expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Maret 2015

The Missing Star ( Part 18 )



New Screams on Stage
.

            Setibanya di rumah sakit, Harry langsung berlari menuju kamar Ele. Disana ia melihat Ele yang sedang tertidur pulas. Mungkin karena pengaruh obat. Harry tersenyum lalu kembali ia mengelus halus rambut Ele dengan penuh kasih sayang. Harry hampir melupakan penampilan yang akan dilakukan besok siang. Lokasinya tidak jauh-jauh kok. Tepatnya di lapangan basket kampusnya. Aneh sekali mengapa Anson memilih tempat itu. Jadi hanya mahasiswa dan mahasiswi yang berkuliah di kampusnya saja yang bisa menyaksikan pentas itu.

            Harry tidak bisa membayangkan bagaimana penampilannya besok. Apakah baik atau buruk. Tapi tentu saja Harry berharap penampilan besok bisa membuat Anson tersenyum. Jika tidak atau jika ia menghancurkan penampilan besok, maka ia bertaruh Louis tidak akan pernah memaafkannya.

            Lagu pertama yang akan dinyanyikan besok adalah Teenage Dirtbag. Lagunya cukup mudah dan Harry sudah tau lagu itu dan ia berharap bisa menyanyikan lagu itu dengan baik. Dan ia hanya mengganti bagian solo Austin. Ya, walau lagu itu cover-an dan pernah dinyanyikan The Potatoes sebelumnya, bersama Austin tentunya.

            Lagu kedua tentu saja adalah lagu ciptaannya dengan Niall, yaitu C’mon C’mon. Lagu yang begitu ceria dan bisa membuat semua orang menjadi girang. Apalagi mereka yang adalah fans fanatik Liam dkk. Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu pesan masuk dari Niall.

            Jaga kesehatanmu, ok? Besok kita akan tampil sebagus mungkin dan aku harap kau bisa menyanyikan lagu Teenage Dirtbag dengan baik. Sementara lagu kedua, besok kita latihan, oke? ;)

***

            ‘Jadi nama band mereka One Direction dan nama itu Harry sendiri yang mengusulkan?’ Batin seorang pemuda yang sedang duduk santai dan di tangannya ada sebatang rokok.

            Pemuda itu tersenyum sinis kemudian dihisapnya rokok itu dan tidak peduli kesakitan yang dirasakan paru-parunya. Ia menganggap paru-parunya sudah tidak berguna lagi. Yang bisa membuatnya bertahan hidup sampai detik ini adalah mengkonsumsi obat mahal yang ia yakini dapat membuatnya baikan. Padahal ia tidak tau efek samping dari obat itu.

            Harry memang tidak bisa dipercayainya! Pemuda itu mendengus kesal. Padahal saat-saat ini adalah saat-saat terbesarnya dan puncak dari segalanya. Lalu, setelah kehadiran One Direction, ia yakin sekali semua yang sudah ia bangun akan hancur. Dan itu semua karena Harry! Karena Harry yang sudah melanggar janjinya.

            Artinya, Harry siap mati bersamanya. Pemuda itu tersenyum sinis. Ia benar-benar sangat membenci Harry yang telah menghancurkan hidupnya ( Walau menurutnya Harry begitu baik dan pengertian padanya ). Bahkan telah menghancurkan kisah cintanya! Mau tidak mau, Harry harus mati! Harus!

            Besok adalah penampilan pertama dari One Direction dan ia yakin sekali penampilan One Direction bagus dan banyak di teriaki oleh para gadis. Tiba-tiba ia menemukan sebuah ide. Ide yang mungkin bisa menghancurkan penampilan pertama One Direction.

***

            Tidak terasa malam telah berganti. Kini, boyband baru bernama One Direction itu sedang sibuk latihan untuk penampilan mereka siang nanti. Pagi itu, Louis tampak tidak semangat dan sepertinya kurang tidur. Apalagi saat bertatapan langsung dengan Harry. Mood-nya semakin buruk.

            “Wah, suaramu keren juga Harr!” Puji Liam saat Harry melantunkan lagu Teenage Dirtbag.

            “Terimakasih. Tapi suaramu lebih bagus dariku.” Ucap Harry.

            “Kau memang suka merendahkan diri!” Ucap Niall.

            Latihan itu berjalan dengan lancar dan Louis sudah mulai bisa bekerja sama dengan Harry. Liam senang latihan ini lebih bagus dibanding yang ia bayangkan. Harry sangat mudah diatur dan mudah mengerti. Liam yakin sekali penampilan nanti dapat menciptakan ratusan teriakan yang akan menontonnya.

            Tidak terasa sebentar lagi mereka akan tampil. Panggung sudah disiapkan dan sudah banyak yang menontonnya. Kebanyakan yang menonton adalah para gadis. Adapun gadis-gadis lain yang tidak berasal dari kampusnya demi melihat penampilan pertama One Direction.

            “Kalian siap?” Tanya seorang wanita yang merupakan salah satu dari panitia acara itu.

            “Siap!” Jawab Liam.

            Mereka sudah berganti pakaian dan sekarang mereka sangatlah tampan. Louis yang masih tidak percaya sebentar lagi akan tampil berusaha menutup seluruh kegugupannya. Mengapa ia gugup sekali sih? Bukannya panggung merupakan hidupnya?

            Tiba-tiba ponselnya berdering. Hal itu membuatnya kaget. Louis pun membuka ponselnya dan mendapati rentetan nomor yang tidak dikenal. Perasaannya pun menjadi tidak enak melihat nomor yang tidak dikenal itu.

            Sebentar lagi kalian akan tampil. Aku tidak sabar melihat penampilan kalian. Tapi sebelumnya, aku memperingatkan bahwa anggota baru kalian itu sedang merencakanan sesuatu untuk menghancurkan penampilan kalian nanti. Maka berhati-hatilah! Dan sebaiknya kau keluarkan Harry sebelum kalian menyesal untuk selama-lamanya.

            Mr. L

            Betapa kagetnya saat ia membaca pesan itu. Mr. L? Luke? Louis sudah dapat menyimpulkan bahwa itu adalah nomor Luke! Sialan! Jadi benar Luke dan Harry saling mengenal dan sama-sama licik. Keringat dinginnya mulai keluar membasahi wajahnya. Ia benar-benar menyesal karena pernah meminta maaf dengan Harry.

            “Ada apa Lou?” Tanya Zayn mendekati Louis.

            Louis tidak menjawab pertanyaan Zayn. Pemuda itu malah memberikan poneslnya ke Zayn sehingga Zayn dapat membacanya. Zayn mengambil ponsel Louis dan membacanya. Tentu saja Zayn begitu kaget setelah membaca pesan itu.

            “Ini benar?” Tanya Zayn.

            Louis menatap Zayn. “Zayn! Sebaiknya kita keluarkan Harry sebelum dia menghancurkan kita! Harry tidak seperti yang kita bayangkan! Selama ini dia menggunakan topeng agar kelicikannya tertutupi! Dan satu hal yang paling penting. Dia itu bersekongkol dengan Luke! Untungla Luke memperingati kita, kalau tidak?”

            Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku tidak percaya, Lou. Mungkin Luke mengirim pesan itu dengan sengaja hanya untuk membuatmu semakin benci dengan Harry! Aku sudah menaruh kepercayaan pada Harry.” Ucapnya.

            “Hei ada apa?” Tanya Liam dan diikuti Niall di belakangnya.

            Langsung saja Louis memberikan ponselnya kepada Liam dan Niall. Sama seperti Zayn. Liam dan Niall sama-sama kaget setelah membaca pesan itu.

            “Ini jebakan!” Ucap Niall. “Luke hanya ingin menghancurkan penampilan kita nanti. Dasar orang licik! Aku tidak akan bisa tertangkap oleh jebakanmu!” Sambungnya.

            “Tapi Yell, kalau memang itu benar dan…” Ucap Louis.

            “Sudahlah Lou, kita jalani saja. Kalau seandainya memang Harry seperti yang kau pikirkan itu, ya apa boleh buat. Jika kesempatan itu hilang, maka kita akan mencari kesempatan lain. Kesempatan yang lebih baik.” Ucap Liam.

            Louis sudah tidak bisa lagi membantah. Apa benar Luke hanya menjebaknya saja? Louis menjadi bingung pada dirinya sendiri. Jika ia, betapa bodohnya dirinya! Kemudian Harry datang dan Louis langsung menatapnya dengan tajam.

            “Katakan kalau kau tidak mempunyai hubungan apapun dengan Luke!” Bentak Louis.

            “Lou..” Ucap Niall.

            Sementara Harry tetap diam dan sepertinya tidak mempedulikan kata-kata Louis. Louis semakin kesal dengan Harry. Lalu ia teringat dengan Ele dan perbuatan Luke yang menyebabkan Ele menjadi seperti itu.

            “Dengar Harr! Aku tidak akan mau tampil ke depan kalau kau tidak mau menceritakan yang sebenarnya! Lalu bagaimana dengan Ele yang sudah jelas merupakan perbuatan Luke? Aku tau Luke yang menyebabkan Ele terbaring di rumah sakit!” Ucap Louis.

            Lagi-lagi Harry diam tanpa ekspresi. Dia seakan-akan sedang tuli sehingga semua kalimat-kalimat Louis tidak akan bisa didengarnya. Karena suasana semakin memanas, Liam dan lainnya pun takut. Takut jika penampilan nanti hancur dan ditertawakan oleh semua orang dan rasanya begitu memalukan.

            “Setelah penampilan nanti kita membahasnya, oke? Sekarang kita fokus kepada penampilan kita sebentar lagi.” Ucap Liam dan berharap Louis mengerti dengan ucapannya.

            Di luar sana, tepatnya di lapangan basket yang sudah ramai dan begitu sesak, teriakan-teriakan sudah mulai tercipta. Tentu saja mereka penasaran siapakah pengganti seorang Austin Matthew. Teriakan-teriakan itu bertambah semakin keras ketika si pembawa acara muncul di atas panggung dengan wajah yang begitu ceria.

            “Apa kabar kalian semua?” Sapanya.

            Di barisan paling depan, Emma begitu deg-degkan melihat penampilan Harry tentunya. Emma sengaja mengajak kakaknya, Taylor, yang juga begitu penasaran. Padahal Taylor ada kuliah siang hari ini. Tapi ia bela-belain datang kemari demi melihat penampilan pertama dari One Direction.

            Setelah berbicara basa-basi, si pembawa acara itu pun berteriak. “BAIKLAH! MARI KITA SAMBUT BOYBAND BARU KITA! ONE DIRECTION!!!”

            Di sela-sela teriakan yang dapat memecahkan gendang telinga itu, Liam memberi masukan terakhir kepada teman-temannya. “Oke guys! Mari saatnya kita tampil dan jangan pedulikan bagaimana penampilan kita. Anggap saja kita bernyanyi untuk diri kita sendiri. Kalaupun kita nanti ditertawakan, anggap saja tawa itu angin berlalu.”

            Niall begitu sangat deg-degkan. Ia sudah bisa mendengar teriakan-teriakan gadis disana. Di sampingnya ada Harry yang sedang tersenyum padanya. “I will do the best.” Lirih Harry.

            Musik mulai terdengar dan teriakan-teriakan itu semakin keras mengalahi musik itu. Lagu Teenage Dirtbag pun mulai terdengar. Lima pemuda tampan itu mulai terlihat di atas panggung. Tentu saja penonton yang sebagian besar adalah Potatoers sangat merindukan momen-momen ini walau tidak adanya Austin.

            Yang paling hebohnya, Harry yang menyanyi pertama kali. Tentu saja penampilannya yang begitu spesial membuat teriakan-teriakan itu semakin menjadi-jadi. Tau akan hal itu, Liam dan lainnya semakin semangat. Louis pun sudah mulai biasa dan berusaha melupakan pesan sialan Luke itu.

            “Cause I’m just a teenage dirtbag baby

            I’m just a teenage ditrbag baby

            Listen to Iron Maiden, baby, with me, Oh…”

            Tak jauh dari panggung itu, Anson tersenyum dengan puas melihat penampilan One Direction yang sangat tidak diduganya itu. Ternyata Harry benar-benar berbakat dan mirip sekali dengan Austin. Bahkan ia berani mengatakan bahwa Harry lebih baik dibanding Austin.

            “Ooh yeah, dirtbag..

            No, she doesn’t know what she’s missing..”

            Tidak terasa lagu pertama telah selesai dinyanyikan dan para penonton teramat kecewa. Mereka meminta One Direction mengulangi lagu itu. Kemudian, Harry maju ke depan panggung sehingga membuat barisan depan menjadi deg-degkan. Terutama Emma!


            “How are you, guys? I really really can’t believe that I’m here! Massive thank you so much to you who watching this show!” Teriak Harry dengan suara lantang sehingga membuat para penonton tergila-gila kepadanya.

            Di belakang sana, Liam berbisik di telinga Niall. “He’s a perfect star!” Dan Niall membalasnya dengan mengangkat jempol tangannya.

            “Oke guys. This is a second song and we will singing The fisrt song from One Direction. Hope you enjoy it with this song!” Ucap Harry sekali lagi.

            Musik ceria pun terdengar. Semua penonton mulai berteriak sambil mengikuti irama musik itu. Zayn yang pertama kali menyanyikan lirik pertama lagu itu. Ya, C’mon, C’mon!

            The one that I came with, she had to go

But you look amazing standing alone..”
           
Tentu saja teriakan-teriakan itu semakin jelas dan membuat One Direction yang tampil di panggung semakin semangat. Terutama Harry yang menjadi pusat perhatian para penonton. Sementara itu, di depan sama Emma tidak menyangka Harry bisa membuat gila para penonton dengan satu kali penampilan. Bukannya itu awal yang bagus?

            “Yeah… I’ve been waiting you all night

            There’s something in your eyes

            So c’mon c’mon and dance with me baby…”

            Memasuki bagian reff membuat suasana semakin ceria. Tidak ada wajah muram disana ataupun sedih. Yang ada hanyalah wajah senang, ceria dan penuh semangat. Kecuali.. Kecuali seorang pemuda yang sedang berdiri tidak jauh dari keramaian itu. Pemuda itu tersenyum sinis memandangi keramaian itu.

            “Kau memang hebat Harr. Bahkan kau lebih hebat dari Austin. Aku sudah tau hal itu. Dulu kau-lah yang mengajarkan musik kepada kami sehingga kami menyukai dunia musik. Aku tau itu Harr. Tapi aku sangat kecewa padamu. Sangat kecewa. Kau menghancurkan hidupku. Seluruh hidupku!”

            Setelah reff kedua selesai dinyanyikan, kini giliran bagian solo Harry. Dan sesuatu yang tidak di duga oleh para penonton pun terjadi. Entah darimana Harry mendapatkan bunga mawar itu lalu ia menarik satu tangan penonton lalu mengajaknya naik di atas panggung. Tentu saja gadis itu merasa sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Harry mulai menyanyi bagian lirik selanjutnya tepat di hadapan gadis beruntung itu dengan gaya yang begitu memukau para penonton.

            Every step I take, I feel it more and more

            She’s calling it out, she’s looking good

            My heart is racing, she’s turning around

            I reach for her hand and I say..”

            Setelah selesai menyelesaikan bagian solonya dengan baik, Harry berlutut di hadapan gadis itu lalu memberinya gadis itu bunga mawar yang dibawanya tadi. Entah perasaan apa yang dirasakan gadis itu ( penulis juga bingung lho soalnya nggak pernah digituin sama Harry -_- ). Yang jelas gadis itu sangatlah bahagia lalu kembali ke tempatnya semula. Melihat hal itu, Emma merasakan cemburu yang luar biasa. Kenapa tidak dirinya sih? Harry kan tidak mengenali gadis itu.

            “Kau cemburu, hahaha..” Tawa Taylor yang membuat Emma semakin kesal.

            “Yeah.. The music is so loud

            I wanna be yours now

            So c’mon c’mon and dance with me baby..”

            Lagu itu telah sukses dinyanyikan dan berakhir sudah penampilan yang tidak kalah serunya dengan menonton piala dunia. Tentu saja para penonton merasa kecewa. Mereka bersama-sama berteriak untuk menyuruh One Direction bernyanyi lagi.

            “Terimakasih untuk hari ini! Semoga kita bisa bertemu lagi!” Ucap Liam.

            Ya, One Direction berhasil! Ya, mereka berhasil! Setelah penampilan mereka selesai, banyak fans yang berbondong-bondong meminta tanda tangan mereka dan meminta foto bersama. Tentu saja mereka menerimanya dengan senang hati. Harry-lah yang paling banyak dikerubuti para fans itu.

            “Kau sangat keren! Kenapa aku baru tau sekarang? Ya ampun Harr! Aku tidak menyangka cowok pendiam dan kutu buku sepertimu bisa menjadi seperti ini.” Kata Nayla yang adalah teman sekelas Harry. Nayla-lah yang paling dekat dengan Harry. Mungkin karena mereka sama-sama kutu buku dan anak kesayangan Mr. Alex.

            Harry tersenyum mendengar ucapan Nayla. “Aku juga tidak tau Nay. Ini terjadi secara tiba-tiba.” Ucap Harry sambil sibuk membuat tanda tangannya di buku-buku yang disodorkan oleh fans-nya itu.

            “Wah, kau sudah menjadi bintang dan aku yakin sekali seisi dunia ini mengenalimu dan memujamu.” Kata Nayla.

            “Tidak usah berlebihan.” Ucap Harry.

            Sementara itu, Louis sengaja menjauh dari kerumunan gadis-gadis itu. Entah apa yang dirasakannnya ini. Apakah ia merasa senang, kesal, benci atau sebagainya. Tapi Louis begitu puas dengan penampilan tadi. Ia berharap Luke menyaksikan penampilan tadi dan memasang wajah gelap dan kesal.

            “Kalian benar-benar hebat! Aku tidak menyangka bahwa Harry sangat berbakat. Bahkan kuakui kalau Harry lebih bagus dari Austin.” Kata Anson tiba-tiba. Tidak tau kapan lelaki itu datang menemuinya.

            “Ya. Dia adalah bintang yang sempurna.” Ucap Louis pelan.

            Lantas, apakah ia harus cemburu dalam keadaan ini? Anson sudah ‘jatuh cinta’ dengan Harry dan bisa melupakan Austin. Padahal Anson pernah mengatakan kalau Austin tidak bisa tergantikan oleh siapapun. Benar-benar sebuah keajaiban!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar