expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 01 Februari 2015

Friendship ( Part 3 )



Fall In Your Eyes

“Feels like I'm falling and I'm lost in your eyes
You make me crazier, crazier, crazier”


Cahaya matahari pagi mulai masuk ke dalam jendela kamar Selena. Selena terbangun dan tersenyum karena diberi izin oleh Tuhan untuk bisa menjalani hidup hari ini. Selena melirik ke arah Taylor. Gadis itu juga sudah bangun. Bahkan menurutnya Taylor lebih dahulu terbangun dibanding dirinya. Sementara Ele masih mengantuk walau sudah membuka matanya. Kalau Harry dan Niall, dua cowok itu masih berada di mimpi mereka masing-masing.

            Selena berjalan menuju Taylor. “Sudah bangun daritadi?” Tanyanya.

            “Yap. Aku tidak bisa tidur karena dengkuran Harry. Gila tuh cowok! Kalau gini caranya, aku mau tidur di luar saja.” Kata Taylor sambil memainkan ponselnya. Tapi ia begitu kesal karena tidak ada sinyal.

            “Kau ini, gimana bisa jadi istrinya Harry kalau suka ngeluh seperti ini?” Ucap Selena dan disambut tawa oleh Ele.

            “Siapa juga mau jadi istrinya.” Ucap Taylor lalu bangkit dari duduknya. Ia tidak sengaja melihat Harry dan Niall yang baginya adalah tukang tidur.

            “Sel, kalau disini tidak ada listrik, gimana caramu menghubungi Kakek disini?” Tanya Ele.

            Selena berpikir sesaat, lalu mengangkat bahu. “Mungkin ada rahasia lain yang kita tidak tau di desa ini, hahaha… Ya udah, lebih baik kita sarapan saja. Biar Taylor yang membangunkan Harry dan Niall.” Ucapnya dan disetujui Ele.

            Melihat Ele dan Selena pergi, Taylor serasa ingin meledak. Hal termalas yang pernah ia lakukan adalah membangunkan Harry dan Niall. Apalagi membangunkan Harry di saat cowok itu mendengkur dengan keras. Tiba-tiba Taylor melihat Niall yang sudah terbangun dari tidur.

            “Yel, kamu yang bangunin Harry.” Kata Taylor.

            Niall yang masih setengah sadar tidak mempedulikan ucapan Taylor. Ya mau gimana lagi? Batin Taylor pasrah. Gadis itu berjalan mendekati Harry dan memerhatikan gaya cowok itu tidur. Meski dalam keadaan tidur, wajah Harry tetaplah tampan. Entah mengapa gadis itu lama memerhatikan wajah Harry yang sedang terlelap. Sial! Kenapa aku jadi suka ngelihat cowok itu dalam keadaan tidur? Batinnya.

            “Woii!! Bangun!! Sudah siang!!” Bentak Taylor sambil menggoyang-goyangkan tubuh Harry.

            Perlahan, kedua mata Harry terbuka. Sesaat, cowok itu merasa bingung. Ia mendengar sebuah suara yang cukup keras dan dapat membuat telinganya rusak, tapi karena ia mengantuk sekali, ia menganggap suara itu hanyalah gangguan biasa. Harry pun kembali menutup kedua matanya.

            “Heh tukang tidur! Ayo cepat bangun!” Bentak Taylor dengan suara yang lebih keras.

            Niall yang ternyata sudah sepenuhnya terbangun berusaha menahan tawanya tatkala melihat aksi Taylor yang sedang berusaha membangunkan Harry. Niall membiarkan Taylor berusaha sendiri dan ia tidak mau membantu Taylor.

            “HARRY!!! BANGUUUUNNNN!!! BANGGUUUUNNNN!!”

            Lama kelamaan, tidur Harry menjadi tidak tenang. Teriakan itu membuat rasa kantuknya hilang dan berubah menjadi rasa kesal. Harry juga merasa ada tangan yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Karena kekesalannya sudah berada di puncak, Harry langsung memegang dengan kencang dua tangan yang tadi membuatnya kesal dan ia tidak peduli siapa pemilik tangan itu.

Mengetahui hal itu, Taylor menjadi kaget dan dia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Alhasil, tubuhnya terjatuh di tubuh Harry. Tentu saja hal ini membuatnya kaget. Begitu      juga dengan Niall. Cowok itu menutup mulutnya dan tidak berani melihat adegan selanjutnya. Harry yang sepertinya sudah sadar tentu saja kaget menghadapi keadaan ini. Namun, entah mengapa ia tidak mau berpaling dari sepasang mata indah milik Taylor. Begitu pun dengan Taylor.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Selena langsung menutup mulut saat melihat adegan yang tidak biasa itu. Kalau Ele melihatnya, pasti Ele langsung teriak-teriak tidak jelas. Taylor yang merasa ada seseorang masuk ke dalam kamar cepat-cepat berdiri dan gadis itu berusaha menahan rasa malunya saat menyadari ada Selena disana. Sementara Harry, cowok itu juga cepat-cepat duduk dan merasa bingung dengan apa yang barusan terjadi pada dirinya.

“Kalian..” Ucap Selena.

“Kalian apa?” Tanya Taylor yang sepertinya menganggap kejadian tadi biasa-biasa saja. Gadis itu sudah berhasil mengembalikan suasanya hatinya ke semula.

“Ng.. No.. Nothing. Keluar yuk, nenek sudah menyiapkan sarapan untuk kita.” Ucap Selena dan mereka pun keluar dari kamar.

Hari ini Nenek Selena menyiapkan makanan yang tidak kalah lezat dari makanan yang disuguhkannya kemarin malam. Taylor memilih duduk menjauh dari teman-temannya. Ele yang tidak tau apa-apa jadi penasaran. Ia merasa ada sesuatu yang telah menimpa Taylor dan ia bisa melihat aura lain di wajah Taylor.

“Kau kenapa Tay? Ada masalah?” Tanya Ele.

Taylor menjadi kaget. “Eh, aku tidak apa-apa kok.” Jawabnya. Tapi Ele tidak yakin dengan jawaban Taylor.

Setelah sarapan, tidak lupa mereka mandi. Ternyata, air di desa lebih sejuk dan lebih segar dibanding yang ada di Kota. Kalau berani taruhan, pasti Taylor ingin berlama-lama di kamar mandi. Begitupun dengan yang lainnya.

“Sekarang kita kemana?” Tanya Ele.

Selena berpikir sesaat, “Aku tau! Ayo ikut aku!” Serunya.

Sekarang memang bukan tanggal 2 Juni melainkan tanggal 3 Juni. Tidak apalah terlambat merayakan aniv ke lima belas tahun, cuma sehari juga. Di sepanjang perjalanan, Ele merasa bosan karena sampai detik ini Taylor belum juga mengeluarkan suaranya. Ele juga merasa kalau Taylor sedang menjaga jarak dengan Harry.

“Tay, ada masalah dengan Harry?” Bisik Ele.

“Tidak. Kenapa?” Jawab dan tanya Taylor.

“Aku merasa kamu sedang menjaga jarak dengan Harry. Lihat saja Harry, dia hanya mau bicara sama Niall saja. Kenapa satu diantara kalian tidak ada yang bikin ribut?”

Taylor juga merasa bingung dengan dirinya. Seharusnya ia cerewet dan sedaritadi sudah menganggu Harry. Akhirnya Taylor mendapatkan sebuah ide agar suasana persahabatannya kembali seperti semula dan melupakan kejadian yang tidak di duga tadi. Pelan-pelan, Taylor berjalan mendekati Harry. Setelah ia berada dibelakang Harry dan jaraknya cukup dekat, Taylor langsung menutup kedua mata Harry dengan tangannya. Tentu saja hal ini membuat Harry kaget dan berusaha melepas tangan yang menutupi matanya.

Ele mulai tersenyum melihat Taylor kembali semangat. Mungkin tadi itu Taylor hanya berakting. Sementara Niall dan Selena memilih untuk diam. Keduanya tidak mengerti sekaligus tidak bisa menebak apa isi dari otak Taylor.

Ketika Harry berhasil melepas tangan yang menutupi matanya, ia begitu kaget menyadari siapa pemilik tangan itu.

“Kenapa? Kaget?” Tanya Taylor sambil tersenyum remeh.

Namun Harry tidak berkomentar ataupun membalas. Ia malah menghindari Taylor dan kembali berjalan bersama Niall. Melihat hal itu, cepat-cepat Ele berlari mendekati Taylor. Ele merasa ada yang tidak beres dengan Harry.

“Harry kenapa?” Tanya Ele.

“Tau tuh! Dia kan tertutup. Kadang-kadang aku tidak bisa menebak jalan pikirannya.” Jawab Taylor.

Sampailah mereka di sebuah tempat yang pemandangannya sangat indah. Di sekitar tempat itu, ada danau besar yang warna airnya jernih. Disana ada beberapa angsa yang sedang mandi dan mencari makanan. Tempat ini cukup sepi. Mungkin hanya lima enam orang saja yang sedang berada di tempat ini.

“Wah, tempatnya cocok banget. Aku suka.” Kata Niall.

Selena tersenyum. “Kau lupa ya? Bukannya kamu sudah pernah mengunjungi danau ini?” Tanyanya.

“Iya sih, hehe.. Tapi kan lima tahun yang lalu.”

Setelah menemukan tempat yang pas dan nyaman, mereka duduk sambil memandangi danau yang indah itu dan begitu romantic. Benar kata Selena, danau ini cocok untuk dijadikan tempat berbulan madu. Selena tidak sengaja melirik ke arah Taylor yang begitu menikmati pemandangan indah ini.

“Yel, kalau kamu sudah menikah, lebih baik ajak istrimu berbulan madu disini.” Kata Ele.

“Boro-boro mikirin istri. Pacar aja dia belum punya.” Kata Selena sambil tertawa.

Mereka banyak bercerita tentang masa lalu yang indah. Mereka juga banyak bercerita tentang hal-hal konyol yang pernah terjadi ketika mereka berusia remaja. Taylor paham kalau ia dan teman-temannya bukan remaja lagi. Umurnya sudah mencapai dua puluh tahun dan bukan belasan lagi. Tapi Taylor selalu berharap kalau ia dan sahabat-sahabatnya akan selalu tetap menjadi lima remaja idiot yang hobinya menganggu orang lain.

“Guys, kita sudah besar. Kita bukan remaja lagi. Sebentar lagi kita lulus kuliah dan mencari pekerjaan lalu menikah.” Kata Selena.

Taylor menghela nafas berat mendengar ucapan Selena. “Aku tidak mau menjadi dewasa. Aku selalu ingin menjadi anak-anak. Apalagi menikah. Aku yakin kalau kita sudah menikah, pasti kita jarang bertemu.” Ucapnya.

Harry yang sedaritadi diam akhirnya angkat bicara. “Jangan bayangin ke depannya. Bayangin aja masa-masa indah yang kita lalui sekarang. Kita akan selalu menjadi sahabat sejati sampai tua nanti.”

Mereka tersenyum mendengar ucapan Harry. Seperti yang telah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya, untuk merayakan aniv persahabatan ini, mereka saling berangkulan dan berbentuk melingkar, lalu mengucapkan janji persahabatan.

“Best friends today, tomorrow, and always!”

Setelah selesai melakukan ritual penting, sifat usil Taylor mulai kambuh. Dia tidak sengaja mengambil tanah lalu ia bentuk menjadi bola dan tanah itu ia lempar ke teman-temannya. Niall orang pertama yang kena sasaran Taylor. Tapi Niall tidak mau kalah. Ia juga melempar tanah yang sudah berbentuk bola dan melemparinya ke Taylor. Jika ini musim salju, cocok sekali mengadakan perang bola salju walau ujung-ujungnya sakit karena banyak terkena bola salju yang dingin.

“KITA AKAN SELALU MENJADI LIMA REMAJA IDIOT!” Teriak Taylor dengan penuh semangat, tapi sialnya ia terkena lemparan dari Harry. Tampaknya cowok itu mulai membuatnya kesal lagi.

Ya begitulah persahabatan. Begitu indah dibanding segala hal yang ada di dunia ini. Jarang sekali seseorang bisa mendapatkan sahabat sejati seperti Taylor dan kawan-kawan, yang sudah terbentuk lima belas tahun, dan lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat.

***

Tidak terasa malam pun tiba dan esoknya mereka harus pulang. Jujur saja, Selena tidak ingin meninggalkan desa ini begitu cepat dan ia ingin berlama-lama berada disini. Tapi mengingat tugas kuliahnya numpuk, mau tidak mau ia harus cepat-cepat pulang ke rumah.

“Aku tidak mau meninggalkan rumah kakek. Aku ingin berlama-lama disini.” Ucap Selena. Saat ini mereka sudah ada di kamar.

“Me too. Tapi kekurangannya hanya ada satu, yaitu tidak ada listrik.” Kata Taylor.

“Ya, kita hidup seakan-akan seperti berada di masa lalu.” Kata Ele.

Ele melihat Niall dan Harry yang sudah tertidur lelap. Dua cowok itu memang cepat tidur dan tidak peduli dimana mereka akan tidur. Hanya beralas karpet pun mereka nyaman-nyaman saja. Tidak seperti dirinya yang memang mengalami kesulitan tidur. Salah satunya yaitu Ele tidak bisa tidur tanpa memeluk guling. Untunglah disini ada guling dan Ele bisa tidur dengan nyenyak.

“Tay, tidak tidur?” Tanya Ele yang melihat Taylor terdiam sambil memikirkan sesuatu.

Taylor menoleh ke Ele. “Aku belum mengantuk.” Jawabnya.

“Ya sudah. Aku tidur dulu. Tapi ingat besok harus bangun pagi.” Ucap Ele lalu tidur menyamping sambil memeluk guling.

Kini, hanya ia saja yang belum tertidur sementara yang lain sudah tertidur. Taylor berusaha memejamkan matanya tetapi tidak bisa juga. Jarang sekali ia tidak bisa tidur dan sekarang ia merasakannya. Apa karena kejadian pagi tadi? Taylor sudah hampir melupakannya dan ia tidak mau mengulangi lagi. Baginya, Harry tidak bisa diajak main-main dan pikiran cowok itu selalu serius. Maklumlah calon pembisnis terkenal, hehehe…

Tapi lama-kelamaan ia bisa tidur juga karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Taylor tidak yakin apa besok ia bisa bangun pagi atau giliran Harry yang membangunkannya.

***

Barang-barang sudah dipersiapkan. Pagi ini juga mereka akan pulang ke rumah. Nenek Selena tidak lupa membawa oleh-oleh untuk Selena dan juga teman-temannya. Selena berjanji akan datang kesini dalam waktu yang dekat ini.

“Hati-hati di jalan.” Ucap Nenek dan Kakek Selena. Willa yang baru bangun merasa sedih karena berpisah dengan Harry. Ingin sekali gadis berusia dua belas tahun itu ikut dengan Selena agar setiap hari bisa melihat wajah Harry. Tapi itu mustahil karena Willa harus menemani kakek dan neneknya.

“Bye kek, nek, Will.” Ucap Selena.

Mobil Harry pun berjalan meninggalkan desa yang indah itu. Kali ini Niall yang duduk di depan bersama Harry karena Harry hafal jalan pulang. Lagipula ada arah jalan pulang di mobilnya. Selama perjalanan, tidak henti-hentinya Niall memakan keripik kentang lezat buatan nenek Selena. Bahkan ia bisa menghabiskan sekarung keripiki kentang dalam waktu sehari.

“Kau makan-makan saja. Untuk kami mana?” Tanya Ele kesal.

“Biarin. Kalian makan yang lain aja ya karena aku tidak tahan melihat keripik kentang yang enak itu.” Kata Niall.

“Huh! Aku sumpahin tidak akan ada lagi kentang di dunia ini!” Kata Ele dan dibalas tawa oleh teman-temannya.

Cukup dengan waktu tiga jam mereka sampai di rumah masing-masing. Taylor begitu tidak sabar untuk merebahkan diri di kasurnya yang empuk dan masakan Ibunya. Ibunya memang jago masak sementara ia tidak. Taylor selalu malas jika diajarin masak oleh Ibunya. Lain halnya dengan Harry yang memang dasarnya jago masak dan jago membuat aneka macam kue. Nggak kebalik tuh?

Intinya, aniv kali ini yang paling menyenangkan karena berlibur di tempat yang jauh dari rumah dan tanpa ditemani orangtua. Taylor berharap persahabatannya akan terus seperti ini dan selalu bersama, selama-lamanya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar