expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 01 Februari 2015

Friendship ( Prolog )






            Bagiku, persahabatan itu adalah segala-galanya. Aku lebih suka mempunyai seorang sahabat sejati dibanding seorang pacar. Sahabat selalu ada untukku di kala aku sedih, kesepian dan juga di kala aku sedang mendapat suatu masalah besar. Sahabat pasti abadi, sementara pacaran hanya membuat hatiku sakit dan terluka, walau aku yakin cinta sejati itu pasti ada. Tapi aku lebih memilih persahabatan dibanding mencintai seseorang yang ujung-ujungnya akan menimbulkan kesakitan.


            Aku mempunyai empat sahabat yang luar biasa selalu menyayangiku dan selalu ada untukku, walau kadang-kadang mereka nyebelin juga. Kami sudah bersahabat kurang lebih dua puluh tahun. Lama sekali bukan? Aku bertemu dengan mereka saat aku berumur lima tahun dan sekarang aku berumur dua puluh lima tahun.

            Terkadang, aku takut jika sewaktu-waktu kami berpisah karena aku tau, aku dan mereka mempunyai kehidupan masing-masing. Kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk kita semua. Jika ada satu permintaan saja, aku ingin aku dan sahabat-sahabatku selalu bersama sampai kami tua. Sampai ajal menjemput kami. Ya, aku tau itu mustahil, tapi apa salahnya untuk berharap?

            Akhir-akhir ini, aku merasa kesepian. Aku merasa sahabat-sahabatku meninggalkanku. Aku sedih. Aku kesepian. Sekarang aku tidak mempunyai seseorang yang dapat aku jadikan sebagai tempat untukku menangis, tempat untuk menumpahkan segala kekesalan dan beban yang ada di hatiku. Ibuku menyuruhku untuk segera menikah. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau menikah. Aku hanya ingin bersama sahabat-sahabatku. Itu saja permintaanku. Hal inilah yang membuatku selalu meneteskan air mata.

            Sebenarnya, bukan mereka yang salah. Tapi aku yang salah. Aku yang salah. Kita memang akan jarang bersama-sama lagi karena kita mempunyai hidup sendiri. Menikah dengan pasangan yang kita cintai dan hidup bersama anak-anak yang kita cintai. Kadang, aku membenci dengan kehidupanku ini. Aku benci menjadi seseorang yang dewasa. Aku ingin tetap menjadi seorang remaja yang selalu berkumpul, bermain dan tertawa bersama sahabat-sahabatku.

            Setelah mereka meninggalkanku dengan kehidupan mereka sendiri, kini aku lebih banyak diam dan merenung. Merenungkan kesalahan-kesalahan yang ada dalam diriku. Apa kau tidak sadar? Mereka tidaklah meninggalkanku. Mereka hanya menjalani hidup mereka masing-masing. Kau dan mereka tentu saja sewaktu-waktu pasti bisa berkumpul untuk sekedar melepas rindu. Menceritakan kehidupan yang baru, yang penuh dengan pengalaman-pengalaman baru. Seharusnya kau sadar, kau yang salah dan bukan mereka.

            Di umurku yang sudah mencapai dua puluh lima tahun ini, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di sebuah panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Karena aku senang berkumpul dengan anak kecil. Bagiku, anak kecil mampu membuatku tertawa dan tersenyum, serta melupakan masalah-masalah yang aku alami. Dan aku senang melihat anak-anak itu bahagia, bermain bersama dengan teman-teman mereka.

            Tiba-tiba, aku teringat dengan kisahku. Kisah masa laluku sejak aku masih anak-anak dan bertemu dengan empat sahabatku. Waktu itu, aku adalah gadis kecil yang pemalu dan tidak bisa bergaul dengan anak manapun. Namun, saat aku bertemu mereka, aku berubah menjadi seorang gadis yang periang, gadis yang cerewet dan berbeda dengan diriku saat aku belum bertemu dengan mereka.

            Sebuah kisah masa lalu yang indah, yang sebentar lagi akan aku ceritakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar