Wishes
“When
I wake up from my sleep
I
Wish that I could see like how I pictured
Although it feels like I’m chasing the clouds.”
Saat ia terbangun dari tidurnya, ia merasa hatinya
masih sakit dan tidak ikhlas dengan acara pernikahan Ele kemarin. Tapi Taylor
berusaha untuk menerima kenyataan. Perlahan, gadis itu bangkit dari tidurnya
lalu berjalan menuju dapur karena ia tidak sengaja mencium aroma masakan yang
dapat menggugah seleranya. Dan setelah ia sampai di dapur, Taylor tersenyum
melihat Harry, Selena, Niall dan juga Ibunya yang sedang masak dengan semangat.
Tapi ia merasa ada yang kurang disana. Ele ya? Sekarang Ele sudah menikah dan
memiliki kehidupannya sendiri dan ia harus bisa merelakan kepergian Ele menuju
dunianya yang baru.
“Good
morning Tay! Wah, kau sudah mendingan ya. Tapi kantung matamu masih berwarna
hitam.” Kata Niall.
Saking
kebanyakan menangis, kantung matanya menjadi berwarna hitam dan wajahnya masih
terlihat sedih. Namun Taylor mengaku kalau dirinya sudah baikan dan berjanji
untuk tidak sedih lagi. Taylor berjalan mendekati Ibunya sambil tersenyum.
“Kok
ramai sekali ya? Mama dan lainnya lagi bikin kejutan ya untuk Taylor?”
Tanyanya.
“Iya
sayang. Pagi ini kita akan makan besar-besaran. Mama dan sahabat-sahabatmu
sedang memasak makanan spesial untukmu.” Jawab Ibunya.
Selena
berjalan mendekati Taylor seraya tersenyum. “Tuh kan, masih banyak yang
menyayangimu. Jangan merasa kalau kamu adalah gadis termalang di dunia ini.
Seharusnya kamu bersyukur karena kamu masih memiliki orangtua, kakak, dan
sahabat-sahabat yang sangat mencintaimu. Jadi, jangan sedih lagi ya.” Ucapnya.
Taylor
langsung memeluk Selena dengan erat. “Iya Sel, makasih banyak ya. Maafkan aku
jika aku terlalu emosi kemarin. Aku berjanji untuk tidak sedih lagi.” Ucapnya.
Setelah
makanan sudah siap, mereka langsung menyantapnya dengan penuh semangat. Coba
Ayahnya dan kakak laki-lakinya ada di rumah pasti tambah seru. Sejak pagi tadi
Ayahnya berangkat kerja sementara kakak laki-lakinya yang sudah menikah tidak
tinggal di rumah ini lagi. Taylor menyantap makanan favoritnya itu dengan cepat
dan seperti tidak dikunyah.
“Kalau
makan pelan-pelan. Jangan seperti Niall.” Kata Selena mengingatkan.
Taylor
tersenyum dan ingin sekali tertawa mendengar nasehat Selena. Lalu gadis itu
tidak sengaja melihat Harry yang sedaritadi diam dan tidak mau bicara. Ada apa
dengan Harry? Mengapa dia terlihat aneh sekali? Sepertinya Harry sedang
kebingungan dan tidak tau harus berbuat apa.
“Kau
kenapa Harr? Tumben nggak semangat.” Ucap Taylor.
“Bener
tuh. Kau kenapa Harr?” Tambah Selena.
Namun
Harry tidak mau merespon ucapan Taylor dan Selena. Niall yang juga merasa heran
dengan sikap Harry mencoba untuk mengusili Harry. “Harry kan lagi sariawan
makanya dia diam saja. Coba kalau tidak sariawan, pasti dia yang paling
cerewet.” Ucap Niall.
Lagi-lagi
Harry tetap diam dan tidak mau bicara. Bahkan tersenyum pun ia tidak bisa.
Tidak mungkin Harry sariawan karena lelaki itu tidak pernah sariawan dan Niall
tadi cuma bercanda aja. Taylor takut yang menyebabkan sikap Harry aneh seperti
ini karena dirinya dan kejadian kemarin.
“Yel,
tadi Harry tidak bersikap seperti ini. Tapi saat Taylor datang, kenapa
tiba-tiba sikap Harry berubah? Menurutmu, apa yang sedang dipikirkan Harry?”
Bisik Selena di telinga Niall.
Ternyata
Niall juga merasakan hal yang sama yang dirasakan Selena. “Aku tidak tau. Andai
aku bisa menebak pikiran Harry, sudah dari tadi aku kasih tau kamu.” Jawabnya.
Setelah
selesai sarapan pagi, mereka memutuskan duduk santai di teras rumah Taylor.
Berharap Harry mulai tersenyum dan berbicara. Tapi sampai detik ini lelaki itu
tidak mau bicara dan memilih menyendiri.
“Tay,
apa kau punya salah sama Harry?” Tanya Selena.
“Enggak
kok. Kemarin aku sudah minta maaf melalui telepon dan dia baik-baik saja.”
Jawab Taylor.
“Tapi
sebelum kau datang, sikap Harry tidak aneh seperti ini.” Kata Selena.
Tiba-tiba,
mereka kedatangan tamu yang membuat mereka kaget. Terutama Taylor. Ingin sekali
ia melarikan diri dan bersembunyi, tapi ia harus kuat. Ia harus bisa tersenyum
dihadapan tamu yang tidak lain adalah Louis dan Ele.
“Tay!
Ele! Harry! Niall!” Teriak Ele lalu berlari menuju sahabat-sahabatnya itu. Taylor
lah orang pertama yang ia peluk.
“Tay,
maafkan aku Tay. Karena aku kau menjadi sedih dan Louis…” Ucap Ele.
“Kau
tidak salah El. Kalian memang ditakdirkan untuk bersama.” Potong Taylor.
Setelah
lama berpelukan, keduanya sama-sama tersenyum. Lalu Louis datang dan lelaki itu
berusaha tenang saat matanya bertemu dengan mata indah Taylor. Louis berharap
Taylor tidak membencinya.
“Lou,
jaga Ele baik-baik karena dia adalah sahabat sejatiku.” Pesan Taylor saat
matanya bertemu dengan mata Louis.
Louis
mencoba untuk tersenyum. “Tentu saja. Tidak mungkin aku menyakitinya. Tay,
terimakasih banyak ya. Aku tidak tau bagaimana membalas kebaikanmu.” Ucapnya.
Suasanya
menjadi hangat dan Louis tidak gugup lagi berbicara dengan Taylor. Dengan penuh
semangat, Louis bercerita tentang rencananya berbulan madu ke Paris yang akan
ia lakukan di minggu ini. Sementara Harry, lelaki itu sudah bisa tersenyum dan
berbicara walau hanya mengucapkan kata ‘ya’ dan ‘tidak’.
Akhirnya,
Louis dan Ele memutuskan untuk meninggalkan rumah Taylor karena hari sudah
siang. Tidak lupa Ele memeluk satu per satu sahabatnya itu sambil mengucapkan
janji ‘Best friends today, tomorrow and always!’ Meksi Ele sudah menikah dan
pastinya akan jarang berkumpul dengan Taylor dan lainnya, tapi Ele berjanji
untuk berusaha agar sering berkumpul bersama sahabat-sahabatnya itu.
***
Seminggu
berlalu dan Taylor merasa dirinya sudah kembali pulih. Ia kembali menjadi
dirinya yang dulu, dirinya yang ceria, suka usil dan semangat menjalani hidup.
Dan sebentar lagi ia akan lulus dan mungkin setelah ini ia mencari pekerjaan.
Sebenarnya, Taylor ingin sekali berkumpul bersama anak-anak panti asuhan yang
letaknya tidak jauh dari rumahnya karena ia suka dengan anak-anak kecil.
Anak-anak kecil dapat mengingatkannya dengan masa lalunya yang indah, saat ia
bertemu dengan sahabat-sahabatnya itu.
Kemarin
Taylor mendapat kabar bahwa Louis dan Ele sudah berangkat ke Paris dan berbulan
madu disana. Taylor yakin sekali disana nanti Louis dan Ele bahagia. Ia tidak
bisa membantah kalau cinta itu terasa indah. Tapi ia sudah memutuskan untuk
tidak mencintai siapapun dan mungkin selama-lamanya ia tidak akan menikah.
Matanya
tidak sengaja memandangi sebuah bingkai foto yang sudah lama ia taruh di
mejanya. Taylor tersenyum sambil mengambil bingkai foto itu. Disana terlukis
fotonya bersama sahabat-sahabatnya saat mereka berusia belasan tahun. Wajah
Harry dan Niall terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Entah mengapa setetes
demi setetes air matanya turun membasahi bingkai itu.
Ele
sudah pergi meninggalkannya dan memulai kehidupan baru dan sebentar lagi Selena
juga akan meninggalkannya. Selena pernah bercerita kalau Ibunya pernah
menyuruhnya tinggal di New York tapi dibantah oleh Selena. Jika setelah ini
Selena meninggalkannya, apa jadinya ia? Segalanya telah berubah dan ia harus
mengikuti perubahan itu dengan patuh. Umurnya sudah hampir mencapai dua puluh
empat tahun dan ia takut jika Ayahnya memaksanya untuk menikah.
Taylor
takut jika Ayahnya tiba-tiba menjodohkannya dengan lelaki pilihan Ayahnya dan
ia tidak mau hal itu terjadi. Bisakah ia memohon pada Ayah dan Ibunya agar ia
tidak akan menikah untuk selama-lamanya? Jika ia merasa kesepian, ia bisa
mengadopsi anak dan merawatnya seperti ia merawat anak kandungnya sendiri.
Tapi,
jika ia tidak menikah, tentu saja Ibu dan Ayahnya akan marah dan pasti Ayahnya
merencanakan untuk menjodohkannya dengan lelaki pilihan Ayahnya. Lantas jika
hal itu terjadi, apa yang harus ia lakukan? Menolaknya sangat mustahil. Apa
lebih baik ia melarikan diri dari rumah dan hidup sebatangkara di luar sana?
Pekerjaan pun belum ia dapatkan. Kalau boleh jujur, Taylor malas bekerja dan
sekali lagi lebih memilih hidup di panti asuhan bersama anak-anak yang tidak
memiliki keluarga itu.
Lama
ia merenung, akhirnya Taylor mengembalikan bingkai foto itu ke tempat semula
dan berharap Tuhan akan memberikan hal yang terbaik untuknya. Dan jika Tuhan
mengirimkan lelaki yang benar-benar mencintainya dan ia juga mencintainya,
tidak ada salahnya untuk menerima takdir untuk hidup bersama lelaki itu, walau
ia merasa hatinya tidak akan lagi bisa mencintai lelaki manapun.
***
Tidak
terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari ini Taylor berulang tahun yang ke dua
puluh empat tahun. Gadis itu tidak menyangka umurnya akan bertambah secepat
ini. Dua bulan sudah ia tidak melihat wajah Ele dan ia sangat merindukan
sahabatnya itu. Ele dan Louis masih berbulan madu di Paris dan tidak tau kapan
baliknya.
Tepatnya
malam yang tenang ini, Taylor sengaja menyuruh Harry, Niall dan Selena
berbaring di tengah-tengah padang rumput sambil menatap jutaan bintang yang
bersinar terang di langit. Cuaca tidak sedingin seperti hari-hari sebelumnya.
Karena itulah mereka betah dan nyaman berbaring di tengah padang rumput
ditemani oleh puluhan bintang di atas sana.
“Perayaan
ulang tahun yang terburuk.” Ucap Taylor sambil menatap bintang-bintang di atas
sana. Di samping kanannya ada Harry dan di samping kirinya ada Selena,
sementara Niall berada di samping kanan Harry.
Selena
menoleh ke arah Taylor. “Kau barusan bilang apa? Apa kau tidak senang merayakan
hari ulang tahunmu bersama kami semua?” Tanyanya.
“Bukannya
tidak senang. Aku rindu sekali dengan Ele dan berharap dia ada disini.” Jawab
Taylor sambil tetap memandang ke atas langit.
Tiba-tiba,
Taylor memeluk lengan Harry tanpa sadar lalu menyandarkan kepalanya di bahu
Harry. Tentu saja Harry merasa kaget dan entah mengapa jantungnya berdebar-debar.
Selepas ia menolong Taylor saat gadis itu hampir tertabrak mobil, saat itulah
jantungnya berdebar-debar saat ia berdekatan dengan Taylor. Bahkan mendengar
namanya pun dapat membuat dadanya bergetar hebat.
Beberapa
menit kemudian, tepatnya di atas langit yang gelap itu, terjadi sebuah fenomena
yang jarang sekali terjadi. Yaitu bintang jatuh. Baik Taylor, Selena, Niall dan
Harry melihat fenomena itu dengan takjub.
“Bintang
jatuh!” Seru Niall.
“Ya.
Wah, indah sekali. Bagaimana kalau kita membuat permohonan pada bintang jatuh?
Terdengar tidak masuk akal sih tapi apa salahnya kita melakukannya.” Kata
Taylor dan disetujui oleh yang lain.
“Oke.
Kau duluan.” Kata Selena sambil melirik ke arah Taylor.
“Aku?
Kau saja yang duluan.” Kata Taylor.
Akhirnya
Selenalah yang pertama kali membuat permohonan pada bintang jatuh walau ia
sedikit ragu. Sebelum meminta permohonan, terlebih dahulu ia berpikir.
“Keinginan..
Hmm.. Aku ingin sekali menjadi orang yang sukses dan mendapat lelaki yang
sesuai dengan harapanku. Sekarang ini, mencari lelaki yang baik sangat susah.
Aku berharap Tuhan cepat mempertemukanku dengan lelaki yang selama ini aku
impikan walau aku tidak tau siapa lelaki itu.” Ucap Selena.
Taylor
tersenyum mendengar permohonan Selena. Tumben Selena membicarakan lelaki,
padahal selama ini gadis itu malas membahas mengenai lelaki. Tapi mungkin
karena gadis itu sudah lama menyendiri dan ingin mempunyai seorang pacar yang
mencintainya apa adanya.
“Sekarang
kau Niall. Aku ingin tau apa permintaanmu dan aku curiga kalau keinginanmu
pasti mengenai soal gadis.” Kata Taylor.
“Ahaha..
Jadi kau bisa menebak pikiranku.” Tawa Niall. “Keinginanku simpel saja. Aku
ingin sekali bisa pdkt dengan si xxxx dan bisa menjadi teman dekatnya.”
Sambungnya.
Giliran
Taylor dan Selena yang tertawa, sementara Harry hanya tersenyum kecil. “Benar
dugaanku. Kau mulai berani mendekati cewek. Sekarang giliranmu Harr..” Ucap
Taylor.
Tentu
saja Harry menjadi kaget mendengar Taylor yang menyuruhnya untuk membuat suatu
keinginan. Keinginan? Sepertinya ia tidak mempunyai keinginan apapun. Kalaupun
punya, ngapain juga meminta pada bintang jatuh? Bintang jatuh itu benda mati
dan bukan Tuhan. Ngapain meminta permohonan pada benda mati? Tapi karena ia
tidak ingin mengecewakan Taylor, Harry sengaja berpikir untuk mencari apa
sebenarnya keinginan terbesarnya.
“Aku
sedang berpikir.” Jawabnya.
“Kau
saja deh Tay.” Kata Selena yang sedaritadi penasaran dengan keinginan Taylor.
Akhirnya
Taylor mengangguk kemudian kembali menatap puluhan bintang yang mulai ditutupi
oleh awan. “Aku.. Keinginanku hanya satu. Yaitu aku ingin kita selalu bersama
dan tidak akan pernah berpisah. Kalau boleh, aku ingin kita tinggal di satu
rumah dan satu diantara kita tidak ada yang boleh menikah.” Ucapnya.
Selena
sedikit kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Taylor. Begitu pun
Niall dan Harry. “Kalimat terakhirmu terdengar aneh. Tidak mungkin kau dan aku
menjadi perawan tua untuk selama-lamanya.” Ucap Selena.
Taylor
menghela nafas panjang. “Terserah. Tapi itulah keinginanku.” Ucapnya.
“Ya
sudah, tidak apa-apa berharap seperti itu. Sekarang kau Harr, aku penasaran
sebenarnya apa sih keinginan terbesarmu. Jangan menjawab kalau kau sama sekali
tidak mempunya keinginan.” Kata Selena.
Kini
hanya dirinya saja yang belum membuat permohonan pada bintang jatuh. Harry
menatap bintang-bintang di langit dan berharap ia akan menemukan jawabannya.
Tiba-tiba lelaki itu tersenyum. Sepertinya ia sudah menemukan apa keinginan
terbesarnya.
“Baiklah
jika kalian memaksaku. Oke, aku akan jujur dengan kalian dan kalian jangan
tertawa saat mendengar keinginanku.” Kata Harry.
Ucapan
Harry yang terdengar misterius membuat Taylor, Selena dan Niall menjadi
penasaran. Bahkan sangat penasaran. Pasti keinginan Harry yang paling dahsyat
diantara keinginan Niall, Taylor dan Selena.
Harry
mulai bicara sambil menatap ke atas langit. “Selama ini, aku menganggap bahwa
cinta itu hanyalah masalah kecil yang mudah sekali diselesaikan. Dulu, aku
pernah menyukai beberapa gadis, tapi aku tidak terlalu mengharapkan gadis-gadis
itu karena aku merasa kalau diriku tidak membutuhkan cinta. Namun, saat aku
melihatnya, aku mulai merasakan sebuah perasaan yang membuatku bingung dan
tidak bisa tidur semalaman, dan pada akhirnya aku sadar kalau aku mencintainya.
Aku tidak tau mengapa aku bisa mencintai gadis itu. Bagiku, gadis itu adalah
gadis terhebat, tercantik, dan terbaik yang pernah aku temui meksi gadis itu
banyak sekali memiliki kekurangan. Tapi kekurangan-kekurangan itu menjadikan
gadis itu begitu spesial di mataku. Harapanku, semoga gadis itu bisa merasakan
perasaan yang aku rasakan dan aku bisa menjadikan gadis itu sebagai pendamping
hidupku kelak.” Jelas Harry sambil tersenyum dan membayangkan wajah gadis yang
dibicarakannya itu.
Setelah
mengucapkan permohonan, Taylor-lah orang yang pertama yang merespon keinginan
Harry yang terdengar begitu so sweet. Taylor yakin sekali gadis yang dicintai
Harry itu adalah gadis yang sangat beruntung. Mudah saja bagi Harry untuk
mendapatkan gadis manapun yang dia sukai.
“Wahh…
Ternyata lelaki sepertimu bisa jatuh cinta juga yaa..” Ejek Taylor sambil
menyenggol lengan Harry.
“Bener
kata Taylor. Kalau boleh tau, siapa gadis beruntung itu?” Tanya Niall.
Yang
ditanya cuma tersenyum misterius. Jika ia memberitahu siapa sebenarnya gadis
itu, nanti dunia akan kiamat. Harry lebih memilih untuk menyembunyikan
perasaannya sendiri dan tidak mau memberitahu ke sahabat-sahabatnya meskipun
mereka memohon dengan sangat.
“Yel,
Harry nggak bakal menjawab siapa gadis itu. Kita tunggu aja undangan pernikahan
dari Harry.” Kata Selena.
“Betul
sekali..” Kata Niall sambil tertawa.
“Mmm..
Memangnya sejak kapan kau menyukai gadis itu?” Tanya Taylor.
Harry
terdiam sesaat, lalu menjawab. “Entahlah. Aku juga tidak tau mengapa aku bisa
menyukainya.” Jawabnya.
Semuanya
pun terdiam dengan pikiran dan harapan masing-masing. Angin malam yang mulai
bertiup membuat mereka kedinginan, tapi mereka tetap merasa hangat. Harry masih
memandangi puluhan bintang-bintang di langit yang sepertinya jumlahnya sedikit
berkurang. Ia tidak menyangka akan mengucapkan permintaan tadi, yang dapat
membuat sahabat-sahabatnya kaget. Tapi Harry merasa lega karena ia sudah
memberitahukan tentang perasaannya kepada sahabat-sahabatnya meski mereka tidak
tau siapa gadis yang di maksud Harry itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar