expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 01 Februari 2015

Friendship ( Part 4 )



My Name Is Louis

“This night is sparkling, don't you let it go
I'm wonderstruck, blushing all the way home
I'll spend forever wondering if you knew
I was enchanted to meet you”


Dua tahun kemudian….

            Persahabatan mereka masih terjalin dengan baik dan mereka masih bersama walau kadang-kadang sibuk dengan urusan masing-masing. Sekarang, Taylor sudah berumur dua puluh dua tahun namun gadis itu merasa kalau dirinya masih remaja dan tidak akan pernah menjadi dewasa. Taylor masih suka jahil dengan teman-temannya dan tingkahnya seperti anak-anak. Begitu pula dengan teman-temannya.

            Tapi banyak juga yang mengejeknya dan menganggapnya sombong karena sampai sekarang Taylor belum mempunyai seorang pacar dan suka menolak laki-laki yang sudah menyatakan cinta padanya. Sehari-hari bersama sahabat-sahabatnya terus dan tidak mau mencari sahabat lain selain mereka berempat.

            Taylor sempat berpikir mencari teman lain selain empat sahabatnya itu. Tapi ia tidak bisa menemukannya karena baginya, Niall, Harry, Ele dan Selena tidak akan pernah tergantikan dan hanya mereka yang bisa memahami perasaannya dan hanya mereka yang bisa mengerti tentangnya.

            Sore itu, Taylor berjalan sendirian disekitar taman kampusnya sambil menikmati pemandangan sore yang indah. Ia sengaja tidak bertemu dengan sahabat-sahabatnya karena sore itu ia memang ingin sendiri. Ia ingin merasakan bagaimana berjalan sendiri tanpa sahabat-sahabatnya dan rasanya sangat berbeda. Tidak ada canda dan tawa. Yang ada hanyalah rasa sepi.

            “Es krim.” Gumam Taylor tatkala melihat penjual es krim keliling yang sering berjualan di kampusnya. Taylor memang pecinta es krim dan ia paling suka es krim bertabur cokelat karena ia juga pecinta cokelat.

            Setelah membeli es krim, Taylor memutuskan duduk di dekat lapangan bola yang ada di kampusnya. Di lapangan bola itu, banyak orang yang bermain bola dan suasanya lumayan ramai. Taylor duduk dengan manis di sebuah bangku tua sambil menyendok es krim ke dalam mulutnya. Tiba-tiba…..

            BUKK !!!

            Taylor begitu kaget menyadari es krimnya yang tumpah dan kini bercampur dengan tanah hanya karena tendangan bola dari seseorang. Gadis itu begitu kesal. Baru saja ia menikmati es krim yang baru ia beli dan ujung-ujungnya tumpah bercampur tanah. Kemudian, seorang lelaki berseragam bola datang mendekatinya. Tampaknya lelaki itulah yang menyebabkan es krimnya tumpah.

            “Maaf. Bisa kuganti?” Ucap lelaki itu dengan suara yang sopan.

            Baru saja Taylor melihat lelaki itu, entah mengapa jantungnya berdebar-debar. Begitu pula dengan lelaki itu. Kedua mata mereka bertemu sehingga menimbulkan sebuah getaran asing yang sebelumnya tidak pernah dirasakan Taylor.

            “Oh, kau Taylor ya?” Tanya lelaki itu.

            “Eh.. I.. Iya. Darimana kamu tau namaku?” Tanya Taylor gugup.

            Lelaki itu tersenyum dan senyum itu merupakan senyum termanis yang pernah Taylor temukan. Gadis itu bingung dengan dirinya saat ini. Mengapa tiba-tiba ia gugup dengan lelaki yang tidak dikenalinya itu? Dan mengapa ia menyukai senyum lelaki itu?

            “Tentu saja aku tau namamu. Kau kan cukup terkenal dan cantik. Aku tidak menyangka pertemuan pertama seburuk ini.” Jawabnya.

            Tentu Taylor menjadi malu karena dibilang cantik oleh lelaki yang benar-benar tampan itu. Apa lelaki itu juga mahasiswa di kampusnya? Atau lelaki itu sudah kerja? Tapi menurutnya, umur lelaki itu tidak jauh beda dari umur Harry yang kini sudah mencapai dua puluh tiga tahun.

            “Namaku Louis William. Panggil saja aku Louis. Aku mahasiswa disini dan sebentar lagi aku lulus.” Jelas lelaki itu.

            Louis William? Sebuah nama yang bagus. Taylor tidak menyangka bisa bertemu dengan lelaki lain selain Harry, Niall dan satu mantannya itu. Dan entah mengapa ia ingin sekali mengenal dekat dengan Louis karena menurutnya Louis adalah lelaki baik dan bertanggung jawab. Tidak seperti Harry dan Niall.

            “Mau kubelikan es krim? Lagipula aku juga ingin makan es krim.” Ucap Louis dan tentu saja Taylor mengangguk. Ia tidak menyangka Louis mentraktirnya es krim.

            Setelah membeli es krim, Louis mengajak Taylor duduk di tempat Taylor tadi. Bagi Taylor, hal ini merupakan hal teromantis yang pernah ia rasakan. Makan berdua bersama seorang lelaki tampan bernama Louis. Bahkan es krim ini merupakan es krim terenak yang pernah ia rasakan.

            “Ohya, bukannya kamu sudah lama bersahabat dengan Harry dan lainnya?” Tanya Louis.

            Taylor melirik ke Louis dan ia melihat Louis tertawa. Apa aku lucu? Batinnya. Taylor baru sadar kalau sendok es krimnya masih nyangkut di mulutnya sehingga wajahnya menjadi lucu. Mungkin itu yang menyebabkan Louis tertawa melihatnya.

            “Kau memang lucu dengan sendok dimulutmu.” Tawa Louis.

            Mendengar ucapan Louis, Taylor jadi malu. “Ya.. Mmm.. Aku memang sudah lama bersahabat dengan empat sahabatku. Darimana kau tau nama Harry? Kau mengenali Harry?”

            Taylor merasa pertanyaan yang ia lontarkan terdengar tidak penting. Tentu saja Louis mengenal Harry karena seisi kampus ini tau siapa sih Harry itu. Harry kan terkenal di kampusnya ini dan banyak ratusan gadis yang menggemarinya. Bahkan banyak yang sengaja ngasih Harry cokelat dan surat cinta. Taylor selalu tertawa mengigat semua itu dan Harry lebih suka membuang ‘hadiah-hadiah’ yang ia dapatkan dari penggemarnya itu. Sadis sekali.

            “Aku kenal Harry saat kami tidak sengaja bertemu di perpustakaan. Ku kira kau pacaran dengan Harry.” Ucap Louis.

            “Pacaran? Kami hanya berteman. Kalau aku dan dia pacaran, mungkin hubungan kami tidak akan bertahan lama dan menyebabkan persahabatan kami hancur dan aku tidak mau hal itu terjadi.”

            “Begitu ya? Jujur saja, aku salut dengan persahabatan yang sudah lama kau bangun bersama teman-temanmu. Sudah belasan tahun ya?”

            “Iya. Aku sangat menyayangi mereka dan aku tidak mau kehilangan mereka.”

            Cukup lama mereka bicara dan akhirnya Louis memutuskan untuk kembali ke lapangan karena ia takut digosipin yang tidak-tidak dengan Taylor. Sementara Taylor, gadis itu belum juga bangkit dari duduknya. Ia masih bisa melihat senyuman Louis dan masih bisa merasakan es krim terlezat di mulutnya. Apa aku menyukai Louis? Batin Taylor sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan tempat itu.

***

            Sudah hampir tujuh belas tahun. Ya, persahabatan mereka sudah hampir berumur tujuh belas tahun. Taylor pulang ke rumah dengan hati yang berbunga-bunga. Tapi sebelum pulang, ia sengaja mampir di sebuah caffe sederhana yang menjual aneka macam kue yang lezat. Taylor duduk di sebuah kursi bermeja yang tidak sengaja di taruh oleh si penjual kaki lima itu. Pikirannya melayang-layang menuju pertemuannya dengan Louis dan Taylor tidak bisa berhenti memikirkan semua itu.

            “Hai! Mau coba spageti buatanku? Resep ini aku yang buat sendiri lho.” Kata sebuah suara. Namun Taylor tidak mempedulikan suara itu.

            Si pemilik suara menjadi heran, dan ia memutuskan duduk di samping Taylor. “Tay? Kau kenapa? Kau lagi mikirin siapa?” Tanyanya.

            Akhirnya Taylor melirik ke samping kirinya dan mendapati Harry yang sudah duduk manis dan di mejanya ada sepiring spageti yang menggugah seleranya. Taylor bisa merasakan aroma lezat dari spageti buatan Harry itu.

            “Mau mencoba?” Tanya Harry.

            Belakang-belakangan ini sikap Harry banyak berubah. Dia mulai membuka hatinya dan mulai mau berbicara dengan gadis lain selain Taylor, Ele dan Selena. Harry juga jarang adu mulut dengan Taylor, seperti yang sering mereka lakukan dulu. Sikap Harry juga lebih dewasa dan Taylor kurang menyukai sikap baru Harry. Ia lebih menyukai Harry yang dulu. Harry yang tertutup dan cocok buat jadi sasaran keusilannya. Tapi sekarang Taylor sungkan untuk mengusili Harry.

            “Baiklah.” Ucap Taylor. Ia mencoba spageti buatan Harry dan rasanya benar-benar lezat. Harry kan memang jago masak. Tapi bukan kelezatan spageti yang ada di pikirannya, melainkan senyuman manis Louis.

            “Gimana?” Tanya Harry.

            “Rasanya… Rasanya seperti senyuman manisnya Louis..” Jawab Taylor tanpa sadar.

            Mendengar jawaban aneh dari Taylor, Harry mengangkat sebelah aslinya. Ada apa dengan satu sahabatnya itu? Dan Louis? Sepertinya Harry mulai memahami apa yang dirasakan Taylor.

            “Harr, kau kenal Louis William?” Tanya Taylor.

            “Kenal. Ada apa?”

            “Tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya. Dan coba tebak. Tanpa sadar aku menyukainya. Aku percaya cinta pada pandangan pertama.”

            Harry paham dengan ucapan Taylor. Lambat laun gadis itu pasti akan jatuh cinta dengan seseorang dan inilah saatnya. Harry mengenal Louis dengan baik dan baginya Louis cocok menjadi kekasih Taylor. Hampir saja Harry melupakan spagetinya yang ia rasa sudah dingin. Tidak sengaja Harry berpaling ke belakang dan melihat ada seorang cowok yang datang.

            “Nah Louis datang.” Ucap Harry sekenanya dan berhasil membuat jantung Taylor berdegup kencang. Tapi saat ia melihat siapa yang datang, Taylor langsung memukul lengan Harry. Tumben cowok itu mengerjainya.

            “Hai! Wah Harr! Aku boleh makan spagetimu ya..” Kata Niall. Belum sempat Harry menjawab, Niall langsung menghabiskan spageti itu dan rasanya benar-benar lezat. Itu adalah spageti terlezat yang pernah ia rasakan.

            “Mantep bro. Kapan-kapan buat lagi ya.” Kata Niall.

            “Sipp. Eh Yel, tau tidak, sahabat kita yang satu itu lagi jatuh cinta. Lihat saja wajahnya.” Kata Harry sambil menunjuk ke arah Taylor.

            Niall menatap Taylor dengan heran. Pasalnya gadis itu sulit sekali jatuh cinta dan selalu menolak lelaki manapun yang ingin menjadi kekasihnya. Jika Taylor benar jatuh cinta, maka lelaki yang membuatnya jatuh cinta adalah lelaki terhebat. Jangan-jangan, dirinya lagi.

            “Siapa? Aku ya?” Tanya Niall.

            Taylor tertawa. “Tanya saja sama Harry.” Jawabnya lalu pergi meninggalkan tempat itu.

            Setelah Taylor pergi, Niall beralih menatap Harry. “Louis. Louis William, raja sepak bola di kampus kita.” Kata Harry.

***
           
Hati gadis itu berbunga-bunga. Siapa lagi kalau bukan karena Louis? Malam ini Taylor berhasil mencari tau siapa Louis Tomlinson. Dan ternyata umurnya tidak terlalu jauh dengan umur Louis. Louis berusia dua puluh empat tahun dan sebentar lagi akan lulus kuliah. Ternyata, Louis cukup terkenal juga. Louis dikenal oleh seisi kampus karena kejagoannya dalam hal sepak bola. Taylor merasa heran, mengapa ia tidak mengenal Louis dari awal. Padahal seisi kampus tau siapa Louis itu.
           
Cukup banyak juga foto-foto Louis yang ia dapatkan di facebook Louis dan ekspresi Louis ternyata lucu juga kalau di foto. Dari foto saja ia bisa menebak kalau Louis anaknya periang, ramah dan terbuka. Satu lagi yang membuatnya senang. Status Louis yaitu single dan Taylor tidak bisa membohongi dirinya kalau ia ingin menjadi kekasih Louis.

            Tapi, baru sekali ia bertemu Louis dan Taylor sudah ingin menjadi pacar Louis. Jujur saja, Taylor bingung dengan dirinya sendiri. Dirinya yang secara tiba-tiba jatuh cinta dengan orang lain. Selama ini ia tidak percaya dengan cinta dan lebih memilih sahabat dibanding cinta. Tapi saat ia menemukan cinta, ternyata cinta hampir sama dengan persahabatan meski baginya persahabatan tetaplah menjadi nomor satu dihatinya.

            Taylor melihat pemberitahuan di facebooknya dan ia tersenyum senang. Louis sudah mengkonfirmasi facebooknya. Cepat-cepat Taylor mengirim pesan ke Louis dan mereka ngobrol ria melalui obrolan di facebook. Louis banyak menanyakan tentang kisah hidupnya dan bagaimana caranya agar persahabatannya dapat bertahan sampai saat ini.

            Terakhir, Louis mengirimkannya pesan yang membuat Taylor tidak bisa tidur semalaman. Pesan yang begitu manis yang membuat pikirannya selalu tertuju pada Louis, dan senyuman Louis.

            “Good night my princess. I hope we can meet again. Have a nice dream.”
***

            Pagi harinya, Taylor langsung menceritakan semua tentang Louis dan pengakuannya kalau ia jatuh cinta dengan lelaki itu. Harry dan Niall yang sudah tau tidak terlalu kaget mendengar pengakuan Taylor. Lain halnya dengan Selena dan Ele. Dua gadis itu teramat kaget. Terutama Ele. Saat Taylor menyebut nama ‘Louis William’, seketika itu juga tubuhnya langsung down.

            “Aku senang kau sudah jatuh cinta. Tapi apa kau yakin Louis adalah pria yang baik?” Tanya Selena.

            “Tentu saja. Harry kenal kok sama Louis. Louis baik dan ramah. Tanya saja ke Harry kalau tidak percaya.” Jawab Taylor.

            Selena melirik ke arah Harry untuk mencari suatu kepastian. “Taylor benar. Aku kenal baik dengan Louis dan sepertinya dia cocok dengan Taylor. Masalahnya, aku takut kalau mereka pacaran, Louis tidak betah pacaran sama Taylor karena Taylor anaknya cukup galak dan cerewet, juga…” Jawan Harry panjang lebar lalu diputus oleh Tayor.

            “Kau mulai lagi. Daripada kamu dan Niall yang sampai sekarang masih jomblo. Atau jangan-jangan, kalian homoan lagi.” Kata Taylor.

            Harry dan Niall langsung mencubit pipi Taylor sehingga gadis itu menjadi kesal. Tapi ada benarnya juga. Niall dan Harry kan selalu bersama. Tapi tidak juga ding. Taylor percaya kalau dua sahabatnya itu masih normal dan tidak akan pernah melakukan hal-hal yang buruk yang nantinya dapat mengancam persahabatan mereka.

            Diantara mereka, hanya Ele yang terdiam. Gadis itu tidak mau bicara. Sedaritadi gadis itu menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu. Tentu saja Taylor mengetahui sikap aneh Ele lalu ia berbicara dengan Ele.

            “Bagaimana pendapatmu? Apa aku cocok dengan Louis?” Tanya Taylor.

            Mendengar nama ‘Louis’ untuk yang kedua kalinya, Ele langsung mengangkat kepalanya. Lalu ia mulai bicara dengan sedikit gugup. “Cocok kok.” Jawabnya singkat.

            Bukan hanya Taylor saja yang heran dengan sikap Ele, tapi Harry, Niall dan Selena. Perasaan, sebelum Taylor menceritakan tentang Louis dan perasaannya pada Louis, Ele terlihat baik-baik saja. Jangan-jangan…

            “El, kau tidak suka Taylor menyukai Louis?” Tanya Niall hati-hati.

            Ele melirik ke arah Niall dan berusaha untuk tersenyum. “Tidak. Aku senang kok Taylor mulai jatuh cinta dengan Louis.” Jawabnya.

            Tapi Taylor merasa ada yang tidak beres dengan Ele. Pasti ada sesuatu yang membuat sikap Ele berubah menjadi seperti itu, yang pastinya ada hubungannya dengan Louis.

***

            Gadis itu berjalan mendekati jendela kamarnya yang belum ia tutup. Udara di luar cukup dingin, karena itulah gadis itu mengenakan jaket tebalnya. Saat ia bertemu dengan hembusan angin malam, ingatannya kembali pada saat ia bermur tujuh belas tahun. Tepatnya tiga tahun yang lalu. Saat orang yang dianggapnya sebagai pangerannya datang dan mengajaknya berkeliling menggunakan kuda putihnya. Tentu saja gadis itu merahasiakan hal ini dari sahabat-sahabatnya.

            Satu kalimat yang masih ia ingat yang diucapkan oleh orang itu. “Aku harap hubungan kita tetap bertahan karena aku sangat mencintaimu.” Namun gadis itu merasa kalau orang yang dianggapnya benar-benar mencintainya itu berbohong padanya. Dan ia tidak yakin apakah ia memang berstatus sebagai kekasih orang itu.

            Ketika hembusan angin semakin kencang, gadis itu cepat-cepat menutup jendela kamarnya dan ia tidak sengaja melirik ke meja belajarnya. Disana, ada fotonya bersama seorang lelaki yang ia cintai. Ya, orang tadi itulah laki-laki yang ia cintai. Tapi ia tidak tau apa cintanya benar atau salah.

            Perlahan, tangan halus gadis itu mengambil bingkai foto tiga tahun lalu. Disana ia bahagia sekali. Tapi ia tidak yakin apa ia bisa bahagia bersama lelaki itu. Ia merasa, lelaki itu sudah melupakannya dan tidak mau bertemu dengannya. Padahal ia sama sekali tidak bersalah pada lelaki itu.

            Namun ia sadar, ia bukanlah gadis yang tepat untuk lelaki itu. Ada gadis lain yang lebih tepat untuk lelaki itu. Seorang gadis yang adalah sahabatnya sendiri. Jujur, ia tidak mau bersaing dengan sahabatnya meski sebenarnya ia tidak suka jika sahabatnya menyukai lelaki yang sama dan ia ingin menjauhi sahabatnya dari lelaki itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar