expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 Februari 2015

Friendship ( Part 20 )



The Answer Is… You



“Now, I found love and I found you
Yes, you! My best friend ever in the world”

 “Bantuan apa?” Tanya Harry penasaran.

“Kau kan banyak mempunyai teman-teman laki-laki yang mungkin salah satu diantara mereka pantas untukku? Aku mohon Harr, ini demi masa depanku.” Jawab Taylor.
           
Harry menatap Taylor dengan heran sekaligus aneh. “Untuk apa? Bukannya kau mau menikah dengan Liam?” Tanyanya.

            Lelaki itu tidak mengerti.. Batin Taylor kesal. “Harr, kau tidak mengeri juga ya? Aku sama sekali tidak mencintai Liam. Untuk apa hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai?”

            “Memang benar. Tidak ada gunanya hidup bersama seseorang yang tidak kita cintai. Tapi, jika aku mencarikan lelaki untukmu tanpa persetujuanmu, apa itu sama saja?” Tanya Harry.

            “Itu gampang. Intinya kau harus mencari seseorang yang menurutmu pantas untukku. Siapapun orang itu asalkan baik. Dan kau harus mempertemukanku dengannya malam ini juga! Kalau tidak, Ayah akan marah besar padaku karena aku sudah membohonginya.” Jawab Taylor.

            Akhirnya Taylor menceritakan tentang kebohongan yang bisa membuat Ayahnya percaya. Tentu saja Taylor melakukannya secara terpaksa agar Ayahnya mau membatalkan pernikahannya dengan Liam. Taylor tau cara ini begitu licik, tapi mau bagaimana lagi? Tampaknya Harry merasa kecewa dengan perbuatannya itu.

            “Aku tidak menyangka kau sejahat itu dengan Ayahmu. Kalau seandainya aku tidak mau membantumu gimana? Aku tau Tay kau sulit menemukan cinta sejati. Tapi kau harus menjalaninya dulu bersama Liam. Aku yakin dia mencintaimu apa adanya. Pilihan orangtua adalah pilihan terbaik.” Jelas Harry.

            “Jadi.. Jadi kau tidak mau membantuku? Jadi kau menyuruhku untuk melanjutkan hubunganku dengan Liam?” Tanya Taylor dengan suara yang mulai serak.

            Harry menatap Taylor lalu ia menunduk dengan penuh penyesalan. “Ya. Maafkan aku. Aku tidak bisa membantumu. Lagipula jika aku mencarikan lelaki untukmu, sama saja aku menyakitimu dan hati lelaki itu. Aku takut jika ternyata lelaki itu benar-benar mencintaimu sementara kau tidak.” Ucapnya.

            Ucapan Harry memang benar. Ia sadar kalau ia memang salah. Ia sering merencanakan suatu ide, tapi ia tidak pernah memikirkan akibat atau hasil apa yang ditimbulkan dari idenya itu. Contohnya ketika ia membohongi Ayahnya. Benar kan, ia tidak sempat memikirkan akibat apa yang ditimbulkan oleh perbuatannya itu dan sekarang ia merasakannya. Tidak tau kenapa ia menangis. Taylor menangisi keadaan hidupnya yang selalu diselimuti oleh kemalangan. Dulu, ia mengira bahwa Louis adalah cinta sejatinya. Tapi sayangnya tidak. Louis malah mencintai sahabatnya sendiri. Jadi, apa lebih baik ia mengikuti nasehat Harry saja? Jadi, apa ia tetap berada di jalan Ayahnya yaitu menikah dengan Liam?

            “Tay, belajarlah menjadi gadis yang dewasa. Belajarlah menerima kenyataan hidup.” Ucap Harry.

            Sementara Taylor tetap menangis. Mungkin memang saatnya ia menangis dan ia tidak peduli dengan orang-orang yang melihat dirinya yang sedang menangis. Ia memang suka tidak peduli dengan orang lain. Tapi sekali lagi, ia tidak bisa hidup bersama seorang lelaki yang sama sekali tidak ia cintai.

            “Kalau kau tidak mencintai Liam, mengapa waktu itu kau menerima pinangan dari keluarga Liam?” Tanya Harry.

            Perlahan, Taylor mengusap matanya yang sembab dengan tangan kanannya. “Kau tidak mengerti Harr, kau tidak mengerti. Ayah sudah muak dengan sikapku. Meski aku menolak pinangan dari keluarga Liam, Ayah akan memaksaku untuk menerima. Karena keluarga Liam adalah keluarga terhormat dan Ayah sangat menghormati keluarga Liam. Liam sangat berbeda dari lelaki-lelaki yang sudah melamarku.

            Kau juga tidak mengerti Harr kalau aku begitu sulit menemukan cinta. Apalagi cinta sejati. Dulu, aku senang karena aku sudah menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai, yaitu Louis. Tapi sayangnya Louis tidak mencintaiku melainkan mencintai Ele. Ayah tidak tau kalau aku susah sekali mendapatkan seseorang yang aku cintai, sampai detik ini. Ayah hanya ingin aku menikah dan dia tidak mau tau apa aku bahagia atau tidak bersama pilihannya. Aku memang tidak mudah jatuh cinta, tapi sekali jatuh cinta, aku tidak bisa melepaskan orang yang aku cintai, seperti rasa cintaku pada kalian. Kau, Niall, Selena dan Ele. Aku sangat mencintai kalian dan tidak mau kehilangan kalian. Tapi aku sadar, kalian mempunyai kehidupan sendiri. Kau, Niall, Selena dan Ele mempunyai kehidupan yang tidak bisa aku atur.

            Aku bisa merasakan kebahagiaan Ele bersama Louis, kebahagiaan Selena bersama suaminya, kebahagiaan Niall bersama kekasihnya, dan juga kebahagiaanmu, meski aku tidak tau apa kau sudah memiliki pacar atau tidak. Tapi aku berharap kau sudah memiliki seorang kekasih dan menikah. Jujur saja, aku ingin menjadi dirimu. Selama ini aku melihatmu baik-baik saja dan tidak ada masalah sama sekali. Sementara hidupku?”

            Mendengar semua keluh kesal yang diucapkan oleh Taylor, tidak terasa ia meneteskan air mata. Harry tidak tau mengapa ia meneteskan air mata. Tapi ia bisa merasakan kalau hatinya sakit sekali mendengar semua kesakitan yang dirasakan Taylor.

            Sialnya, Taylor tidak sengaja melihat air matanya. “Kau menangis Harr?” Tanyanya.

            Cepat-cepat Harry menghapus air mata yang membasahi pipinya. “Tidak. Aku hanya sedih mendengar kisahmu. Baiklah, aku akan membantumu.” Jawab Harry.

            “Membantuku? Bukannya aku salah? Kau kan menyuruhku untuk menikah saja dengan Liam. Kalau kau membantuku, sama saja artinya aku menyakiti lelaki yang kau pilihkan untukku.” Kata Taylor.

            “Tidak Tay. Aku mau membantumu. Kau tenang saja, lelaki itu akan datang malam ini juga. Di tempat ini. Dan aku berharap lelaki itu adalah penyelamat hidupmu, jawaban atas segala mimpi-mimpimu, dan balasan Tuhan untukmu karena Tuhan sudah mengirimkanmu banyak sekali cobaan.”

            Mendengar ucapan Harry, dadanya bergetar hebat dan jantungnya berdegup kencang. Siapa lelaki yang dimaksudkan Harry? Mengapa ia merasa lelaki itu adalah si pengirim bunga mawar itu? Kalau iya, alangkah baiknya Harry dan ia sangat berhutang budi pada Harry. Tapi, apa iya Harry tau siapa si pengirim mawar itu? Rasanya mustahil sekali.

            “Kau janji?” Tanya Taylor.

            “Ya, aku janji. Kau datang disini jam tujuh. Bisa?”

            “Bisa. Tapi, siapa lelaki itu? Apakah aku mengenalinya? Kau bilang lelaki itu adalah jawaban dari mimpi-mimpiku. Darimana kau tau?” Tanya Taylor penasaran.

            Harry mencoba untuk tersenyum lalu ia mengacak-acak rambut Taylor. “Kau banyak sekali bertanya. Ya sudah, jangan lupa datang di tempat ini lagi ya. Ingat jam tujuh malam.” Ucap Harry lalu pergi meninggalkan Taylor yang masih kebingungan. Namun, ia merasa lelaki yang dimaksud Harry adalah si pengirim mawar itu. Ia yakin sekali.

***

            Entah mengapa malam ini jantungnya berdetak tidak karuan dan ia seperti merasa belum siap untuk bertemu lelaki yang dimaksud Harry itu. Tadi Ibunya sempat bicara dengannya dan tentu saja Ibunya senang. Ibunya berharap lelaki itu adalah lelaki yang selama ini ia impikan. Ayahnya pun begitu. Taylor menjadi senang karena ia sepaham dengan Ayahnya.

            “Jadi mana lelaki yang kau maksud itu?” Tanya Ayahnya yang sepertinya tidak sabar.

            Taylor tersenyum. “Dia sedang menunggu di sebuah tempat Yah. Nanti Taylor akan mengajaknya kesini. Taylor janji. Kalau begitu, Taylor pergi dulu ya.” Ucapnya sambil mencium tangan Ayah dan Ibunya.

            “Hati-hati di jalan. Ayah berharap dia yang terbaik untukmu dan maafkan Ayah jika selama ini Ayah selalu kasar padamu dan tidak mau mengerti perasaanmu.” Ucap Ayahnya.

            Entah mengapa ucapan Ayahnya itu terdengar ganjil ditelinganya. “Seharusnya Taylor yang mina maaf ke Ayah. Ya udah, Taylor pergi dulu.” Ucapnya lalu meninggalkan Ayah dan Ibunya.

            Di perjalanan, tentu saja jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal dan ia sangat penasaran dengan lelaki itu. Jarak rumahnya dengan tempat tadi memang cukup jauh sehingga ia menelpon taksi. Taylor tidak ingin merepotkan Ayahnya dan ia tidak mau membawa motor sendiri karena ia takut pulangnya kemalaman. Taylor sempat curhat dengan Selena dan Selena mendukungnya. Sekalian ia meminta maaf dengan Selena walau Selena tidak tau letak kesalahannya. Ia juga sempat meminta maaf dengan Ele dan Niall.

            Tiba di tempat yang dimaksud Harry, ternyata tempat itu sepi. Tidak ada siapa-siapa disana. Taylor mengira lelaki itu sudah ada disana dan duduk di bangku itu sambil menunggu kedatangannya. Padahal sekarang sudah jam tujuh lebih. Kecewa. Ya, itulah yang dirasakannya. Taylor takut jika tadi Harry membohonginya. Sama saja artinya ia membohongi Ayahnya juga.

            Taylor memutuskan untuk duduk di bangku tua itu dan mengeratkan jaket yang ia gunakan karena udaranya cukup dingin. Jujur saja, ia takut berada di tempat ini. Malam hari beda dengan siang hari. Akhirnya Taylor memiscall Harry. Tapi usahanya sia-sia. Harry tidak mau mengangkat telponnya. Taylor beralih menelpon Niall. Siapa tau Harry ada disana. Tapi kata Niall, Harry tidak ada di rumahnya dan Taylor menyuruh Niall menghubungi Harry. Namun sama saja. Harry juga tidak mau mengangkat telpon Niall.

            Jika Harry berbohong padanya, Taylor bersumpah tidak akan memaafkan Harry sampai kapanpun karena ini bukan main-main. Tidak terasa sudah jam setengah delapan dan lelaki yang dimaksud Harry belum juga datang. Apa lelaki yang dimaksud Harry itu tidak mau datang menemuinya dan Harry merasa bersalah. Mungkin itu penyebab Harry tidak mau mengangkat telponnya. Tapi, bukannya tadi Niall juga menelpon Harry dan Harry tidak juga mengangkatnya? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Harry? Tapi jika iya, seharusnya lelaki yang dimaksud Harry tetap datang menemuinya meski Harry tidak bisa datang kemari. Lagipula, kenapa juga Harry harus datang kemari?

            Entah mengapa Taylor merasa tidak menunggu lelaki yang dimaksud Harry, melainkan menunggu kehadiran Harry! Apa.. Apa lelaki yang dimaksud Harry adalah Harry sendiri? Tiba-tiba, Taylor melihat sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempatnya. Bukannya itu mobil Harry? Perasaannya menjadi tidak enak. Apa Harry sedang mempermainkannya? Taylor memerhatikan mobil itu baik-baik. Dan benar saja. Lelaki yang keluar dari mobil itu tidak lain adalah Harry sendiri! Permainan apa ini? Apa lelaki yang dimaksud Harry tidak bisa datang malam ini sehingga Harry yang menggantikannya?

            Ketika Harry sudah berada di dekatnya, ia menatap Harry dengan kesal dan merasa telah dipermainkan oleh Harry. Harry yang mengetahui ekspresinya yang sedang kesal pun tertawa.

            “Apa maksud dari semua ini? Hah? Sudah lama aku menunggu dan ternyata?!” Bentak Taylor.

            “Sabar Tay, sabar. Kenapa kamu jadi marah seperti ini?” Tanya Harry.

            Taylor merasa sedang berhadapan dengan orang terbodoh di dunia ini. Apa Harry tidak mengerti juga? Jadi, semua ini hanyalah permainan saja? Atau jangan-jangan, si pengirim mawar itu adalah Harry dan Harry mengirimkannya hanya untuk iseng saja? Jika memang benar, alangkah jahatnya Harry.

            “Mana lelaki itu?” Bentak Taylor.

            “Lelaki? Lelaki siapa?” Harry balik nanya.

            “Bodoh!” Ucap Taylor. Tidak tau kenapa tiba-tiba ia menangis. “Harr, aku kira.. Aku kira kau tadi serius, tapi..”

            Taylor berusaha menghindari Harry karena ia sudah tidak mau lagi melihat wajah Harry. Hatinya sakit sekali karena sudah dibohongi oleh Harry. Sebaiknya, ia pulang saja dan menangis dipangkuan Ibunya dan tentu saja melanjutkan hubungannya dengan Liam, lelaki yang sama sekali tidak dicintainya itu.

            “Tay, kau mau kemana? Aku serius Tay!” Ucap Harry. Ia berusaha agar ia bisa melihat wajah Taylor. Namun gadis itu tetap saja menghindarinya. Terpaksa Harry memegang kedua bahu Taylor agar gadis itu tidak bisa kemana-mana.

            “Dengarkan aku. Tolong dengarkan aku. Setelah itu kau boleh pergi kemanapun kamu mau.” Ucap Harry.

            “Ba.. Baiklah..” Ucap Taylor masih tetap menangis.

            Harry pun melepaskan tangannya yang menyentuh pundah Taylor, lalu ia mulai bicara serius. “Aku.. Maafkan aku kalau kau merasa sudah dibohongi atau apalah. Tadi kau bilang, kau ingin bertemu lelaki yang aku maksud. Ya inilah Tay. Lelaki yang aku maksud kan. Ku harap kau mengerti.” Ucap Harry.

            Mendengar ucapan Harry barusan, Taylor mengangkat kepalanya dan menatap wajah Harry yang kini tengah menatapnya dengan penuh arti. Wajah yang sangat berbeda. Jadi, lelaki yang dimaksudkan Harry adalah Harry sendiri?

            “Aku Tay si pengirim mawar itu.” Ucap Harry.

            Taylor tidak tau harus bagaimana saat menghadapi kenyataan. Ia paham apa yang dimaksud oleh Harry dan Ia tidak menyangka Harry senekat itu. Jika Harry tidak mau membantunya, tidak apa-apa. Ia tidak bisa memaksa Harry. Tapi mengapa Harry sampai bisa mengorbankan dirinya hanya untuk membantunya? Dan bunga mawar itu, mengapa Harry yang mengirimkan mawar itu? Apa jangan-jangan….

            “Aku mencintaimu Tay, bukan sebagai sahabat. Melainkan seorang lelaki yang mencintai seorang gadis. Aku harap kau mengerti perasaanku. Perasaan yang sudah lama tumbuh. Awalnya, aku ingin mengaku tentang perasaanku ini padamu. Tapi sayangnya, kau sudah tunangan dengan lelaki lain dan kurasa bunga mawar itu sia-sia aku beli.” Aku Harry.

            Taylor menatap Harry dengan penuh air mata sehingga ia tidak bisa melihat wajah Harry dengan jelas karena pandangannya tertutupi oleh air matanya itu. “Mengapa… Mengapa kau mencintaiku?” Tanyanya.

            “Aku.. Aku tidak tau kenapa aku bisa mencintaimu. Perasaan itu datang secara tiba-tiba.” Jawab Harry. Lelaki itu meraih kedua tangan Taylor dan ia berharap gadis itu bisa memahami perasaannya dan menanggapinya dengan serius. “Jika kau merasa Ele, Niall, dan Selena telah meninggalkanmu, jika kau merasa sahabat-sahabatmu sudah melupakanmu, aku, satu-satunya orang yang tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku mencintaimu, Tay. Aku sangat mencintaimu. Kau tau saat kita meminta sebuah harapan pada bintang jatuh, saat itu aku meminta harapan bahwa gadis yang aku cintai mau memahami perasaanku, dan gadis itu adalah kau, Tay.”

            “Harr..” Lirih Taylor. Gadis itu langsung menangis dipelukan Harry. Ia tidak menyangka ternyata selama ini Harry mencintainya. Padahal, ia merasa selama ini Harry mencintainya sebagai seorang sahabat. Jadi, apa ini balasan Tuhan atas segala derita yang dialaminya?

            “Harr.. Aku.. Aku juga mencintaimu. Aku senang karena Tuhan mengirimkan seorang  sahabat seperti dirimu. Selama ini aku salah. Aku salah karena aku selalu mengeluh akan hidupku ini. Makasih Harr karena sudah menyadarkanku. Sekarang aku merasa kalau aku adalah gadis yang paling beruntung di dunia ini, makasih Harr..”

            Keduanya berpelukan dengan sangat erat seperti tidak ingin berpisah. Mudah bagi Taylor untuk jatuh cinta dengan seorang sahabat yang sudah lama bersamanya. Jadi, inilah akhir dari segala deritanya. Menghasilkan aroma yang begitu harum dan terasa nikmat. Taylor sangat berterimakasih pada Tuhan karena Tuhan sudah mengirimkannya sahabat-sahabat yang mencintainya secara tulus, walau jarang berkumpul bersama seperti dulu.

            Malam yang begitu indah. Taylor tidak sabar untuk menemui Ayah dan Ibunya. Kalaupun malam ini ia harus menikah dengan Harry, tentu saja ia siap. Pasti Ayah dan Ibunya merasa senang. Ayah dan Ibunya sudah lama mengenal Harry dan tidak mungkin keduanya melarang hubungan yang indah ini.

            Sekali lagi, terimakasih Harr.. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu…

***
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar