expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Februari 2015

Friendship ( Part 9 )



Tell Everyone About The Secret

“I’ve been tired of this all
I want everyone knows
That I’m your princess”


Hari ini, entah mengapa Taylor ingin menghabiskan harinya untuk membantu Harry di Toko Rotinya. Selain berjualan di Toko Roti yang sudah mulai terkenal, Harry juga memiliki bakat lain. Yaitu dia pandai sekali dalam pelajaran matematika dan ekonomi. Beda sekali dengan dirinya yang paling membenci pelajaran-pelajaran hitungan. Setiap rabu dan kamis sore, Harry membuka les di rumahnya dan banyak yang berminat. Diam-diam, Harry cocok juga jadi guru. Tapi lelaki itu mengatakan kalau ia tidak ingin menjadi guru. Ia lebih suka berbisnis.

            Di tengah perjalanan, tiba-tiba Taylor mengingat Louis dan hubungannya dengan Louis. Lama-kelamaan, Taylor menjadi curiga. Sudah tiga bulan ia menjalani hubungan dengan Louis dan Louis belum mengizinkannya untuk memberitahu kepada semua orang. Ibunya pun sering bertanya mengenai Louis dan ia menjawab kalau ia dan Louis hanya berteman. Bukankah menyedihkan?

            Apa sebaiknya ia jujur saja ke semua orang kalau ia sudah pacaran dengan Louis tiga bulan yang lalu? Toh Louis juga tidak akan marah jika ia memberitahu ke sahabat-sahabatnya,  juga Ibunya. Selama tiga bulan ini, Taylor berusaha untuk sabar dan kesabarannya sudah habis. Ia ingin sekali menceritakan momen yang indah saat detik-detik ia menjadi kekasih Louis pada Ibunya. Pasti Ibunya senang karena dasarnya memang Ibunya menyukai Louis dan menganggap Louis adalah lelaki yang baik dan cocok untuknya.

            Ketika ia sampai di Toko Roti milik Harry yang cukup besar itu, ia melihat Niall yang sedang sibuk melayani pelanggan. Jadi setelah lulus, Niall memilih bekerja disini? Niall memang pengikut setia Harry.

            “Hai Tay! Kenapa wajahmu lesu gitu? Habis kelahi sama Louis ya?” Tebak Niall sok tau.

            Taylor tersenyum lemah. “Tidak. Aku hanya bingung.” Jawabnya.

            “Bingung? Kenapa harus bingung? Ngomong-ngomong, hubunganmu dengan Louis apa sih? Kalian pacaran atau bagaimana?”

            Tiba-tiba Harry datang dan bergabung dengan Taylor dan Niall. “Tay, cobalah cup cake ini. Kau pasti suka.” Ucap Harry sambil member dua buah cup cake berbentuk lucu pada Taylor.

            Taylor menerima dua cup cake itu tanpa minat. Walau cup cake itu dapat menggugah seleranya, tapi ia malas memakannya. Pikirannya dipenuhi oleh Louis dan hubungannya dengan Louis. Apa sebaiknya ia bercerita ke Harry dan Niall?

            “Aku.. Aku dan Louis sudah pacaran sejak tiga bulan yang lalu.” Ucapnya tiba-tiba.

            Niall langsung melebarkan matanya. “Benar dugaanku. Kau cocok sekali dengan Louis. Apa kau tidak ada rencana untuk menikah?”

            Lagi-lagi menikah, batin Taylor malas. “Tidak. Aku masih muda dan malas memikirkan pernikahan.” Jawabnya.

            “Justru itu Tay! Menikah di usia sepertimu sangat baik. Lagipula Louis juga sudah pantas untuk menikah.” Kata Niall.

            Tiba-tiba Gemma datang. “Nah lho, ngapain bicarain pernikahan? Kalian berdua mau nikah ya?” Tanyanya.

            Niall beralih menatap Gemma sambil tertawa. “Bukan aku yang nikah sama Taylor. Tapi Harry.” Ucapnya yang sukses mendapat toyoran dari Harry.

            “Aku serius lho.” Kata Gemma yang pengen sekali tau bahan pembicaraa Niall, Harry dan Taylor.

            Akhirnya Harry yang menjawab. “Taylor dan Louis sudah pacaran sejak tiga bulan lalu.” Jawabnya.

            Mendengar jawaban Harry, mata Gemma langsung melebar. Sepertinya dia mengetahui sesuatu. “Bukannya Louis sama Ele ya? Kalau aku perhatikan wajah Ele, tampaknya gadis itu mencintai Louis. Dia selalu tersenyum dan senang jika Louis kemari dan menyapanya.”

            Tentu saja jantung Taylor berpacu dengan cepat saat mendengar jawaban Gemma. Ele mencintai Louis? Bagaimana Gemma bisa menebak kalau Ele mencintai Louis? Tapi kalau benar, Taylor tidak tau harus bagaimana. Ia sangat menyayangi Ele dan tidak mau kehilangan Ele, tapi ia juga sangat mencintai Louis dan tidak mau kehilangan Louis.

            “Kau bicara apa sih? Hanya Taylor yang cocok untuk Louis, bukan Ele. Mungkin Ele dan Louis saudaraan.” Kata Niall yang sempat memerhatikan perubahan wajah Taylor yang berubah menjadi pucat.

            “Tapi menurutku, Taylor tidak cocok dengan Louis. Ele yang cocok untuk Louis dan..”

            Ucapan Gemma langsung dipotong oleh Taylor. “Aku akan menemui Louis sekarang dan hari ini juga aku harus mendapat kepastian.” Ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.

***

            Sudah hampir sejam ia menunggu kedatangan Louis di tempat dimana Louis menyatakan cinta padanya. Tempatnya cukup jauh, tapi tidak masalah baginya untuk datang kemari. Terpenting, hari ini juga ia harus mendapat kepastian dari Louis dan berusaha tegar jika Louis memutuskan suatu keputusan yang menyakitkan.

            Semaki lama Taylor semakin bosan menunggu Louis dan merasa bahwa Louis sudah tidak mau mempedulikannya lagi. Taylor menghela nafas berat. Ia membuka ponselnya dan bermain game dengan malas. Berkali-kali tampilan ‘Game Over’ hadir dilayarnya dan ia tidak peduli.

            “Hai!” Sapa sebuah suara yang tidak lain adalah Louis.

            Taylor tersenyum lega saat mendapati kedatangan Louis. Lelaki itu sama seperti dulu. Tetap tampan dan membuat hatinya berbunga-bunga. Tapi ia menemukan adanya kepucatan di wajah Louis. Taylor berharap semuanya akan berjalan baik-baik saja.

            “Hai! Kenapa lama sekali?” Tanya Taylor kesal.

            Louis tersenyum lalu duduk di samping Taylor sambil merangkulnya. “Maaf. Tadi pekerjaanku banyak sekali.” Jawabnya.

            Taylor percaya dengan jawaban Louis. Gadis itu tau kalau kekasihnya itu sangat sibuk dengan pekerjaannya dan ia harus mengerti. Sekarang, kalimat mana yang tepat yang akan ia tanyakan ke Louis? Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan ke Louis. Tapi entah mengapa pertanyaan-pertanyaan itu kini hilang di otaknya dan berubah menjadi kebingungan.

            “Ng.. Sudah tiga bulan ya..” Kata Taylor akhirnya.

            “Ya. Aku berharap hubungan kita tetap berjalan dengan baik.” Kata Louis dengan segala kebodohannya.

            Bodoh! Batin Louis pada dirinya sendiri. Lelaki itu merasa kalau dirinya tidak jauh-jauh dari kata playboy yang suka memainkan perasaan seorang gadis. Apa aku harus jujur? Apa aku harus memutuskan hubungan ini agar aku tidak kebingungan lagi? Tapi bagaimana dengan Taylor? Dan juga bagaimana dengan Ele?

            “Lou, kenapa kita merahasiakan hubungan yang indah ini? Aku tidak sabar memberitahu ke semua orang.” Kata Taylor.

            Louis menghela nafas panjang sebelum menjawab. “Ya. Kau beritahu saja ke semua orang. Aku juga lelah menyembunyikan hubungan ini.” Ucapnya dengan seluruh kepasrahan yang dimilikinya.

            “Benarkah? Kenapa tidak dari dulu saja?” Tanya Taylor senang.

            Louis memberanikan diri untuk menatap wajah cantik itu. Memang benar. Ia mencintai Taylor hanya karena gadis itu cantik dan gadis itu adalah impian dari sekian banyak lelaki. Ia tidak sungguh-sungguh mencintai Taylor. Jika Taylor sedikit saja tidak cantik, mungkin ia tidak pernah tertarik dengan gadis itu.

            “Iya, aku juga bingung.” Jawab Louis.

            Bagi Taylor, ucapan dan sikap Louis terasa aneh. Louis seperti sedang mendapat sebuah masalah yang besar dan lelaki itu memilih untuk pasrah. Namun lagi-lagi, Taylor percaya dengan Louis kalau Louis benar-benar mencintainya, dan bunga mawar itu masih tetap terlihat cantik, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.

***

            Mata gadis itu menatap tidak percaya di depan layar laptopnya. Baru saja ia membuka laptop dan baru saja ia membuka facebook, sebuah berita yang tidak biasa menjadi sarapannya pagi ini. Aku tidak salah baca kan? Batin gadis itu. Di layar laptopnya, banyak bertebaran status-status Taylor dan juga foto-foto gadis itu bersama… Louis?

            Sudah tiga bulan mereka menjalin sebuah hubungan dan baru hari ini mereka pamerkan lewat jejaring sosial. Tentu saja hal ini dapat membuat hatinya sakit. Tega sekali Louis berbuat hal yang sedemikian rupa.

            Cepat-cepat Ele mengambil ponselnya dan Louis harus menjelaskan apa maksud dari semua ini. Tapi sayangnya, Louis tidak mau mengangkat telponnya. Sudah berkali-kali ia memiscall Louis dan Louis tidak mau mengangkatnya. Entah mengapa hatinya menjadi perih. Sangat perih. Ia merasa dipermainkan oleh Louis. Bukan hanya ia saja yang dipermainkan oleh Louis, tapi juga Taylor!

            Kembali Ele memiscall Louis. Tapi lelaki itu tidak juga mengangkat telponnya. Ele yakin sekali saat ini Louis sedang bersembunyi dan menghindar darinya. Ingin sekali ia memarahi Louis dan membenci Louis. Tapi hatinya tidak mampu untuk melakukannya. Ia sudah sangat mencintai Louis dan akan terus mencintai Louis apapun yang terjadi.

            Sementara Louis, lelaki itu mengurung diri di kamarnya ditemani oleh segala kepasrahan dan kesalahan-kesalahannya. Sedaritadi ponselnya berdering tapi ia enggan mengangkatnya. Ele memiscallnya dan ia belum siap menjelaskan pada Ele. Sebentar lagi, Taylor akan tau bahwa gadis itu hanya dipermainkan oleh seorang Louis dan sebentar lagi Taylor akan membencinya, juga Ele dan ia akan kehilangan segalanya.

            Louis teringat dengan Harry. Lelaki itu memutuskan untuk memiscall Harry dan berharap Harry mau membantunya. Lama menunggu jawaban, akhirnya Harry mengangkat telponnya.

            “Harr, aku butuh bantuanmu.” Ucap Louis penuh harap.

            Di sebrang sana, Harry menjawab. “Bantuan apa?” Tanyanya.

            Louis menjadi lega. Sepertinya Harry mau membantunya. “Ele sudah tau tentang hubunganku dengan Taylor dan dia mungkin sedang marah. Harr, aku sudah menemukan suatu keputusan dan keputusan itu adalah keputusan yang terbaik.” Ucapnya.

            Harry terdiam sesaat, lalu berkata. “Apa keputusanmu?” Tanya Harry.

            “Kau benar. Aku tidak benar-benar mencintai Taylor. Aku hanya memanfaatkannya saja. Aku lebih mencintai Ele dan Ele lah cinta sejatiku. Andai saat itu aku tidak bertemu Taylor, mungkin ceritanya akan lain.” Jawabnya.

            “Lalu?” Tanya Harry.

            “Aku butuh bantuanmu untuk menjelaskan pada Taylor kejadian yang sebenarnya. Aku mohon Harr. Aku tidak berani bertemu Taylor dalam waktu yang dekat ini dan aku tidak sanggup melihatnya menangis. Sementara Ele, biar aku yang urus” Jawab Louis.

            Jika saat ini mereka berbicara empat mata dan bukan melalui telepon, mungkin Louis sudah benar-benar malu bertatap muka dengan Harry. Bicara melalui telepon saja ia gugup. Louis berharap Harry mau membantunya dan urusannya selesai dengan mudah.

            “Mengapa harus aku? Kau yang salah dan kaulah yang harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah kau lakukan. Tadi kau mengatakan kalau kau tidak sanggup melihat Taylor menangis, apalagi aku. Taylor adalah sahabatku dan sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Tentu saja jika dia bersedih dan menangis aku ikutan juga. Akhir-akhir ini dia lebih suka murung dan jarang tertawa dan aku menjadi khawatir. Sebaiknya kau saja yang bicara baik-baik dengan Taylor. Aku akan menemanimu.”

            Tidak ada harapan lagi. Artinya, hanya ia yang bisa menjelaskan masalah ini pada Taylor dan bukan Harry ataupun lainnya. Louis tau semua ini salahnya dan ia harus bertanggung jawab, bukan malah meminta bantuan pada Harry.

            “Ba.. Baiklah. Besok aku akan menjelaskannya pada Taylor. Tapi.. Apa kau marah dan kecewa padaku karena aku sudah mempermainkan Taylor?” Tanya Louis.

            Di sebrang sana, Harry tidak menjawab pertanyaan Louis. Ia langsung memutus panggilan dengan Louis dan mematikan ponselnya. Tidak tau apa ia membenci Louis atau tidak. Terpenting, ia penasaran bagaimana nasib Taylor saat mengetahui kalau Louis sama sekali tidak mencintainya. Harry berharap sahabatnya itu baik-baik saja dan tetap ceria seperti dulu.

***

            “Dan begitulah ceritanya.” Jelas Taylor dengan penuh semangat.

Sore itu ia menyuruh sahabat-sahabatnya berkumpul di rumahnya. Tidak terkecuali Ele. Tampaknya gadis itu ingin sekali tau bagaimana cara Louis mempermainkan Taylor. Ternyata, Louis cukup romantis juga. Dan bunga mawar itu.. Ele tersenyum sedih mengingatnya.

“Wah, it’s so romantic. Beruntung sekali kau punya kekasih tampan seperti Louis.” Kata Selena yang memang sangat menyukai hal-hal yang berbau romantis.

“Yang aku herankan, kenapa Louis menyuruhmu untuk merahasiakan hubungan kalian?” Tanya Niall.

“Katanya sih Louis mau memberi kejutan untuk Ibunya. Tapi terasa ganjil juga. Sudahlah, yang penting aku dan Louis bahagia.” Ucap Taylor.

Dasar lelaki yang licik! Batin Ele. Ngapain juga Louis menyembunyikan hubungannya dengan Taylor hanya untuk membuatnya tenang dan yakin kalau Louislah pilihan hatinya. Namun kali ini Ele ingin menang. Ele yakin sekali Louis lebih memilihnya dibanding Taylor dan ia berharap Taylor tidak akan membencinya. Kalaupun membencinya, Ele menerimanya. Mustahil jika Taylor tidak membencinya sementara ia dan Louis bermain-main dibelakangnya.

“Kalau begitu, mana traktirannya?” Pinta Niall.

Taylor tersenyum licik. “Tadi aku sudah pesan di Harry. Jadi kau minta saja ke Harry.” Jawabnya sambil melirik ke arah Harry. Namun Harry tidak berkomentar apapun. Sedaritadi lelaki itu diam saja dan tidak mau bicara.

Baru saja Taylor mau bicara dengan Harry, Selena mendahuluinya. “Harry kenapa lagi? Kamu cemburu ya mendengar cerita Taylor? Nah lho! Aku perhatikan kau diam saja dan tidak mau bicara.” Ucapnya.

Harry langsung mengangkat kepalanya. “Tidak ada. Kau jangan sok tau.” Ucapnya.

Semuanya pun tertawa kecuali Ele dan tentunya Harry. Selena baru sadar kalau sikap Ele sama persis dengan sikap Harry. Jangan-jangan memang benar Harry cemburu dengan Louis sementara Ele cemburu dengan Taylor. Kan nyambung jadinya. Tapi Selena hanya bercanda saja. Mungkin Harry dan Ele memang sedang ada masalah yang tidak ada hubungannya dengan cerita Taylor tadi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar