My
Name Is Louis
“This
night is sparkling, don't you let it go
I'm
wonderstruck, blushing all the way home
I'll
spend forever wondering if you knew
I
was enchanted to meet you”
Dua tahun
kemudian….
Persahabatan
mereka masih terjalin dengan baik dan mereka masih bersama walau kadang-kadang
sibuk dengan urusan masing-masing. Sekarang, Taylor sudah berumur dua puluh dua
tahun namun gadis itu merasa kalau dirinya masih remaja dan tidak akan pernah
menjadi dewasa. Taylor masih suka jahil dengan teman-temannya dan tingkahnya
seperti anak-anak. Begitu pula dengan teman-temannya.
Tapi
banyak juga yang mengejeknya dan menganggapnya sombong karena sampai sekarang
Taylor belum mempunyai seorang pacar dan suka menolak laki-laki yang sudah
menyatakan cinta padanya. Sehari-hari bersama sahabat-sahabatnya terus dan
tidak mau mencari sahabat lain selain mereka berempat.
Taylor
sempat berpikir mencari teman lain selain empat sahabatnya itu. Tapi ia tidak
bisa menemukannya karena baginya, Niall, Harry, Ele dan Selena tidak akan
pernah tergantikan dan hanya mereka yang bisa memahami perasaannya dan hanya
mereka yang bisa mengerti tentangnya.
Sore
itu, Taylor berjalan sendirian disekitar taman kampusnya sambil menikmati
pemandangan sore yang indah. Ia sengaja tidak bertemu dengan sahabat-sahabatnya
karena sore itu ia memang ingin sendiri. Ia ingin merasakan bagaimana berjalan
sendiri tanpa sahabat-sahabatnya dan rasanya sangat berbeda. Tidak ada canda
dan tawa. Yang ada hanyalah rasa sepi.
“Es
krim.” Gumam Taylor tatkala melihat penjual es krim keliling yang sering
berjualan di kampusnya. Taylor memang pecinta es krim dan ia paling suka es
krim bertabur cokelat karena ia juga pecinta cokelat.
Setelah
membeli es krim, Taylor memutuskan duduk di dekat lapangan bola yang ada di
kampusnya. Di lapangan bola itu, banyak orang yang bermain bola dan suasanya
lumayan ramai. Taylor duduk dengan manis di sebuah bangku tua sambil menyendok es
krim ke dalam mulutnya. Tiba-tiba…..
BUKK
!!!
Taylor
begitu kaget menyadari es krimnya yang tumpah dan kini bercampur dengan tanah
hanya karena tendangan bola dari seseorang. Gadis itu begitu kesal. Baru saja
ia menikmati es krim yang baru ia beli dan ujung-ujungnya tumpah bercampur
tanah. Kemudian, seorang lelaki berseragam bola datang mendekatinya. Tampaknya
lelaki itulah yang menyebabkan es krimnya tumpah.
“Maaf.
Bisa kuganti?” Ucap lelaki itu dengan suara yang sopan.
Baru
saja Taylor melihat lelaki itu, entah mengapa jantungnya berdebar-debar. Begitu
pula dengan lelaki itu. Kedua mata mereka bertemu sehingga menimbulkan sebuah
getaran asing yang sebelumnya tidak pernah dirasakan Taylor.
“Oh,
kau Taylor ya?” Tanya lelaki itu.
“Eh..
I.. Iya. Darimana kamu tau namaku?” Tanya Taylor gugup.
Lelaki
itu tersenyum dan senyum itu merupakan senyum termanis yang pernah Taylor
temukan. Gadis itu bingung dengan dirinya saat ini. Mengapa tiba-tiba ia gugup
dengan lelaki yang tidak dikenalinya itu? Dan mengapa ia menyukai senyum lelaki
itu?
“Tentu
saja aku tau namamu. Kau kan cukup terkenal dan cantik. Aku tidak menyangka
pertemuan pertama seburuk ini.” Jawabnya.
Tentu
Taylor menjadi malu karena dibilang cantik oleh lelaki yang benar-benar tampan
itu. Apa lelaki itu juga mahasiswa di kampusnya? Atau lelaki itu sudah kerja?
Tapi menurutnya, umur lelaki itu tidak jauh beda dari umur Harry yang kini
sudah mencapai dua puluh tiga tahun.
“Namaku
Louis William. Panggil saja aku Louis. Aku mahasiswa disini dan sebentar lagi
aku lulus.” Jelas lelaki itu.
Louis
William? Sebuah nama yang bagus. Taylor tidak menyangka bisa bertemu dengan
lelaki lain selain Harry, Niall dan satu mantannya itu. Dan entah mengapa ia
ingin sekali mengenal dekat dengan Louis karena menurutnya Louis adalah lelaki
baik dan bertanggung jawab. Tidak seperti Harry dan Niall.
“Mau
kubelikan es krim? Lagipula aku juga ingin makan es krim.” Ucap Louis dan tentu
saja Taylor mengangguk. Ia tidak menyangka Louis mentraktirnya es krim.
Setelah
membeli es krim, Louis mengajak Taylor duduk di tempat Taylor tadi. Bagi
Taylor, hal ini merupakan hal teromantis yang pernah ia rasakan. Makan berdua
bersama seorang lelaki tampan bernama Louis. Bahkan es krim ini merupakan es
krim terenak yang pernah ia rasakan.
“Ohya,
bukannya kamu sudah lama bersahabat dengan Harry dan lainnya?” Tanya Louis.
Taylor
melirik ke Louis dan ia melihat Louis tertawa. Apa aku lucu? Batinnya. Taylor
baru sadar kalau sendok es krimnya masih nyangkut di mulutnya sehingga wajahnya
menjadi lucu. Mungkin itu yang menyebabkan Louis tertawa melihatnya.
“Kau
memang lucu dengan sendok dimulutmu.” Tawa Louis.
Mendengar
ucapan Louis, Taylor jadi malu. “Ya.. Mmm.. Aku memang sudah lama bersahabat
dengan empat sahabatku. Darimana kau tau nama Harry? Kau mengenali Harry?”
Taylor
merasa pertanyaan yang ia lontarkan terdengar tidak penting. Tentu saja Louis
mengenal Harry karena seisi kampus ini tau siapa sih Harry itu. Harry kan
terkenal di kampusnya ini dan banyak ratusan gadis yang menggemarinya. Bahkan
banyak yang sengaja ngasih Harry cokelat dan surat cinta. Taylor selalu tertawa
mengigat semua itu dan Harry lebih suka membuang ‘hadiah-hadiah’ yang ia
dapatkan dari penggemarnya itu. Sadis sekali.
“Aku
kenal Harry saat kami tidak sengaja bertemu di perpustakaan. Ku kira kau
pacaran dengan Harry.” Ucap Louis.
“Pacaran?
Kami hanya berteman. Kalau aku dan dia pacaran, mungkin hubungan kami tidak
akan bertahan lama dan menyebabkan persahabatan kami hancur dan aku tidak mau
hal itu terjadi.”
“Begitu
ya? Jujur saja, aku salut dengan persahabatan yang sudah lama kau bangun
bersama teman-temanmu. Sudah belasan tahun ya?”
“Iya.
Aku sangat menyayangi mereka dan aku tidak mau kehilangan mereka.”
Cukup
lama mereka bicara dan akhirnya Louis memutuskan untuk kembali ke lapangan karena
ia takut digosipin yang tidak-tidak dengan Taylor. Sementara Taylor, gadis itu
belum juga bangkit dari duduknya. Ia masih bisa melihat senyuman Louis dan
masih bisa merasakan es krim terlezat di mulutnya. Apa aku menyukai Louis?
Batin Taylor sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan tempat itu.
***
Sudah
hampir tujuh belas tahun. Ya, persahabatan mereka sudah hampir berumur tujuh
belas tahun. Taylor pulang ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi
sebelum pulang, ia sengaja mampir di sebuah caffe sederhana yang menjual aneka
macam kue yang lezat. Taylor duduk di sebuah kursi bermeja yang tidak sengaja
di taruh oleh si penjual kaki lima itu. Pikirannya melayang-layang menuju
pertemuannya dengan Louis dan Taylor tidak bisa berhenti memikirkan semua itu.
“Hai!
Mau coba spageti buatanku? Resep ini aku yang buat sendiri lho.” Kata sebuah
suara. Namun Taylor tidak mempedulikan suara itu.
Si
pemilik suara menjadi heran, dan ia memutuskan duduk di samping Taylor. “Tay?
Kau kenapa? Kau lagi mikirin siapa?” Tanyanya.
Akhirnya
Taylor melirik ke samping kirinya dan mendapati Harry yang sudah duduk manis
dan di mejanya ada sepiring spageti yang menggugah seleranya. Taylor bisa
merasakan aroma lezat dari spageti buatan Harry itu.
“Mau
mencoba?” Tanya Harry.
Belakang-belakangan
ini sikap Harry banyak berubah. Dia mulai membuka hatinya dan mulai mau
berbicara dengan gadis lain selain Taylor, Ele dan Selena. Harry juga jarang
adu mulut dengan Taylor, seperti yang sering mereka lakukan dulu. Sikap Harry
juga lebih dewasa dan Taylor kurang menyukai sikap baru Harry. Ia lebih
menyukai Harry yang dulu. Harry yang tertutup dan cocok buat jadi sasaran
keusilannya. Tapi sekarang Taylor sungkan untuk mengusili Harry.
“Baiklah.”
Ucap Taylor. Ia mencoba spageti buatan Harry dan rasanya benar-benar lezat.
Harry kan memang jago masak. Tapi bukan kelezatan spageti yang ada di
pikirannya, melainkan senyuman manis Louis.
“Gimana?”
Tanya Harry.
“Rasanya…
Rasanya seperti senyuman manisnya Louis..” Jawab Taylor tanpa sadar.
Mendengar
jawaban aneh dari Taylor, Harry mengangkat sebelah aslinya. Ada apa dengan satu
sahabatnya itu? Dan Louis? Sepertinya Harry mulai memahami apa yang dirasakan
Taylor.
“Harr,
kau kenal Louis William?” Tanya Taylor.
“Kenal.
Ada apa?”
“Tadi
aku tidak sengaja bertemu dengannya. Dan coba tebak. Tanpa sadar aku
menyukainya. Aku percaya cinta pada pandangan pertama.”
Harry
paham dengan ucapan Taylor. Lambat laun gadis itu pasti akan jatuh cinta dengan
seseorang dan inilah saatnya. Harry mengenal Louis dengan baik dan baginya
Louis cocok menjadi kekasih Taylor. Hampir saja Harry melupakan spagetinya yang
ia rasa sudah dingin. Tidak sengaja Harry berpaling ke belakang dan melihat ada
seorang cowok yang datang.
“Nah
Louis datang.” Ucap Harry sekenanya dan berhasil membuat jantung Taylor
berdegup kencang. Tapi saat ia melihat siapa yang datang, Taylor langsung
memukul lengan Harry. Tumben cowok itu mengerjainya.
“Hai!
Wah Harr! Aku boleh makan spagetimu ya..” Kata Niall. Belum sempat Harry
menjawab, Niall langsung menghabiskan spageti itu dan rasanya benar-benar
lezat. Itu adalah spageti terlezat yang pernah ia rasakan.
“Mantep
bro. Kapan-kapan buat lagi ya.” Kata Niall.
“Sipp.
Eh Yel, tau tidak, sahabat kita yang satu itu lagi jatuh cinta. Lihat saja
wajahnya.” Kata Harry sambil menunjuk ke arah Taylor.
Niall
menatap Taylor dengan heran. Pasalnya gadis itu sulit sekali jatuh cinta dan
selalu menolak lelaki manapun yang ingin menjadi kekasihnya. Jika Taylor benar
jatuh cinta, maka lelaki yang membuatnya jatuh cinta adalah lelaki terhebat.
Jangan-jangan, dirinya lagi.
“Siapa?
Aku ya?” Tanya Niall.
Taylor
tertawa. “Tanya saja sama Harry.” Jawabnya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah
Taylor pergi, Niall beralih menatap Harry. “Louis. Louis William, raja sepak
bola di kampus kita.” Kata Harry.
***
Hati gadis itu berbunga-bunga.
Siapa lagi kalau bukan karena Louis? Malam ini Taylor berhasil mencari tau
siapa Louis Tomlinson. Dan ternyata umurnya tidak terlalu jauh dengan umur
Louis. Louis berusia dua puluh empat tahun dan sebentar lagi akan lulus kuliah.
Ternyata, Louis cukup terkenal juga. Louis dikenal oleh seisi kampus karena
kejagoannya dalam hal sepak bola. Taylor merasa heran, mengapa ia tidak
mengenal Louis dari awal. Padahal seisi kampus tau siapa Louis itu.
Cukup banyak juga foto-foto Louis
yang ia dapatkan di facebook Louis dan ekspresi Louis ternyata lucu juga kalau
di foto. Dari foto saja ia bisa menebak kalau Louis anaknya periang, ramah dan
terbuka. Satu lagi yang membuatnya senang. Status Louis yaitu single dan Taylor
tidak bisa membohongi dirinya kalau ia ingin menjadi kekasih Louis.
Tapi,
baru sekali ia bertemu Louis dan Taylor sudah ingin menjadi pacar Louis. Jujur
saja, Taylor bingung dengan dirinya sendiri. Dirinya yang secara tiba-tiba
jatuh cinta dengan orang lain. Selama ini ia tidak percaya dengan cinta dan
lebih memilih sahabat dibanding cinta. Tapi saat ia menemukan cinta, ternyata
cinta hampir sama dengan persahabatan meski baginya persahabatan tetaplah
menjadi nomor satu dihatinya.
Taylor
melihat pemberitahuan di facebooknya dan ia tersenyum senang. Louis sudah
mengkonfirmasi facebooknya. Cepat-cepat Taylor mengirim pesan ke Louis dan
mereka ngobrol ria melalui obrolan di facebook. Louis banyak menanyakan tentang
kisah hidupnya dan bagaimana caranya agar persahabatannya dapat bertahan sampai
saat ini.
Terakhir,
Louis mengirimkannya pesan yang membuat Taylor tidak bisa tidur semalaman.
Pesan yang begitu manis yang membuat pikirannya selalu tertuju pada Louis, dan
senyuman Louis.
“Good night my princess. I hope we can meet
again. Have a nice dream.”
***
Pagi
harinya, Taylor langsung menceritakan semua tentang Louis dan pengakuannya
kalau ia jatuh cinta dengan lelaki itu. Harry dan Niall yang sudah tau tidak
terlalu kaget mendengar pengakuan Taylor. Lain halnya dengan Selena dan Ele.
Dua gadis itu teramat kaget. Terutama Ele. Saat Taylor menyebut nama ‘Louis William’,
seketika itu juga tubuhnya langsung down.
“Aku
senang kau sudah jatuh cinta. Tapi apa kau yakin Louis adalah pria yang baik?”
Tanya Selena.
“Tentu
saja. Harry kenal kok sama Louis. Louis baik dan ramah. Tanya saja ke Harry
kalau tidak percaya.” Jawab Taylor.
Selena
melirik ke arah Harry untuk mencari suatu kepastian. “Taylor benar. Aku kenal
baik dengan Louis dan sepertinya dia cocok dengan Taylor. Masalahnya, aku takut
kalau mereka pacaran, Louis tidak betah pacaran sama Taylor karena Taylor
anaknya cukup galak dan cerewet, juga…” Jawan Harry panjang lebar lalu diputus
oleh Tayor.
“Kau
mulai lagi. Daripada kamu dan Niall yang sampai sekarang masih jomblo. Atau
jangan-jangan, kalian homoan lagi.” Kata Taylor.
Harry
dan Niall langsung mencubit pipi Taylor sehingga gadis itu menjadi kesal. Tapi
ada benarnya juga. Niall dan Harry kan selalu bersama. Tapi tidak juga ding.
Taylor percaya kalau dua sahabatnya itu masih normal dan tidak akan pernah
melakukan hal-hal yang buruk yang nantinya dapat mengancam persahabatan mereka.
Diantara
mereka, hanya Ele yang terdiam. Gadis itu tidak mau bicara. Sedaritadi gadis
itu menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu. Tentu saja Taylor
mengetahui sikap aneh Ele lalu ia berbicara dengan Ele.
“Bagaimana
pendapatmu? Apa aku cocok dengan Louis?” Tanya Taylor.
Mendengar
nama ‘Louis’ untuk yang kedua kalinya, Ele langsung mengangkat kepalanya. Lalu
ia mulai bicara dengan sedikit gugup. “Cocok kok.” Jawabnya singkat.
Bukan
hanya Taylor saja yang heran dengan sikap Ele, tapi Harry, Niall dan Selena.
Perasaan, sebelum Taylor menceritakan tentang Louis dan perasaannya pada Louis,
Ele terlihat baik-baik saja. Jangan-jangan…
“El,
kau tidak suka Taylor menyukai Louis?” Tanya Niall hati-hati.
Ele
melirik ke arah Niall dan berusaha untuk tersenyum. “Tidak. Aku senang kok
Taylor mulai jatuh cinta dengan Louis.” Jawabnya.
Tapi
Taylor merasa ada yang tidak beres dengan Ele. Pasti ada sesuatu yang membuat
sikap Ele berubah menjadi seperti itu, yang pastinya ada hubungannya dengan
Louis.
***
Gadis
itu berjalan mendekati jendela kamarnya yang belum ia tutup. Udara di luar
cukup dingin, karena itulah gadis itu mengenakan jaket tebalnya. Saat ia bertemu
dengan hembusan angin malam, ingatannya kembali pada saat ia bermur tujuh belas
tahun. Tepatnya tiga tahun yang lalu. Saat orang yang dianggapnya sebagai
pangerannya datang dan mengajaknya berkeliling menggunakan kuda putihnya. Tentu
saja gadis itu merahasiakan hal ini dari sahabat-sahabatnya.
Satu
kalimat yang masih ia ingat yang diucapkan oleh orang itu. “Aku harap hubungan kita tetap bertahan karena aku sangat mencintaimu.”
Namun gadis itu merasa kalau orang yang dianggapnya benar-benar mencintainya
itu berbohong padanya. Dan ia tidak yakin apakah ia memang berstatus sebagai
kekasih orang itu.
Ketika
hembusan angin semakin kencang, gadis itu cepat-cepat menutup jendela kamarnya
dan ia tidak sengaja melirik ke meja belajarnya. Disana, ada fotonya bersama
seorang lelaki yang ia cintai. Ya, orang tadi itulah laki-laki yang ia cintai.
Tapi ia tidak tau apa cintanya benar atau salah.
Perlahan,
tangan halus gadis itu mengambil bingkai foto tiga tahun lalu. Disana ia
bahagia sekali. Tapi ia tidak yakin apa ia bisa bahagia bersama lelaki itu. Ia
merasa, lelaki itu sudah melupakannya dan tidak mau bertemu dengannya. Padahal
ia sama sekali tidak bersalah pada lelaki itu.
Namun
ia sadar, ia bukanlah gadis yang tepat untuk lelaki itu. Ada gadis lain yang
lebih tepat untuk lelaki itu. Seorang gadis yang adalah sahabatnya sendiri.
Jujur, ia tidak mau bersaing dengan sahabatnya meski sebenarnya ia tidak suka
jika sahabatnya menyukai lelaki yang sama dan ia ingin menjauhi sahabatnya dari
lelaki itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar