expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 08 Februari 2015

We Love You Sivia! ( Part 10 )



Part 10

.

.

.

Entah mengapa di pagi hari yang cerah ini, Gabriel merasakan sesuatu yang berbeda. Sangat berbeda dari biasanya. Ia seperti kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi. Siapakah gerangan yang bisa membuatnya seperti ini?

Sivia kah?

Mungkin saja ia. Kemarin, ia tak sengaja memberi Alvin nomor Sivia. Bisa ditebak Alvin sudah meng-sms Sivia. Bahkan mungkin menelpon Sivia! Oh, betapa bodohnya ia. Apalagi saat ia berkata seperti ini ke Alvin,

“Vin, lo cocok deh sama Via.”

Tentu saja Alvin senang ia berkata seperti itu. Dan bukannya Alvin menyukai Sivia juga? Jangan-jangan...

“Gue harus cepat-cepat sebelum terlambat.” Kata Gabriel.

***

“Hai! Maaf karena telah membuatmu menunggu.”

‘Alvin!’ Batin Sivia.

Tiba-tiba, darahnya serasa berhenti mengalir. Melihat kedatangan Alvin yang tidak biasa, Sivia merasakan suatu keanehan pada dirinya.

“Via..” Kata Alvin.

Sivia tersadar. “Eh, iya Vin. Ada apa?” Tanyanya.

Alvin tersenyum lebar. “Jadi lo udah tau nama gue? Pasti dari Gabriel kan? Wah, dia emang jago jodohin orang.” Ucapnya.

Jodohin orang? Apa yang dimaksud Alvin adalah..

Ia dengan Alvin?

“Vi..”

Sivia sama sekali nggak berani melihat Alvin. Alvin emang tampan. Sama seperti hari biasanya. Di tangan Alvin, ada sebudket bunga mawar merah yang indah. Tuhan... Apa arti dari semua ini?

“Vi.. Lo.. Lo harus tau kalo.. Kalo sebenarnya gue itu.. Gue itu cinta sama lo.”

***

“Dulu, gue sama Cakka sering jalan-jalan ke taman ini. Tapi sekarang.. Yaa.. Kalian pasti tau. Hubungan kami nggak baik kayak dulu..” Jelas Agni.

Agni, Rio dan Ify berjalan santai melewati pinggiran taman yang terletak dekat jalan raya. Tetapi jalan raya itu nggak terlalu ramai karena mereka berada agak jauh dari keramaian Ibu Kota.

“Sampai sekarang, gue belum tau penyebab Cakka memutuskan hubungan ini.” Lanjut Agni.

Ify yang mendengarnya berusaha untuk tidak sedih. Jadi, Cakka rela memutuskan Agni demi sang Mama? Demi surat wasiat itu! Ify pusing memikirkan semua itu, dan ia nggak bisa menebak bagaimana jalan pikiran Mama Cakka yang sudah tenang di alam sana.

Akhirnya Rio berbicara karena nggak tahan melihat kesedihan Agni. “Sudahlah Ag, lo jangan pikirkan Cakka. Cowok itu emang aneh sejak Mamanya meninggal. Mungkin dia sedih dan langsung putusin elo. Tapi tenang aja, suatu hari nanti Cakka pasti balik ke elo.”

“Tapi Yo, apa salah gue sampai-sampai Cakka tega putusin gue?”

Perjalanan yang buruk. Bukannya malah buat pikiran menjadi ringan, ini malah buat pikiran menjadi bertambah dan semakin berat.

“Yo, coba bicara sama Cakka.” Pinta Agni.

Rio memberhentikan langkahnya. “Bicara? Sudah berkali-kali gue bicara dan Cakka selalu cuekin gue.”

Kini, Ify dianggap tidak ada oleh Rio dan Agni. Ify hanya diam dan diam. Mulutnya nggak bisa untuk mengucapkan sepatah kata. Agni baru menyadari ada Ify ketika tak sengaja menyenggol lengan Ify. Ify hampir terjatuh namun Rio langsung menjaga tubuhnya agar tidak jatuh.

Agni pun mendapatkan sebuah ide dari kejadian tersebut.

***

Perasaan apakah yang ia rasakan sekarang? Senang atau tidakkah? Jawabannya adalah tidak tau. Sivia bingung menghadapi Alvin dan perkataannya tadi.

“Vi.. I love you.. Would you be my girl?”

Alvin udah berlutut di hadapan Sivia, tentu dengan bunga mawarnya. Ada beberapa orang yang melihatnya dan mereka tersenyum sendiri. Ada juga yang iri melihat seorang cewek yang sedang ditembak oleh seorang cowok cakep.

Parahnya...

Ada sepasang mata yang sedang tertawa licik melihat kejadian itu.

“Vi.. Jawab pertanyaanku.”

Sivia kaku bukan main. Sungguh, ia sangat-sangat bingung. Baru kali ini dia ditembak oleh cowok. Bahkan oleh cowok yang ia sukai. Lantas, apa yang harus ia jawab?

“Gue..”

“STOP!! JANGAN TERUSKAN!!” Teriak seseorang yang tak jauh dari tempat itu.

***

Ketiganya beristirahat di sebuah bangku panjang dekat air mancur. Tempat itu lumayan ramai dikunjungi orang. Agni merasakan hatinya amat tenang duduk di bangku ini. Ia merasa beban yang dialaminya hilang entah kemana.

Agni sengaja duduk di bangku paling ujung. Ia sengaja membiarkan RiFy canggung. Dengan hatinya yang masih terasa sakit karena Cakka, Agni bisa jahil juga. Itulah Agni. Gadis periang yang hobinya jahilin orang.

“Eh Yo, Fy, gue mau ke toilet dulu. Ntar gue kesini lagi ya..” Kata Agni.

Rio dan Ify sama-sama mengangguk. Anggukannya kompak lagi. Hihihi.. Agni tertawa dalam misinya. Mana mungkin ia pergi ke toilet. Ia kan cuma bohongan aja.

Suasana setelah Agni pergi semakin terasa canggung, malu sekaligus sepi. Diantara keduanya nggak ada yang berani bicara.

“Mmm.. Fy/Yo..”

Keajaiban dunia yang keberapa tuh? Mereka kompakan lagi bicaranya. Rio meminta Ify untuk bicara duluan, namun Ify yang meminta Rio bicara duluan. Membingungkan bukan?

“Ng.. Kamu tinggal dimana?” Tanya Rio basa-basi. Ia nggak nyadar kalo sebenarnya ia lagi PDKT ke Ify.

“Nggak jauh dari tempatku kuliah kok.” Jawab Ify.

“Ng.. Ambil jurusan apa?” Tanya Rio lagi.

“Fisika.” Jawab Ify sedikit semangat.

Fisika adalah pelajaran yang paling ia sukai. Di saat teman-temannya mengeluh karena rumus-rumus fisika yang sulit untuk dimakan, eh maksudnya dihafal, Ify begitu semangat menghafalnya.

“Ohya? Kok Ify mau ambil fisika?”

“Karena Ify suka pelajaran fisika.”

Pembicaraan mereka nggak canggung lagi. Masing-masing mulai terbiasa. Dan Ify seakan-akan telah melupakan sebuah masalah berat yang dialaminya.

“Kalo Rio paling nggak suka sama fisika. Jujur aja, Rio nggak suka IPA. Dulu pas Rio SMA, Rio ambil jurusan bahasa. Eh, kok nggak taunya kuliah ambil jurusan TI. Harusnya Rio ambil jurusan Sastra Inggris kayak Agni.”

Ify mulai bisa tertawa mendengar penjelasan Rio yang menurutnya lucu. “Hehe, kalo Ify mah sukanya IPA. Paling benci IPS karena guru IPS Ify waktu SMA pelit nilai. Kalo guru IPA Ify baik-baik.”

Giliran Rio yang tertawa. Ify kayak anak kecil aja. Tapi Rio suka dengan gaya bicara Ify yang sangat menyejukkan hatinya. Oh astaga! Ia baru sadar kalo ia sudah akrab dengan Ify. Dan Rio juga baru nyadar Agni yang merencakanan semua ini. Dasar Agni!

“Jalan-jalan yuk Fy!” Ajak Rio. Nih anak mulai berani juga :D

“Kemana? Kalo Agni nyari gimana?”

“Jangan pikirkan Agni. Yuk!”

Rio menarik tangan Ify tanpa sadar. Dan Ify suka dengan perlakuan Rio barusan. Oh.. Apakah semua ini akan abadi? Apakah semua ini takkan berakhir?

Surat wasiat itu...

***

“STOP!! JANGAN TERUSKAN!!”

Sivia yang hampir saja telah memutuskan suatu jawaban berubah menjadi kaget ketika mendengar sebuah teriakan. Begitu pula Alvin yang syok melihat seseorang yang ia kenal yang berani-beraninya menganggu aksinya.

“Vi, jangan bilang apapun.” Kata Gabriel dengan nafas yang ngos-ngosan.

Gabriel menatap tajam ke arah Alvin. Seperti tatapan membunuh. Selama ini, ia selalu mengalah. Ia selalu membiarkan Sivia bersama Alvin. Sekarang, ia tak akan melepaskan Sivia. Sivia adalah orang yang sangat ia cintai dan tak akan ia biarkan lelaki lain mendapatkan Sivia. Termasuk Alvin.

“Lo..”

Alvin menunjuk Gabriel. Ia tak menyangka. Sahabatnya itu ternyata tidak suka jika ia bersama Sivia. Apa berarti Gabriel suka sama Sivia? Gabriel kan pernah bilang kalo ia cocok dengan Sivia. Apa ini yang dinamakan janji?

“Vin, gue sadar kalo sebenarnya gue suka sama Sivia. Kami telah lama bersama dan kami hanya berteman. Untuk itu, lo nggak boleh suka sama Sivia karena Sivia adalah milik gue. Lo cari saja cewek lain yang pantas bersanding sama lo.” Kata Gabriel.

Tentu setiap kata yang diucapkan Gabriel membuat Alvin naik darah. Sivia adalah milik gue? Bukannya mereka hanya berteman? Ingat. Sivia belum memutuskan pilihannya. Dan Alvin juga yakin Sivia hanya menganggap Gabriel sebagai sahabat. Tak lebih.

“Sorry. Sivia berhak menentukan pilihannya.” Kata Alvin.

“Ya. Dan pilihan Sivia adalah gue. Jadi lebih baik lo mundur aja.” Kata Gabriel.

“Tunggu! Sejak kapan Sivia memilih lo? Gue tau, kalian berdua selalu bersama. Tapi ingat, kalian berdua hanya sebatas teman. Sivia harus merasakan kehidupan lain. Dan kalian selama-lamanya nggak mungkin nempel terus. Lo harus kasih Sivia kesempatan untuk merasakan cinta yang sebenarnya.”

“Iya! Sivia cinta sama gue, bukan lo.”

“Dari..”

“STOP !!”

Bentakan keras dari Sivia membuat Alvin dan Gabriel terdiam. Sivia nggak tahan melihat Alvin adu mulut dengan Gabriel demi mendapatkannya.

“Plis, jangan begitu. Gue nggak suka kalian kelahi gara-gara gue.” Kata Sivia.

“Vi, lo cinta kan sama gue? Dan lo menganggap Gabriel sahabat saja?” Tanya Alvin.

“Vi, lo jangan dengerin Alvin. Dia perusak kebersamaan kita.” Tambah Gabriel nggak mau kalah.

Sivia jadi bingung. Pertama, ia heran dengan sikap Gabriel yang tak biasa. Gabriel cenderung suka mengalah dan bisa menahan emosi. Dan sekarang? Kedua, ia tak menyangka selama ini Gabriel diam-diam menyukainya. Kebahagiaan tersendiri yang hanya bisa ia rasakan. Ketiga, Alvin. Cowok yang ia akui telah ia sukai juga menyukainya.

Oh, apa yang harus aku lakukan?

Jika ia harus memilih, ia nggak bisa memilih antara Gabriel dengan Alvin. Karena, ia sangat menyayangi kedua lelaki itu.

Kini, Sivia sadar. Bahwa ia terjebak dalam sebuah cinta segitiga. Sebuah cinta pertama yang begitu rumit dan sulit untuk mencari jawabannya.

Dan, sesuatu terjadi pada Sivia. Gadis itu kini tergelak tak sadarkan diri di tanah. Terakhir ia dengar adalah suara panik Alvin dan Gabriel.

***

“Makasih ya Yo udah anter Ify pulang..” Kata Ify. Ia dan Rio sudah berada di rumah Ify.

“Urwell. Rumah lo nyaman. Kapan-kapan gue main kesini ya..”

Ify hanya tersenyum menanggapi ucapan Rio. Malam hari yang begitu tenang ini menyelimuti kebahagiaannya. Ya, Ify bahagia sekali.

“Fy, gue balik dulu. Entah kenapa ada yang ganjil.” Kata Rio.

“Iya Yo. Hati-hati ya..”

Rio melenyap dari pandangan Ify. Hati Ify menjadi gelisah saat kepergian Rio. Ia merasakan ada yang hilang dari dalam dirinya.

“Ehem..” Kata sebuah suara.

Seketika itu juga darah Ify serasa berhenti mengalir ketika mendengar suara itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar