Bagiku,
persahabatan itu adalah segala-galanya. Aku lebih suka mempunyai seorang
sahabat sejati dibanding seorang pacar. Sahabat selalu ada untukku di kala aku
sedih, kesepian dan juga di kala aku sedang mendapat suatu masalah besar.
Sahabat pasti abadi, sementara pacaran hanya membuat hatiku sakit dan terluka,
walau aku yakin cinta sejati itu pasti ada. Tapi aku lebih memilih persahabatan
dibanding mencintai seseorang yang ujung-ujungnya akan menimbulkan kesakitan.
Aku
mempunyai empat sahabat yang luar biasa selalu menyayangiku dan selalu ada
untukku, walau kadang-kadang mereka nyebelin juga. Kami sudah bersahabat kurang
lebih dua puluh tahun. Lama sekali bukan? Aku bertemu dengan mereka saat aku
berumur lima tahun dan sekarang aku berumur dua puluh lima tahun.
Terkadang,
aku takut jika sewaktu-waktu kami berpisah karena aku tau, aku dan mereka
mempunyai kehidupan masing-masing. Kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan
untuk kita semua. Jika ada satu permintaan saja, aku ingin aku dan
sahabat-sahabatku selalu bersama sampai kami tua. Sampai ajal menjemput kami.
Ya, aku tau itu mustahil, tapi apa salahnya untuk berharap?
Akhir-akhir
ini, aku merasa kesepian. Aku merasa sahabat-sahabatku meninggalkanku. Aku
sedih. Aku kesepian. Sekarang aku tidak mempunyai seseorang yang dapat aku
jadikan sebagai tempat untukku menangis, tempat untuk menumpahkan segala
kekesalan dan beban yang ada di hatiku. Ibuku menyuruhku untuk segera menikah.
Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau menikah. Aku hanya ingin bersama
sahabat-sahabatku. Itu saja permintaanku. Hal inilah yang membuatku selalu
meneteskan air mata.
Sebenarnya,
bukan mereka yang salah. Tapi aku yang salah. Aku yang salah. Kita memang akan
jarang bersama-sama lagi karena kita mempunyai hidup sendiri. Menikah dengan
pasangan yang kita cintai dan hidup bersama anak-anak yang kita cintai. Kadang,
aku membenci dengan kehidupanku ini. Aku benci menjadi seseorang yang dewasa.
Aku ingin tetap menjadi seorang remaja yang selalu berkumpul, bermain dan
tertawa bersama sahabat-sahabatku.
Setelah
mereka meninggalkanku dengan kehidupan mereka sendiri, kini aku lebih banyak
diam dan merenung. Merenungkan kesalahan-kesalahan yang ada dalam diriku. Apa
kau tidak sadar? Mereka tidaklah meninggalkanku. Mereka hanya menjalani hidup
mereka masing-masing. Kau dan mereka tentu saja sewaktu-waktu pasti bisa
berkumpul untuk sekedar melepas rindu. Menceritakan kehidupan yang baru, yang
penuh dengan pengalaman-pengalaman baru. Seharusnya kau sadar, kau yang salah
dan bukan mereka.
Di
umurku yang sudah mencapai dua puluh lima tahun ini, aku memutuskan untuk
menghabiskan waktu di sebuah panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari
rumahku. Karena aku senang berkumpul dengan anak kecil. Bagiku, anak kecil
mampu membuatku tertawa dan tersenyum, serta melupakan masalah-masalah yang aku
alami. Dan aku senang melihat anak-anak itu bahagia, bermain bersama dengan
teman-teman mereka.
Tiba-tiba,
aku teringat dengan kisahku. Kisah masa laluku sejak aku masih anak-anak dan
bertemu dengan empat sahabatku. Waktu itu, aku adalah gadis kecil yang pemalu
dan tidak bisa bergaul dengan anak manapun. Namun, saat aku bertemu mereka, aku
berubah menjadi seorang gadis yang periang, gadis yang cerewet dan berbeda
dengan diriku saat aku belum bertemu dengan mereka.
Sebuah
kisah masa lalu yang indah, yang sebentar lagi akan aku ceritakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar