Fall
In Your Eyes
“Feels
like I'm falling and I'm lost in your eyes
You
make me crazier, crazier,
crazier”
Cahaya matahari pagi mulai masuk ke dalam jendela
kamar Selena. Selena terbangun dan tersenyum karena diberi izin oleh Tuhan
untuk bisa menjalani hidup hari ini. Selena melirik ke arah Taylor. Gadis itu
juga sudah bangun. Bahkan menurutnya Taylor lebih dahulu terbangun dibanding
dirinya. Sementara Ele masih mengantuk walau sudah membuka matanya. Kalau Harry
dan Niall, dua cowok itu masih berada di mimpi mereka masing-masing.
Selena
berjalan menuju Taylor. “Sudah bangun daritadi?” Tanyanya.
“Yap.
Aku tidak bisa tidur karena dengkuran Harry. Gila tuh cowok! Kalau gini
caranya, aku mau tidur di luar saja.” Kata Taylor sambil memainkan ponselnya.
Tapi ia begitu kesal karena tidak ada sinyal.
“Kau
ini, gimana bisa jadi istrinya Harry kalau suka ngeluh seperti ini?” Ucap
Selena dan disambut tawa oleh Ele.
“Siapa
juga mau jadi istrinya.” Ucap Taylor lalu bangkit dari duduknya. Ia tidak
sengaja melihat Harry dan Niall yang baginya adalah tukang tidur.
“Sel,
kalau disini tidak ada listrik, gimana caramu menghubungi Kakek disini?” Tanya
Ele.
Selena
berpikir sesaat, lalu mengangkat bahu. “Mungkin ada rahasia lain yang kita
tidak tau di desa ini, hahaha… Ya udah, lebih baik kita sarapan saja. Biar
Taylor yang membangunkan Harry dan Niall.” Ucapnya dan disetujui Ele.
Melihat
Ele dan Selena pergi, Taylor serasa ingin meledak. Hal termalas yang pernah ia
lakukan adalah membangunkan Harry dan Niall. Apalagi membangunkan Harry di saat
cowok itu mendengkur dengan keras. Tiba-tiba Taylor melihat Niall yang sudah
terbangun dari tidur.
“Yel,
kamu yang bangunin Harry.” Kata Taylor.
Niall
yang masih setengah sadar tidak mempedulikan ucapan Taylor. Ya mau gimana lagi?
Batin Taylor pasrah. Gadis itu berjalan mendekati Harry dan memerhatikan gaya
cowok itu tidur. Meski dalam keadaan tidur, wajah Harry tetaplah tampan. Entah
mengapa gadis itu lama memerhatikan wajah Harry yang sedang terlelap. Sial!
Kenapa aku jadi suka ngelihat cowok itu dalam keadaan tidur? Batinnya.
“Woii!!
Bangun!! Sudah siang!!” Bentak Taylor sambil menggoyang-goyangkan tubuh Harry.
Perlahan,
kedua mata Harry terbuka. Sesaat, cowok itu merasa bingung. Ia mendengar sebuah
suara yang cukup keras dan dapat membuat telinganya rusak, tapi karena ia
mengantuk sekali, ia menganggap suara itu hanyalah gangguan biasa. Harry pun
kembali menutup kedua matanya.
“Heh
tukang tidur! Ayo cepat bangun!” Bentak Taylor dengan suara yang lebih keras.
Niall
yang ternyata sudah sepenuhnya terbangun berusaha menahan tawanya tatkala
melihat aksi Taylor yang sedang berusaha membangunkan Harry. Niall membiarkan
Taylor berusaha sendiri dan ia tidak mau membantu Taylor.
“HARRY!!!
BANGUUUUNNNN!!! BANGGUUUUNNNN!!”
Lama
kelamaan, tidur Harry menjadi tidak tenang. Teriakan itu membuat rasa kantuknya
hilang dan berubah menjadi rasa kesal. Harry juga merasa ada tangan yang
menggoyang-goyangkan tubuhnya. Karena kekesalannya sudah berada di puncak,
Harry langsung memegang dengan kencang dua tangan yang tadi membuatnya kesal
dan ia tidak peduli siapa pemilik tangan itu.
Mengetahui hal itu, Taylor menjadi
kaget dan dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Alhasil, tubuhnya terjatuh
di tubuh Harry. Tentu saja hal ini membuatnya kaget. Begitu juga dengan Niall. Cowok itu menutup
mulutnya dan tidak berani melihat adegan selanjutnya. Harry yang sepertinya
sudah sadar tentu saja kaget menghadapi keadaan ini. Namun, entah mengapa ia
tidak mau berpaling dari sepasang mata indah milik Taylor. Begitu pun dengan
Taylor.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan
Selena langsung menutup mulut saat melihat adegan yang tidak biasa itu. Kalau
Ele melihatnya, pasti Ele langsung teriak-teriak tidak jelas. Taylor yang
merasa ada seseorang masuk ke dalam kamar cepat-cepat berdiri dan gadis itu
berusaha menahan rasa malunya saat menyadari ada Selena disana. Sementara
Harry, cowok itu juga cepat-cepat duduk dan merasa bingung dengan apa yang
barusan terjadi pada dirinya.
“Kalian..” Ucap Selena.
“Kalian apa?” Tanya Taylor yang
sepertinya menganggap kejadian tadi biasa-biasa saja. Gadis itu sudah berhasil
mengembalikan suasanya hatinya ke semula.
“Ng.. No.. Nothing. Keluar yuk,
nenek sudah menyiapkan sarapan untuk kita.” Ucap Selena dan mereka pun keluar
dari kamar.
Hari ini Nenek Selena menyiapkan
makanan yang tidak kalah lezat dari makanan yang disuguhkannya kemarin malam.
Taylor memilih duduk menjauh dari teman-temannya. Ele yang tidak tau apa-apa
jadi penasaran. Ia merasa ada sesuatu yang telah menimpa Taylor dan ia bisa
melihat aura lain di wajah Taylor.
“Kau kenapa Tay? Ada masalah?”
Tanya Ele.
Taylor menjadi kaget. “Eh, aku
tidak apa-apa kok.” Jawabnya. Tapi Ele tidak yakin dengan jawaban Taylor.
Setelah sarapan, tidak lupa mereka
mandi. Ternyata, air di desa lebih sejuk dan lebih segar dibanding yang ada di
Kota. Kalau berani taruhan, pasti Taylor ingin berlama-lama di kamar mandi.
Begitupun dengan yang lainnya.
“Sekarang kita kemana?” Tanya Ele.
Selena berpikir sesaat, “Aku tau!
Ayo ikut aku!” Serunya.
Sekarang memang bukan tanggal 2
Juni melainkan tanggal 3 Juni. Tidak apalah terlambat merayakan aniv ke lima
belas tahun, cuma sehari juga. Di sepanjang perjalanan, Ele merasa bosan karena
sampai detik ini Taylor belum juga mengeluarkan suaranya. Ele juga merasa kalau
Taylor sedang menjaga jarak dengan Harry.
“Tay, ada masalah dengan Harry?”
Bisik Ele.
“Tidak. Kenapa?” Jawab dan tanya
Taylor.
“Aku merasa kamu sedang menjaga
jarak dengan Harry. Lihat saja Harry, dia hanya mau bicara sama Niall saja.
Kenapa satu diantara kalian tidak ada yang bikin ribut?”
Taylor juga merasa bingung dengan
dirinya. Seharusnya ia cerewet dan sedaritadi sudah menganggu Harry. Akhirnya
Taylor mendapatkan sebuah ide agar suasana persahabatannya kembali seperti
semula dan melupakan kejadian yang tidak di duga tadi. Pelan-pelan, Taylor
berjalan mendekati Harry. Setelah ia berada dibelakang Harry dan jaraknya cukup
dekat, Taylor langsung menutup kedua mata Harry dengan tangannya. Tentu saja
hal ini membuat Harry kaget dan berusaha melepas tangan yang menutupi matanya.
Ele mulai tersenyum melihat Taylor
kembali semangat. Mungkin tadi itu Taylor hanya berakting. Sementara Niall dan
Selena memilih untuk diam. Keduanya tidak mengerti sekaligus tidak bisa menebak
apa isi dari otak Taylor.
Ketika Harry berhasil melepas
tangan yang menutupi matanya, ia begitu kaget menyadari siapa pemilik tangan
itu.
“Kenapa? Kaget?” Tanya Taylor
sambil tersenyum remeh.
Namun Harry tidak berkomentar
ataupun membalas. Ia malah menghindari Taylor dan kembali berjalan bersama
Niall. Melihat hal itu, cepat-cepat Ele berlari mendekati Taylor. Ele merasa
ada yang tidak beres dengan Harry.
“Harry kenapa?” Tanya Ele.
“Tau tuh! Dia kan tertutup.
Kadang-kadang aku tidak bisa menebak jalan pikirannya.” Jawab Taylor.
Sampailah mereka di sebuah tempat
yang pemandangannya sangat indah. Di sekitar tempat itu, ada danau besar yang
warna airnya jernih. Disana ada beberapa angsa yang sedang mandi dan mencari
makanan. Tempat ini cukup sepi. Mungkin hanya lima enam orang saja yang sedang
berada di tempat ini.
“Wah, tempatnya cocok banget. Aku
suka.” Kata Niall.
Selena tersenyum. “Kau lupa ya?
Bukannya kamu sudah pernah mengunjungi danau ini?” Tanyanya.
“Iya sih, hehe.. Tapi kan lima
tahun yang lalu.”
Setelah menemukan tempat yang pas
dan nyaman, mereka duduk sambil memandangi danau yang indah itu dan begitu
romantic. Benar kata Selena, danau ini cocok untuk dijadikan tempat berbulan
madu. Selena tidak sengaja melirik ke arah Taylor yang begitu menikmati pemandangan
indah ini.
“Yel, kalau kamu sudah menikah,
lebih baik ajak istrimu berbulan madu disini.” Kata Ele.
“Boro-boro mikirin istri. Pacar aja
dia belum punya.” Kata Selena sambil tertawa.
Mereka banyak bercerita tentang
masa lalu yang indah. Mereka juga banyak bercerita tentang hal-hal konyol yang
pernah terjadi ketika mereka berusia remaja. Taylor paham kalau ia dan
teman-temannya bukan remaja lagi. Umurnya sudah mencapai dua puluh tahun dan
bukan belasan lagi. Tapi Taylor selalu berharap kalau ia dan sahabat-sahabatnya
akan selalu tetap menjadi lima remaja idiot yang hobinya menganggu orang lain.
“Guys, kita sudah besar. Kita bukan
remaja lagi. Sebentar lagi kita lulus kuliah dan mencari pekerjaan lalu
menikah.” Kata Selena.
Taylor menghela nafas berat
mendengar ucapan Selena. “Aku tidak mau menjadi dewasa. Aku selalu ingin
menjadi anak-anak. Apalagi menikah. Aku yakin kalau kita sudah menikah, pasti
kita jarang bertemu.” Ucapnya.
Harry yang sedaritadi diam akhirnya
angkat bicara. “Jangan bayangin ke depannya. Bayangin aja masa-masa indah yang
kita lalui sekarang. Kita akan selalu menjadi sahabat sejati sampai tua nanti.”
Mereka tersenyum mendengar ucapan
Harry. Seperti yang telah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya, untuk merayakan
aniv persahabatan ini, mereka saling berangkulan dan berbentuk melingkar, lalu
mengucapkan janji persahabatan.
“Best friends today, tomorrow, and
always!”
Setelah selesai melakukan ritual
penting, sifat usil Taylor mulai kambuh. Dia tidak sengaja mengambil tanah lalu
ia bentuk menjadi bola dan tanah itu ia lempar ke teman-temannya. Niall orang
pertama yang kena sasaran Taylor. Tapi Niall tidak mau kalah. Ia juga melempar
tanah yang sudah berbentuk bola dan melemparinya ke Taylor. Jika ini musim
salju, cocok sekali mengadakan perang bola salju walau ujung-ujungnya sakit
karena banyak terkena bola salju yang dingin.
“KITA AKAN SELALU MENJADI LIMA
REMAJA IDIOT!” Teriak Taylor dengan penuh semangat, tapi sialnya ia terkena
lemparan dari Harry. Tampaknya cowok itu mulai membuatnya kesal lagi.
Ya begitulah persahabatan. Begitu
indah dibanding segala hal yang ada di dunia ini. Jarang sekali seseorang bisa
mendapatkan sahabat sejati seperti Taylor dan kawan-kawan, yang sudah terbentuk
lima belas tahun, dan lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat.
***
Tidak terasa malam pun tiba dan
esoknya mereka harus pulang. Jujur saja, Selena tidak ingin meninggalkan desa
ini begitu cepat dan ia ingin berlama-lama berada disini. Tapi mengingat tugas
kuliahnya numpuk, mau tidak mau ia harus cepat-cepat pulang ke rumah.
“Aku tidak mau meninggalkan rumah
kakek. Aku ingin berlama-lama disini.” Ucap Selena. Saat ini mereka sudah ada
di kamar.
“Me too. Tapi kekurangannya hanya
ada satu, yaitu tidak ada listrik.” Kata Taylor.
“Ya, kita hidup seakan-akan seperti
berada di masa lalu.” Kata Ele.
Ele melihat Niall dan Harry yang
sudah tertidur lelap. Dua cowok itu memang cepat tidur dan tidak peduli dimana
mereka akan tidur. Hanya beralas karpet pun mereka nyaman-nyaman saja. Tidak
seperti dirinya yang memang mengalami kesulitan tidur. Salah satunya yaitu Ele
tidak bisa tidur tanpa memeluk guling. Untunglah disini ada guling dan Ele bisa
tidur dengan nyenyak.
“Tay, tidak tidur?” Tanya Ele yang
melihat Taylor terdiam sambil memikirkan sesuatu.
Taylor menoleh ke Ele. “Aku belum
mengantuk.” Jawabnya.
“Ya sudah. Aku tidur dulu. Tapi
ingat besok harus bangun pagi.” Ucap Ele lalu tidur menyamping sambil memeluk
guling.
Kini, hanya ia saja yang belum
tertidur sementara yang lain sudah tertidur. Taylor berusaha memejamkan matanya
tetapi tidak bisa juga. Jarang sekali ia tidak bisa tidur dan sekarang ia
merasakannya. Apa karena kejadian pagi tadi? Taylor sudah hampir melupakannya dan
ia tidak mau mengulangi lagi. Baginya, Harry tidak bisa diajak main-main dan
pikiran cowok itu selalu serius. Maklumlah calon pembisnis terkenal, hehehe…
Tapi lama-kelamaan ia bisa tidur
juga karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Taylor tidak yakin
apa besok ia bisa bangun pagi atau giliran Harry yang membangunkannya.
***
Barang-barang sudah dipersiapkan.
Pagi ini juga mereka akan pulang ke rumah. Nenek Selena tidak lupa membawa
oleh-oleh untuk Selena dan juga teman-temannya. Selena berjanji akan datang
kesini dalam waktu yang dekat ini.
“Hati-hati di jalan.” Ucap Nenek
dan Kakek Selena. Willa yang baru bangun merasa sedih karena berpisah dengan
Harry. Ingin sekali gadis berusia dua belas tahun itu ikut dengan Selena agar
setiap hari bisa melihat wajah Harry. Tapi itu mustahil karena Willa harus
menemani kakek dan neneknya.
“Bye kek, nek, Will.” Ucap Selena.
Mobil Harry pun berjalan
meninggalkan desa yang indah itu. Kali ini Niall yang duduk di depan bersama
Harry karena Harry hafal jalan pulang. Lagipula ada arah jalan pulang di
mobilnya. Selama perjalanan, tidak henti-hentinya Niall memakan keripik kentang
lezat buatan nenek Selena. Bahkan ia bisa menghabiskan sekarung keripiki
kentang dalam waktu sehari.
“Kau makan-makan saja. Untuk kami
mana?” Tanya Ele kesal.
“Biarin. Kalian makan yang lain aja
ya karena aku tidak tahan melihat keripik kentang yang enak itu.” Kata Niall.
“Huh! Aku sumpahin tidak akan ada
lagi kentang di dunia ini!” Kata Ele dan dibalas tawa oleh teman-temannya.
Cukup dengan waktu tiga jam mereka
sampai di rumah masing-masing. Taylor begitu tidak sabar untuk merebahkan diri
di kasurnya yang empuk dan masakan Ibunya. Ibunya memang jago masak sementara
ia tidak. Taylor selalu malas jika diajarin masak oleh Ibunya. Lain halnya dengan
Harry yang memang dasarnya jago masak dan jago membuat aneka macam kue. Nggak
kebalik tuh?
Intinya, aniv kali ini yang paling
menyenangkan karena berlibur di tempat yang jauh dari rumah dan tanpa ditemani
orangtua. Taylor berharap persahabatannya akan terus seperti ini dan selalu
bersama, selama-lamanya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar