The
Truth
“Cause
I honestly believed in you
Holding
on the days drag on
Stupid
girl, I should've known
I
should've known”
Malam yang dingin ini membuat hatinya merasa tidak
tenang. Berkali-kali Taylor memejamkan matanya tapi ia tidak bisa juga. Entah
mengapa malam ini ia merasakan sebuah firasat yang buruk, yang tentunya ada
hubungannya dengan Louis. Tiba-tiba perutnya berbunyi pertanda bahwa ia masih
lapar. Padahal tadi ia makan malam dengan cukup. Akhirnya Taylor memutuskan
untuk mencari makanan di luar.
Gadis
itu mengenakan jaket dan celana jins sehingga tubuh gadis itu menjadi hangat
dan tidak kedinginan. Untunglah Ibu dan Ayahnya sudah tidur, jadi ia bisa kabur
dari rumah. Masalah kunci ia sudah tau dimana Ayahnya menyimpan kunci dan ia
bisa keluar dari rumah dengan tenang.
Taylor
berjalan seorang diri membelah malam. Ada sedikit rasa takut di hatinya tapi
cepat-cepat ia buang. Ketika ia sampai di jalan besar, disana cukup ramai dan
Taylor menjadi senang. Ia baru sadar kalau sekarang adalah malam minggu dan
Louis tidak berniat mengajaknya keluar rumah tuk sekedar menikmati malam minggu
yang indah.
Tepat
di area penjual kaki lima, Taylor memesan burger yang dapat menggugah
seleranya. Gadis itu memakan burger berukuran sedang dengan lahap. Si pedanag
burger tersenyum melihat gadis cantik yang sendiri dan tanpa ditemani oleh sang
pacar.
“Kalau
boleh tau, mengapa kau sendiri? Mana pacarmu?” Tanya si penjual burger yang
kira-kira berumur tiga puluhan.
Taylor
tersedak ketika mendapat pertanyaan dari si penjual burger itu. “Aku sudah
punya pacar. Namanya Louis William. Mungkin saat ini dia tengah sibuk dan tidak
bisa menemaniku.” Jawabnya.
Alis
si penjual burger itu terangkat. Louis William? “Lho? Bukannya tadi Louis baru
saja membeli burger disini? Aku kenal Louis. Dia sering datang kemari. Tapi
Louis tidak pernah cerita kalau dia punya pacar sepertimu. Yang sering dia
ceritakan adalah Ele. Mungkin lelaki itu sedang bersama Ele di suatu tempat.”
Ucapnya.
Burger
yang ia makan langsung terjatuh saat mendengar kalimat demi kalimat yang
diucapkan oleh penjual burger itu. Ele? Perasaannya semakin tidak enak. Ia
merasa seperti dipermainkan oleh Louis. Tapi bisa saja penjual burger itu
bohong padanya.
“Sekarang
Louis ada dimana?” Tanyanya.
“Mungkin
di sekitar tempat itu.” Jawab si penjual burger sambil menunjuk ke sebuah
tempat yang tidak jauh dari sini. Tapi tempatnya cukup gelap dan mengerikan.
“Aku
akan kesana. Terimakasih.” Kata Taylor seraya meninggalkan tempatnya itu.
Sementara
si penjual burger berteriak kesal. “Hei cantik! Kau belum membayar burgermu!”
Teriaknya namun tidak di dengar oleh Taylor.
Setelah
ia dekat dengan tempat yang ditujukan oleh si penjual burger itu, ia mendengar
sebuah isakan. Sebuah isakan yang tidak asing lagi baginya.
***
“KAU
JAHAT LOU! KAU JAHAT!” Bentak Ele sambil menangis.
Setelah
menumpahkan segala beban di hatinya, akhirnya Ele merasa lega karena Louis
sudah mendengar semuanya. Malam yang gelap ini, Louis tidak sengaja membawa Ele
pergi ke tempat ini untuk menjelaskan semuanya dan Louis sadar kalau dia telah
menyakiti hati Ele.
“El,
maafkan aku. Maafkan aku. Aku..” Ucap Louis.
Ele
menatap tajam ke arah Louis. “Teganya kau berbohong padaku. Kalau kau cinta
aku, kenapa kau mengatakan pada Taylor kalau kau mencintainya? Mengapa kau malah
menjadikan Taylor sebagai kekasihmu? Kenapa?”
“El,
maafkan aku..” Ucap Louis.
Hanya
kata maaf yang bisa ia keluarkan. Louis sadar kalau dirinya memang salah dan
bodoh. Bodoh karena telah membohongi Ele, juga Taylor. Perlahan, Louis
mendekatkan wajahnya ke wajah Ele sehingga jarak keduanya sangat dekat. Hati
Louis terasa sakit saat melihat sepasang mata Ele yang memerah. Lelaki itu
memegang kepala Ele lalu mendekatkan kepalanya dengan kepala Ele. Berharap agar
gadis itu mau mengerti.
“El,
maafkan aku El. Aku memang tidak mencintai Taylor dan aku salah. Salah besar.
Aku sudah menyakiti hatinya. Maafkan aku El. Taylor boleh saja membenciku, tapi
ku mohon, kau jangan membenciku karena aku akan lebih hancur lagi jika kau ikut
membenciku.” Ucap Louis.
Ele
tidak mersepon ucapan Louis. Gadis itu terus-terusan menangis. Namun hatinya
terasa tenang saat mendengar suara Louis. Meski Louis sudah menyakiti hati
sahabatnya, ia tidak bisa membenci Louis karena ia sangat mencintai Louis.
“I
love you Lou..” Lirih Ele.
“I
love you more..” Balas Louis. Lelaki itu juga ikut menangis karena tidak tahan
melihat Ele menangis.
Dari
jarak yang cukup dekat, Taylor dapat menyaksikan semua itu dengan air mata yang
mengalir deras. Ternyata, selama ini Louis tidak mencintainya, melainkan
mencintai sahabatnya sendiri. Taylor paham dan bisa mengerti perasaan Louis
pada Ele dan dia tidak bisa melarangnya. Jadi, apa ia harus melupakan Louis dan
merelakannya pergi bersama Ele?
Dan,
dadanya terasa sesak saat melihat Louis dan Ele berciuman dengan penuh cinta.
Taylor berusaha untuk baik-baik saja. Tapi ia tidak sanggup lelaki yang sangat
dicintainya itu berciuman dengan gadis lain. Setelah berciuman, bisa ia lihat
segaris senyum menghiasi wajah Louis dan Ele, lalu keduanya tertawa bersama
dalam kebahagiaan.
Cukup!
Batin Taylor. Gadis itu berlari meninggalkan tempat yang sangat menyakitkan itu
dan berharap ia sudah berada di kamarnya sambil menangis. Cinta itu sangat
menyakitkan. Sangat menyakitkan!
Sementara
Louis dan Ele, keduanya tersenyum hanya untuk menghapus air mata yang membasahi
pipi-pipi mereka. Louis melihat ada satu titik air mata yang belum juga hilang
di pipi Ele. Ia pun menghapusnya dengan tangannya.
“El,
kau.. Kau tidak benci padaku?” Tanya Louis dengan perasaan takut.
“Aku
tidak akan pernah membencimu Lou meski kau sering menyakitiku.” Jawabnya.
Louis
tersenyum. “Jadi, maukah kau menjadi kekasihku?” Tanya Louis. Lelaki itu
benar-benar sudah melupakan Taylor yang kini sedang terpuruk.
“Tapi
Taylor..” Ucap Ele.
Louis
langsung menaruh telunjuknya di bibir Ele. “Masalah Taylor, biar aku yang urus.
Pastinya Taylor akan senang kau bahagia bersamaku karena Taylor adalah gadis
yang baik dan dia sangat menyayangimu.” Ucapnya.
Ele
menjadi lega. Namun ia masih belum tenang. Bagaimana jika nanti Taylor
membencinya? Karena setaunya, Taylor sangat mencintai Louis seperti ia
mencintai Louis.
***
Hampir
satu jam Taylor menangis dihadapan sahabat-sahabatnya. Tapi tidak ada Ele
disini. Betapa jahatnya jika ia menangis dihadapan Ele. Selena bisa merasakan
kesakitan yang di rasakan sahabatnya itu dan ia ikut menangis. Sementara Harry
dan Niall memilih untuk diam sambil bersedih. Bagi Taylor, inilah tangisan
terlamanya yang berdurasi hampir satu jam dan ia tidak merasa lelah menangis.
“Tay
plis jangan nangis lagi. Aku tau hatimu sakit dan aku bisa merasakannya. Ku
mohon Tay tenanglah. Semua pasti ada jalan keluarnya.” Hibur Selena.
“Tapi..
Tapi.. Louis..” Isak Taylor.
Tidak
jauh dari tempat itu, Ele mengintip Taylor dan hatinya juga merasa sakit. Ia
tidak tega melihat Taylor terpuruk sedangkan ia bahagia bersama Louis. Betapa
jahatnya ia. Akhirnya gadis itu kembali mengeluarkan air mata. Sekarang apa
yang harus ia lakukan? Apa sebaiknya ia merelakan Louis untuk Taylor? Tapi hal
itu sama artinya membunuh dirinya sendiri.
“Tay,
masih ada kami. Lupakan tentang Louis. Mungkin Louis bukan jodohmu. Aku yakin
sekali nantinya Tuhan akan memberimu kejutan yang tidak diduga, yang lebih baik
dari ini. Jadi, berhentilah menangis.” Kata Niall yang mulai bicara.
Percuma
saja mereka menghibur Taylor tapi gadis itu tidak juga berhenti menangis.
Selena pun memeluk Taylor agar tangis gadis itu menjadi berkurang.
“Sekarang,
apa yang harus kita lakukan agar Taylor kembali ceria?” Tanya Selena menatap
Harry dan Niall.
Niall
menggelengkan kepalanya sementara Harry tetap diam. “Harr, kenapa kamu diam
saja? Lama-lama aku menjadi curiga. Sewaktu Taylor bercerita tentang
hubungannya dengan Louis, kau juga diam. Lalu setelah Taylor terpuruk karena
Louis, kau juga diam. Sebenarnya apa yang ada di kepalamu?” Tanya Selena.
Harry
menghela nafas panjang lalu menjawab dengan singkat “Entahlah.”
“Jangan
bilang kalau kau suka sama Taylor.” Ucap Selena.
“Ya.
Aku menyukainya.” Jawab Harry yang langsung membuat kaget Selena dan Niall.
Sementara Taylor, gadis itu mungkin tidak mendengar ucapan Harry karena ucapan
Harry yang pelan dan ia masih terpuruk bersama tangisannya. “Aku juga
mencintainya dan menyayanginya.” Sambung Harry. Selena dan Niall masih bersama
kekagetannya. Tidak mungkin! Batin keduanya.
Tentu
saja Harry ingin tertawa melihat ekspresi wajah Niall dan Selena. “Kalian
benar-benar tidak paham dengan ucapanku. Aku juga mencintai dan menyayangi
kalian semua. Tidak mungkin aku membenci kalian.” Ucapnya.
Selena
yang mulai paham dengan ucapan Harry ingin sekali menghajar Harry karena lelaki
itu sudah mengerjainya. Sementara Niall masih belum paham juga.
“Aku
juga mencintaimu Harr..” Ucap Selena sambil tersenyum.
Tiba-tiba
kedua mata Niall melebar. Tampaknya lelaki itu sudah mengerti. “Ooo.. Aku
paham! Aku paham sekali! Benar katamu Harr. Kita memang sama-sama saling
mencintai satu sama lain. Saling mencintai sebagai sahabat. Aku mengerti
sekarang.” Ucapnya yang membuat Harry dan Selena tertawa.
“Nah
Tay, meski Louis tidak mencintaimu, ada kami yang selalu mencintaimu.” Ucap
Selena.
Setelah
lama menangis, akhirnya Taylor tersenyum. Jika seisi dunia ini membencinya, ia
masih mempunyai sahabat-sahabat yang mencintainya dengan tulus dan selalu ada
untuknya. Seharusnya ia tidak boleh sedih dan terpuruk. Biarkan saja Louis
meninggalkannya asalkan sahabat-sahabatnya tidak akan pernah meninggalkannya
karena bukankah ia lebih mementingkan perasahabatan dibanding segalanya?
“Thanks.
Aku juga mencintai kalian. Sangat mencintai kalian.” Ucap Taylor.
Namun
Taylor tidak yakin apakah ia akan baik-baik saja tanpa Louis. Walau ia
mempunyai sahabat, tapi ia masih merasa kesepian dan masih membutuhkan Louis
disisinya. Jadi, mana yang lebih penting, sahabat-sahabatnya atau Louis?
***
Ele
sudah sampai di rumah dan sisa-sisa air matanya masih membekas di pipinya.
Tangisan Taylor masih terngiang-ngiang di pikirannya dan ia tidak tega melihat
Taylor menangis. Tuhan memang jahat padanya. Tuhan menakdirkan ia dan Taylor
menyukai lelaki yang sama yaitu Louis. Mengapa harus Louis?
Ele
memilih duduk di sofa ruang tamu sambil menghapus sisa-sisa air matanya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan? Ia mencintai Louis dan tidak bisa merelakan
Louis untuk Taylor. Namun di sisi lain, ia tidak tega melihat Taylor menangis
karena melihatnya bahagia bersama Louis. Pikiran demi pikiran itu membuat
kepalanya sakit. Ia berharap Tuhan mengirimkannya penyakit amnesia agar ia
hilang ingatan dan semua beban-beban yang dialaminya hilang serta ia bisa
mengikhlaskan Louis untuk sahabatnya.
Tiba-tiba,
Ibunya datang dan memasang wajah yang serius. Ele heran dengan sikap Ibunya
yang tampak serius. Jarang sekali Ibunya bersikap serius. Sepertinya ada hal
penting yang akan disampaikan oleh Ibunya.
“Lho
El? Kamu habis nangis ya?” Tanya Ibunya sambil duduk di sampingnya.
Ele
berusaha untuk tersenyum. “Nggak kok ma.” Jawabnya berbohong.
“Ya
sudah. Ohya, Mama dapat kabar bahagia. Mama harap kamu ikut bahagia setelah mendengarnya.”
“Berita
apa?” Tanya Ele sedikit penasaran.
“Kamu
kenal Zayn sepupunya Selena?” Ibunya balik nanya.
Ele
berpikir sesaat lalu mengangguk. “Ele kenal sama Zayn. Memangnya ada apa? Kabar
bahagia yang mama bilang tadi ada hubungannya dengan Zayn?”
Ibunya
tersenyum sambil merangkulnya. “Umurmu kan sudah dua puluh empat tahun. Kemarin
mama sudah ketemu keluarga Zayn dan seperti yang pernah kami bicarakan
bertahun-tahun yang lalu, kamu dan Zayn akan Mama nikahkan. Mama yakin sekali
kamu tidak akan menolak pinangan dari keluarga Zayn karena Mama dekat sekali
dengan Ibu Zayn dan Zayn adalah sepupu Selena yang adalah sahabatmu sendiri.”
Jelasnya.
Setelah
mendengar penjelasan Ibunya, Ele tidak tau apa ia senang atau sedih. Tapi yang
jelas, inilah satu-satunya cara untuk mengakhiri kesedihannya. Artinya, ia
ikhlas memberikan Louis untuk Taylor demi persahabatannya. Ia ingin melihat
Taylor bahagia. Dan mengenai perasaan Louis padanya, Ele sudah tidak peduli
lagi. Kalaupun Louis sudah tidak mau dengan Taylor itu bukan urusannya lagi.
“Benarkah?
Kalau begitu Ele mau. Lebih baik pernikahan Ele dipercepat saja ma.” Jawab Ele.
Tentu
saja Ibu Ele kaget mendengar komentar putrinya. Ada apa dengan putrinya itu? Ia
merasa Ele tengah bersedih dan ucapannya tadi tidak sesuai dengan isi hati Ele.
“Kamu
yakin? Apa kamu tidak mau pacaran dulu sama Zayn?” Tanya Ibunya.
“Tidak
ma. Kalaupun pernikahan Ele dilangsungkan malam ini, Ele mau kok.” Jawabnya.
Ibunya
pun mengangguk walau kata demi kata yang diucapkan putrinya masih terasa
janggal. Tapi harapannya, ia ingin Ele dan Zayn menikah dan hidup bahagia. Sementara
Ele, gadis malang itu berusaha menahan tangisnya. Ia akan menikah dengan Zayn?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar