expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 01 Februari 2015

Friendship ( Part 1 )



First School, New Friends

“You take a deep breath and you walk through the doors
It's the morning of your very first day
And you say hi to your friends you ain't seen in a while
Try and stay out of everybody's way”


Gadis kecil yang lugu. Dia berjalan dengan sangat malu menuju sebuah bangunan besar yang lebih dikenal dengan nama sekolah. Sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak berusia tiga tahun sampai enam tahun. Sekolah itu cukup bagus dan terkenal. Bagi para orangtua yang mempunyai anak yang berumur antara tiga sampai enam tahun, mereka lebih suka menyekolahkan putra-putrinya di tempat ini.

            Setelah gadis kecil itu berhenti tepat di depan pintu gerbang, Ibunya masih tetap menggandeng tangannya yang dingin. Ibunya menghela nafas berat. Bagaimanapun, ia sangat mencintai putrinya dan ingin putrinya menjadi seorang gadis yang berani dan tidak malu seperti ini. Ibunya mengedarkan pandangannya ke dalam sekolah itu, tepatnya di lapangan. Banyak anak laki-laki yang bermain bola disana dengan penuh semangat dan riang gembira.

            Mata gadis yang biru itu melihat pemandangan di lapangan sambil menelan ludah. Entah apa dia sedang terkena sebuah penyakit atau keterbelakangan mental, ia tidak tau. Ibunya pun tidak tau. Tapi menurut Ibunya, ia sama seperti kebanyakan anak-anak lainnya dan sama sekali tidak mengidap suatu penyakit. Mungkin jika dilatih dengan baik, putrinya itu akan berubah dan tidak pemalu dan pendiam seperti ini.

            Tiba-tiba, muncul seorang satpam bertubuh gendut yang tampaknya ramah. Usia satpam itu masih dibilang muda. Satpam itu menyapa Ibunya yang terlihat kebingungan. Bukan kebingungan untuk masuk ke dalam sekolah, tapi kebingungan melihat sikap putrinya.

            “Permisi, ada yang bisa saya bantu?” Tanya satpam itu ramah.

            Ibunya hanya tersenyum lalu menggeleng. Kemudian ia masuk ke dalam sekolah itu sementara putrinya meronta-ronta. Tampaknya putrinya tidak mau masuk ke dalam sekolah atau lebih tepatnya lagi tidak mau sekolah dan tidak mau bergaul bersama teman-temannya.

            “Ada apa denganmu? Mengapa kamu tidak mau bergaul dengan siapapun?” Keluh Ibunya.

            Gadis kecil itu menunduk dan sepertinya ingin menangis. Dengan segala kepasrahan, gadis kecil itu mau diajak Ibunya menuju sebuah ruangan yang sering disebut kelas. Tempat murid-murid belajar dan bertemu dengan guru.

            “Nah, sekarang kamu masuk kesana.” Suruh Ibunya.

            Mau tidak mau, gadis kecil itu harus menuruti perintah Ibunya. Seorang guru cantik datang mendatanginya. Guru yang masih dibilang muda itu tersenyum sambil menyapanya. Di dalam kelasnya sudah ada beberapa anak yang entah sejak kapan melihat kedatangannya. Anak-anak di dalam kelas itu ada yang tertawa, diam, ataupun tersenyum melihat si gadis pemalu itu.

            “Wah, Taylor sudah datang ya.. Ayo masuk..” Ucap guru itu ramah.

            Guru itu bernama Mrs. Rose dan dia mengenali Ibunya. Karena itulah Mrs. Rose tau siapa nama gadis kecil itu. Nama gadis kecil itu adalah Taylor Willows. Ia mempunyai sepasang mata indah yang berwarna biru dan rambut panjang berwarna pirang. Di umur lima tahun saja Taylor sudah bisa menarik perhatian orang-orang karena kecantikannya. Apalagi kalau sudah besar nanti?

            Berkat keramahan Mrs. Rose, Taylor yang tadinya pemalu akhirnya mulai terbuka. Sisa-sisa air mata ia hapus dan Taylor siap menjalani hari pertamanya. Sebelum Ibunya pergi, Taylor mencium tangan Ibunya. Ibunya berpesan agar tidak perlu menangis atau takut. Dan Ibunya berharap agar Taylor bisa bergaul dan mendapatkan banyak teman.

            Setelah Ibunya pergi, Taylor mengedarkan pandang di kelas itu. Kira-kira ada dua puluhan anak yang ada di kelas itu. Ada beberapa anak yang tersenyum ke arahnya dan Taylor membalasnya dengan malu. Mrs. Rose menyuruh Taylor memilih tempat duduk. Sesaat, gadis kecil itu ragu dimana ia akan duduk. Lalu ia menemukan satu tempat duduk yang kosong, tepat di sampingnya ada seorang anak laki-laki berambut keriting.

            “Baiklah. Selamat datang di Star Kids School! Hari ini adalah hari pertama kalian. Jadi, bu guru harap kalian mau berkenalan dengan teman-teman baru kalian. Ibu akan memberi kalian beberapa menit untuk kenalan dan kalian harus mengenali minimal tiga teman baru kalian.”

            Setelah Mrs. Rose selesai bicara, keributan kecil mulai tercipta. Dengan penuh semangat, anak-anak itu berkenalan dengan teman-temannya. Semenara Taylor, sepertinya gadis kecil itu bingung dan tidak bisa menguasai keadaan. Ia tidak sengaja melirik ke samping, tepat dimana anak laki-laki berambut keriting itu berada. Namun anak laki-laki itu juga diam, sama seperti dirinya.

            “Hai! Aku Ele.. Kamu siapa?” Sapa seorang anak perempuan berambut cokelat. Tampaknya anak perempuan itu sangat-sangat bersemangat. Wajahnya yang menggemaskan mampu membuat Taylor tersenyum.

            “Aku Taylor.” Jawabnya.

            Anak perempuan yang bernama Ele itu tersenyum. “Nama yang bagus. Dan kamu siapa?” Tanyanya pada anak laki-laki berambut keriting tadi.

            “Aku Harry. Kenapa?” Jawab dan tanya anak laki-laki itu dengan suara sedikit ketus. Masih kecil saja sudah seperti itu, gimana kalau sudah besar?

            Lalu teman disamping Ele, yaitu seorang anak laki-laki berambut pirang ikut bergabung. Yang membuat wajah anak laki-laki itu menjadi lucu yaitu karena gigi seri anak laki-laki itu hilang satu. Tentu saja Ele tertawa melihatnya.

            “Namaku Niall. Hafalin ya.. Jangan sampai lupa. Namaku kan gampang diinget.” Ucap anak laki-laki itu secara blak-blakan.

            Sepertinya Taylor sudah bisa menguasai keadaan. Teman-temannya begitu baik dan ramah padanya. Terutama Ele. Dia sangat ceria dan suka mengganggu Niall. Sementara anak laki-laki yang tadi bernama Harry juga mulai bisa berbicara dengan teman-temannya. Taylor sempat berpikir kalau Harry mempunyai sikap yang sama seperti dirinya, yaitu tidak suka bergaul dan pemalu.

            Mrs. Rose melihat perkembangan Taylor dari jauh dan dia sangat senang. Guru muda itu berjanji akan mendidik Taylor hingga menjadi gadis yang seperti diharapkan oleh Ibunya. Dari jauh bisa ia lihat Taylor mulai berbicara dan tertawa. Ya semoga saja mereka bisa menjadi sahabat baik Taylor dan bisa membuat Taylor menjadi gadis yang berani dan tidak malu.

            “Baiklah. Waktunya sudah habis. Nah Taylor, tolong maju ke depan dan perkenalkan diri kamu dan tiga temanmu.” Ucap Mrs. Rose. Ia sengaja memanggil nama Taylor duluan hanya untuk mengetes saja seberapa berani Taylor untuk maju ke depan kelas.

            Di tempatnya, jantung Taylor mulai berdegup kencang. Ia tidak tau apa ia bisa maju atau tidak. Tapi Ele memaksanya untuk maju ke depan dan akhirnya gadis kecil bermata biru itu maju ke depan dan berusaha menghilangkan ketakutannya.

            “Ee.. Namaku Taylor Willows. Aku tinggal di Houseland. Dan mereka adalah teman baruku. Namanya Ele, Harry dan Niall.” Ucapnya secara pelan-pelan.

            Semuanya bertepuk tangan. Ternyata, Taylor cukup berani juga. Mrs. Rose tersenyum sambil mencium rambut Taylor.

            “Bagus. Jangan pemalu dan jadilah gadis yang berani. Oke?” Ucap Mrs. Rose.

            “Oke.” Jawab Taylor sambil tersenyum.

            Setelah kegiatan perkenalan selesai, Mrs. Rose mengadakan sebuah permainan yaitu menebak nama hewan. Pertama-tama Mrs. Rose mencontohkan gerakan hewan yang nantinya akan ditebak oleh anak-anak. Tentu saja kelas menjadi ribut dan permainan ini cukup menyenangkan.

            Dalam hatinya, Taylor merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Belum pernah ia merasakan kesenangan dan keseruan seperti ini. Dan baru kali ini Taylor mendapatkan banyak teman yang bisa membuatnya tertawa. Jadi, bukankah bersahabat itu asyik? Selama ini Taylor tidak berani berbicara dengan siapapun dan saat ia berbicara dengan teman barunya, ia baru tau kalau pergaulan itu  sangat dibutuhkan. Hari ini, ia senang sekali. Senang sekali.

***
           

“Taylor! Tunggu!” Teriak Ele. Di belakang Ele ada Niall dan Harry. Entah sejak kapan Niall dan Harry mulai bersahabat dan mereka mulai bersikap jahil. Ada anak perempuan yang rambutnya terlihat lucu, mereka rusakkan sehingga anak perempuan itu menangis.

            Mendengar suara Ele, Taylor tersenyum dan berlari menuju Ele. Ya, ia sudah menganggap Ele sebagai sahabatnya. Juga Niall dan Harry. Kebetulan sekarang sudah jam pulang dan Taylor tidak sabar memperkenalkan teman-teman barunya pada Ibunya.

            “Kamu mau pulang? Kita main dulu yuk.” Ajak Ele.

            Belum sempat Taylor menjawab, tiba-tiba seorang anak perempuan berambut hitam tebal mendatangi keempatnya. Sepertinya anak perempuan itu ingin bergabung dan bermain bersama mereka.

            “Hai! Namaku Selena. Kalian siapa?” Sapa anak perempuan itu.

            Kali ini giliran Taylor yang menjawab. “Aku Taylor. Ini Ele, dan dua anak laki-laki itu Niall dan Harry.” Jawabnya.

            “Senang bertemu kalian. Kalian mau main sama aku kan?” Ucap Selena dengan penuh harap.

            “Tentu saja.” Jawab Ele.

            Akhirnya kelimanya memutuskan untuk bermain di taman bermain. Niall yang sepertinya tertarik dengan Selena langsung menganggunya dengan cara menarik rambut hitamnya yang dikuncir kuda. Tentu saja Selena kesal dengan Niall. Tapi anak perempuan itu tidak mau kalah. Ia malah membalas dendam ke Niall dengan cara menggelitik perutnya. Sementara Harry lebih memilih bermain bersama Taylor dan Ele.

            Tidak terasa sudah lama mereka bermain. Taylor mulai khawatir. Pasti Ibunya sedang mencarinya. Dan benar saja. Ibunya menemukannya di taman bermain. Di belakang Ibunya ada empat wanita yang mungkin adalah Ibu dari sahabat-sahabatnya itu. Taylor langsung menyambar kepelukan Ibunya.

            “Mom! Tay senang sekali punya teman-teman yang baik. Makasih mom..” Ucap Taylor senang.

            Ibunya pun juga senang. Ia tidak menyangka kalau putrinya cepat berubah seperti ini. “Kamu hebat sayang. Kamu sudah mau berteman. Mom bangga denganmu.” Ucap Ibunya.

            Ya, hari ini adalah hari bersejarah bagi Taylor. Hari ini ia mendapat teman-teman baru dan ia sangat senang. Taylor berharap ia akan terus bisa bersahabat baik dengan Ele, Niall, Harry dan juga Selena. Karena mereka adalah teman pertamanya sekaligus sahabat pertamanya.
***

            “Yeee… Aku menang!!!” Teriak Niall dengan suara yang begitu kencang, yang mampu membuat telinga sakit jika mendengarnya.

            Sudah tiga kali Niall memenangkan game balap mobil ini dan Harry kesal bukan main. Harry mengakui kalau Niall lebih hebat dibanding dirinya. Ingin sekali ia menangis tapi kalau disini bukan rumah Taylor dan disini adalah rumahnya, tentu saja ia sudah menangis dan mencari Ibunya untuk dijadikannya tempat menangis. Harry memang dekat dengan Ibunya dibanding Ayahnya, karena mungkin Ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga membuat Harry tidak akrab dengan Ayahnya.

            “Ah, permainan ini tidak seru!” Ucap Harry kesal.

            Kemudian Taylor, Ele dan Selena datang mendekati Harry dan Niall. Masing-masing membawa boneka Barbie. Tidak mungkin Niall dan Harry bermain boneka Barbie seperti Taylor dan lainnya. Karena itulah Taylor mengizinkan Harry dan Niall bermain game yang kebetulan punya kakaknya.

            “Hai Harr kalah lagi? Kasihan..” Ejek Taylor sambil menjulurkan lidahnya ke Harry.

            Harry menatap Taylor dengan kesal. “Biarin.” Ucapnya sambil membalas menjulurkan lidahnya ke Taylor.

            Harry memang hobinya suka marah, suka ngambek, dingin dan tidak mau kalah. Tapi teman-temannya memaklumi sikapnya itu. Sebentar lagi Harry pasti berubah. Mungkin dikarenakan Ayahnya yang jarang ada di rumah sehingga membuat sikap Harry menjadi seperti ini. Harry memang selalu iri dengan teman-temannya yang lain, yang mempunyai seorang Ayah yang baik, pengertian dan tidak sesibuk seperti Ayahnya.

            Beberapa menit kemudian, Tamara-Mama Taylor-datang sambil membawa sepiring cake cokelat yang baunya enak. Tamara memang jago membuat aneka macam kue. Ia berharap Taylor sama seperti dirinya, yaitu jago membuat kue ataupun masakan-masakan lainnya.

            “Enak..” Kata Niall yang aslinya memang jago makan.

            “Semua kue kamu bilang enak.” Kata Ele.

            Tamara tersenyum melihat teman-teman Tay lahap memakan cake cokelat buatannya. “Makanya sering-sering datang kemari. Nanti tante akan membuat kue yang lebih enak dari ini.” Ucapnya.

            Bagi Harry, cake cokelat ini merupakan kue terenak yang pernah ia rasakan. Diam-diam, anak laki-laki yang kira-kira berusia enam tahun itu ingin sekali tau bahan-bahan apa sih yang bisa membuat cake cokelat ini terasa enak. Dan entah mengapa tiba-tiba dipikirannya muncul jika ia besar nanti, ia ingin sekali bisa membuat aneka macam kue dan bisa mendirikan perusahaan kue yang banyak diminati oleh masyarakat.

***
           
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar