expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 03 Februari 2015

Forever Love ( Part 4 )



Part 4

.

.

.

Sivia Azizah berjalan dengan lesu. Sore yang cerah ini, walau nyatanya panas banget, Sivia memaksakan diri datang ke rumah Pricilla. Pricilla adalah sahabatnya dari kecil. Mereka sama-sama bersekolah di SMA Sunrise.

Gang demi gang ia lewati. Dan Sivia berhenti di sebuah rumah kecil yang ia yakini adalah rumah Pricilla. Memang, di Kota Surabaya ini rumah-rumah dijadikan sempit. Panas? Jelas! Surabaya nggak jauh beda dari Jakarta.

“Sivia!” Kata Pricilla kaget melihat sahabatnya itu lesu bukan main.

Pricilla menuntun Sivia masuk ke dalam rumah. “Lo kenapa sih? Ada apa? Cerita ke gue.” Kata Pricilla tak sabaran.

“Prisss..” Lirih Sivia.

“Iya? Lo kenapa? Lo aneh banget. Lo bukan Sivia yang gue kenal.”

Sivia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar. “Gue lagi patah hati.” Ucapnya.

Otomatis Pricilla bak disengat listrik ribuan volt. Sivia patah hati? Benarkah? Jadi sahabatnya itu sudah mulai merasakan yang namanya cinta?

“Siapa? Lo naksir sama siapa?” Tanya Pricilla penasaran.

“Mmm.. Itu.. Gu.. Gue nggak tau siapa namanya. Tapi saat pandangan pertama, gue merasa sedang diserang rasa suka. Dia.. Cowok itu tadi nggak sengaja nabrak gue. Gue..” Sivia menyetop pembicaraannya.

“Next.” Kata Pricilla.

“Yah. Ternyata cowok itu sudah punya pacar. Bego banget gue. Seharusnya gue nyadar kalo cowok cakep kayak dia udah punya pacar. Bego.. Bego banget gue.” Kata Sivia mengolok dirinya sendiri.

Bukannya kasian atau apa, Pricilla malah ketawa ngakak. Sivia.. Sivia.. Cewek itu nggak gampang jatuh cinta. Tapi kalo udah jatuh cinta, wah, nggak bisa nahanin perasaan. Dan Sivia salah menyukai seseorang.

“Lo kok malah ketawa sih?” Kata Sivia.

“Hahaha.. Via.. Udah deh, lo lupain orang itu. Nggak ada gunanya lo suka sama cowok itu..”

Sivia jadi kesal. Bisa tidak Pricilla sedikit aja simpati padanya? Yang namanya jatuh cinta itu nggak bisa dipotong sedikitpun. Kalo ia sudah suka sama cowok, jelaslah ia nggak bisa melupakan cowok itu.

“Gini aja. Besok, kita cari tau info tentang cowok itu. Gimana? Siapa tau kan cewek yang lo liat itu bukan pacar cowok pujaan lo?” Usul Pricilla.

Nah, ini yang baru namanya sahabat! Pricilla jago lho dalam soal cowok. Mantannya aja udah berapa tuh? Banyaaak banget. Sementara Sivia sama sekali belum pernah pacaran.

“Oke.” Jawab Sivia tersenyum.

“Gitu dong Vi. Kalo dia jodoh lo, nggak bakal kemana deh.”

Lagi-lagi Sivia tersenyum. Sambil mengingat-ngingat wajah cowok tadi. Cowok manis yang telah membuatnya seperti ini. Sivia baru tau kalo jatuh cinta itu BERJUTA RASANYA #nyanyiin lagu BLINK ‘SEJUTA RASA’#

***

“Jadi, itu alasanmu Fy?” Kata suara sesorang yang membuat jantung Ify berhenti berdetak.

Orang itu mendekati Ify. Ify menatap orang itu dengan perasaan yang bersalah. Cakka? Ada apa cowok itu kemari? Dan cowok itu mengetahui alasannya? Ify memilih untuk diam sambil berpura-pura membaca buku yang ia bawa.

“Fy, siapa Iyel itu?” Tanya Cakka.

Yang ditanya nggak jawab. Cakka tau Ify nggak bakal jelasin siapa itu Iyel dan apa hubungan Ify dengan Iyel. Cakka hanya bisa memendam rasa penasarannya itu.

“Kak, lebih baik kakak pergi aja.” Kata Ify.

Cakka tersenyum lalu menatap Ify. “Kalo kamu mau cerita, cerita aja. Kalo nggak ya nggak papa. Dan maafkan aku kalo aku nggak bisa menjauhimu, Fy. Aku sangat mencintaimu dan ingin sekali membahagiakan kamu.”

Jangan! Jangan menangis! Tetapi air mata itu menetes. Ify terlalu lemah dalam hal ini. Cakka? Mengapa ia harus kenal dengan cowok yang bernama Cakka? Dan mengapa ia bisa... Ia bisa menyukai Cakka??!

“Aku cinta kamu, Fy..” Kata Cakka.

‘Aku juga cinta kamu kak. Tapi haram bagiku untuk mencintai kakak.’ Kata Ify dalam hati.

Dulu, banyak cowok yang suka padanya, dan Ify menolak cinta cowok itu tanpa perasaan sakit atau apa. Sekarang, sejak ia mengenal Cakka, pertahanannya lemah, dihancurkan oleh cinta yang tumbuh dihatinya.

“Siapa Iyel?” Tanya Cakka lagi.

Ify menghela nafas. “Maaf kak, kakak nggak berhak tau siapa Iyel. Sekarang kakak pergi saja.”

“Tidak! Aku tidak akan pergi!” Kata Cakka tegas.

Dasar cowok keras kepala! Ify jadinya yang harus meninggalkan tempat favoritnya. Cewek itu pun berdiri dan hendak meninggalkan taman. Tapi belum sempat kaki-kakinya bergerak, tubuhnya sudah dipeluk oleh seseorang. Seseorang yang sangat mencintainya.

“I love you, Fy..” Kata Cakka memeluk erat tubuh Ify.

Ify merasa nyaman berada di pelukan itu. Tapi rasa bersalahnya kepada Gabriel ( Iyel ) menjadi-jadi. Teganya ia melanggar janji. Teganya ia mencintai Cakka dan sekenanya melupakan Gabriel.

Tak jauh dari tempat itu, seorang cewek menatap nanar pemandangan itu. Sampai kapankah ia akan bertahan? Apakah besok pertahannya roboh hanya karena ia cemburu?

“Fy, lo emang pantas buat Kak Cakka.” Kata cewek itu menahan air mata yang ingin keluar.

Sementara Ify, dia berusaha lepas dari pelukan itu. Wajah bocah manis yang bernama Gabriel hadir di kepalanya sembari memperingatkan sesuatu.

“Maaf kak, maaf. Ify nggak bisa menerima cinta kakak.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ify pergi dengan hati yang sangat terluka. Cakka memandangi Ify dengan tatapan sedih. Oh, andaikan ia bisa membahagiakan Ify... Andaikan ia tau semua masalah yang dialami Ify...

***

Bintang pada malam hari itu bertebaran menghiasi keindahan malam. Keke tersenyum memandangi bintang-bintang itu. Ia membayangkan dirinya bisa menggapai bintang-bintang itu.

“Woi mbak! Siapa nama pacar mbak?” Tanya Chelsea yang tiba-tiba udah ada di sampingnya.

Keke sedikit kaget. “Eh kamu, dia bukan pacar kakak. Ngaco kamu.” Elak Keke.

“Loh? Tapi kan cowok ganteng itu bilang kalo kakak adalah pacar dia?”

Huh! Awas lo Rio! Malam ini Keke jadi sebal, sebal dan sebal. Benar kan, adiknya itu nggak bakal percaya dengan penjelasannya.

“Denger ya Chelsea yang manis.. Cowok yang tadi itu bukan pacar kakak. Dia hanya teman sekolah kakak. Cowok itu sedikit nggak waras. Makanya tadi dia ngaku kalo dia itu pacar kakak.”

Panjang lebar Keke menjelaskan dengan sabar. Tapi yang namanya anak kecil, pasti nggak bakal nerima penjelasan orang dewasa. Artinya, ia biarkan aja si Chelsea ngoceh sendiri.

“Ya udah deh kak. Chelsea mau bobo dulu. Tapi, kakak cocok deh sama cowok tadi.”

Cocok? Keke jadi senyum nggak jelas. Sejak pertama ia bertemu Rio, jantungnya nggak mau normal. Selalu aja berdetakan nggak karuan. Oh my God! Apa gue suka sama dia? Gue suka sama Rio?

Tidak! Ia bukan tipe cewek Rio. Tipe cewek Rio itu adalah cewek yang sempurna dan cantik. Sementara ia, cantik sih cantik tapi ia kurang pede mengatai diri kalo ia itu cantik.

Drtrdrtrdrt....

Keke! Udh bobo blom ???

By. Nova

Uh! Nova nggak ada kerjaan sekali. Malam-malam begini Nova meng-smsnya. Keke memilih untuk tidak membalas pesan Nova. Toh juga pulsanya juga udah habis.

Keke memberhentikan kegiatannya memandangi langit. Kedua matanya udah diserang rasa kantuk yang luar biasa. Jendela kamar yang tadi terbuka ia tutup. Dan Keke langsung memejamkan mata di atas kasur yang empuk.

Disanalah mimpi indah menyertai tidurnya.

***

Di malam yang sama, Dea tersenyum sendiri di dalam kamarnya. Ia nggak menyangka ketemu cowok cakep yang bernama Rio. Di tambah lagi ia dan Rio sebangku. Kurang apa coba keberuntungannya hari ini?

Kini, tinggal satu masalah serius yang harus ia bereskan. Yaitu merubah diri agar menjadi cewek cantik. Rio sudah menjanjikannya, jika ia sudah berubah, maka Rio akan menjadikannya sebagai pacar. Horeee!!!

Lah tapi, bagaimana dengan kakak kelas cantik di UKS itu? Sepertinya Rio naksir deh sama kakak kelas itu. Sedikit Dea menjadi pesimis. Bagaimana jika besok Rio jadian sama kakak kelas itu sebelum dirinya berubah?

Ah! Tapi nggak mungkin kan mereka jadian. Malu deh kakak kelas itu pacaran sama adek kelas. Dea yakin sekali kakak kelas itu sudah kelas dua belas, sementara Rio masih kelas sepuluh.

“Dea..” Kata sebuah suara.

Dea menoleh kebelakang dan mendapati sang Mama tersenyum melihatnya. Mama mendekati Dea dan duduk disamping Dea.

“Siapa cowok itu?” Tanya Mama.

Wajah Dea berubah menjadi merah. “Namanya Rio. Ma, dia ganteng banget. Dia mau kok jadi pacar Dea asalkan Dea mau merubah diri. Ohya Ma, Dea pengen diet. Dea nggak mau makan. Terus, Dea pengen ke salon.”

“Hmmm.. Kamu yakin mau melakukannya?” Tanya Mama.

“Yaiyalah, Ma. Ini kan demi pangeranku.”

Sepertinya Mama kurang setuju dengan keinginan Dea. “Mama tau kamu suka dia. Tapi janganlah mengorbankan dirimu. Mama nggak ingin kamu sakit. Sebaiknya kamu lupakan aja orang itu. Menurut Mama, orang itu hanya melihat cewek dari segi fisik. Rugi lho De kamu suka sama cowok itu.”

“Yahh, Maa.. Jaman sekarang itu cowok pada suka sama cewek yang cantik. Mana ada cowok yang suka sama cewek jelek dan badannya nggak ideal.”

“Ya sudah. Terserah kamu saja. Tapi jangan dipaksakan ya. Ingat, makanmu harus teratur. Mama takut kejadian dulu menimpamu lagi.” Kata Mama berubah sedih.

Kejadian dulu? Tentu Dea masih ingat kejadian dulu. Kejadian yang hampir saja menghilangkan nyawa. Tapi ia yakin, ia pasti bisa. Dea pasti bisa berubah menjadi bidadari cantik.

Deaaa!!! Never give up!! C’mon!! Fighting! Ganbatte!!

***

Pagi yang cerah. Sang surya menerangi Kota Surabaya. Dan mulailah jalanan kota macet. Mobil-mobil dan angkutan umum lainnya pada berlomba-lomba untuk mencapai tujuan. Kalo kita nggak bangun pagi, jangan harap pintu gerbang sekolah masih terbuka. Itu sih jika sekolahnya jauh dari rumah. Kalo dekat ya lebih santai aja. Jalan kaki cukup kok daripada naik angkutan umum.

Seperti biasa. Sivia dan Pricilla berangkat sekolah bersama. Jarak rumah mereka dengan sekolah dekat. Jadi mereka bisa jalan kaki tanpa berlomba-lomba naek angkutan umum.

Sesampai di sekolah, Pricilla membisikkan Sivia. Aksi mereka di mulai dari hari ini. Ia dan Sivia harus mencari tau asal-usul Rio. Dan tentu saja cewek yang kemarin pulang bersama Rio.

Sivia menyenggol lengan Pricilla karena nggak sengaja melihat cewek yang kemarin pulang bersama Rio. Sivia hafal betul wajah cewek itu.

“Itu Vi cewek yang lo maksud?” Tanya Pricilla.

Sivia mengangguk.

“Wau, kebetulan banget. Dia temen MOS gue. Namanya Keke. Tapi eh, waktu gue tanya sama dia, katanya dia masih jomblo tuh.”

Dunia emang sempit. Beruntung banget Pricilla kenal sama cewek yang kemarin membuatnya di bakar api cemburu.

“Kita datengin aja.” Kata Sivia.

Akhirnya mereka berdua sampai di tempat Keke berada. Tepatnya di depan kelas X.5. Disana Keke sedang duduk di bangku luar sambil bercanda bersama teman-temannya.

“Pricilla!” Teriak Keke.

“Iya, Ke.. Ini gue, Pricilla. Apa kabar lo?” Balas Pricilla.

Mereka berdua tampak akrab. Anehnya, Sivia nggak merasakan marah atau apa pada Keke. Dia juga senang kok ngobrol sama Keke. Ya.. Doa’in aja deh Keke bukan pacar Rio.

“Ohya Ke, lo kenal nggak sama Rio?” Tanya Pricilla.

Rio? Keke berpikir-pikir. Oh, astaga! Rio!! Bukannya cowok itu hadir di dalam mimpinya semalam? Dalam mimpi, Rio dengan senyum manisnya mengajak Keke berjalan mengelilingi taman yang indah. Dan disanalah Rio menyatakan cinta. Keke tersenyum mengingat mimpinya itu.

“Hello Ke..” Kata Pricilla menyadarkan Keke.

“Eh.. Ng.. Gue masih jomblo kok.” Jawab Keke jujur.

Sivia menjadi lega. Jadi ada kesempatannya untuk mendekati Rio. Tapi.. Apakah saat ini Rio masih jomblo atau udah punya pacar?

“Terus, siapa cowok yang kemaren anter lo pulang?” Tanya Pricilla.

“Oh itu.. Namanya Rio. Tapi gue sama dia just friend saja. Yah.. Dia emang cowok baik. Suatu saat nanti gue pasti mendapatkannya.”

Ada saingan nih! Batin Sivia. Baginya, Keke bukan tandingannya. Antara dia dengan Keke, Sivia lebih sempurna dari Keke. Tapi ya itu, apa Rio udah punya pacar ato belum. Ya mudahan aja belum.

Seorang cewek yang melihat percakapan itu mendengus kesal. Aisshh, kenapa sih banyak cewek-cewek yang menyukai Rio? Pertama, kakak kelas cantik itu. Kedua, dua cewek yang ia lihat tadi. Dan mereka sama-sama CANTIK.

Arghh!! Rencana perubahannya harus ia lakukan dengan cepat nih. Sebelum ia terlambat. Cewek itu memasuki kelasnya, yaitu kelas X.3. Disana sudah ada pangerannya duduk manis disamping bangkunya.

“Gutten morgen Rio!!” Sapa Dea ramah.

Rio menatap Dea kesal. Cewek itu lagi. Bisa gila dia duduk dibangku ini. Ya mudahan aja tempat duduknya di rolling.

“Lo kan janji ma gue?” Tanya Dea yang sudah duduk dibangkunya. Rio sedikit menggeserkan bangkunya ke arah kiri, menjauhi Dea.

“Janji apa? Janji bunuh lo?”

“Uh. Rio jahat banget. Janji kamu yang bilang kalo kamu mau jadi pacar Dea jika Dea bisa mengubah diri Dea menjadi cewek cantik.”

Sedikit Rio tertawa. Janji? Kapan ia pernah membuat janji sama cewek itu? Tapi Rio biarkan saja. Toh endingnya Dea nggak bakal BISA BERUBAH.

“Tenang aja Yo. Dea janji bakal ubah diri Dea. Dan Rio bakal kaget dengan perubahan Dea.”

***

Selepas pelajaran pertama dan kedua selesai, Sivia lega banget. Tenggorokannya kering. Dua pelajaran yang membuatnya pusing tadi telah menghabiskan energinya. Tapi ia belum sepenuhnya bisa ke kantin. Terlebih dahulu ia harus mengantar buku-buku ini ke ruang guru. Huft! Mengapa harus dia sih yang melakukannya?

Untung malaikat penyelamat mendatanginya. Pricilla membawakannya teh gelas. Sivia langsung meminum teh itu sampai habis.

“Thanks ya Priss.. Gue pergi dulu.” Kata Sivia.

Pricilla geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya. Ia pun memtuskan kembali ke dalam kelas karena kantin sangat ramai. Tadi aja ia bawa teh gelas dari rumah.

Sementara itu, dengan susah payah Sivia membawa buku tulis yang berjumlah tiga puluh dua. Argh! Kenapa tadi Pricilla nggak membantunya? Eh larat, Pricilla kan tadi udah membantunya dengan teh gelas. Jadi Sivia nggak kesal-kesal amat sama Pricilla.

Ketika ia sampai di koridor, ada cowok yang menghadangnya. Sivia mendengus kesal. Ia pindah ke kiri, dan cowok itu ikutan ke kiri. Ia pindah ke kanan, dan cowok itu ikutan pindah ke kanan. Mengesalkan banget kan cowok itu? Kenal pun tidak kok berani-beraninya menghadangnya. Kalo dilihat, Sivia dan cowok itu seperti bermain selodor. Cowok itu nggak mau musuhnya lepas begitu saja.

“Hallo.. Kita tidak sedang main selodor..” Kata Sivia.

Pandangan mereka bertemu. Cowok itu yang tadinya tenang mengernyitkan dahi. Sivia pun  kaget. Tapi, ia nggak pernah tuh melihat cowok ini sebelumnya. Kok dia kaget ya?

“Sepertinya... Sepertinya gue pernah melihat lo sebelumnya..” Kata cowok itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar