Part 4
.
.
.
Sivia Azizah
berjalan dengan lesu. Sore yang cerah ini, walau nyatanya panas banget, Sivia
memaksakan diri datang ke rumah Pricilla. Pricilla adalah sahabatnya dari
kecil. Mereka sama-sama bersekolah di SMA Sunrise.
Gang demi gang ia
lewati. Dan Sivia berhenti di sebuah rumah kecil yang ia yakini adalah rumah
Pricilla. Memang, di Kota Surabaya ini rumah-rumah dijadikan sempit. Panas?
Jelas! Surabaya nggak jauh beda dari Jakarta.
“Sivia!” Kata
Pricilla kaget melihat sahabatnya itu lesu bukan main.
Pricilla menuntun
Sivia masuk ke dalam rumah. “Lo kenapa sih? Ada apa? Cerita ke gue.” Kata
Pricilla tak sabaran.
“Prisss..” Lirih
Sivia.
“Iya? Lo kenapa? Lo
aneh banget. Lo bukan Sivia yang gue kenal.”
Sivia berusaha
menahan air matanya agar tidak keluar. “Gue lagi patah hati.” Ucapnya.
Otomatis Pricilla
bak disengat listrik ribuan volt. Sivia patah hati? Benarkah? Jadi sahabatnya
itu sudah mulai merasakan yang namanya cinta?
“Siapa? Lo naksir
sama siapa?” Tanya Pricilla penasaran.
“Mmm.. Itu.. Gu..
Gue nggak tau siapa namanya. Tapi saat pandangan pertama, gue merasa sedang
diserang rasa suka. Dia.. Cowok itu tadi nggak sengaja nabrak gue. Gue..” Sivia
menyetop pembicaraannya.
“Next.” Kata
Pricilla.
“Yah. Ternyata
cowok itu sudah punya pacar. Bego banget gue. Seharusnya gue nyadar kalo cowok
cakep kayak dia udah punya pacar. Bego.. Bego banget gue.” Kata Sivia mengolok
dirinya sendiri.
Bukannya kasian
atau apa, Pricilla malah ketawa ngakak. Sivia.. Sivia.. Cewek itu nggak gampang
jatuh cinta. Tapi kalo udah jatuh cinta, wah, nggak bisa nahanin perasaan. Dan
Sivia salah menyukai seseorang.
“Lo kok malah
ketawa sih?” Kata Sivia.
“Hahaha.. Via..
Udah deh, lo lupain orang itu. Nggak ada gunanya lo suka sama cowok itu..”
Sivia jadi kesal.
Bisa tidak Pricilla sedikit aja simpati padanya? Yang namanya jatuh cinta itu
nggak bisa dipotong sedikitpun. Kalo ia sudah suka sama cowok, jelaslah ia
nggak bisa melupakan cowok itu.
“Gini aja. Besok,
kita cari tau info tentang cowok itu. Gimana? Siapa tau kan cewek yang lo liat
itu bukan pacar cowok pujaan lo?” Usul Pricilla.
Nah, ini yang baru
namanya sahabat! Pricilla jago lho dalam soal cowok. Mantannya aja udah berapa
tuh? Banyaaak banget. Sementara Sivia sama sekali belum pernah pacaran.
“Oke.” Jawab Sivia
tersenyum.
“Gitu dong Vi. Kalo
dia jodoh lo, nggak bakal kemana deh.”
Lagi-lagi Sivia
tersenyum. Sambil mengingat-ngingat wajah cowok tadi. Cowok manis yang telah
membuatnya seperti ini. Sivia baru tau kalo jatuh cinta itu BERJUTA RASANYA
#nyanyiin lagu BLINK ‘SEJUTA RASA’#
***
“Jadi, itu alasanmu
Fy?” Kata suara sesorang yang membuat jantung Ify berhenti berdetak.
Orang itu mendekati
Ify. Ify menatap orang itu dengan perasaan yang bersalah. Cakka? Ada apa cowok
itu kemari? Dan cowok itu mengetahui alasannya? Ify memilih untuk diam sambil
berpura-pura membaca buku yang ia bawa.
“Fy, siapa Iyel
itu?” Tanya Cakka.
Yang ditanya nggak
jawab. Cakka tau Ify nggak bakal jelasin siapa itu Iyel dan apa hubungan Ify
dengan Iyel. Cakka hanya bisa memendam rasa penasarannya itu.
“Kak, lebih baik
kakak pergi aja.” Kata Ify.
Cakka tersenyum
lalu menatap Ify. “Kalo kamu mau cerita, cerita aja. Kalo nggak ya nggak papa.
Dan maafkan aku kalo aku nggak bisa menjauhimu, Fy. Aku sangat mencintaimu dan
ingin sekali membahagiakan kamu.”
Jangan! Jangan
menangis! Tetapi air mata itu menetes. Ify terlalu lemah dalam hal ini. Cakka?
Mengapa ia harus kenal dengan cowok yang bernama Cakka? Dan mengapa ia bisa...
Ia bisa menyukai Cakka??!
“Aku cinta kamu,
Fy..” Kata Cakka.
‘Aku juga cinta
kamu kak. Tapi haram bagiku untuk mencintai kakak.’ Kata Ify dalam hati.
Dulu, banyak cowok
yang suka padanya, dan Ify menolak cinta cowok itu tanpa perasaan sakit atau
apa. Sekarang, sejak ia mengenal Cakka, pertahanannya lemah, dihancurkan oleh
cinta yang tumbuh dihatinya.
“Siapa Iyel?” Tanya
Cakka lagi.
Ify menghela nafas.
“Maaf kak, kakak nggak berhak tau siapa Iyel. Sekarang kakak pergi saja.”
“Tidak! Aku tidak
akan pergi!” Kata Cakka tegas.
Dasar cowok keras
kepala! Ify jadinya yang harus meninggalkan tempat favoritnya. Cewek itu pun
berdiri dan hendak meninggalkan taman. Tapi belum sempat kaki-kakinya bergerak,
tubuhnya sudah dipeluk oleh seseorang. Seseorang yang sangat mencintainya.
“I love you, Fy..”
Kata Cakka memeluk erat tubuh Ify.
Ify merasa nyaman
berada di pelukan itu. Tapi rasa bersalahnya kepada Gabriel ( Iyel )
menjadi-jadi. Teganya ia melanggar janji. Teganya ia mencintai Cakka dan
sekenanya melupakan Gabriel.
Tak jauh dari
tempat itu, seorang cewek menatap nanar pemandangan itu. Sampai kapankah ia
akan bertahan? Apakah besok pertahannya roboh hanya karena ia cemburu?
“Fy, lo emang
pantas buat Kak Cakka.” Kata cewek itu menahan air mata yang ingin keluar.
Sementara Ify, dia
berusaha lepas dari pelukan itu. Wajah bocah manis yang bernama Gabriel hadir
di kepalanya sembari memperingatkan sesuatu.
“Maaf kak, maaf.
Ify nggak bisa menerima cinta kakak.”
Setelah mengucapkan
kalimat itu, Ify pergi dengan hati yang sangat terluka. Cakka memandangi Ify
dengan tatapan sedih. Oh, andaikan ia bisa membahagiakan Ify... Andaikan ia tau
semua masalah yang dialami Ify...
***
Bintang pada malam
hari itu bertebaran menghiasi keindahan malam. Keke tersenyum memandangi
bintang-bintang itu. Ia membayangkan dirinya bisa menggapai bintang-bintang
itu.
“Woi mbak! Siapa
nama pacar mbak?” Tanya Chelsea yang tiba-tiba udah ada di sampingnya.
Keke sedikit kaget.
“Eh kamu, dia bukan pacar kakak. Ngaco kamu.” Elak Keke.
“Loh? Tapi kan
cowok ganteng itu bilang kalo kakak adalah pacar dia?”
Huh! Awas lo Rio!
Malam ini Keke jadi sebal, sebal dan sebal. Benar kan, adiknya itu nggak bakal
percaya dengan penjelasannya.
“Denger ya Chelsea
yang manis.. Cowok yang tadi itu bukan pacar kakak. Dia hanya teman sekolah
kakak. Cowok itu sedikit nggak waras. Makanya tadi dia ngaku kalo dia itu pacar
kakak.”
Panjang lebar Keke
menjelaskan dengan sabar. Tapi yang namanya anak kecil, pasti nggak bakal
nerima penjelasan orang dewasa. Artinya, ia biarkan aja si Chelsea ngoceh
sendiri.
“Ya udah deh kak.
Chelsea mau bobo dulu. Tapi, kakak cocok deh sama cowok tadi.”
Cocok? Keke jadi
senyum nggak jelas. Sejak pertama ia bertemu Rio, jantungnya nggak mau normal.
Selalu aja berdetakan nggak karuan. Oh my God! Apa gue suka sama dia? Gue suka
sama Rio?
Tidak! Ia bukan
tipe cewek Rio. Tipe cewek Rio itu adalah cewek yang sempurna dan cantik.
Sementara ia, cantik sih cantik tapi ia kurang pede mengatai diri kalo ia itu
cantik.
Drtrdrtrdrt....
Keke! Udh bobo blom ???
By. Nova
Uh! Nova nggak ada
kerjaan sekali. Malam-malam begini Nova meng-smsnya. Keke memilih untuk tidak
membalas pesan Nova. Toh juga pulsanya juga udah habis.
Keke memberhentikan
kegiatannya memandangi langit. Kedua matanya udah diserang rasa kantuk yang
luar biasa. Jendela kamar yang tadi terbuka ia tutup. Dan Keke langsung
memejamkan mata di atas kasur yang empuk.
Disanalah mimpi
indah menyertai tidurnya.
***
Di malam yang sama,
Dea tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Ia nggak menyangka ketemu cowok cakep
yang bernama Rio. Di tambah lagi ia dan Rio sebangku. Kurang apa coba
keberuntungannya hari ini?
Kini, tinggal satu masalah
serius yang harus ia bereskan. Yaitu merubah diri agar menjadi cewek cantik.
Rio sudah menjanjikannya, jika ia sudah berubah, maka Rio akan menjadikannya
sebagai pacar. Horeee!!!
Lah tapi, bagaimana
dengan kakak kelas cantik di UKS itu? Sepertinya Rio naksir deh sama kakak
kelas itu. Sedikit Dea menjadi pesimis. Bagaimana jika besok Rio jadian sama
kakak kelas itu sebelum dirinya berubah?
Ah! Tapi nggak
mungkin kan mereka jadian. Malu deh kakak kelas itu pacaran sama adek kelas.
Dea yakin sekali kakak kelas itu sudah kelas dua belas, sementara Rio masih
kelas sepuluh.
“Dea..” Kata sebuah
suara.
Dea menoleh
kebelakang dan mendapati sang Mama tersenyum melihatnya. Mama mendekati Dea dan
duduk disamping Dea.
“Siapa cowok itu?”
Tanya Mama.
Wajah Dea berubah
menjadi merah. “Namanya Rio. Ma, dia ganteng banget. Dia mau kok jadi pacar Dea
asalkan Dea mau merubah diri. Ohya Ma, Dea pengen diet. Dea nggak mau makan.
Terus, Dea pengen ke salon.”
“Hmmm.. Kamu yakin
mau melakukannya?” Tanya Mama.
“Yaiyalah, Ma. Ini
kan demi pangeranku.”
Sepertinya Mama
kurang setuju dengan keinginan Dea. “Mama tau kamu suka dia. Tapi janganlah
mengorbankan dirimu. Mama nggak ingin kamu sakit. Sebaiknya kamu lupakan aja
orang itu. Menurut Mama, orang itu hanya melihat cewek dari segi fisik. Rugi
lho De kamu suka sama cowok itu.”
“Yahh, Maa.. Jaman
sekarang itu cowok pada suka sama cewek yang cantik. Mana ada cowok yang suka
sama cewek jelek dan badannya nggak ideal.”
“Ya sudah. Terserah
kamu saja. Tapi jangan dipaksakan ya. Ingat, makanmu harus teratur. Mama takut
kejadian dulu menimpamu lagi.” Kata Mama berubah sedih.
Kejadian dulu?
Tentu Dea masih ingat kejadian dulu. Kejadian yang hampir saja menghilangkan
nyawa. Tapi ia yakin, ia pasti bisa. Dea pasti bisa berubah menjadi bidadari
cantik.
Deaaa!!! Never give
up!! C’mon!! Fighting! Ganbatte!!
***
Pagi yang cerah.
Sang surya menerangi Kota Surabaya. Dan mulailah jalanan kota macet.
Mobil-mobil dan angkutan umum lainnya pada berlomba-lomba untuk mencapai
tujuan. Kalo kita nggak bangun pagi, jangan harap pintu gerbang sekolah masih
terbuka. Itu sih jika sekolahnya jauh dari rumah. Kalo dekat ya lebih santai
aja. Jalan kaki cukup kok daripada naik angkutan umum.
Seperti biasa.
Sivia dan Pricilla berangkat sekolah bersama. Jarak rumah mereka dengan sekolah
dekat. Jadi mereka bisa jalan kaki tanpa berlomba-lomba naek angkutan umum.
Sesampai di
sekolah, Pricilla membisikkan Sivia. Aksi mereka di mulai dari hari ini. Ia dan
Sivia harus mencari tau asal-usul Rio. Dan tentu saja cewek yang kemarin pulang
bersama Rio.
Sivia menyenggol
lengan Pricilla karena nggak sengaja melihat cewek yang kemarin pulang bersama
Rio. Sivia hafal betul wajah cewek itu.
“Itu Vi cewek yang
lo maksud?” Tanya Pricilla.
Sivia mengangguk.
“Wau, kebetulan
banget. Dia temen MOS gue. Namanya Keke. Tapi eh, waktu gue tanya sama dia,
katanya dia masih jomblo tuh.”
Dunia emang sempit.
Beruntung banget Pricilla kenal sama cewek yang kemarin membuatnya di bakar api
cemburu.
“Kita datengin
aja.” Kata Sivia.
Akhirnya mereka
berdua sampai di tempat Keke berada. Tepatnya di depan kelas X.5. Disana Keke
sedang duduk di bangku luar sambil bercanda bersama teman-temannya.
“Pricilla!” Teriak
Keke.
“Iya, Ke.. Ini gue,
Pricilla. Apa kabar lo?” Balas Pricilla.
Mereka berdua
tampak akrab. Anehnya, Sivia nggak merasakan marah atau apa pada Keke. Dia juga
senang kok ngobrol sama Keke. Ya.. Doa’in aja deh Keke bukan pacar Rio.
“Ohya Ke, lo kenal
nggak sama Rio?” Tanya Pricilla.
Rio? Keke
berpikir-pikir. Oh, astaga! Rio!! Bukannya cowok itu hadir di dalam mimpinya
semalam? Dalam mimpi, Rio dengan senyum manisnya mengajak Keke berjalan
mengelilingi taman yang indah. Dan disanalah Rio menyatakan cinta. Keke
tersenyum mengingat mimpinya itu.
“Hello Ke..” Kata
Pricilla menyadarkan Keke.
“Eh.. Ng.. Gue
masih jomblo kok.” Jawab Keke jujur.
Sivia menjadi lega.
Jadi ada kesempatannya untuk mendekati Rio. Tapi.. Apakah saat ini Rio masih
jomblo atau udah punya pacar?
“Terus, siapa cowok
yang kemaren anter lo pulang?” Tanya Pricilla.
“Oh itu.. Namanya
Rio. Tapi gue sama dia just friend saja. Yah.. Dia emang cowok baik. Suatu saat
nanti gue pasti mendapatkannya.”
Ada saingan nih!
Batin Sivia. Baginya, Keke bukan tandingannya. Antara dia dengan Keke, Sivia
lebih sempurna dari Keke. Tapi ya itu, apa Rio udah punya pacar ato belum. Ya
mudahan aja belum.
Seorang cewek yang
melihat percakapan itu mendengus kesal. Aisshh, kenapa sih banyak cewek-cewek
yang menyukai Rio? Pertama, kakak kelas cantik itu. Kedua, dua cewek yang ia
lihat tadi. Dan mereka sama-sama CANTIK.
Arghh!! Rencana
perubahannya harus ia lakukan dengan cepat nih. Sebelum ia terlambat. Cewek itu
memasuki kelasnya, yaitu kelas X.3. Disana sudah ada pangerannya duduk manis
disamping bangkunya.
“Gutten morgen
Rio!!” Sapa Dea ramah.
Rio menatap Dea
kesal. Cewek itu lagi. Bisa gila dia duduk dibangku ini. Ya mudahan aja tempat
duduknya di rolling.
“Lo kan janji ma
gue?” Tanya Dea yang sudah duduk dibangkunya. Rio sedikit menggeserkan
bangkunya ke arah kiri, menjauhi Dea.
“Janji apa? Janji
bunuh lo?”
“Uh. Rio jahat
banget. Janji kamu yang bilang kalo kamu mau jadi pacar Dea jika Dea bisa
mengubah diri Dea menjadi cewek cantik.”
Sedikit Rio
tertawa. Janji? Kapan ia pernah membuat janji sama cewek itu? Tapi Rio biarkan
saja. Toh endingnya Dea nggak bakal BISA BERUBAH.
“Tenang aja Yo. Dea
janji bakal ubah diri Dea. Dan Rio bakal kaget dengan perubahan Dea.”
***
Selepas pelajaran
pertama dan kedua selesai, Sivia lega banget. Tenggorokannya kering. Dua
pelajaran yang membuatnya pusing tadi telah menghabiskan energinya. Tapi ia
belum sepenuhnya bisa ke kantin. Terlebih dahulu ia harus mengantar buku-buku
ini ke ruang guru. Huft! Mengapa harus dia sih yang melakukannya?
Untung malaikat
penyelamat mendatanginya. Pricilla membawakannya teh gelas. Sivia langsung
meminum teh itu sampai habis.
“Thanks ya Priss..
Gue pergi dulu.” Kata Sivia.
Pricilla
geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya. Ia pun memtuskan kembali ke dalam
kelas karena kantin sangat ramai. Tadi aja ia bawa teh gelas dari rumah.
Sementara itu,
dengan susah payah Sivia membawa buku tulis yang berjumlah tiga puluh dua.
Argh! Kenapa tadi Pricilla nggak membantunya? Eh larat, Pricilla kan tadi udah
membantunya dengan teh gelas. Jadi Sivia nggak kesal-kesal amat sama Pricilla.
Ketika ia sampai di
koridor, ada cowok yang menghadangnya. Sivia mendengus kesal. Ia pindah ke
kiri, dan cowok itu ikutan ke kiri. Ia pindah ke kanan, dan cowok itu ikutan
pindah ke kanan. Mengesalkan banget kan cowok itu? Kenal pun tidak kok
berani-beraninya menghadangnya. Kalo dilihat, Sivia dan cowok itu seperti
bermain selodor. Cowok itu nggak mau musuhnya lepas begitu saja.
“Hallo.. Kita tidak
sedang main selodor..” Kata Sivia.
Pandangan mereka
bertemu. Cowok itu yang tadinya tenang mengernyitkan dahi. Sivia pun kaget. Tapi, ia nggak pernah tuh melihat
cowok ini sebelumnya. Kok dia kaget ya?
“Sepertinya...
Sepertinya gue pernah melihat lo sebelumnya..” Kata cowok itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar