

I won't let these little things Slip out of my mouth

But if I do It's you Oh it's you They add up to

I'm in love with you And all these little things..”
           
“C’mon Harr! Aku tau kau ingin sekali menyanyi. Ayolah! Aku yakin suaramu lebih bagus dari suaraku..” Kata Niall.

            Di luar sana, hampir saja Emma meneteskan air matanya mendengar lagu itu. Apalagi saat melihat wajah Harry yang dengan penuh penghayatan mendengarkan lagu itu. Kenapa Harry tidak mau menyanyi? Emma berharap kali ini dia bisa mendengar Harry menyanyi dan membernarkan kata-kata Niall tentang suara Harry itu.

            “You can’t go to bed without a cup tea

            And maybe that’s the reason that you talk in your sleep

            And all those conversations Are the secrets that I keep

            Though it makes no sense to me..”


            Niall baru menyadari bahwa ia mendengar suara Harry walau terdengar cukup kecil. Dugaannya ternyata benar. Harry tidak tahan untuk tidak menyanyikan lagu itu. Maka dengan bahasa mata, Niall seakan-akan menyuruh Harry bernyanyi sendiri di bagian selanjutnya.

            “I know you’ve never loved the sound of your voice on tape

            You never want to know how much your weigh

            You still have to squeeze into your jeans

            But you're perfect to me..”

            Niall membiarkan Harry melanjutkan lagunya sementara ia bermain gitar. Dalam hati Niall tersenyum. Suara Harry memang bagus. Sangat bagus. Bahkan melebihi suara Austin. Dan bagi Niall suara Harry cukup unik dan langka, sementara suara Austin tidak bisa dibilang langka karena sebagian besar dari penyanyi-penyanyi dunia, suaranya tidak jauh beda dengan suara Austin.

            Memasuki reff, suara Harry mulai terdengar jelas dan itu membuat jantung Niall berdebar-debar. Apa Harry tidak sadar kalau dia sedang menyanyi? Niall perhatikan Harry begitu serius dan penuh penghayatan menyanyikan lagu itu.

            Sementara Emma, gadis itu menangis. Ya, dia menangis tatkala mendengar suara Harry yang mampu menjawab perasaan aneh yang ia rasakan itu. Ya, dia menyukai Harry. Emma menyukai Harry. Entahlah apakah ini hanya sementara, sekedar kagum ataupun yang lainnya. Tapi saat ia mendengar suara Harry, ia berani mengakui kalau ia menyukai Harry.

            “I’m in love with you… And all your little things..”

            Setelah lagu berakhir, Niall dan Harry sama-sama tertawa. Padahal tadi wajah mereka begitu sedih. Niall sampai bingung menyusun kata apa yang akan pertama kali ia ucapkan setelah mendengar Harry bernanyi.

            “Patner feat yang keren!” Kata Niall.

            “Ya. Baru kali ini aku merasa sesenang ini.” Kata Harry.

            “Artinya, kau bohong padaku!” Kata Niall.

            “Ohya? Kalau begitu maafkan aku patner-ku yang hebat. Semua orang memang bisa menyanyi dan menyanyi dapat membuatmu senang.”

            Tiba-tiba Niall menemukan sebuah ide yang cemerlang dan bahkan ini lebih hebat dari alunan lagu Little Things tadi. Pertama-tama, Niall menyerahkan gitar cokelat itu pada Harry dan Harry tidak bisa menolaknya. Sepertinya Harry tau apa yang ada di otak Niall.

            “Nyanyilah satu buah lagu. Buktikan kalau kau lebih hebat dariku.” Kata Niall.

            Harry berpikir sebentar sambil menimbang-nimbang. Sementara Niall sangat tidak sabar. Apa susahnya sih menyanyi dan mengutak-atik senar gitar itu? Tidak nyambung dengan lagunya pun tidak apa-apa asalkan suara petikan gitarnya terdengar.

            “Oke. One song.” Ucap Harry lalu mulai beraksi.

            Jari-jari Harry yang licah mulai memetik senar-senar di gitar itu. Sepertinya Harry akan membawakan sebuah lagu yang semangat. Padahal Niall ingin mendengar lagu Harry saat pertama kali ia melihat Harry di ruang musik.

            “I think I’m gonna lose my mind

 Something deep inside me I can’t give up

I think I’m gonna lose my mind

I roll and I roll till I’m out of luck

Yeah I roll and I roll till I’m out of luck..”

Lagu yang begitu ceria! Niall yakin sekali Harry yang menciptakan lagu itu. Sekali lagi, Harry adalah orang yang sangat hebat dan Niall mengaku kalau Harry lebih hebat darinya. Jika ia tau lagu yang dinyanyikan Harry, langsung saja Niall ikutan menyanyi.

“Cause nobody knows you baby the way I do

And nobody loves you baby the way I do

It’s been so long It’s been so long maybe you’re fireproof

And nobody saves me baby the way you do..”

Tiba-tiba saja Harry menghentikan nyanyiannya. Hal itu membuat Niall kecewa. Ada apa dengan Harry? Mengapa ekspresi wajahnya berubah? Apa Harry sudah sadar?

“Aku harus pergi. Aku lupa hari ini aku harus sampai di rumah Mr. Alex karena sepertinya aku sedang ada masalah dengannya.” Ucap Harry lalu cepat-cepat menaruh gitar itu di atas meja yang terletak di sampingnya.

Belum saja Niall bicara Harry langsung nyelonong keluar saja. Dan ketika di luar, Harry begitu kaget menemukan Emma disana dengan sisa-sisa air mata di pipinya. Mau tidak mau, Harry harus cepat-cepat kabur sebelum Niall menangkapnya.

“Mma Harry sudah pergi?” Tanya Niall yang pada saat itu juga kaget melihat kehadiran Emma disana.

Emma hanya bisa mengangguk, lalu ia mengucapkan tentang apa yang dirasakan hatinya sekarang dengan begitu lirih. “Aku menyukai Harry…”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar