The
Rose
“Just
remember in the winter
Far
beneath the bitter snow
Lies
the seed that with the sun’s love
In
the spring becomes the rose”
“Jadi, begini ya cara kamu merayakan anniv
persahabatan kita yang ke dua puluh?” Bentak Taylor dengan garang.
Tentu
saja dua orang yang tadinya bahagia dan tenang berubah menjadi gugup dan takut.
Terutama orang yang kini menjadi pusat tatapan tajam dari Taylor. Lelaki yang
malang. Tidak seharusnya ia melakukan ini bersama kekasih barunya. Ya, baru
saja ia jadian dengan gadis yang dianggapnya sebagai pilihan hatinya.
“Tay..
Maafkan aku.. Aku..” Ucap lelaki itu dengan gugup. Sementara kekasihnya mulai
curiga. Takut-takut jika gadis galak tadi adalah selingkuhan dari kekasihnya
itu.
“Niall..
Seharusnya aku yang minta maaf.” Tiba-tiba Taylor mengucapkan kalimat itu pada
Niall. Ya, lelaki itu adalah Niall, sahabatnya. Seharusnya ia merasa senang
karena Niall telah menemukan pilihan hatinya, bukan malah memarahinya.
“Aku
harus pergi.” Ucap Taylor lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Sementara Niall, ia tidak tega
melihat Taylor dalam keadaan seperti itu. Ia ingin sekali mengejar Taylor tapi
rasanya mustahil. Tapi, ia sama sekali tidak melupakan anniv persahabatannya
karena ia selalu menandai kalendernya. Jika Taylor mengira ia telah melupakan
hari yang indah itu, itu salah besar. Justru ia sangat tidak sabar menunggu
hari yang indah itu.
“Yel, siapa gadis itu?” Tanya
kekasihnya.
Niall mencoba untuk tersenyum.
“Dialah Taylor, sahabatku yang kemarin ku ceritakan ke kamu.” Jawabnya.
***
Lengkaplah sudah penderitaannya
hari ini. Taylor begitu puas. Bahkan sangat puas. Setelah mendapati Niall yang
sedang bermesraan dengan pacarnya, ia menjadi membenci Niall. Padahal itu hak
Niall untuk jatuh cinta dengan gadis manapun. Ia memang tidak pernah melihat
Niall bermesraan dengan seorang gadis dan saat ia melihatnya, hatinya menjadi
sakit. Apa ia cemburu? Apa ia cemburu Niall sudah menemukan pilihan hatinya?
Tidak! Ia hanya sahabat Niall dan bukan kekasih Niall. Jadi tidak sepantasnya
ia cemburu melihat Niall bahagia bersama pacarnya.
Taylor kembali ke rumah tanpa
membalas sapaan Ibunya. Secepat mungkin ia masuk ke dalam kamarnya dan menangis
sejadi-jadinya. Aku tidak pernah menjadi seseorang yang dewasa, batinnya. Lalu,
ia melihat laptopnya dan memutuskan untuk browsing internet. Ia berani bertaruh
kalau sahabat-sahabatnya belum mengucapkan anniv kali ini. Hah! Biarin saja!
Namun, saat ia melihat beranda
facebook, ternyata Harry yang pertama kali menulis status tentang anniv yang ke
dua puluh dan di tag ke facebooknya dan lainnya. Bisa ia lihat komentar dari
Ele, Selena juga Niall. Seharusnya ia merasa senang dan bangga. Tapi entah
mengapa ia berubah membenci anniv tahun ini dan tidak menghargai ucapan Harry
dan komentar dari sahabat-sahabatnya.
Dan ia menemukan sebuah kalimat
pedas yang rasanya cocok untuk ia komentari di status Harry tersebut.
I
HATE ALL OF YOU!!!
***
“Niall..”
Merasa dipanggil namanya oleh
seseorang, Niall menoleh kebelakang dan mendapati Harry dengan air muka yang
sulit untuk ditebak. Harry berjalan mendekati Niall dan duduk di samping Niall.
“Ada
apa Harr?” Tanya Niall.
“Seharusnya
aku yang bertanya padamu, apa yang terjadi dengan Taylor? Mengapa dia
membencimu?”
Sudah
bisa ia tebak. Harry pasti akan mengeluarkan pertanyaan yang tidak bisa ia
jawab. Tapi mau bagaimana lagi? Taylor sudah membencinya hanya karena masalah
kecil dan ia tidak tau harus berbuat apa lagi. Ia takut Taylor membencinya dan
tidak mau memaafkannya.
“Aku
tidak tau Harr mengapa Taylor bisa seperti itu. Aku kan sudah cerita tentang
pacar baruku dan..”
“Ya,
kau tidak salah. Dia yang salah. Aku tidak menyalahkanmu. Tapi kau jangan
khawatir. Taylor tidak mungkin terus-terusan membencimu. Beri dia waktu untuk
berpikir.” Ucap Harry.
Niall
menjadi lega mendengar ucapan Harry. “Kau benar. Mungkin saat itu dia sedang
marah karena dia mengira aku sudah melupakan anniv persahabatan kita yang ke
dua puluh dan aku malah bersenang-senang dengan kekasihku.” Ucapnya.
***
Sudah berjam-jam ia menangis di
dalam kamarnya. Taylor merasa lelah dan tubuhnya terasa lemas sekali. Gimana
tidak lemas wong dia belum makan siang dan makan malam? Sekarang jam sudah
menunjukkan pukul sembilan malam. Perutnya mulai sakit dan ia tidak bisa
menahannya. Taylor memaksakan diri untuk berjalan keluar kamar, dan tiba-tiba
saja ia kaget mendapati Ibunya yang ternyata sudah ada di luar pintu kamarnya.
“Kamu
baik-baik saja?” Tanya Ibunya khawatir. Ibunya takut kalau-kalau Taylor marah
dan kesal karena perjodohannya dengan Liam.
“Iya.
Hanya saja Taylor sedang marah dengan sahabat-sahabat Taylor.” Jawabnya sambil
memasang senyum palsu.
“Oh
itu.. Jangan marah begitu. Kalian kan sudah lama bersahabat. Mama tidak suka
kamu menangis semalaman hanya karena kamu marah-marahan dengan
sahabat-sahabatmu. Kamu sudah besar sayang dan saatnya kamu hidup berkeluarga.”
Ucap Ibunya.
“Iya
Ma, mungkin besoknya kami baikan lagi.”
Taylor
memutuskan untuk pergi ke meja makan karena ia sudah sangat lapar. Ibunya
berjalan mengikutinya. Sepertinya Ibunya sedang bimbang untuk mengatakan
tentang perjodohan itu. Ia takut jika Taylor semakin sedih. Tapi malam ini juga
ia harus membicarakan pada Taylor agar urusannya selesai.
“Tay..
Ng.. Bagaimana pendapatmu tentang Liam?” Tanya Ibunya.
Taylor
yang sedang lahap memakan ayam panggang tiba-tiba saja terbatuk-batuk.
Cepat-cepat ia mengambil gelas dan mengisinya dengan air lalu cepat-cepat
meminumnya. Mengapa di saat seperti ini Ibunya masih sempat menanyakan tentang
Liam? Padahal ia sama sekali tidak mengenali pria itu.
“Kalau
Mama dan Ayah setuju Taylor dinikahkan dengan Liam ya mau gimana lagi? Besok
pun kalau pesta pernikahannya di laksanakan, Taylor setuju-setuju aja.”
Jawabnya. Entah mengapa jawaban itu yang keluar dari mulutnya dengan santai dan
tanpa beban.
Tentu
saja Ibunya kaget mendengar jawaban putrinya. “Kau bersungguh-sungguh?”
Tanyanya.
“Iya
Ma, lagipula Taylor malas hidup sendiri. Mungkin Liam bisa mengobati hati
Taylor.” Jawabnya. Lagi-lagi tanpa beban dan santai.
Ibunya
pun tersenyum lega. “Akhirnya kamu mau juga. Mama senang sekali. Tapi Mama
ingin kamu tunangan dulu dengan Liam, lalu kalian saling kenal mengenal dan
mungkin bulan depan baru menikah. Gimana?”
“Boleh.”
Jawab Taylor.
Akhirnya,
beban pikiran yang dialaminya ini sebentar lagi akan menghilang. Ibunya
bersyukur karena Taylor mau menikah. Tapi, Ibunya sedikit ragu dengan jawaban
yang diberikan Taylor tadi. Ibunya takut jika Taylor berbohong. Tapi ya semoga
saja putrinya itu bisa sadar dan menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
***
Pasrah.
Ya, itulah satu kata yang menjadi penyemangat hidupnya. Setelah ia setuju dan
menerima pinangan dari keluarga Liam, ia diselimuti oleh kepasrahan. Tadi pagi,
keluarga Liam datang ke rumahnya dan ia bisa melihat calon suaminya dengan
jelas. Liam bukan lelaki sembarangan. Dia sangat tampan dan tentunya banyak
gadis yang menyukainya. Liam sangat berbeda dengan Louis.
Besok
ia akan tunangan dengan Liam dengan cara tertutup. Acaranya akan dilaksanakan
di rumahnya sendiri. Setelah ia mengenali Liam dengan baik, baru pesta
pernikahan akan digelar secara besar-besaran. Taylor tau mengapa Ayahnya tidak
mau menolak pinangan dari keluarga Liam karena keluarga Liam sangat kaya. Tapi
ia tidak menginginkan harta Liam.
Apa
aku sungguh-sungguh akan menjalani hidup dengan pria itu? Taylor tidak yakin
apa ia bisa mencintai Liam. Ia adalah seorang gadis bodoh yang sudah tidak bisa
jatuh cinta lagi. Tiba-tiba ia teringat dengan Ele dan Zayn yang ingin melamar
Ele. Waktu itu Ele pasrah dan menerima lamaran Zayn. Namun, ada seorang
pangeran yang menyelamatkannya. Pangeran itu adalah Louis. Ya, Louis! Apakah
nanti ada seorang pangeran yang akan menyelamatkannya seperti yang pernah
dialami Ele?
Jawabannya
adalah tidak. Saat ini ia tidak mencintai siapapun. Hidupnya terasa sepi dan ia
selalu menghindar dari sahabat-sahabatnya. Taylor sengaja mengganti nomor HP
agar sahabat-sahabatnya tidak menghubunginya. Dan ia sengaja menonaktifkan akun
facebooknya agar sahabat-sahabatnya tidak bisa mengirimnya pesan atau
sebagainya. Sahabat…
Dipikirannya,
masih teringat jelas tentang Niall yang sedang bahagia dengan kekasihnya di
hari anniv itu. Apakah hanya karena masalah kecil itu ia jadi membenci Niall
dan dilampiaskan ke sahabat-sahabatnya yang lain? Di hatinya yang terdalam, ia
sangat merindukan sahabat-sahabatnya, terutama Selena yang tidak tau apa-apa
tentang kejadian dahsyat ini. Tapi mungkin ini adalah jalan terbaiknya dan ia
harus menerimanya.
Besok
ia akan bertunangan dengan Liam dan besok statusnya adalah kekasih Liam. Tadi
pagi, ia sempat melihat ekspresi wajah Liam. Sepertinya Liam menyukainya dan
mudah bagi Liam untuk jatuh cinta padanya. Sementara ia? Apa sebaiknya ia
berkata jujur saja kalau ia tidak mau tunangan dengan Liam? Tapi hal itu sama
saja menyakiti hati Ayah Ibunya dan juga keluarga Liam. God! What Should I do?
***
Pagi yang berbeda dari pagi
biasanya. Pagi yang diawali dengan keraguan, kegugupan serta ketakutan. Entah
mengapa di pagi yang cerah ini ia menjadi takut. Padahal ia tidak tau hal apa
yang membuatnya takut. Tapi hari ini juga ia harus menyelesaikan semua
masalahnya. Hari ini juga ia harus mengatakan perasaannya pada Taylor dan ia
berharap gadis itu serius dan tidak main-main.
Segalanya telah ia persiapkan,
terutama keberaniannya. Ia tidak akan bisa berbicara pada Taylor mengenai
perasaannya kalau ia tidak memiliki keberanian. Lelaki itu menarik nafasnya
dalam-dalam. Ayolah, kau pasti bisa!
Tentu
saja ia tidak melupakan bunga kesukaan Taylor yaitu bunga mawar. Ia sudah
mempersiapkan setangkai bunga mawar yang indah walau bunga mawar itu tidaklah
asli. Di tangkai mawar itu, tertulis sebuah kalimat yang mewakili perasaannya,
yaitu I love you, Taylor! Tapi ia sengaja tidak mencantumkan namanya disana.
Ia
rasa, waktunya sudah tepat. Sekarang sudah jam sebelas siang dan sebaiknya ia
pergi ke rumah Taylor. Sebenarnya ia ingin menghubungi Taylor tapi nomornya
tidak aktif.
Setelah
sampai di gerbang rumah Taylor, disana ada satu buah mobil keluaran terbaru.
Lelaki sedikit curiga akan kedatangan mobil itu. Pasti si pemilik mobil itu
adalah orang kaya. Mobilnya saja tidak bisa dibandingkan dengan mobil orang
kaya itu. Lelaki itu memandangi rumah Taylor yang sepi. Adakah Taylor di dalamnya?
Dan siapa pemilik mobil itu? Saking penasarannya, ia memasuki rumah Taylor
tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Entah mengapa jantungnya berdegup
kencang saat ia mulai dekat di pintu masuk rumah Taylor.
Sesampainya
di pintu masuk rumah Taylor, segalanya telah terjawab. Lelaki itu melihat
sebuah pemandangan yang dapat membuat hatinya sakit. Apakah ia sudah terlambat?
Sebisa mungkin ia menahan seluruh kesedihan yang langsung menyerangnya. Ia
mencoba mengkuatkan hatinya demi melihat pemandangan di dalam sana.
“Aku
tidak menyangka akhirnya dia mau juga dijodohkan oleh orangtuanya.” Ucapmya
dengan suara yang sangat pelan.
Semakin
lama, ia semakin melemah dan ingin segera pergi menjauhi tempat ini. Setangkai
bunga mawar yang sudah ia beli jatuh di teras rumah Taylor dan lelaki itu sudah
tidak peduli lagi. Ia merasa mawar itu sia-sia ia beli. Ia pun pergi
meninggalkan rumah Taylor dengan seluruh kesedihan yang ia rasakan. Ya, ia
sudah terlambat.
***
Acara
tunangan yang diadakan secara tertutup akhirnya selesai. Taylor bisa melihat
wajah bahagia Ibu dan Ayahnya, juga keluarga Liam, termasuk Liam. Sekarang
statusnya adalah kekasih Liam dan ia harus menerimanya. Liam sudah berani
mengajaknya bicara dan ia merespon Liam dengan kalimat yang singkat saja karena
ia malas bicara.
Taylor
pun berdiri dan ingin berjalan ke teras hanya untuk mencari udara segar. Siapa
tau di luar sana ia mendapat pencerahan agar masalah-masalah yang dihadapinya
ini cepat selesai. Baru saja ia menginjakkan kaki di teras rumahnya, ia tidak
sengaja menemukan setangkai bunga mawar yang tampak menyedihkan. Taylor
mengambil bunga mawar itu dengan hati-hati. Siapa yang mengirim bunga mawar
ini? Tanyanya dalam hati.
Tiba-tiba,
jantungnya berdegup kencang saat mendapati empat buah kata yang entah mengapa
membuatnya gemetaran. I love you, Taylor! Jadi, si pengirim bunga mawar ini
adalah seorang lelaki yang mencintainya? Taylor penasaran siapa yang mengirim
bunga mawar itu. Ia ingin sekali mencari tau siapa lelaki yang mencintainya itu.
Taylor teringat dengan pertunangan tadi. Apa si pengirim mawar melihatnya
dengan jelas acara pertunangan tadi? Kalau iya, betapa sakitnya hati si
pengirim mawar itu.
Taylor
memutuskan untuk menyimpan mawar itu di dalam kamarnya dan menebak-nebak siapa
lelaki yang mengirim mawar itu. Tapi, jika tidak ada petunjuk, bagaimana cara
ia tau siapa si pengirim bunga mawar itu?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar