First
School, New Friends
“You take a deep breath and you walk
through the doors
It's the morning of your very first day
And you say hi to your friends you
ain't seen in a while
Try and stay out of everybody's way”
Gadis kecil yang lugu. Dia berjalan dengan sangat
malu menuju sebuah bangunan besar yang lebih dikenal dengan nama sekolah.
Sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak berusia tiga tahun sampai enam tahun.
Sekolah itu cukup bagus dan terkenal. Bagi para orangtua yang mempunyai anak
yang berumur antara tiga sampai enam tahun, mereka lebih suka menyekolahkan
putra-putrinya di tempat ini.
Setelah
gadis kecil itu berhenti tepat di depan pintu gerbang, Ibunya masih tetap
menggandeng tangannya yang dingin. Ibunya menghela nafas berat. Bagaimanapun,
ia sangat mencintai putrinya dan ingin putrinya menjadi seorang gadis yang
berani dan tidak malu seperti ini. Ibunya mengedarkan pandangannya ke dalam
sekolah itu, tepatnya di lapangan. Banyak anak laki-laki yang bermain bola
disana dengan penuh semangat dan riang gembira.
Mata
gadis yang biru itu melihat pemandangan di lapangan sambil menelan ludah. Entah
apa dia sedang terkena sebuah penyakit atau keterbelakangan mental, ia tidak
tau. Ibunya pun tidak tau. Tapi menurut Ibunya, ia sama seperti kebanyakan
anak-anak lainnya dan sama sekali tidak mengidap suatu penyakit. Mungkin jika
dilatih dengan baik, putrinya itu akan berubah dan tidak pemalu dan pendiam
seperti ini.
Tiba-tiba,
muncul seorang satpam bertubuh gendut yang tampaknya ramah. Usia satpam itu
masih dibilang muda. Satpam itu menyapa Ibunya yang terlihat kebingungan. Bukan
kebingungan untuk masuk ke dalam sekolah, tapi kebingungan melihat sikap
putrinya.
“Permisi,
ada yang bisa saya bantu?” Tanya satpam itu ramah.
Ibunya
hanya tersenyum lalu menggeleng. Kemudian ia masuk ke dalam sekolah itu
sementara putrinya meronta-ronta. Tampaknya putrinya tidak mau masuk ke dalam
sekolah atau lebih tepatnya lagi tidak mau sekolah dan tidak mau bergaul
bersama teman-temannya.
“Ada
apa denganmu? Mengapa kamu tidak mau bergaul dengan siapapun?” Keluh Ibunya.
Gadis
kecil itu menunduk dan sepertinya ingin menangis. Dengan segala kepasrahan,
gadis kecil itu mau diajak Ibunya menuju sebuah ruangan yang sering disebut
kelas. Tempat murid-murid belajar dan bertemu dengan guru.
“Nah,
sekarang kamu masuk kesana.” Suruh Ibunya.
Mau
tidak mau, gadis kecil itu harus menuruti perintah Ibunya. Seorang guru cantik
datang mendatanginya. Guru yang masih dibilang muda itu tersenyum sambil
menyapanya. Di dalam kelasnya sudah ada beberapa anak yang entah sejak kapan
melihat kedatangannya. Anak-anak di dalam kelas itu ada yang tertawa, diam,
ataupun tersenyum melihat si gadis pemalu itu.
“Wah,
Taylor sudah datang ya.. Ayo masuk..” Ucap guru itu ramah.
Guru
itu bernama Mrs. Rose dan dia mengenali Ibunya. Karena itulah Mrs. Rose tau
siapa nama gadis kecil itu. Nama gadis kecil itu adalah Taylor Willows. Ia
mempunyai sepasang mata indah yang berwarna biru dan rambut panjang berwarna
pirang. Di umur lima tahun saja Taylor sudah bisa menarik perhatian orang-orang
karena kecantikannya. Apalagi kalau sudah besar nanti?
Berkat
keramahan Mrs. Rose, Taylor yang tadinya pemalu akhirnya mulai terbuka.
Sisa-sisa air mata ia hapus dan Taylor siap menjalani hari pertamanya. Sebelum
Ibunya pergi, Taylor mencium tangan Ibunya. Ibunya berpesan agar tidak perlu
menangis atau takut. Dan Ibunya berharap agar Taylor bisa bergaul dan
mendapatkan banyak teman.
Setelah
Ibunya pergi, Taylor mengedarkan pandang di kelas itu. Kira-kira ada dua
puluhan anak yang ada di kelas itu. Ada beberapa anak yang tersenyum ke arahnya
dan Taylor membalasnya dengan malu. Mrs. Rose menyuruh Taylor memilih tempat
duduk. Sesaat, gadis kecil itu ragu dimana ia akan duduk. Lalu ia menemukan
satu tempat duduk yang kosong, tepat di sampingnya ada seorang anak laki-laki
berambut keriting.
“Baiklah.
Selamat datang di Star Kids School! Hari ini adalah hari pertama kalian. Jadi,
bu guru harap kalian mau berkenalan dengan teman-teman baru kalian. Ibu akan
memberi kalian beberapa menit untuk kenalan dan kalian harus mengenali minimal
tiga teman baru kalian.”
Setelah
Mrs. Rose selesai bicara, keributan kecil mulai tercipta. Dengan penuh
semangat, anak-anak itu berkenalan dengan teman-temannya. Semenara Taylor,
sepertinya gadis kecil itu bingung dan tidak bisa menguasai keadaan. Ia tidak
sengaja melirik ke samping, tepat dimana anak laki-laki berambut keriting itu
berada. Namun anak laki-laki itu juga diam, sama seperti dirinya.
“Hai!
Aku Ele.. Kamu siapa?” Sapa seorang anak perempuan berambut cokelat. Tampaknya
anak perempuan itu sangat-sangat bersemangat. Wajahnya yang menggemaskan mampu
membuat Taylor tersenyum.
“Aku
Taylor.” Jawabnya.
Anak
perempuan yang bernama Ele itu tersenyum. “Nama yang bagus. Dan kamu siapa?”
Tanyanya pada anak laki-laki berambut keriting tadi.
“Aku
Harry. Kenapa?” Jawab dan tanya anak laki-laki itu dengan suara sedikit ketus. Masih
kecil saja sudah seperti itu, gimana kalau sudah besar?
Lalu
teman disamping Ele, yaitu seorang anak laki-laki berambut pirang ikut
bergabung. Yang membuat wajah anak laki-laki itu menjadi lucu yaitu karena gigi
seri anak laki-laki itu hilang satu. Tentu saja Ele tertawa melihatnya.
“Namaku
Niall. Hafalin ya.. Jangan sampai lupa. Namaku kan gampang diinget.” Ucap anak
laki-laki itu secara blak-blakan.
Sepertinya
Taylor sudah bisa menguasai keadaan. Teman-temannya begitu baik dan ramah
padanya. Terutama Ele. Dia sangat ceria dan suka mengganggu Niall. Sementara
anak laki-laki yang tadi bernama Harry juga mulai bisa berbicara dengan
teman-temannya. Taylor sempat berpikir kalau Harry mempunyai sikap yang sama
seperti dirinya, yaitu tidak suka bergaul dan pemalu.
Mrs.
Rose melihat perkembangan Taylor dari jauh dan dia sangat senang. Guru muda itu
berjanji akan mendidik Taylor hingga menjadi gadis yang seperti diharapkan oleh
Ibunya. Dari jauh bisa ia lihat Taylor mulai berbicara dan tertawa. Ya semoga
saja mereka bisa menjadi sahabat baik Taylor dan bisa membuat Taylor menjadi
gadis yang berani dan tidak malu.
“Baiklah.
Waktunya sudah habis. Nah Taylor, tolong maju ke depan dan perkenalkan diri
kamu dan tiga temanmu.” Ucap Mrs. Rose. Ia sengaja memanggil nama Taylor duluan
hanya untuk mengetes saja seberapa berani Taylor untuk maju ke depan kelas.
Di
tempatnya, jantung Taylor mulai berdegup kencang. Ia tidak tau apa ia bisa maju
atau tidak. Tapi Ele memaksanya untuk maju ke depan dan akhirnya gadis kecil
bermata biru itu maju ke depan dan berusaha menghilangkan ketakutannya.
“Ee..
Namaku Taylor Willows. Aku tinggal di Houseland. Dan mereka adalah teman
baruku. Namanya Ele, Harry dan Niall.” Ucapnya secara pelan-pelan.
Semuanya
bertepuk tangan. Ternyata, Taylor cukup berani juga. Mrs. Rose tersenyum sambil
mencium rambut Taylor.
“Bagus.
Jangan pemalu dan jadilah gadis yang berani. Oke?” Ucap Mrs. Rose.
“Oke.”
Jawab Taylor sambil tersenyum.
Setelah
kegiatan perkenalan selesai, Mrs. Rose mengadakan sebuah permainan yaitu
menebak nama hewan. Pertama-tama Mrs. Rose mencontohkan gerakan hewan yang
nantinya akan ditebak oleh anak-anak. Tentu saja kelas menjadi ribut dan
permainan ini cukup menyenangkan.
Dalam
hatinya, Taylor merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Belum pernah ia
merasakan kesenangan dan keseruan seperti ini. Dan baru kali ini Taylor
mendapatkan banyak teman yang bisa membuatnya tertawa. Jadi, bukankah
bersahabat itu asyik? Selama ini Taylor tidak berani berbicara dengan siapapun
dan saat ia berbicara dengan teman barunya, ia baru tau kalau pergaulan itu sangat dibutuhkan. Hari ini, ia senang
sekali. Senang sekali.
***
“Taylor! Tunggu!” Teriak Ele. Di
belakang Ele ada Niall dan Harry. Entah sejak kapan Niall dan Harry mulai
bersahabat dan mereka mulai bersikap jahil. Ada anak perempuan yang rambutnya
terlihat lucu, mereka rusakkan sehingga anak perempuan itu menangis.
Mendengar
suara Ele, Taylor tersenyum dan berlari menuju Ele. Ya, ia sudah menganggap Ele
sebagai sahabatnya. Juga Niall dan Harry. Kebetulan sekarang sudah jam pulang
dan Taylor tidak sabar memperkenalkan teman-teman barunya pada Ibunya.
“Kamu
mau pulang? Kita main dulu yuk.” Ajak Ele.
Belum
sempat Taylor menjawab, tiba-tiba seorang anak perempuan berambut hitam tebal
mendatangi keempatnya. Sepertinya anak perempuan itu ingin bergabung dan
bermain bersama mereka.
“Hai!
Namaku Selena. Kalian siapa?” Sapa anak perempuan itu.
Kali
ini giliran Taylor yang menjawab. “Aku Taylor. Ini Ele, dan dua anak laki-laki
itu Niall dan Harry.” Jawabnya.
“Senang
bertemu kalian. Kalian mau main sama aku kan?” Ucap Selena dengan penuh harap.
“Tentu
saja.” Jawab Ele.
Akhirnya
kelimanya memutuskan untuk bermain di taman bermain. Niall yang sepertinya
tertarik dengan Selena langsung menganggunya dengan cara menarik rambut
hitamnya yang dikuncir kuda. Tentu saja Selena kesal dengan Niall. Tapi anak
perempuan itu tidak mau kalah. Ia malah membalas dendam ke Niall dengan cara
menggelitik perutnya. Sementara Harry lebih memilih bermain bersama Taylor dan
Ele.
Tidak
terasa sudah lama mereka bermain. Taylor mulai khawatir. Pasti Ibunya sedang
mencarinya. Dan benar saja. Ibunya menemukannya di taman bermain. Di belakang
Ibunya ada empat wanita yang mungkin adalah Ibu dari sahabat-sahabatnya itu.
Taylor langsung menyambar kepelukan Ibunya.
“Mom!
Tay senang sekali punya teman-teman yang baik. Makasih mom..” Ucap Taylor senang.
Ibunya
pun juga senang. Ia tidak menyangka kalau putrinya cepat berubah seperti ini.
“Kamu hebat sayang. Kamu sudah mau berteman. Mom bangga denganmu.” Ucap Ibunya.
Ya,
hari ini adalah hari bersejarah bagi Taylor. Hari ini ia mendapat teman-teman
baru dan ia sangat senang. Taylor berharap ia akan terus bisa bersahabat baik
dengan Ele, Niall, Harry dan juga Selena. Karena mereka adalah teman pertamanya
sekaligus sahabat pertamanya.
***
“Yeee…
Aku menang!!!” Teriak Niall dengan suara yang begitu kencang, yang mampu
membuat telinga sakit jika mendengarnya.
Sudah
tiga kali Niall memenangkan game balap mobil ini dan Harry kesal bukan main.
Harry mengakui kalau Niall lebih hebat dibanding dirinya. Ingin sekali ia
menangis tapi kalau disini bukan rumah Taylor dan disini adalah rumahnya, tentu
saja ia sudah menangis dan mencari Ibunya untuk dijadikannya tempat menangis.
Harry memang dekat dengan Ibunya dibanding Ayahnya, karena mungkin Ayahnya
terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga membuat Harry tidak akrab dengan
Ayahnya.
“Ah,
permainan ini tidak seru!” Ucap Harry kesal.
Kemudian
Taylor, Ele dan Selena datang mendekati Harry dan Niall. Masing-masing membawa
boneka Barbie. Tidak mungkin Niall dan Harry bermain boneka Barbie seperti
Taylor dan lainnya. Karena itulah Taylor mengizinkan Harry dan Niall bermain
game yang kebetulan punya kakaknya.
“Hai
Harr kalah lagi? Kasihan..” Ejek Taylor sambil menjulurkan lidahnya ke Harry.
Harry
menatap Taylor dengan kesal. “Biarin.” Ucapnya sambil membalas menjulurkan
lidahnya ke Taylor.
Harry
memang hobinya suka marah, suka ngambek, dingin dan tidak mau kalah. Tapi teman-temannya
memaklumi sikapnya itu. Sebentar lagi Harry pasti berubah. Mungkin dikarenakan
Ayahnya yang jarang ada di rumah sehingga membuat sikap Harry menjadi seperti
ini. Harry memang selalu iri dengan teman-temannya yang lain, yang mempunyai
seorang Ayah yang baik, pengertian dan tidak sesibuk seperti Ayahnya.
Beberapa
menit kemudian, Tamara-Mama Taylor-datang sambil membawa sepiring cake cokelat
yang baunya enak. Tamara memang jago membuat aneka macam kue. Ia berharap
Taylor sama seperti dirinya, yaitu jago membuat kue ataupun masakan-masakan
lainnya.
“Enak..”
Kata Niall yang aslinya memang jago makan.
“Semua
kue kamu bilang enak.” Kata Ele.
Tamara
tersenyum melihat teman-teman Tay lahap memakan cake cokelat buatannya.
“Makanya sering-sering datang kemari. Nanti tante akan membuat kue yang lebih
enak dari ini.” Ucapnya.
Bagi
Harry, cake cokelat ini merupakan kue terenak yang pernah ia rasakan.
Diam-diam, anak laki-laki yang kira-kira berusia enam tahun itu ingin sekali
tau bahan-bahan apa sih yang bisa membuat cake cokelat ini terasa enak. Dan
entah mengapa tiba-tiba dipikirannya muncul jika ia besar nanti, ia ingin
sekali bisa membuat aneka macam kue dan bisa mendirikan perusahaan kue yang
banyak diminati oleh masyarakat.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar