Tell
Everyone About The Secret
“I’ve
been tired of this all
I
want everyone knows
That
I’m your princess”
Hari ini, entah mengapa Taylor ingin menghabiskan
harinya untuk membantu Harry di Toko Rotinya. Selain berjualan di Toko Roti
yang sudah mulai terkenal, Harry juga memiliki bakat lain. Yaitu dia pandai
sekali dalam pelajaran matematika dan ekonomi. Beda sekali dengan dirinya yang
paling membenci pelajaran-pelajaran hitungan. Setiap rabu dan kamis sore, Harry
membuka les di rumahnya dan banyak yang berminat. Diam-diam, Harry cocok juga
jadi guru. Tapi lelaki itu mengatakan kalau ia tidak ingin menjadi guru. Ia
lebih suka berbisnis.
Di
tengah perjalanan, tiba-tiba Taylor mengingat Louis dan hubungannya dengan
Louis. Lama-kelamaan, Taylor menjadi curiga. Sudah tiga bulan ia menjalani
hubungan dengan Louis dan Louis belum mengizinkannya untuk memberitahu kepada
semua orang. Ibunya pun sering bertanya mengenai Louis dan ia menjawab kalau ia
dan Louis hanya berteman. Bukankah menyedihkan?
Apa
sebaiknya ia jujur saja ke semua orang kalau ia sudah pacaran dengan Louis tiga
bulan yang lalu? Toh Louis juga tidak akan marah jika ia memberitahu ke
sahabat-sahabatnya, juga Ibunya. Selama
tiga bulan ini, Taylor berusaha untuk sabar dan kesabarannya sudah habis. Ia
ingin sekali menceritakan momen yang indah saat detik-detik ia menjadi kekasih
Louis pada Ibunya. Pasti Ibunya senang karena dasarnya memang Ibunya menyukai
Louis dan menganggap Louis adalah lelaki yang baik dan cocok untuknya.
Ketika
ia sampai di Toko Roti milik Harry yang cukup besar itu, ia melihat Niall yang
sedang sibuk melayani pelanggan. Jadi setelah lulus, Niall memilih bekerja
disini? Niall memang pengikut setia Harry.
“Hai
Tay! Kenapa wajahmu lesu gitu? Habis kelahi sama Louis ya?” Tebak Niall sok
tau.
Taylor
tersenyum lemah. “Tidak. Aku hanya bingung.” Jawabnya.
“Bingung?
Kenapa harus bingung? Ngomong-ngomong, hubunganmu dengan Louis apa sih? Kalian
pacaran atau bagaimana?”
Tiba-tiba
Harry datang dan bergabung dengan Taylor dan Niall. “Tay, cobalah cup cake ini.
Kau pasti suka.” Ucap Harry sambil member dua buah cup cake berbentuk lucu pada
Taylor.
Taylor
menerima dua cup cake itu tanpa minat. Walau cup cake itu dapat menggugah
seleranya, tapi ia malas memakannya. Pikirannya dipenuhi oleh Louis dan
hubungannya dengan Louis. Apa sebaiknya ia bercerita ke Harry dan Niall?
“Aku..
Aku dan Louis sudah pacaran sejak tiga bulan yang lalu.” Ucapnya tiba-tiba.
Niall
langsung melebarkan matanya. “Benar dugaanku. Kau cocok sekali dengan Louis.
Apa kau tidak ada rencana untuk menikah?”
Lagi-lagi
menikah, batin Taylor malas. “Tidak. Aku masih muda dan malas memikirkan
pernikahan.” Jawabnya.
“Justru
itu Tay! Menikah di usia sepertimu sangat baik. Lagipula Louis juga sudah
pantas untuk menikah.” Kata Niall.
Tiba-tiba
Gemma datang. “Nah lho, ngapain bicarain pernikahan? Kalian berdua mau nikah
ya?” Tanyanya.
Niall
beralih menatap Gemma sambil tertawa. “Bukan aku yang nikah sama Taylor. Tapi
Harry.” Ucapnya yang sukses mendapat toyoran dari Harry.
“Aku
serius lho.” Kata Gemma yang pengen sekali tau bahan pembicaraa Niall, Harry
dan Taylor.
Akhirnya
Harry yang menjawab. “Taylor dan Louis sudah pacaran sejak tiga bulan lalu.”
Jawabnya.
Mendengar
jawaban Harry, mata Gemma langsung melebar. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.
“Bukannya Louis sama Ele ya? Kalau aku perhatikan wajah Ele, tampaknya gadis
itu mencintai Louis. Dia selalu tersenyum dan senang jika Louis kemari dan
menyapanya.”
Tentu
saja jantung Taylor berpacu dengan cepat saat mendengar jawaban Gemma. Ele
mencintai Louis? Bagaimana Gemma bisa menebak kalau Ele mencintai Louis? Tapi
kalau benar, Taylor tidak tau harus bagaimana. Ia sangat menyayangi Ele dan
tidak mau kehilangan Ele, tapi ia juga sangat mencintai Louis dan tidak mau
kehilangan Louis.
“Kau
bicara apa sih? Hanya Taylor yang cocok untuk Louis, bukan Ele. Mungkin Ele dan
Louis saudaraan.” Kata Niall yang sempat memerhatikan perubahan wajah Taylor
yang berubah menjadi pucat.
“Tapi
menurutku, Taylor tidak cocok dengan Louis. Ele yang cocok untuk Louis dan..”
Ucapan
Gemma langsung dipotong oleh Taylor. “Aku akan menemui Louis sekarang dan hari
ini juga aku harus mendapat kepastian.” Ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.
***
Sudah
hampir sejam ia menunggu kedatangan Louis di tempat dimana Louis menyatakan
cinta padanya. Tempatnya cukup jauh, tapi tidak masalah baginya untuk datang
kemari. Terpenting, hari ini juga ia harus mendapat kepastian dari Louis dan
berusaha tegar jika Louis memutuskan suatu keputusan yang menyakitkan.
Semaki
lama Taylor semakin bosan menunggu Louis dan merasa bahwa Louis sudah tidak mau
mempedulikannya lagi. Taylor menghela nafas berat. Ia membuka ponselnya dan
bermain game dengan malas. Berkali-kali tampilan ‘Game Over’ hadir dilayarnya
dan ia tidak peduli.
“Hai!”
Sapa sebuah suara yang tidak lain adalah Louis.
Taylor
tersenyum lega saat mendapati kedatangan Louis. Lelaki itu sama seperti dulu.
Tetap tampan dan membuat hatinya berbunga-bunga. Tapi ia menemukan adanya
kepucatan di wajah Louis. Taylor berharap semuanya akan berjalan baik-baik
saja.
“Hai!
Kenapa lama sekali?” Tanya Taylor kesal.
Louis
tersenyum lalu duduk di samping Taylor sambil merangkulnya. “Maaf. Tadi
pekerjaanku banyak sekali.” Jawabnya.
Taylor
percaya dengan jawaban Louis. Gadis itu tau kalau kekasihnya itu sangat sibuk
dengan pekerjaannya dan ia harus mengerti. Sekarang, kalimat mana yang tepat
yang akan ia tanyakan ke Louis? Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang harus ia
tanyakan ke Louis. Tapi entah mengapa pertanyaan-pertanyaan itu kini hilang di
otaknya dan berubah menjadi kebingungan.
“Ng..
Sudah tiga bulan ya..” Kata Taylor akhirnya.
“Ya.
Aku berharap hubungan kita tetap berjalan dengan baik.” Kata Louis dengan
segala kebodohannya.
Bodoh!
Batin Louis pada dirinya sendiri. Lelaki itu merasa kalau dirinya tidak
jauh-jauh dari kata playboy yang suka memainkan perasaan seorang gadis. Apa aku
harus jujur? Apa aku harus memutuskan hubungan ini agar aku tidak kebingungan
lagi? Tapi bagaimana dengan Taylor? Dan juga bagaimana dengan Ele?
“Lou,
kenapa kita merahasiakan hubungan yang indah ini? Aku tidak sabar memberitahu
ke semua orang.” Kata Taylor.
Louis
menghela nafas panjang sebelum menjawab. “Ya. Kau beritahu saja ke semua orang.
Aku juga lelah menyembunyikan hubungan ini.” Ucapnya dengan seluruh kepasrahan
yang dimilikinya.
“Benarkah?
Kenapa tidak dari dulu saja?” Tanya Taylor senang.
Louis
memberanikan diri untuk menatap wajah cantik itu. Memang benar. Ia mencintai
Taylor hanya karena gadis itu cantik dan gadis itu adalah impian dari sekian
banyak lelaki. Ia tidak sungguh-sungguh mencintai Taylor. Jika Taylor sedikit
saja tidak cantik, mungkin ia tidak pernah tertarik dengan gadis itu.
“Iya,
aku juga bingung.” Jawab Louis.
Bagi
Taylor, ucapan dan sikap Louis terasa aneh. Louis seperti sedang mendapat
sebuah masalah yang besar dan lelaki itu memilih untuk pasrah. Namun lagi-lagi,
Taylor percaya dengan Louis kalau Louis benar-benar mencintainya, dan bunga
mawar itu masih tetap terlihat cantik, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.
***
Mata
gadis itu menatap tidak percaya di depan layar laptopnya. Baru saja ia membuka
laptop dan baru saja ia membuka facebook, sebuah berita yang tidak biasa
menjadi sarapannya pagi ini. Aku tidak salah baca kan? Batin gadis itu. Di
layar laptopnya, banyak bertebaran status-status Taylor dan juga foto-foto
gadis itu bersama… Louis?
Sudah
tiga bulan mereka menjalin sebuah hubungan dan baru hari ini mereka pamerkan
lewat jejaring sosial. Tentu saja hal ini dapat membuat hatinya sakit. Tega
sekali Louis berbuat hal yang sedemikian rupa.
Cepat-cepat
Ele mengambil ponselnya dan Louis harus menjelaskan apa maksud dari semua ini.
Tapi sayangnya, Louis tidak mau mengangkat telponnya. Sudah berkali-kali ia
memiscall Louis dan Louis tidak mau mengangkatnya. Entah mengapa hatinya
menjadi perih. Sangat perih. Ia merasa dipermainkan oleh Louis. Bukan hanya ia
saja yang dipermainkan oleh Louis, tapi juga Taylor!
Kembali
Ele memiscall Louis. Tapi lelaki itu tidak juga mengangkat telponnya. Ele yakin
sekali saat ini Louis sedang bersembunyi dan menghindar darinya. Ingin sekali
ia memarahi Louis dan membenci Louis. Tapi hatinya tidak mampu untuk
melakukannya. Ia sudah sangat mencintai Louis dan akan terus mencintai Louis
apapun yang terjadi.
Sementara
Louis, lelaki itu mengurung diri di kamarnya ditemani oleh segala kepasrahan
dan kesalahan-kesalahannya. Sedaritadi ponselnya berdering tapi ia enggan
mengangkatnya. Ele memiscallnya dan ia belum siap menjelaskan pada Ele.
Sebentar lagi, Taylor akan tau bahwa gadis itu hanya dipermainkan oleh seorang
Louis dan sebentar lagi Taylor akan membencinya, juga Ele dan ia akan
kehilangan segalanya.
Louis
teringat dengan Harry. Lelaki itu memutuskan untuk memiscall Harry dan berharap
Harry mau membantunya. Lama menunggu jawaban, akhirnya Harry mengangkat
telponnya.
“Harr,
aku butuh bantuanmu.” Ucap Louis penuh harap.
Di
sebrang sana, Harry menjawab. “Bantuan apa?” Tanyanya.
Louis
menjadi lega. Sepertinya Harry mau membantunya. “Ele sudah tau tentang
hubunganku dengan Taylor dan dia mungkin sedang marah. Harr, aku sudah
menemukan suatu keputusan dan keputusan itu adalah keputusan yang terbaik.”
Ucapnya.
Harry
terdiam sesaat, lalu berkata. “Apa keputusanmu?” Tanya Harry.
“Kau
benar. Aku tidak benar-benar mencintai Taylor. Aku hanya memanfaatkannya saja.
Aku lebih mencintai Ele dan Ele lah cinta sejatiku. Andai saat itu aku tidak
bertemu Taylor, mungkin ceritanya akan lain.” Jawabnya.
“Lalu?”
Tanya Harry.
“Aku
butuh bantuanmu untuk menjelaskan pada Taylor kejadian yang sebenarnya. Aku
mohon Harr. Aku tidak berani bertemu Taylor dalam waktu yang dekat ini dan aku
tidak sanggup melihatnya menangis. Sementara Ele, biar aku yang urus” Jawab
Louis.
Jika
saat ini mereka berbicara empat mata dan bukan melalui telepon, mungkin Louis
sudah benar-benar malu bertatap muka dengan Harry. Bicara melalui telepon saja
ia gugup. Louis berharap Harry mau membantunya dan urusannya selesai dengan
mudah.
“Mengapa
harus aku? Kau yang salah dan kaulah yang harus bertanggung jawab atas segala
perbuatan yang telah kau lakukan. Tadi kau mengatakan kalau kau tidak sanggup
melihat Taylor menangis, apalagi aku. Taylor adalah sahabatku dan sudah aku
anggap sebagai adikku sendiri. Tentu saja jika dia bersedih dan menangis aku
ikutan juga. Akhir-akhir ini dia lebih suka murung dan jarang tertawa dan aku
menjadi khawatir. Sebaiknya kau saja yang bicara baik-baik dengan Taylor. Aku
akan menemanimu.”
Tidak
ada harapan lagi. Artinya, hanya ia yang bisa menjelaskan masalah ini pada
Taylor dan bukan Harry ataupun lainnya. Louis tau semua ini salahnya dan ia
harus bertanggung jawab, bukan malah meminta bantuan pada Harry.
“Ba..
Baiklah. Besok aku akan menjelaskannya pada Taylor. Tapi.. Apa kau marah dan
kecewa padaku karena aku sudah mempermainkan Taylor?” Tanya Louis.
Di
sebrang sana, Harry tidak menjawab pertanyaan Louis. Ia langsung memutus
panggilan dengan Louis dan mematikan ponselnya. Tidak tau apa ia membenci Louis
atau tidak. Terpenting, ia penasaran bagaimana nasib Taylor saat mengetahui
kalau Louis sama sekali tidak mencintainya. Harry berharap sahabatnya itu
baik-baik saja dan tetap ceria seperti dulu.
***
“Dan
begitulah ceritanya.” Jelas Taylor dengan penuh semangat.
Sore itu ia menyuruh
sahabat-sahabatnya berkumpul di rumahnya. Tidak terkecuali Ele. Tampaknya gadis
itu ingin sekali tau bagaimana cara Louis mempermainkan Taylor. Ternyata, Louis
cukup romantis juga. Dan bunga mawar itu.. Ele tersenyum sedih mengingatnya.
“Wah, it’s so romantic. Beruntung
sekali kau punya kekasih tampan seperti Louis.” Kata Selena yang memang sangat
menyukai hal-hal yang berbau romantis.
“Yang aku herankan, kenapa Louis
menyuruhmu untuk merahasiakan hubungan kalian?” Tanya Niall.
“Katanya sih Louis mau memberi
kejutan untuk Ibunya. Tapi terasa ganjil juga. Sudahlah, yang penting aku dan
Louis bahagia.” Ucap Taylor.
Dasar lelaki yang licik! Batin Ele.
Ngapain juga Louis menyembunyikan hubungannya dengan Taylor hanya untuk
membuatnya tenang dan yakin kalau Louislah pilihan hatinya. Namun kali ini Ele
ingin menang. Ele yakin sekali Louis lebih memilihnya dibanding Taylor dan ia
berharap Taylor tidak akan membencinya. Kalaupun membencinya, Ele menerimanya.
Mustahil jika Taylor tidak membencinya sementara ia dan Louis bermain-main
dibelakangnya.
“Kalau begitu, mana traktirannya?”
Pinta Niall.
Taylor tersenyum licik. “Tadi aku
sudah pesan di Harry. Jadi kau minta saja ke Harry.” Jawabnya sambil melirik ke
arah Harry. Namun Harry tidak berkomentar apapun. Sedaritadi lelaki itu diam
saja dan tidak mau bicara.
Baru saja Taylor mau bicara dengan
Harry, Selena mendahuluinya. “Harry kenapa lagi? Kamu cemburu ya mendengar
cerita Taylor? Nah lho! Aku perhatikan kau diam saja dan tidak mau bicara.”
Ucapnya.
Harry langsung mengangkat
kepalanya. “Tidak ada. Kau jangan sok tau.” Ucapnya.
Semuanya pun tertawa kecuali Ele
dan tentunya Harry. Selena baru sadar kalau sikap Ele sama persis dengan sikap
Harry. Jangan-jangan memang benar Harry cemburu dengan Louis sementara Ele
cemburu dengan Taylor. Kan nyambung jadinya. Tapi Selena hanya bercanda saja.
Mungkin Harry dan Ele memang sedang ada masalah yang tidak ada hubungannya
dengan cerita Taylor tadi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar