Because
of You
“I
know that he just for you, not me
I
know that this love is only for a while
I
do this all because of you”
Sebelumnya, Louis memejamkan matanya dan berharap
keputusannya ini yang paling tepat dan Tuhan tidak marah dengan keputusan yang
diambilnya. Louis sempat melihat Ele yang sampai saat ini belum berbicara.
Kemudian ia beralih menatap Taylor yang juga sedang menatapnya.
“Maafkan
aku Tay..” Ucapnya lalu berlari ke depan demi membatalkan pernikahan Ele.
Lelaki itu tidak sanggup melihat Ele bersedih dan ia akan segera mengakhiri
kesedihan Ele.
Taylor
melihat Louis sambil tersenyum sedih. Alangkah bahagia menjadi Ele… Timbul
sebersit harapannya agar ia bisa menjadi Ele. Tapi cepat-cepat ia membuang
pikiran negatifnya itu. Sementara Harry, Niall dan Selena, mereka tidak
menyangka Louis akan berbuat sedemikian hanya demi mementingkan perasaannya.
Tapi Taylor sudah mengikhlaskan Louis untuk Ele dan semoga Louis dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
“Aku
tidak menyangka dia akan melakukannya.” Ucap Harry pelan.
Sementara
Ele, gadis itu mulai berbicara dan tidak sadar bahwa sebentar lagi Louis datang
dan menyelamatkannya. Mulut gadis itu bergerak pelan dan akan mengucapkan
sesuatu.
“Aku..
Aku.. Aku mene..” Ucap Ele lalu tiba-tiba di potong oleh suara seseorang. Suara
seseorang yang sangat ia rindukan.
“HENTIKAN
PERNIKAHAN INI!!” Ucap Lousi dengan suara yang tegas.
Semua
yang hadir di tempat itu menjadi kaget dan saling berbisik satu sama lain.
Louis tidak peduli dengan mereka semua yang membicarakannya. Sementara keluarga
Ele dan Zayn merasa tersinggung dengan apa yang barusan Louis lakukan.
Louis
menatap Ele dengan air mata penyesalan. “El, aku mencintaimu El. Pernikahan ini
sama saja menghancurkan dirimu sendiri. Untuk apa menikah jika kalian tidak
saling mencintai?” Ucap Louis.
Sebisa
mungkin Ele menahan tangisnya. Ingin sekali ia memeluk Louis dan menangis di
pelukan lelaki yang benar-benar dicintainya itu. Gadis itu mengalihkan pandang
ke arah keluarganya yang kini sedang menatapnya dengan bingung.
“Ma..
Pa.. Maafkan Ele. Sebenarnya Ele tidak mau menikah dengan Zayn. Ele hanya ingin
hidup bersama Louis. Ma.. Pa.. Sekali ini mengertilah keadaan Ele. Ele juga tau
kalau Zayn tidak mencintai Ele karena dia sudah mempunyai kekasih.” Kata Ele.
Mendengar
penjelasan Ele, Ayah Zayn langsung menatap putranya itu. “Benarkah yang
dikatakan Ele benar? Apa kau sudah mempunyai kekasih?” Tanyanya.
Zayn
menunduk, lalu menjawab. “Iya yah, saat itu aku benar-benar kaget kalau Ayah
akan menjodohkanku dengan Ele dan sebentar lagi akan digelar pernikahannya. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan Ayah dan Ibu.” Ucapnya
jujur.
Semuanya
terdiam mendengar penjelasan Zayn. Baik keluarga Ele maupun keluarga Zayn saat
ini sedang berpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak mungkin pernikahan
dibatalkan karena mereka sudah banyak mengeluarkan biaya. Sementara Taylor,
gadis itu menangis di tempatnya. Jujur saja, ia sangat menyesal dengan
keputusannya menyuruh Louis membatalkan pernikahan Ele. Tapi mau bagaimana
lagi? Louis tidak mencintainya dan ia harus menerima semua itu.
Dan
sepertinya kedua belah pihak itu telah menemukan suatu keputusan. Keputusan
yang mereka anggap sebagai keputusan yang terbaik.
“Mama
paham dengan perasaanmu pada Louis dan sejak dulu Mama selalu memikirkannya.
Baiklah. Agar pernikahan ini tetap berjalan, Mama ingin Louis yang menggantikan
posisi Zayn agar kalian berdua bisa hidup bersama. Mama harap pihak keluarga
Louis menyetujui keputusan ini.” Ucap Ibu Ele.
Dada
Ele langsung bergetar saat mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh Ibunya.
Gadis itu menangis. Tapi bukan menangis karena sedih, melainkan menangis karena
bahagia. Begitupun dengan Louis. Tidak ada salahnya menggantikan posisi Zayn
dan malam ini ia resmi menjadi suami Ele. Zayn pun merasa senang dengan
keputusan orangtuanya dan orangtua Ele.
Kini,
semuanya bahagia melihat sepasang kekasih yang sebentar lagi sah menjadi suami
istri. Tidak ada satupun orang yang merasa bersedih atau tidak setuju dengan
keputusan ini, keculai seorang gadis berwajah pucat yang sedaritadi menangis.
Menangis meratapi nasibnya yang penuh dengan kemalangan dan penderitaan.
***
“Sekarang,
kalian resmi menjadi suami istri!”
Tentu
saja Ele dan Louis bahagia karena mereka telah menjadi sepasang suami istri.
Louis mencium kening Ele yang kini sudah menjadi istrinya itu dengan penuh
cinta. Air mata kebahagiaan meleleh membasahi pipinya. Malam ini adalah malam
yang paling indah dan ia berterimakasih pada Tuhan karena telah mengabulkan
doanya, yaitu menikah dengan seorang gadis yang benar-benar ia cintai, dan ini
semua juga tidak terlepas dari paksaan Taylor. Louis sangat berhutang budi
dengan gadis itu dan berharap agar gadis itu mendapat lelaki yang lebih baik
darinya.
Sekarang,
Ele sudah menikah di usianya yang ke dua puluh empat. Di tempatnya berdiri, Selena
menangis terharu melihat sahabatnya bahagia di depan sana, namun gadis itu
merasa sedih karena mungkin Ele jarang berkumpul seperti dulu. Sekarang Ele
adalah milik Louis dan Ele harus mau mengikuti Louis kemanapun Louis pergi.
Selena juga harus memikirkan umurnya yang sebentar lagi beranjak dua puluh
empat tahun dan memikirkan siapa lelaki yang pantas menjadi pendamping
hidupnya.
Dan
Taylor, rasanya ia ingin pingsan dan langsung mati. Taylor merasa hidupnya
sudah tidak berguna lagi. Hatinya teramat pedih tatkala melihat Louis mencium
kening Ele dengan penuh cinta. Sekali lagi, alangkah bahagianya menjadi Ele..
Entah mengapa gadis itu ingin meninggalkan gedung tempat pernikahan Ele. Ia
sudah tidak sanggup lagi berada disini. Gadis itu pun berlari secepat mungkin
dan berharap sahabat-sahabatnya tidak mengejarnya karena ia ingin sendirian.
“Tay!”
Teriak Niall yang menyadari Taylor sudah pergi.
Menyadari
Taylor sudah tidak ada di tempat ini, Harry cepat bertindak. Ia tidak ingin
gadis itu celaka karena ia merasa Taylor dalam bahaya. Lelaki itu berlari
mengejar Taylor yang sudah hilang di telan malam. Begitupun dengan Niall dan
Selena. Keduanya berlari menyusul Harry.
“Yel,
aku kasihan dengan Taylor. Aku tau kalau dia sedang cemburu.” Kata Selena
dengan nafas yang ngos-ngosan.
Sementara
Taylor, gadis itu berlari dengan kencang sambil menangis tanpa mempedulikan
apapun. Ia tidak mempedulikan beberapa orang yang memerhatikannya dengan rasa
kasihan. Ia juga tidak mempedulikan teriakan Harry yang berkali-kali memanggil
namanya. Mengapa juga Harry mengejarnya? Saat ini Taylor tidak membutuhkan
siapapun. Siapapun!
Sampai
di jalan raya yang cukup sepi, Taylor menghentikan langkahnya. Gadis itu
tertunduk lemah di tengah jalan raya sambil menangisi nasibnya yang malang.
Untunglah belum ada tanda-tanda kendaraan yang lewat di jalan itu. Namun, ia
merasa ada sebuah cahaya yang mendekat ke arahnya. Taylor merasa bahwa sebentar
lagi ia akan di bawa oleh malaikat sehingga ia tidak akan pernah bisa kembali
menginjakkan kaki di dunia ini. Cahaya itu semakin dekat, dekat dan….
“TAYLOR!!
AWAS!!” Teriak Harry.
Sejenak,
Taylor memejamkan matanya. Cahaya yang semakin mendekat ke arahnya tidak lain
dan tidak bukan adalah sebuah mobil besar yang terlihat sedikit oleng. Sebentar
lagi mobil itu menabraknya dan ia berharap nyawanya segera hilang. Namun saat
ia memejamkan matanya, ia merasa ada seseorang yang memeluknya dan membawanya
menuju tempat yang aman. Taylor masih memejamkan matanya dan ia tidak berani
membuka matanya.
Seseorang
yang kini sedang memeluknya semakin mengeratkan pelukannya. Perlahan, Taylor
membuka kedua matanya. Ia benar-benar bingung. Lalu, ia mendengar suara Selena
dan Niall. Selena dan Niall cepat-cepat berlari menuju tempatnya. Sepertinya
keduanya sempat melihat kejadian yang membingungkannya tadi. Yaitu saat ia
merasa dihantam oleh cahaya itu lalu merasa ada seseorang yang memeluknya lalu
membawanya di tempat ini.
“Tay!
Harr!” Teriak Selena yang melihat keadaan Harry dan Taylor yang tragis. Namun
baginya terlihat begitu so sweet.
Harry
yang sudah sepenuhnya sadar langsung melepas pelukannya. Ya, dialah orang yang
menyelamatkan Taylor yang hampir tertabrak mobil tadi. Untunglah ia dan Taylor
selamat. Hanya saja kakinya sedikit sakit. Niall pun membantu Harry berdiri
sementara Selena membantu Taylor berdiri.
“Kalian
berdua ini, bikin aku kaget saja.” Kata Niall.
“Tay,
kau baik-baik saja?” Tanya Selena. Ia begitu sedih melihat keadaan Taylor yang
berantakan. Gadis itu mencoba berdiri.
“Aku..
Aku tidak baik.” Jawab Taylor. Lalu gadis itu tidak sengaja melihat wajah Harry
yang juga melihatnya. “Kau! Kenapa kau membiarkan aku hidup?” Bentaknya.
“Sudahlah
Tay, seharusnya kau bersyukur Harry bisa menolongmu. Kalau kau tertabrak mobil
terus tiada, bagaimana dengan nasibku? Juga Harry dan Niall? Tentu saja kami
tidak mau kehilanganmu.” Kata Selena menenangkan Taylor.
“Aku
mau pulang!” Ucap Taylor lalu berjalan meninggalkan Selena. Tapi Selena tidak
mau membiarkan sahabatnya itu berjalan sendirian. Dia memutuskan untuk
mengikuti Taylor hingga sampai di rumahnya dengan nyaman.
Setelah
Taylor dan Selena pergi, tinggal Niall dan Harry yang masih berada di tempat
kejadian. Niall melihat kaki kanan Harry yang sepertinya terasa nyeri.
“Kakimu
tidak apa-apa kan?” Tanya Niall memastikan.
Harry
mengangguk pelan dan entah mengapa dadanya terasa sesak. Terutama saat ia
mendapat bentakan dari Taylor. “Aku tidak apa-apa. Lebih baik kita susul Selena
dan Taylor.” Ucapnya dengan suara yang lemah.
Niall
mengangguk menerima usulan Harry. Lelaki itu merasa kalau Harry bukanlah
kesakitan karena kakinya yang sempat keseleo. Tapi ada hal lain yang membuat
Harry merasa sakit dan sedih. Sementara Harry, lelaki itu berusaha untuk
berjalan sendiri tanpa di bantu oleh Niall. Entah mengapa dikepalanya kini yang
ada hanyalah bayangan Taylor dan wajah sedih Taylor dan ia mulai merasakan
suatu perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan saat bertemu atau
melihat Taylor.
Harry
teringat dengan ucapan Taylor saat mereka berada di gedung pernikahan Ele. Harr! Kau tidak mengerti apa-apa tentang
cinta! Apa benar ia memang tidak mengerti apa-apa soal cinta? Lalu, rasa
cintanya pada Taylor, Ele , Selena dan Niall termasuk kategori apa? Sekali
lagi, Harry tidak henti-hentinya memikirkan Taylor dan ia berharap
bayangan-bayangan Taylor cepat menghilang dari pikirannya agar ia bisa tenang
dan mencari tau apa arti dari semua ini.
***
Sesampai
di rumah, Selena enggan meninggalkan Taylor dan sepertinya ia harus menemani
Taylor sampai besok. Ia takut jika terjadi apa-apa pada Taylor. Saat ini gadis
itu masih menangis dan tidak mau biacara. Selena merasa kasihan dengan Taylor.
Gadis itu rela memberikan Louis, lelaki yang dicintainya itu demi sahabatnya.
“Tay,
Louis bukan jodohmu. Jadi lupakan Louis. Aku yakin di luar sana masih banyak
cinta yang bisa kau temukan.” Kata Selena.
Akhirnya
Taylor berbicara. “Tidak Sel. Aku tidak mau jatuh cinta lagi. Cinta itu memang
indah, tapi berujung kesakitan. Aku tidak mau seperti ini lagi.” Ucapnya sambil
menangis.
Selena
menghela nafas dalam-dalam. “Apa hanya karena Louis kau tidak mau jatuh cinta
lagi? Kau harus mencari pasanganmu dan menikah. Di atas sana, Tuhan sudah
menuliskan siapa jodohmu yang sebenarnya. So, percayalah padaku kalau cinta
sejati itu ada. Hanya saja kau belum menemukannya.” Ucapnya.
Kemudian
Ibu Taylor datang sambil membawa beberapa makanan kering dan dua cangkit teh
manis yang masih panas. Wanita itu sudah mengetahui apa yang terjadi dengan
putrinya dari Selena. Dan ia teringat cerita Selena saat putrinya itu hampir
tertabrak mobil dan Harry lah yang menyelamatkannya.
“Mama
tidak menyangka kau ingin bunuh diri. Mama kecewa sama kamu. Seharusnya kau
berterimakasih pada Harry karena dia telah menyelamatkanmu, bukan malah
membentakinya. Mama tidak tau jika tidak ada Harry di tempat kejadian dan kamu
sudah tidak bisa menemani Mama lagi.” Ucap Ibu Taylor.
Taylor
menatap Ibunya dengan pandangan yang kabur karena terhalang oleh air matanya.
“Harry memang salah Ma. Dia tidak mengizinkan Taylor mati padahal Taylor pengen
sekali mati!” Ucapnya.
“Taylor..
Kamu kira mati itu enak? Justru saat malaikat mencabut nyawamu, itulah
saat-saat yang paling menyakitkan. Mama berpikir kalau kau selamat dan Harry
tidak selamat. Kau sudah ditinggalkan oleh satu sahabatmu itu. Bagaimana jika
Harry sudah tidak ada di dunia ini lagi? Bagaimana jika kau tidak bisa melihat
wajah Harry lagi? Mama yakin sekali kalau kamu lebih mementingkan persahabatan
dibanding segalanya. Louis hanyalah sebuah kesalahan kecil yang harus kau
lupakan. Berpikirlah dengan jernih dan Mama ingin melihatmu tersenyum lagi.”
Jelas Ibunya.
Hampir
saja Selena menangis ketika mendengar penjelasan Ibu Taylor. Ia dan Niall memang
dengan jelas melihat bagaimana Harry menyelamatkan Taylor dan kalau saja Harry
terlambat walau hanya sedetik, pasti nyawanya sudah tidak ada dan ia tidak akan
pernah bisa lagi melihat Harry. Sama halnya dengan Taylor. Sepertinya gadis itu
mulai mengerti semua penjelasan-penjelasan dari Ibunya. Bukannya ia lebih
mementingkan persahabatan dibanding segalanya? Boleh saja Louis meninggalkannya
asalkan jangan Harry, Niall, Selena atau Ele yang meninggalkannya.
Cepat-cepat
gadis itu mengambil ponselnya dan menelpon Harry. Ia ingin minta maaf dengan
Harry dan berharap kondisi Harry baik-baik saja.
***
Pelan-pelan
ia gerakkan kakinya yang tadi sempat kesakitan. Tapi rasa sakit di kakinya
sudah berkurang. Kakinya memang sering bermasalah dan ia anggap kejadian ini
biasa-biasa saja. Harry merebahkan tubuhnya di atas kasur dan ia merasa nyaman.
Hari ini ia lelah sekali. Ditambah lagi dengan sebersit perasaan anehnya yang
ia rasakan saat Taylor membentaknya. Bagaimana keadaan gadis itu? Harry begitu
khawatir. Sebenarnya ia ingin menelpon Taylor tapi ia urungkan niatnya.
Sementara Niall sudah pulang ke rumah.
Awalnya
ia dan Niall ingin pergi ke rumah Taylor tapi tidak jadi karena keduanya sudah
sangat letih. Lebih baik besok saja datang ke rumah Taylor dengan suasanya yang
lebih baik dari sekarang ini. Mungkin saat ini Taylor masih menangis dan tidak
mau diganggu oleh siapapun. Sebenarnya, Taylor jarang menangis tapi kalau gadis
itu sudah menangis, maka tangisannya lama sekali reda. Sehari-hari gadis itu selalu
ceria dan bersikap cuek.
Tiba-tiba
ponselnya berdering. Harry tersenyum melihat siapa orang yang memiscallnya. Ya,
Taylor yang memiscallnya dan ia berharap keadaan Taylor sudah baikan.
“Hai..”
Ucap Harry dengan suara pelan dan kaku.
Di
sebrang sana, Taylor berbicara. “Harr, kau baik-baik saja kan?” Tanyanya.
Harry
menjawab. “Seharusnya aku yang menanyakan keadaanmu. Disini aku baik-baik saja.
Kau juga harus baik-baik saja ya. Hapus air mata kesedihanmu. Besok aku ingin
melihatmu tersenyum bahagia.”
“Ya
tentu saja. Ng.. Makasih ya karena sudah selamatkan aku dan maafkan aku jika
tadi aku sedikit kasar padamu. Kau tau kan kalau aku tidak bisa menahan emosi?”
Harry
tertawa. “Itulah gunanya teman.” Ucapnya.
“Satu
lagi. Aku menyukai pelukanmu.” Ucap Taylor lalu secepat mungkin memutuskan
panggilan. Walau dalam keadaan sedih ini, ia ingin mengerjai Harry.
Merasa
panggilannya sudah diputus oleh Taylor, lelaki itu menjadi kesal dan tidak
sabaran untuk membalas keusilan Taylor di hari esok. Harry yakin sekali gadis
itu sudah mulai ceria dan bisa melupakan Louis dalam waktu dekat ini. Bahkan
besok pun pasti bisa.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar