Dia menatapku
dengan senyuman. Lalu, dia memalingkan wajah memandangi gadis di depannya.
Malam ini, tepatnya di Restaurant Adindha, aku melihatnya dengan hati yang
tertusuk-tusuk. Tuhan.. Apa salahku? Apa salahku sehingga dia lupa padaku?
Mengapa dia tak ingat sedikitpun tentang aku?
Aku melihatnya
sedang menyuapi gadisnya itu. Si gadis tersenyum bahagia merasakan kasih sayang
dari sang pangeran. Jujur, aku ingin mati hari ini juga. Jujur, aku menyesal
karena jatuh cinta padanya. Dia benar-benar telah melupakanku. Entah akan jadi
apa hidupku setelah ini. Aku memang gadis yang paling malang di dunia ini.
Tapi tidak juga.
Sahabatku pun juga mengalami nasib yang sama seperti aku. Tapi dia lebih tegar
dibanding aku. Aku salut dengan dia.
“Hidup harus kita
jalani dengan lapang dada. Sebesar apapun masalahmu, kau jangan lari begitu
saja. Hadapilah masalahmu, tegarkanlah hatimu. Suatu saat nanti kau akan
merasakan hasilnya. Ingat, Tuhan menyayangi hamba-Nya yang begitu sabar dan tak
kenal putus asa. Seperti aku ini. Aku yakin suatu saat nanti seorang pangeran
tampan datang melamarku dan menyatakan cinta padaku. Aku yakin itu.”
Itulah pesan dari
sahabatku yang selalu aku ingat. Benar! Sahabatku juga tersakiti karena sebuah
cinta. Cinta yang membuat aku sesakit ini.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar