expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Februari 2015

Friendship ( Part 12 )



Because of You

“I know that he just for you, not me
I know that this love is only for a while
I do this all because of you”


Sebelumnya, Louis memejamkan matanya dan berharap keputusannya ini yang paling tepat dan Tuhan tidak marah dengan keputusan yang diambilnya. Louis sempat melihat Ele yang sampai saat ini belum berbicara. Kemudian ia beralih menatap Taylor yang juga sedang menatapnya.

            “Maafkan aku Tay..” Ucapnya lalu berlari ke depan demi membatalkan pernikahan Ele. Lelaki itu tidak sanggup melihat Ele bersedih dan ia akan segera mengakhiri kesedihan Ele.

            Taylor melihat Louis sambil tersenyum sedih. Alangkah bahagia menjadi Ele… Timbul sebersit harapannya agar ia bisa menjadi Ele. Tapi cepat-cepat ia membuang pikiran negatifnya itu. Sementara Harry, Niall dan Selena, mereka tidak menyangka Louis akan berbuat sedemikian hanya demi mementingkan perasaannya. Tapi Taylor sudah mengikhlaskan Louis untuk Ele dan semoga Louis dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

            “Aku tidak menyangka dia akan melakukannya.” Ucap Harry pelan.

            Sementara Ele, gadis itu mulai berbicara dan tidak sadar bahwa sebentar lagi Louis datang dan menyelamatkannya. Mulut gadis itu bergerak pelan dan akan mengucapkan sesuatu.

            “Aku.. Aku.. Aku mene..” Ucap Ele lalu tiba-tiba di potong oleh suara seseorang. Suara seseorang yang sangat ia rindukan.

            “HENTIKAN PERNIKAHAN INI!!” Ucap Lousi dengan suara yang tegas.

            Semua yang hadir di tempat itu menjadi kaget dan saling berbisik satu sama lain. Louis tidak peduli dengan mereka semua yang membicarakannya. Sementara keluarga Ele dan Zayn merasa tersinggung dengan apa yang barusan Louis lakukan.

            Louis menatap Ele dengan air mata penyesalan. “El, aku mencintaimu El. Pernikahan ini sama saja menghancurkan dirimu sendiri. Untuk apa menikah jika kalian tidak saling mencintai?” Ucap Louis.

            Sebisa mungkin Ele menahan tangisnya. Ingin sekali ia memeluk Louis dan menangis di pelukan lelaki yang benar-benar dicintainya itu. Gadis itu mengalihkan pandang ke arah keluarganya yang kini sedang menatapnya dengan bingung.

            “Ma.. Pa.. Maafkan Ele. Sebenarnya Ele tidak mau menikah dengan Zayn. Ele hanya ingin hidup bersama Louis. Ma.. Pa.. Sekali ini mengertilah keadaan Ele. Ele juga tau kalau Zayn tidak mencintai Ele karena dia sudah mempunyai kekasih.” Kata Ele.

            Mendengar penjelasan Ele, Ayah Zayn langsung menatap putranya itu. “Benarkah yang dikatakan Ele benar? Apa kau sudah mempunyai kekasih?” Tanyanya.

            Zayn menunduk, lalu menjawab. “Iya yah, saat itu aku benar-benar kaget kalau Ayah akan menjodohkanku dengan Ele dan sebentar lagi akan digelar pernikahannya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Ayah dan Ibu.” Ucapnya jujur.

            Semuanya terdiam mendengar penjelasan Zayn. Baik keluarga Ele maupun keluarga Zayn saat ini sedang berpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak mungkin pernikahan dibatalkan karena mereka sudah banyak mengeluarkan biaya. Sementara Taylor, gadis itu menangis di tempatnya. Jujur saja, ia sangat menyesal dengan keputusannya menyuruh Louis membatalkan pernikahan Ele. Tapi mau bagaimana lagi? Louis tidak mencintainya dan ia harus menerima semua itu.

            Dan sepertinya kedua belah pihak itu telah menemukan suatu keputusan. Keputusan yang mereka anggap sebagai keputusan yang terbaik.

            “Mama paham dengan perasaanmu pada Louis dan sejak dulu Mama selalu memikirkannya. Baiklah. Agar pernikahan ini tetap berjalan, Mama ingin Louis yang menggantikan posisi Zayn agar kalian berdua bisa hidup bersama. Mama harap pihak keluarga Louis menyetujui keputusan ini.” Ucap Ibu Ele.

            Dada Ele langsung bergetar saat mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh Ibunya. Gadis itu menangis. Tapi bukan menangis karena sedih, melainkan menangis karena bahagia. Begitupun dengan Louis. Tidak ada salahnya menggantikan posisi Zayn dan malam ini ia resmi menjadi suami Ele. Zayn pun merasa senang dengan keputusan orangtuanya dan orangtua Ele.

            Kini, semuanya bahagia melihat sepasang kekasih yang sebentar lagi sah menjadi suami istri. Tidak ada satupun orang yang merasa bersedih atau tidak setuju dengan keputusan ini, keculai seorang gadis berwajah pucat yang sedaritadi menangis. Menangis meratapi nasibnya yang penuh dengan kemalangan dan penderitaan.

***

            “Sekarang, kalian resmi menjadi suami istri!”

            Tentu saja Ele dan Louis bahagia karena mereka telah menjadi sepasang suami istri. Louis mencium kening Ele yang kini sudah menjadi istrinya itu dengan penuh cinta. Air mata kebahagiaan meleleh membasahi pipinya. Malam ini adalah malam yang paling indah dan ia berterimakasih pada Tuhan karena telah mengabulkan doanya, yaitu menikah dengan seorang gadis yang benar-benar ia cintai, dan ini semua juga tidak terlepas dari paksaan Taylor. Louis sangat berhutang budi dengan gadis itu dan berharap agar gadis itu mendapat lelaki yang lebih baik darinya.

            Sekarang, Ele sudah menikah di usianya yang ke dua puluh empat. Di tempatnya berdiri, Selena menangis terharu melihat sahabatnya bahagia di depan sana, namun gadis itu merasa sedih karena mungkin Ele jarang berkumpul seperti dulu. Sekarang Ele adalah milik Louis dan Ele harus mau mengikuti Louis kemanapun Louis pergi. Selena juga harus memikirkan umurnya yang sebentar lagi beranjak dua puluh empat tahun dan memikirkan siapa lelaki yang pantas menjadi pendamping hidupnya.

            Dan Taylor, rasanya ia ingin pingsan dan langsung mati. Taylor merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Hatinya teramat pedih tatkala melihat Louis mencium kening Ele dengan penuh cinta. Sekali lagi, alangkah bahagianya menjadi Ele.. Entah mengapa gadis itu ingin meninggalkan gedung tempat pernikahan Ele. Ia sudah tidak sanggup lagi berada disini. Gadis itu pun berlari secepat mungkin dan berharap sahabat-sahabatnya tidak mengejarnya karena ia ingin sendirian.

            “Tay!” Teriak Niall yang menyadari Taylor sudah pergi.

            Menyadari Taylor sudah tidak ada di tempat ini, Harry cepat bertindak. Ia tidak ingin gadis itu celaka karena ia merasa Taylor dalam bahaya. Lelaki itu berlari mengejar Taylor yang sudah hilang di telan malam. Begitupun dengan Niall dan Selena. Keduanya berlari menyusul Harry.

            “Yel, aku kasihan dengan Taylor. Aku tau kalau dia sedang cemburu.” Kata Selena dengan nafas yang ngos-ngosan.

            Sementara Taylor, gadis itu berlari dengan kencang sambil menangis tanpa mempedulikan apapun. Ia tidak mempedulikan beberapa orang yang memerhatikannya dengan rasa kasihan. Ia juga tidak mempedulikan teriakan Harry yang berkali-kali memanggil namanya. Mengapa juga Harry mengejarnya? Saat ini Taylor tidak membutuhkan siapapun. Siapapun!

            Sampai di jalan raya yang cukup sepi, Taylor menghentikan langkahnya. Gadis itu tertunduk lemah di tengah jalan raya sambil menangisi nasibnya yang malang. Untunglah belum ada tanda-tanda kendaraan yang lewat di jalan itu. Namun, ia merasa ada sebuah cahaya yang mendekat ke arahnya. Taylor merasa bahwa sebentar lagi ia akan di bawa oleh malaikat sehingga ia tidak akan pernah bisa kembali menginjakkan kaki di dunia ini. Cahaya itu semakin dekat, dekat dan….

            “TAYLOR!! AWAS!!” Teriak Harry.

            Sejenak, Taylor memejamkan matanya. Cahaya yang semakin mendekat ke arahnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah mobil besar yang terlihat sedikit oleng. Sebentar lagi mobil itu menabraknya dan ia berharap nyawanya segera hilang. Namun saat ia memejamkan matanya, ia merasa ada seseorang yang memeluknya dan membawanya menuju tempat yang aman. Taylor masih memejamkan matanya dan ia tidak berani membuka matanya.

            Seseorang yang kini sedang memeluknya semakin mengeratkan pelukannya. Perlahan, Taylor membuka kedua matanya. Ia benar-benar bingung. Lalu, ia mendengar suara Selena dan Niall. Selena dan Niall cepat-cepat berlari menuju tempatnya. Sepertinya keduanya sempat melihat kejadian yang membingungkannya tadi. Yaitu saat ia merasa dihantam oleh cahaya itu lalu merasa ada seseorang yang memeluknya lalu membawanya di tempat ini.

            “Tay! Harr!” Teriak Selena yang melihat keadaan Harry dan Taylor yang tragis. Namun baginya terlihat begitu so sweet.

            Harry yang sudah sepenuhnya sadar langsung melepas pelukannya. Ya, dialah orang yang menyelamatkan Taylor yang hampir tertabrak mobil tadi. Untunglah ia dan Taylor selamat. Hanya saja kakinya sedikit sakit. Niall pun membantu Harry berdiri sementara Selena membantu Taylor berdiri.

            “Kalian berdua ini, bikin aku kaget saja.” Kata Niall.

            “Tay, kau baik-baik saja?” Tanya Selena. Ia begitu sedih melihat keadaan Taylor yang berantakan. Gadis itu mencoba berdiri.

            “Aku.. Aku tidak baik.” Jawab Taylor. Lalu gadis itu tidak sengaja melihat wajah Harry yang juga melihatnya. “Kau! Kenapa kau membiarkan aku hidup?” Bentaknya.

            “Sudahlah Tay, seharusnya kau bersyukur Harry bisa menolongmu. Kalau kau tertabrak mobil terus tiada, bagaimana dengan nasibku? Juga Harry dan Niall? Tentu saja kami tidak mau kehilanganmu.” Kata Selena menenangkan Taylor.

            “Aku mau pulang!” Ucap Taylor lalu berjalan meninggalkan Selena. Tapi Selena tidak mau membiarkan sahabatnya itu berjalan sendirian. Dia memutuskan untuk mengikuti Taylor hingga sampai di rumahnya dengan nyaman.

            Setelah Taylor dan Selena pergi, tinggal Niall dan Harry yang masih berada di tempat kejadian. Niall melihat kaki kanan Harry yang sepertinya terasa nyeri.

            “Kakimu tidak apa-apa kan?” Tanya Niall memastikan.

            Harry mengangguk pelan dan entah mengapa dadanya terasa sesak. Terutama saat ia mendapat bentakan dari Taylor. “Aku tidak apa-apa. Lebih baik kita susul Selena dan Taylor.” Ucapnya dengan suara yang lemah.

            Niall mengangguk menerima usulan Harry. Lelaki itu merasa kalau Harry bukanlah kesakitan karena kakinya yang sempat keseleo. Tapi ada hal lain yang membuat Harry merasa sakit dan sedih. Sementara Harry, lelaki itu berusaha untuk berjalan sendiri tanpa di bantu oleh Niall. Entah mengapa dikepalanya kini yang ada hanyalah bayangan Taylor dan wajah sedih Taylor dan ia mulai merasakan suatu perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan saat bertemu atau melihat Taylor.

            Harry teringat dengan ucapan Taylor saat mereka berada di gedung pernikahan Ele. Harr! Kau tidak mengerti apa-apa tentang cinta! Apa benar ia memang tidak mengerti apa-apa soal cinta? Lalu, rasa cintanya pada Taylor, Ele , Selena dan Niall termasuk kategori apa? Sekali lagi, Harry tidak henti-hentinya memikirkan Taylor dan ia berharap bayangan-bayangan Taylor cepat menghilang dari pikirannya agar ia bisa tenang dan mencari tau apa arti dari semua ini.

***

            Sesampai di rumah, Selena enggan meninggalkan Taylor dan sepertinya ia harus menemani Taylor sampai besok. Ia takut jika terjadi apa-apa pada Taylor. Saat ini gadis itu masih menangis dan tidak mau biacara. Selena merasa kasihan dengan Taylor. Gadis itu rela memberikan Louis, lelaki yang dicintainya itu demi sahabatnya.

            “Tay, Louis bukan jodohmu. Jadi lupakan Louis. Aku yakin di luar sana masih banyak cinta yang bisa kau temukan.” Kata Selena.

            Akhirnya Taylor berbicara. “Tidak Sel. Aku tidak mau jatuh cinta lagi. Cinta itu memang indah, tapi berujung kesakitan. Aku tidak mau seperti ini lagi.” Ucapnya sambil menangis.

            Selena menghela nafas dalam-dalam. “Apa hanya karena Louis kau tidak mau jatuh cinta lagi? Kau harus mencari pasanganmu dan menikah. Di atas sana, Tuhan sudah menuliskan siapa jodohmu yang sebenarnya. So, percayalah padaku kalau cinta sejati itu ada. Hanya saja kau belum menemukannya.” Ucapnya.

            Kemudian Ibu Taylor datang sambil membawa beberapa makanan kering dan dua cangkit teh manis yang masih panas. Wanita itu sudah mengetahui apa yang terjadi dengan putrinya dari Selena. Dan ia teringat cerita Selena saat putrinya itu hampir tertabrak mobil dan Harry lah yang menyelamatkannya.

            “Mama tidak menyangka kau ingin bunuh diri. Mama kecewa sama kamu. Seharusnya kau berterimakasih pada Harry karena dia telah menyelamatkanmu, bukan malah membentakinya. Mama tidak tau jika tidak ada Harry di tempat kejadian dan kamu sudah tidak bisa menemani Mama lagi.” Ucap Ibu Taylor.

            Taylor menatap Ibunya dengan pandangan yang kabur karena terhalang oleh air matanya. “Harry memang salah Ma. Dia tidak mengizinkan Taylor mati padahal Taylor pengen sekali mati!” Ucapnya.

            “Taylor.. Kamu kira mati itu enak? Justru saat malaikat mencabut nyawamu, itulah saat-saat yang paling menyakitkan. Mama berpikir kalau kau selamat dan Harry tidak selamat. Kau sudah ditinggalkan oleh satu sahabatmu itu. Bagaimana jika Harry sudah tidak ada di dunia ini lagi? Bagaimana jika kau tidak bisa melihat wajah Harry lagi? Mama yakin sekali kalau kamu lebih mementingkan persahabatan dibanding segalanya. Louis hanyalah sebuah kesalahan kecil yang harus kau lupakan. Berpikirlah dengan jernih dan Mama ingin melihatmu tersenyum lagi.” Jelas Ibunya.

            Hampir saja Selena menangis ketika mendengar penjelasan Ibu Taylor. Ia dan Niall memang dengan jelas melihat bagaimana Harry menyelamatkan Taylor dan kalau saja Harry terlambat walau hanya sedetik, pasti nyawanya sudah tidak ada dan ia tidak akan pernah bisa lagi melihat Harry. Sama halnya dengan Taylor. Sepertinya gadis itu mulai mengerti semua penjelasan-penjelasan dari Ibunya. Bukannya ia lebih mementingkan persahabatan dibanding segalanya? Boleh saja Louis meninggalkannya asalkan jangan Harry, Niall, Selena atau Ele yang meninggalkannya.

            Cepat-cepat gadis itu mengambil ponselnya dan menelpon Harry. Ia ingin minta maaf dengan Harry dan berharap kondisi Harry baik-baik saja.

***

            Pelan-pelan ia gerakkan kakinya yang tadi sempat kesakitan. Tapi rasa sakit di kakinya sudah berkurang. Kakinya memang sering bermasalah dan ia anggap kejadian ini biasa-biasa saja. Harry merebahkan tubuhnya di atas kasur dan ia merasa nyaman. Hari ini ia lelah sekali. Ditambah lagi dengan sebersit perasaan anehnya yang ia rasakan saat Taylor membentaknya. Bagaimana keadaan gadis itu? Harry begitu khawatir. Sebenarnya ia ingin menelpon Taylor tapi ia urungkan niatnya. Sementara Niall sudah pulang ke rumah.

            Awalnya ia dan Niall ingin pergi ke rumah Taylor tapi tidak jadi karena keduanya sudah sangat letih. Lebih baik besok saja datang ke rumah Taylor dengan suasanya yang lebih baik dari sekarang ini. Mungkin saat ini Taylor masih menangis dan tidak mau diganggu oleh siapapun. Sebenarnya, Taylor jarang menangis tapi kalau gadis itu sudah menangis, maka tangisannya lama sekali reda. Sehari-hari gadis itu selalu ceria dan bersikap cuek.

            Tiba-tiba ponselnya berdering. Harry tersenyum melihat siapa orang yang memiscallnya. Ya, Taylor yang memiscallnya dan ia berharap keadaan Taylor sudah baikan.

            “Hai..” Ucap Harry dengan suara pelan dan kaku.

            Di sebrang sana, Taylor berbicara. “Harr, kau baik-baik saja kan?” Tanyanya.

            Harry menjawab. “Seharusnya aku yang menanyakan keadaanmu. Disini aku baik-baik saja. Kau juga harus baik-baik saja ya. Hapus air mata kesedihanmu. Besok aku ingin melihatmu tersenyum bahagia.”

            “Ya tentu saja. Ng.. Makasih ya karena sudah selamatkan aku dan maafkan aku jika tadi aku sedikit kasar padamu. Kau tau kan kalau aku tidak bisa menahan emosi?”

            Harry tertawa. “Itulah gunanya teman.” Ucapnya.

            “Satu lagi. Aku menyukai pelukanmu.” Ucap Taylor lalu secepat mungkin memutuskan panggilan. Walau dalam keadaan sedih ini, ia ingin mengerjai Harry.

            Merasa panggilannya sudah diputus oleh Taylor, lelaki itu menjadi kesal dan tidak sabaran untuk membalas keusilan Taylor di hari esok. Harry yakin sekali gadis itu sudah mulai ceria dan bisa melupakan Louis dalam waktu dekat ini. Bahkan besok pun pasti bisa.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar