expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Februari 2015

Friendship ( Part 13 )



Wishes
“When I wake up from my sleep
I Wish that I could see like how I pictured
Although  it feels like I’m chasing the clouds.”


Saat ia terbangun dari tidurnya, ia merasa hatinya masih sakit dan tidak ikhlas dengan acara pernikahan Ele kemarin. Tapi Taylor berusaha untuk menerima kenyataan. Perlahan, gadis itu bangkit dari tidurnya lalu berjalan menuju dapur karena ia tidak sengaja mencium aroma masakan yang dapat menggugah seleranya. Dan setelah ia sampai di dapur, Taylor tersenyum melihat Harry, Selena, Niall dan juga Ibunya yang sedang masak dengan semangat. Tapi ia merasa ada yang kurang disana. Ele ya? Sekarang Ele sudah menikah dan memiliki kehidupannya sendiri dan ia harus bisa merelakan kepergian Ele menuju dunianya yang baru.

            “Good morning Tay! Wah, kau sudah mendingan ya. Tapi kantung matamu masih berwarna hitam.” Kata Niall.

            Saking kebanyakan menangis, kantung matanya menjadi berwarna hitam dan wajahnya masih terlihat sedih. Namun Taylor mengaku kalau dirinya sudah baikan dan berjanji untuk tidak sedih lagi. Taylor berjalan mendekati Ibunya sambil tersenyum.

            “Kok ramai sekali ya? Mama dan lainnya lagi bikin kejutan ya untuk Taylor?” Tanyanya.

            “Iya sayang. Pagi ini kita akan makan besar-besaran. Mama dan sahabat-sahabatmu sedang memasak makanan spesial untukmu.” Jawab Ibunya.

            Selena berjalan mendekati Taylor seraya tersenyum. “Tuh kan, masih banyak yang menyayangimu. Jangan merasa kalau kamu adalah gadis termalang di dunia ini. Seharusnya kamu bersyukur karena kamu masih memiliki orangtua, kakak, dan sahabat-sahabat yang sangat mencintaimu. Jadi, jangan sedih lagi ya.” Ucapnya.

            Taylor langsung memeluk Selena dengan erat. “Iya Sel, makasih banyak ya. Maafkan aku jika aku terlalu emosi kemarin. Aku berjanji untuk tidak sedih lagi.” Ucapnya.

            Setelah makanan sudah siap, mereka langsung menyantapnya dengan penuh semangat. Coba Ayahnya dan kakak laki-lakinya ada di rumah pasti tambah seru. Sejak pagi tadi Ayahnya berangkat kerja sementara kakak laki-lakinya yang sudah menikah tidak tinggal di rumah ini lagi. Taylor menyantap makanan favoritnya itu dengan cepat dan seperti tidak dikunyah.

            “Kalau makan pelan-pelan. Jangan seperti Niall.” Kata Selena mengingatkan.

            Taylor tersenyum dan ingin sekali tertawa mendengar nasehat Selena. Lalu gadis itu tidak sengaja melihat Harry yang sedaritadi diam dan tidak mau bicara. Ada apa dengan Harry? Mengapa dia terlihat aneh sekali? Sepertinya Harry sedang kebingungan dan tidak tau harus berbuat apa.

            “Kau kenapa Harr? Tumben nggak semangat.” Ucap Taylor.

            “Bener tuh. Kau kenapa Harr?” Tambah Selena.

            Namun Harry tidak mau merespon ucapan Taylor dan Selena. Niall yang juga merasa heran dengan sikap Harry mencoba untuk mengusili Harry. “Harry kan lagi sariawan makanya dia diam saja. Coba kalau tidak sariawan, pasti dia yang paling cerewet.” Ucap Niall.

            Lagi-lagi Harry tetap diam dan tidak mau bicara. Bahkan tersenyum pun ia tidak bisa. Tidak mungkin Harry sariawan karena lelaki itu tidak pernah sariawan dan Niall tadi cuma bercanda aja. Taylor takut yang menyebabkan sikap Harry aneh seperti ini karena dirinya dan kejadian kemarin.

            “Yel, tadi Harry tidak bersikap seperti ini. Tapi saat Taylor datang, kenapa tiba-tiba sikap Harry berubah? Menurutmu, apa yang sedang dipikirkan Harry?” Bisik Selena di telinga Niall.

            Ternyata Niall juga merasakan hal yang sama yang dirasakan Selena. “Aku tidak tau. Andai aku bisa menebak pikiran Harry, sudah dari tadi aku kasih tau kamu.” Jawabnya.

            Setelah selesai sarapan pagi, mereka memutuskan duduk santai di teras rumah Taylor. Berharap Harry mulai tersenyum dan berbicara. Tapi sampai detik ini lelaki itu tidak mau bicara dan memilih menyendiri.

            “Tay, apa kau punya salah sama Harry?” Tanya Selena.

            “Enggak kok. Kemarin aku sudah minta maaf melalui telepon dan dia baik-baik saja.” Jawab Taylor.

            “Tapi sebelum kau datang, sikap Harry tidak aneh seperti ini.” Kata Selena.

            Tiba-tiba, mereka kedatangan tamu yang membuat mereka kaget. Terutama Taylor. Ingin sekali ia melarikan diri dan bersembunyi, tapi ia harus kuat. Ia harus bisa tersenyum dihadapan tamu yang tidak lain adalah Louis dan Ele.

            “Tay! Ele! Harry! Niall!” Teriak Ele lalu berlari menuju sahabat-sahabatnya itu. Taylor lah orang pertama yang ia peluk.

            “Tay, maafkan aku Tay. Karena aku kau menjadi sedih dan Louis…” Ucap Ele.

            “Kau tidak salah El. Kalian memang ditakdirkan untuk bersama.” Potong Taylor.

            Setelah lama berpelukan, keduanya sama-sama tersenyum. Lalu Louis datang dan lelaki itu berusaha tenang saat matanya bertemu dengan mata indah Taylor. Louis berharap Taylor tidak membencinya.

            “Lou, jaga Ele baik-baik karena dia adalah sahabat sejatiku.” Pesan Taylor saat matanya bertemu dengan mata Louis.

            Louis mencoba untuk tersenyum. “Tentu saja. Tidak mungkin aku menyakitinya. Tay, terimakasih banyak ya. Aku tidak tau bagaimana membalas kebaikanmu.” Ucapnya.

            Suasanya menjadi hangat dan Louis tidak gugup lagi berbicara dengan Taylor. Dengan penuh semangat, Louis bercerita tentang rencananya berbulan madu ke Paris yang akan ia lakukan di minggu ini. Sementara Harry, lelaki itu sudah bisa tersenyum dan berbicara walau hanya mengucapkan kata ‘ya’ dan ‘tidak’.

            Akhirnya, Louis dan Ele memutuskan untuk meninggalkan rumah Taylor karena hari sudah siang. Tidak lupa Ele memeluk satu per satu sahabatnya itu sambil mengucapkan janji ‘Best friends today, tomorrow and always!’ Meksi Ele sudah menikah dan pastinya akan jarang berkumpul dengan Taylor dan lainnya, tapi Ele berjanji untuk berusaha agar sering berkumpul bersama sahabat-sahabatnya itu.

***

            Seminggu berlalu dan Taylor merasa dirinya sudah kembali pulih. Ia kembali menjadi dirinya yang dulu, dirinya yang ceria, suka usil dan semangat menjalani hidup. Dan sebentar lagi ia akan lulus dan mungkin setelah ini ia mencari pekerjaan. Sebenarnya, Taylor ingin sekali berkumpul bersama anak-anak panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari rumahnya karena ia suka dengan anak-anak kecil. Anak-anak kecil dapat mengingatkannya dengan masa lalunya yang indah, saat ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu.

            Kemarin Taylor mendapat kabar bahwa Louis dan Ele sudah berangkat ke Paris dan berbulan madu disana. Taylor yakin sekali disana nanti Louis dan Ele bahagia. Ia tidak bisa membantah kalau cinta itu terasa indah. Tapi ia sudah memutuskan untuk tidak mencintai siapapun dan mungkin selama-lamanya ia tidak akan menikah.

            Matanya tidak sengaja memandangi sebuah bingkai foto yang sudah lama ia taruh di mejanya. Taylor tersenyum sambil mengambil bingkai foto itu. Disana terlukis fotonya bersama sahabat-sahabatnya saat mereka berusia belasan tahun. Wajah Harry dan Niall terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Entah mengapa setetes demi setetes air matanya turun membasahi bingkai itu.

            Ele sudah pergi meninggalkannya dan memulai kehidupan baru dan sebentar lagi Selena juga akan meninggalkannya. Selena pernah bercerita kalau Ibunya pernah menyuruhnya tinggal di New York tapi dibantah oleh Selena. Jika setelah ini Selena meninggalkannya, apa jadinya ia? Segalanya telah berubah dan ia harus mengikuti perubahan itu dengan patuh. Umurnya sudah hampir mencapai dua puluh empat tahun dan ia takut jika Ayahnya memaksanya untuk menikah.

            Taylor takut jika Ayahnya tiba-tiba menjodohkannya dengan lelaki pilihan Ayahnya dan ia tidak mau hal itu terjadi. Bisakah ia memohon pada Ayah dan Ibunya agar ia tidak akan menikah untuk selama-lamanya? Jika ia merasa kesepian, ia bisa mengadopsi anak dan merawatnya seperti ia merawat anak kandungnya sendiri.

            Tapi, jika ia tidak menikah, tentu saja Ibu dan Ayahnya akan marah dan pasti Ayahnya merencanakan untuk menjodohkannya dengan lelaki pilihan Ayahnya. Lantas jika hal itu terjadi, apa yang harus ia lakukan? Menolaknya sangat mustahil. Apa lebih baik ia melarikan diri dari rumah dan hidup sebatangkara di luar sana? Pekerjaan pun belum ia dapatkan. Kalau boleh jujur, Taylor malas bekerja dan sekali lagi lebih memilih hidup di panti asuhan bersama anak-anak yang tidak memiliki keluarga itu.

            Lama ia merenung, akhirnya Taylor mengembalikan bingkai foto itu ke tempat semula dan berharap Tuhan akan memberikan hal yang terbaik untuknya. Dan jika Tuhan mengirimkan lelaki yang benar-benar mencintainya dan ia juga mencintainya, tidak ada salahnya untuk menerima takdir untuk hidup bersama lelaki itu, walau ia merasa hatinya tidak akan lagi bisa mencintai lelaki manapun.
***

            Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari ini Taylor berulang tahun yang ke dua puluh empat tahun. Gadis itu tidak menyangka umurnya akan bertambah secepat ini. Dua bulan sudah ia tidak melihat wajah Ele dan ia sangat merindukan sahabatnya itu. Ele dan Louis masih berbulan madu di Paris dan tidak tau kapan baliknya.

            Tepatnya malam yang tenang ini, Taylor sengaja menyuruh Harry, Niall dan Selena berbaring di tengah-tengah padang rumput sambil menatap jutaan bintang yang bersinar terang di langit. Cuaca tidak sedingin seperti hari-hari sebelumnya. Karena itulah mereka betah dan nyaman berbaring di tengah padang rumput ditemani oleh puluhan bintang di atas sana.

            “Perayaan ulang tahun yang terburuk.” Ucap Taylor sambil menatap bintang-bintang di atas sana. Di samping kanannya ada Harry dan di samping kirinya ada Selena, sementara Niall berada di samping kanan Harry.

            Selena menoleh ke arah Taylor. “Kau barusan bilang apa? Apa kau tidak senang merayakan hari ulang tahunmu bersama kami semua?” Tanyanya.

            “Bukannya tidak senang. Aku rindu sekali dengan Ele dan berharap dia ada disini.” Jawab Taylor sambil tetap memandang ke atas langit.

            Tiba-tiba, Taylor memeluk lengan Harry tanpa sadar lalu menyandarkan kepalanya di bahu Harry. Tentu saja Harry merasa kaget dan entah mengapa jantungnya berdebar-debar. Selepas ia menolong Taylor saat gadis itu hampir tertabrak mobil, saat itulah jantungnya berdebar-debar saat ia berdekatan dengan Taylor. Bahkan mendengar namanya pun dapat membuat dadanya bergetar hebat.

            Beberapa menit kemudian, tepatnya di atas langit yang gelap itu, terjadi sebuah fenomena yang jarang sekali terjadi. Yaitu bintang jatuh. Baik Taylor, Selena, Niall dan Harry melihat fenomena itu dengan takjub.

            “Bintang jatuh!” Seru Niall.

            “Ya. Wah, indah sekali. Bagaimana kalau kita membuat permohonan pada bintang jatuh? Terdengar tidak masuk akal sih tapi apa salahnya kita melakukannya.” Kata Taylor dan disetujui oleh yang lain.

            “Oke. Kau duluan.” Kata Selena sambil melirik ke arah Taylor.

            “Aku? Kau saja yang duluan.” Kata Taylor.

            Akhirnya Selenalah yang pertama kali membuat permohonan pada bintang jatuh walau ia sedikit ragu. Sebelum meminta permohonan, terlebih dahulu ia berpikir.

            “Keinginan.. Hmm.. Aku ingin sekali menjadi orang yang sukses dan mendapat lelaki yang sesuai dengan harapanku. Sekarang ini, mencari lelaki yang baik sangat susah. Aku berharap Tuhan cepat mempertemukanku dengan lelaki yang selama ini aku impikan walau aku tidak tau siapa lelaki itu.” Ucap Selena.

            Taylor tersenyum mendengar permohonan Selena. Tumben Selena membicarakan lelaki, padahal selama ini gadis itu malas membahas mengenai lelaki. Tapi mungkin karena gadis itu sudah lama menyendiri dan ingin mempunyai seorang pacar yang mencintainya apa adanya.

            “Sekarang kau Niall. Aku ingin tau apa permintaanmu dan aku curiga kalau keinginanmu pasti mengenai soal gadis.” Kata Taylor.

            “Ahaha.. Jadi kau bisa menebak pikiranku.” Tawa Niall. “Keinginanku simpel saja. Aku ingin sekali bisa pdkt dengan si xxxx dan bisa menjadi teman dekatnya.” Sambungnya.

            Giliran Taylor dan Selena yang tertawa, sementara Harry hanya tersenyum kecil. “Benar dugaanku. Kau mulai berani mendekati cewek. Sekarang giliranmu Harr..” Ucap Taylor.

            Tentu saja Harry menjadi kaget mendengar Taylor yang menyuruhnya untuk membuat suatu keinginan. Keinginan? Sepertinya ia tidak mempunyai keinginan apapun. Kalaupun punya, ngapain juga meminta pada bintang jatuh? Bintang jatuh itu benda mati dan bukan Tuhan. Ngapain meminta permohonan pada benda mati? Tapi karena ia tidak ingin mengecewakan Taylor, Harry sengaja berpikir untuk mencari apa sebenarnya keinginan terbesarnya.

            “Aku sedang berpikir.” Jawabnya.

            “Kau saja deh Tay.” Kata Selena yang sedaritadi penasaran dengan keinginan Taylor.

            Akhirnya Taylor mengangguk kemudian kembali menatap puluhan bintang yang mulai ditutupi oleh awan. “Aku.. Keinginanku hanya satu. Yaitu aku ingin kita selalu bersama dan tidak akan pernah berpisah. Kalau boleh, aku ingin kita tinggal di satu rumah dan satu diantara kita tidak ada yang boleh menikah.” Ucapnya.

            Selena sedikit kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Taylor. Begitu pun Niall dan Harry. “Kalimat terakhirmu terdengar aneh. Tidak mungkin kau dan aku menjadi perawan tua untuk selama-lamanya.” Ucap Selena.

            Taylor menghela nafas panjang. “Terserah. Tapi itulah keinginanku.” Ucapnya.

            “Ya sudah, tidak apa-apa berharap seperti itu. Sekarang kau Harr, aku penasaran sebenarnya apa sih keinginan terbesarmu. Jangan menjawab kalau kau sama sekali tidak mempunya keinginan.” Kata Selena.

            Kini hanya dirinya saja yang belum membuat permohonan pada bintang jatuh. Harry menatap bintang-bintang di langit dan berharap ia akan menemukan jawabannya. Tiba-tiba lelaki itu tersenyum. Sepertinya ia sudah menemukan apa keinginan terbesarnya.

            “Baiklah jika kalian memaksaku. Oke, aku akan jujur dengan kalian dan kalian jangan tertawa saat mendengar keinginanku.” Kata Harry.

            Ucapan Harry yang terdengar misterius membuat Taylor, Selena dan Niall menjadi penasaran. Bahkan sangat penasaran. Pasti keinginan Harry yang paling dahsyat diantara keinginan Niall, Taylor dan Selena.

            Harry mulai bicara sambil menatap ke atas langit. “Selama ini, aku menganggap bahwa cinta itu hanyalah masalah kecil yang mudah sekali diselesaikan. Dulu, aku pernah menyukai beberapa gadis, tapi aku tidak terlalu mengharapkan gadis-gadis itu karena aku merasa kalau diriku tidak membutuhkan cinta. Namun, saat aku melihatnya, aku mulai merasakan sebuah perasaan yang membuatku bingung dan tidak bisa tidur semalaman, dan pada akhirnya aku sadar kalau aku mencintainya. Aku tidak tau mengapa aku bisa mencintai gadis itu. Bagiku, gadis itu adalah gadis terhebat, tercantik, dan terbaik yang pernah aku temui meksi gadis itu banyak sekali memiliki kekurangan. Tapi kekurangan-kekurangan itu menjadikan gadis itu begitu spesial di mataku. Harapanku, semoga gadis itu bisa merasakan perasaan yang aku rasakan dan aku bisa menjadikan gadis itu sebagai pendamping hidupku kelak.” Jelas Harry sambil tersenyum dan membayangkan wajah gadis yang dibicarakannya itu.

            Setelah mengucapkan permohonan, Taylor-lah orang yang pertama yang merespon keinginan Harry yang terdengar begitu so sweet. Taylor yakin sekali gadis yang dicintai Harry itu adalah gadis yang sangat beruntung. Mudah saja bagi Harry untuk mendapatkan gadis manapun yang dia sukai.

            “Wahh… Ternyata lelaki sepertimu bisa jatuh cinta juga yaa..” Ejek Taylor sambil menyenggol lengan Harry.

            “Bener kata Taylor. Kalau boleh tau, siapa gadis beruntung itu?” Tanya Niall.

            Yang ditanya cuma tersenyum misterius. Jika ia memberitahu siapa sebenarnya gadis itu, nanti dunia akan kiamat. Harry lebih memilih untuk menyembunyikan perasaannya sendiri dan tidak mau memberitahu ke sahabat-sahabatnya meskipun mereka memohon dengan sangat.

            “Yel, Harry nggak bakal menjawab siapa gadis itu. Kita tunggu aja undangan pernikahan dari Harry.” Kata Selena.

            “Betul sekali..” Kata Niall sambil tertawa.

            “Mmm.. Memangnya sejak kapan kau menyukai gadis itu?” Tanya Taylor.

            Harry terdiam sesaat, lalu menjawab. “Entahlah. Aku juga tidak tau mengapa aku bisa menyukainya.” Jawabnya.

            Semuanya pun terdiam dengan pikiran dan harapan masing-masing. Angin malam yang mulai bertiup membuat mereka kedinginan, tapi mereka tetap merasa hangat. Harry masih memandangi puluhan bintang-bintang di langit yang sepertinya jumlahnya sedikit berkurang. Ia tidak menyangka akan mengucapkan permintaan tadi, yang dapat membuat sahabat-sahabatnya kaget. Tapi Harry merasa lega karena ia sudah memberitahukan tentang perasaannya kepada sahabat-sahabatnya meski mereka tidak tau siapa gadis yang di maksud Harry itu.

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar