New Screams on Stage
.
Setibanya di rumah sakit, Harry
langsung berlari menuju kamar Ele. Disana ia melihat Ele yang sedang tertidur
pulas. Mungkin karena pengaruh obat. Harry tersenyum lalu kembali ia mengelus
halus rambut Ele dengan penuh kasih sayang. Harry hampir melupakan penampilan
yang akan dilakukan besok siang. Lokasinya tidak jauh-jauh kok. Tepatnya di
lapangan basket kampusnya. Aneh sekali mengapa Anson memilih tempat itu. Jadi
hanya mahasiswa dan mahasiswi yang berkuliah di kampusnya saja yang bisa
menyaksikan pentas itu.
Harry tidak bisa membayangkan
bagaimana penampilannya besok. Apakah baik atau buruk. Tapi tentu saja Harry
berharap penampilan besok bisa membuat Anson tersenyum. Jika tidak atau jika ia
menghancurkan penampilan besok, maka ia bertaruh Louis tidak akan pernah
memaafkannya.
Lagu pertama yang akan dinyanyikan
besok adalah Teenage Dirtbag. Lagunya cukup mudah dan Harry sudah tau lagu itu
dan ia berharap bisa menyanyikan lagu itu dengan baik. Dan ia hanya mengganti
bagian solo Austin. Ya, walau lagu itu cover-an dan pernah dinyanyikan The
Potatoes sebelumnya, bersama Austin tentunya.
Lagu kedua tentu saja adalah lagu
ciptaannya dengan Niall, yaitu C’mon C’mon. Lagu yang begitu ceria dan bisa
membuat semua orang menjadi girang. Apalagi mereka yang adalah fans fanatik
Liam dkk. Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu pesan masuk dari Niall.
Jaga
kesehatanmu, ok? Besok kita akan tampil sebagus mungkin dan aku harap kau bisa
menyanyikan lagu Teenage Dirtbag dengan baik. Sementara lagu kedua, besok kita
latihan, oke? ;)
***
‘Jadi nama band mereka One Direction
dan nama itu Harry sendiri yang mengusulkan?’ Batin seorang pemuda yang sedang
duduk santai dan di tangannya ada sebatang rokok.
Pemuda itu tersenyum sinis kemudian
dihisapnya rokok itu dan tidak peduli kesakitan yang dirasakan paru-parunya. Ia
menganggap paru-parunya sudah tidak berguna lagi. Yang bisa membuatnya bertahan
hidup sampai detik ini adalah mengkonsumsi obat mahal yang ia yakini dapat
membuatnya baikan. Padahal ia tidak tau efek samping dari obat itu.
Harry memang tidak bisa
dipercayainya! Pemuda itu mendengus kesal. Padahal saat-saat ini adalah
saat-saat terbesarnya dan puncak dari segalanya. Lalu, setelah kehadiran One
Direction, ia yakin sekali semua yang sudah ia bangun akan hancur. Dan itu
semua karena Harry! Karena Harry yang sudah melanggar janjinya.
Artinya, Harry siap mati bersamanya.
Pemuda itu tersenyum sinis. Ia benar-benar sangat membenci Harry yang telah
menghancurkan hidupnya ( Walau menurutnya Harry begitu baik dan pengertian
padanya ). Bahkan telah menghancurkan kisah cintanya! Mau tidak mau, Harry
harus mati! Harus!
Besok adalah penampilan pertama dari
One Direction dan ia yakin sekali penampilan One Direction bagus dan banyak di
teriaki oleh para gadis. Tiba-tiba ia menemukan sebuah ide. Ide yang mungkin
bisa menghancurkan penampilan pertama One Direction.
***
Tidak terasa malam telah berganti.
Kini, boyband baru bernama One Direction itu sedang sibuk latihan untuk
penampilan mereka siang nanti. Pagi itu, Louis tampak tidak semangat dan
sepertinya kurang tidur. Apalagi saat bertatapan langsung dengan Harry.
Mood-nya semakin buruk.
“Wah, suaramu keren juga Harr!” Puji
Liam saat Harry melantunkan lagu Teenage Dirtbag.
“Terimakasih. Tapi suaramu lebih
bagus dariku.” Ucap Harry.
“Kau memang suka merendahkan diri!”
Ucap Niall.
Latihan itu berjalan dengan lancar
dan Louis sudah mulai bisa bekerja sama dengan Harry. Liam senang latihan ini
lebih bagus dibanding yang ia bayangkan. Harry sangat mudah diatur dan mudah
mengerti. Liam yakin sekali penampilan nanti dapat menciptakan ratusan teriakan
yang akan menontonnya.
Tidak terasa sebentar lagi mereka
akan tampil. Panggung sudah disiapkan dan sudah banyak yang menontonnya.
Kebanyakan yang menonton adalah para gadis. Adapun gadis-gadis lain yang tidak
berasal dari kampusnya demi melihat penampilan pertama One Direction.
“Kalian siap?” Tanya seorang wanita
yang merupakan salah satu dari panitia acara itu.
“Siap!” Jawab Liam.
Mereka sudah berganti pakaian dan
sekarang mereka sangatlah tampan. Louis yang masih tidak percaya sebentar lagi
akan tampil berusaha menutup seluruh kegugupannya. Mengapa ia gugup sekali sih?
Bukannya panggung merupakan hidupnya?
Tiba-tiba ponselnya berdering. Hal
itu membuatnya kaget. Louis pun membuka ponselnya dan mendapati rentetan nomor
yang tidak dikenal. Perasaannya pun menjadi tidak enak melihat nomor yang tidak
dikenal itu.
Sebentar
lagi kalian akan tampil. Aku tidak sabar melihat penampilan kalian. Tapi
sebelumnya, aku memperingatkan bahwa anggota baru kalian itu sedang
merencakanan sesuatu untuk menghancurkan penampilan kalian nanti. Maka
berhati-hatilah! Dan sebaiknya kau keluarkan Harry sebelum kalian menyesal
untuk selama-lamanya.
Mr. L
Betapa kagetnya saat ia membaca
pesan itu. Mr. L? Luke? Louis sudah dapat menyimpulkan bahwa itu adalah nomor
Luke! Sialan! Jadi benar Luke dan Harry saling mengenal dan sama-sama licik.
Keringat dinginnya mulai keluar membasahi wajahnya. Ia benar-benar menyesal
karena pernah meminta maaf dengan Harry.
“Ada apa Lou?” Tanya Zayn mendekati
Louis.
Louis tidak menjawab pertanyaan
Zayn. Pemuda itu malah memberikan poneslnya ke Zayn sehingga Zayn dapat
membacanya. Zayn mengambil ponsel Louis dan membacanya. Tentu saja Zayn begitu
kaget setelah membaca pesan itu.
“Ini benar?” Tanya Zayn.
Louis menatap Zayn. “Zayn! Sebaiknya
kita keluarkan Harry sebelum dia menghancurkan kita! Harry tidak seperti yang
kita bayangkan! Selama ini dia menggunakan topeng agar kelicikannya tertutupi!
Dan satu hal yang paling penting. Dia itu bersekongkol dengan Luke! Untungla
Luke memperingati kita, kalau tidak?”
Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku tidak percaya, Lou. Mungkin Luke mengirim pesan itu dengan sengaja hanya
untuk membuatmu semakin benci dengan Harry! Aku sudah menaruh kepercayaan pada
Harry.” Ucapnya.
“Hei ada apa?” Tanya Liam dan
diikuti Niall di belakangnya.
Langsung saja Louis memberikan
ponselnya kepada Liam dan Niall. Sama seperti Zayn. Liam dan Niall sama-sama
kaget setelah membaca pesan itu.
“Ini jebakan!” Ucap Niall. “Luke
hanya ingin menghancurkan penampilan kita nanti. Dasar orang licik! Aku tidak
akan bisa tertangkap oleh jebakanmu!” Sambungnya.
“Tapi Yell, kalau memang itu benar
dan…” Ucap Louis.
“Sudahlah Lou, kita jalani saja.
Kalau seandainya memang Harry seperti yang kau pikirkan itu, ya apa boleh buat.
Jika kesempatan itu hilang, maka kita akan mencari kesempatan lain. Kesempatan
yang lebih baik.” Ucap Liam.
Louis sudah tidak bisa lagi
membantah. Apa benar Luke hanya menjebaknya saja? Louis menjadi bingung pada
dirinya sendiri. Jika ia, betapa bodohnya dirinya! Kemudian Harry datang dan
Louis langsung menatapnya dengan tajam.
“Katakan kalau kau tidak mempunyai
hubungan apapun dengan Luke!” Bentak Louis.
“Lou..” Ucap Niall.
Sementara Harry tetap diam dan
sepertinya tidak mempedulikan kata-kata Louis. Louis semakin kesal dengan
Harry. Lalu ia teringat dengan Ele dan perbuatan Luke yang menyebabkan Ele
menjadi seperti itu.
“Dengar Harr! Aku tidak akan mau
tampil ke depan kalau kau tidak mau menceritakan yang sebenarnya! Lalu
bagaimana dengan Ele yang sudah jelas merupakan perbuatan Luke? Aku tau Luke
yang menyebabkan Ele terbaring di rumah sakit!” Ucap Louis.
Lagi-lagi Harry diam tanpa ekspresi.
Dia seakan-akan sedang tuli sehingga semua kalimat-kalimat Louis tidak akan bisa
didengarnya. Karena suasana semakin memanas, Liam dan lainnya pun takut. Takut
jika penampilan nanti hancur dan ditertawakan oleh semua orang dan rasanya
begitu memalukan.
“Setelah penampilan nanti kita
membahasnya, oke? Sekarang kita fokus kepada penampilan kita sebentar lagi.”
Ucap Liam dan berharap Louis mengerti dengan ucapannya.
Di luar sana, tepatnya di lapangan
basket yang sudah ramai dan begitu sesak, teriakan-teriakan sudah mulai
tercipta. Tentu saja mereka penasaran siapakah pengganti seorang Austin
Matthew. Teriakan-teriakan itu bertambah semakin keras ketika si pembawa acara
muncul di atas panggung dengan wajah yang begitu ceria.
“Apa kabar kalian semua?” Sapanya.
Di barisan paling depan, Emma begitu
deg-degkan melihat penampilan Harry tentunya. Emma sengaja mengajak kakaknya,
Taylor, yang juga begitu penasaran. Padahal Taylor ada kuliah siang hari ini.
Tapi ia bela-belain datang kemari demi melihat penampilan pertama dari One
Direction.
Setelah berbicara basa-basi, si
pembawa acara itu pun berteriak. “BAIKLAH! MARI KITA SAMBUT BOYBAND BARU KITA!
ONE DIRECTION!!!”
Di sela-sela teriakan yang dapat
memecahkan gendang telinga itu, Liam memberi masukan terakhir kepada
teman-temannya. “Oke guys! Mari saatnya kita tampil dan jangan pedulikan
bagaimana penampilan kita. Anggap saja kita bernyanyi untuk diri kita sendiri.
Kalaupun kita nanti ditertawakan, anggap saja tawa itu angin berlalu.”
Niall begitu sangat deg-degkan. Ia
sudah bisa mendengar teriakan-teriakan gadis disana. Di sampingnya ada Harry
yang sedang tersenyum padanya. “I will do the best.” Lirih Harry.
Musik mulai terdengar dan
teriakan-teriakan itu semakin keras mengalahi musik itu. Lagu Teenage Dirtbag
pun mulai terdengar. Lima pemuda tampan itu mulai terlihat di atas panggung.
Tentu saja penonton yang sebagian besar adalah Potatoers sangat merindukan
momen-momen ini walau tidak adanya Austin.
Yang paling hebohnya, Harry yang
menyanyi pertama kali. Tentu saja penampilannya yang begitu spesial membuat
teriakan-teriakan itu semakin menjadi-jadi. Tau akan hal itu, Liam dan lainnya
semakin semangat. Louis pun sudah mulai biasa dan berusaha melupakan pesan
sialan Luke itu.
“Cause
I’m just a teenage dirtbag baby
I’m
just a teenage ditrbag baby
Listen
to Iron Maiden, baby, with me, Oh…”
Tak jauh dari panggung itu, Anson
tersenyum dengan puas melihat penampilan One Direction yang sangat tidak
diduganya itu. Ternyata Harry benar-benar berbakat dan mirip sekali dengan
Austin. Bahkan ia berani mengatakan bahwa Harry lebih baik dibanding Austin.
“Ooh
yeah, dirtbag..
No,
she doesn’t know what she’s missing..”
Tidak terasa lagu pertama telah
selesai dinyanyikan dan para penonton teramat kecewa. Mereka meminta One
Direction mengulangi lagu itu. Kemudian, Harry maju ke depan panggung sehingga
membuat barisan depan menjadi deg-degkan. Terutama Emma!
“How are you, guys? I really really
can’t believe that I’m here! Massive thank you so much to you who watching this
show!” Teriak Harry dengan suara lantang sehingga membuat para penonton
tergila-gila kepadanya.
Di belakang sana, Liam berbisik di
telinga Niall. “He’s a perfect star!” Dan Niall membalasnya dengan mengangkat
jempol tangannya.
“Oke guys. This is a second song and
we will singing The fisrt song from One Direction. Hope you enjoy it with this
song!” Ucap Harry sekali lagi.
Musik ceria pun terdengar. Semua
penonton mulai berteriak sambil mengikuti irama musik itu. Zayn yang pertama
kali menyanyikan lirik pertama lagu itu. Ya, C’mon, C’mon!
But you look amazing standing alone..”
Tentu saja teriakan-teriakan itu semakin jelas dan membuat One Direction
yang tampil di panggung semakin semangat. Terutama Harry yang menjadi pusat
perhatian para penonton. Sementara itu, di depan sama Emma tidak menyangka
Harry bisa membuat gila para penonton dengan satu kali penampilan. Bukannya itu
awal yang bagus?
“Yeah…
I’ve been waiting you all night
There’s
something in your eyes
So
c’mon c’mon and dance with me baby…”
Memasuki bagian reff membuat suasana
semakin ceria. Tidak ada wajah muram disana ataupun sedih. Yang ada hanyalah
wajah senang, ceria dan penuh semangat. Kecuali.. Kecuali seorang pemuda yang
sedang berdiri tidak jauh dari keramaian itu. Pemuda itu tersenyum sinis
memandangi keramaian itu.
“Kau memang hebat Harr. Bahkan kau
lebih hebat dari Austin. Aku sudah tau hal itu. Dulu kau-lah yang mengajarkan
musik kepada kami sehingga kami menyukai dunia musik. Aku tau itu Harr. Tapi
aku sangat kecewa padamu. Sangat kecewa. Kau menghancurkan hidupku. Seluruh
hidupku!”
Setelah reff kedua selesai
dinyanyikan, kini giliran bagian solo Harry. Dan sesuatu yang tidak di duga
oleh para penonton pun terjadi. Entah darimana Harry mendapatkan bunga mawar
itu lalu ia menarik satu tangan penonton lalu mengajaknya naik di atas
panggung. Tentu saja gadis itu merasa sangat tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Harry mulai menyanyi bagian lirik selanjutnya tepat di hadapan
gadis beruntung itu dengan gaya yang begitu memukau para penonton.
She’s
calling it out, she’s looking good
My heart is
racing, she’s turning around
I
reach for her hand and I say..”
Setelah selesai menyelesaikan bagian
solonya dengan baik, Harry berlutut di hadapan gadis itu lalu memberinya gadis
itu bunga mawar yang dibawanya tadi. Entah perasaan apa yang dirasakan gadis
itu ( penulis juga bingung lho soalnya nggak pernah digituin sama Harry -_- ).
Yang jelas gadis itu sangatlah bahagia lalu kembali ke tempatnya semula.
Melihat hal itu, Emma merasakan cemburu yang luar biasa. Kenapa tidak dirinya
sih? Harry kan tidak mengenali gadis itu.
“Kau cemburu, hahaha..” Tawa Taylor
yang membuat Emma semakin kesal.
“Yeah..
The music is so loud
I
wanna be yours now
So
c’mon c’mon and dance with me baby..”
Lagu itu telah sukses dinyanyikan
dan berakhir sudah penampilan yang tidak kalah serunya dengan menonton piala
dunia. Tentu saja para penonton merasa kecewa. Mereka bersama-sama berteriak
untuk menyuruh One Direction bernyanyi lagi.
“Terimakasih untuk hari ini! Semoga
kita bisa bertemu lagi!” Ucap Liam.
Ya, One Direction berhasil! Ya,
mereka berhasil! Setelah penampilan mereka selesai, banyak fans yang
berbondong-bondong meminta tanda tangan mereka dan meminta foto bersama. Tentu
saja mereka menerimanya dengan senang hati. Harry-lah yang paling banyak
dikerubuti para fans itu.
“Kau sangat keren! Kenapa aku baru
tau sekarang? Ya ampun Harr! Aku tidak menyangka cowok pendiam dan kutu buku
sepertimu bisa menjadi seperti ini.” Kata Nayla yang adalah teman sekelas Harry.
Nayla-lah yang paling dekat dengan Harry. Mungkin karena mereka sama-sama kutu
buku dan anak kesayangan Mr. Alex.
Harry tersenyum mendengar ucapan
Nayla. “Aku juga tidak tau Nay. Ini terjadi secara tiba-tiba.” Ucap Harry
sambil sibuk membuat tanda tangannya di buku-buku yang disodorkan oleh fans-nya
itu.
“Wah, kau sudah menjadi bintang dan
aku yakin sekali seisi dunia ini mengenalimu dan memujamu.” Kata Nayla.
“Tidak usah berlebihan.” Ucap Harry.
Sementara itu, Louis sengaja menjauh
dari kerumunan gadis-gadis itu. Entah apa yang dirasakannnya ini. Apakah ia
merasa senang, kesal, benci atau sebagainya. Tapi Louis begitu puas dengan
penampilan tadi. Ia berharap Luke menyaksikan penampilan tadi dan memasang
wajah gelap dan kesal.
“Kalian benar-benar hebat! Aku tidak
menyangka bahwa Harry sangat berbakat. Bahkan kuakui kalau Harry lebih bagus
dari Austin.” Kata Anson tiba-tiba. Tidak tau kapan lelaki itu datang
menemuinya.
“Ya. Dia adalah bintang yang
sempurna.” Ucap Louis pelan.
Lantas, apakah ia harus cemburu
dalam keadaan ini? Anson sudah ‘jatuh cinta’ dengan Harry dan bisa melupakan
Austin. Padahal Anson pernah mengatakan kalau Austin tidak bisa tergantikan
oleh siapapun. Benar-benar sebuah keajaiban!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar