expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 03 Februari 2015

Friendship ( Part 7 )



Would You Be My Girl?

“I want you to be mine
Somehow
Just look at my eyes to ask you”


Malam ini adalah malam yang paling ditunggu-tunggunya. Di langit, bintang-bintang bertaburan dan terlihat jelas disana. Hati gadis itu begitu bahagia. Sebentar lagi umurnya dua puluh tiga tahun. Tinggal menunggu beberapa jam saja dan ia akan berulang tahun. Taylor duduk di antara sahabat-sahabatnya sambil memandangi bintang di langit. Tidak lupa mereka membuat menu spesial yaitu ikan bakar. Tentu saja menggunakan resep khas Harry.

            Taylor berharap Louis datang di malam yang spesial ini. Tapi sayangnya, Louis tidak bisa datang dan ia harus menerima kenyataan. Padahal ia ingin sekali Louis ada disini, disampingnya. Pertanyaan demi pertanyaan datang menghampirinya. Ia mengakui kalau ia mencintai Louis dan ingin sekali menjadi bagian hidup Louis. Tapi ia takut jika ternyata Louis tidak mencintainya. Artinya, sia-sia ia mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dari Louis.

            “Nah Tay, apa harapanmu di ulang tahunmu yang kedua puluh tiga ini?” Tanya Ele.

            Taylor tersenyum sambil membayangkan wajah Louis. “Aku ingin kita terus bersama dan aku ingin sekali Louis hadir di tempat ini lalu memberiku bunga dan berkata kalau dia juga mencintaiku.” Jawabnya.

            Sebisa mungkin Ele bersikap tenang saat mendengar harapan Taylor. Ia sedih melihat Taylor yang menunggu dengan waktu yang cukup lama hanya untuk menunggu Louis. Dan Ele merasa bersalah. Karena dirinya Louis tidak berjanji tidak mau menembak Taylor dan lebih memilih dirinya.

            “Tay, kau yakin Louis mencintaimu? Kulihat dia tidak serius.” Kata Selena.

            “Aku.. Aku juga tidak tau. Tapi aku sangat mencintainya dan berharap banyak padanya.” Kata Taylor.

            “Harr, kau kan cukup kenal dengan Louis. Menurutmu, apa Louis benar-benar mencintai Taylor atau hanya mempermainkannya saja?” Tanya Selena menatap wajah Harry.

            Harry mengangkat bahunya. “Entahlah. Aku juga bingung. Tapi dia berjanji kalau dia tidak akan pernah menyakiti hati Taylor.” Jawabnya.

            Mereka semua menjadi diam bersama pikiran masing-masing. Taylor merasa tubuhnya kedinginan karena angin malam yang bertiup kencang ke tubuhnya. Gadis itu merapatkan jaket tebal yang ia gunakan. Jika ada Louis disini, tentu sekarang ia berada di pelukan hangat Louis.

            Cinta… Selama ini ia membenci cinta dan ia bersumpah untuk tidak jatuh cinta. Tapi setelah ia bertemu Louis, sebuah perasaan yang dihindarinya itu datang dan merubah hidupnya. Taylor lebih sering terdiam di kamar sambil membayangkan hal-hal indah yang dilakukannya bersama Louis. Jika terus-terusan seperti ini, tentu ia tidak tahan. Ia harus mencari kepastian. Dan seandainya Louis tidak mencintainya, ia tidak boleh menangis dan berusaha mencari cinta lain yang lebih baik dari Louis.

            Tiba-tiba Taylor teringat dengan Ele dan sikap aneh gadis itu yang membuatnya bingung. Tapi ia yakin sikap aneh Ele sudah hilang dan tidak akan muncul lagi. Taylor senang mendengar pendapat Ele kalau ia dan Louis adalah pasangan yang serasi. Ia cantik dan Louis tampan.

            “Nah, Taylor kan sudah jatuh cinta, bagaimana dengan kalian? Terutama kamu Harr. Aku tidak pernah melihatmu menyukai seorang gadis. Ada apa denganmu? Kalau aku, Ele dan Niall kan pernah jatuh cinta.” Kata Selena memecah keheningan.

            Harry tersenyum menanggapi ucapan Selena. Senyum lelaki itu masih tetap terlihat manis dan sama seperti dulu. Dan lesung pipitnya yang menawan, yang membuat gadis manapun tergila-gila padanya. Kalau boleh jujur, Harry pernah menyukai seorang gadis. Tapi hanya sebatas suka saja dan tidak berniat mendekati gadis itu.

            “Sebenarnya aku pernah jatuh cinta. Jadi jangan curiga kalau aku tidak normal.” Ucap Harry.

            “Cieee…. Siapa tuh?” Goda Niall.

            “Dasar kepo!” Ucap Harry dan mereka semua tertawa.

            Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan umur Taylor sudah dua puluh tiga tahun. Ia merasa bahwa dirinya semakin tua. Taylor berharap, di umurnya yang kedua puluh tiga tahun ini, sikapnya lebih dewasa dan ia harus bisa masak. Ia tidak mau mendengar ocehan Ibunya karena ia sama sekali tidak bisa masak. Ke dapur pun ia jarang.

            Hadiah spesial yang ia dapat adalah kue tart buatan Harry yang ukurannya cukup besar. Susah payah Harry membuat kue tart itu tanpa meminta bantuan siapapun. Dan menghias kue tart sangatlah sulit. Salah sedikit saja hasilnya akan jelek.

            “Wah! Makasih banyak ya..” Kata Taylor bahagia. Ia meniup lilin yang menancap di atas kue tart itu lalu memotongnya sambil menyanyikan lagu.

            Walau umurnya sudah dua puluh tiga tahun, tapi keusilan Taylor masih tetap ada. Ia iseng mencolek cream kue tart itu ke pipi Niall dan tentu saja Niall tidak suka. Niall balik membalas menghancurkan wajah Taylor dengan cream itu. Melihat hal itu, Harry mendengus kesal. Hiasan yang sudah capek diaturnya malah dijadikan perang oleh Taylor dan lainnya.

            “BEST FRIENDS FOREVER, TOMORROW, AND ALWAYS!!” Teriak kelimanya sambil tertawa seperti anak kecil.

            Di dalam rumah, Ibu Taylor yang ternyata belum tidur sedang mengintip kebahagiaan putrinya itu. Mau tidak mau ia tersenyum melihat Taylor yang bahagia bersama sahabat-sahabatnya. Tapi ia juga sedih karena sampai sekarang putrinya itu masih bersikap seperti anak-anak dan belum juga mempunyai seorang pacar.

            Sementara Taylor dan kawan-kawan, mereka tertawa riang dan merasa kalau dunia ini adalah milik mereka sendiri. Mereka tertawa dan melakukan hal-hal seperti anak-anak dan mereka tidak peduli. Mereka tidak peduli kalau mereka sudah dewasa. Mereka selalu menanggap kalau mereka adalah lima remaja idiot yang akan terus selalu bersama untuk selama-lamanya.

            Happy birthday Taylor!

***

            Gadis itu membuka kedua matanya dengan perlahan. Lalu ia tersenyum mengingat kejadian yang baru dialaminya beberapa jam yang lalu. Saat ia merayakan ulang tahunnya bersama sahabat-sahabatnya. Taylor melirik jam yang ada di poneslnya. Astaga! Pukul dua belas siang! Baru kali ini ia bangun pukul dua belas siang. Tapi maklumlah kan ia baru tidur jam tiga pagi.

            Taylor bangkit dari tidurnya dan ia berjalan keluar kamarnya. Sesampainya di ruang keluarga, Taylor berlari menuju Ibu dan Ayahnya. Taylor mencium pipi Ibunya dan Ibunya memeluknya dengan bangga.

            “Kamu sudah besar sayang.” Kata Ibunya.

            “Iya, Ma. Taylor berharap Taylor semakin dewasa dan tidak seperti anak kecil lagi.” Kata Taylor.

            Kemudian Taylor mencium tangan Ayahnya dengan penuh cinta. “Yah, maafin Taylor kalau sampai sekarang Taylor belum mempunyai seorang pacar.” Ucapnya.

            “Sebenarnya Ayah kurang suka dengan sikapmu. Tapi Ayah berharap sebelum kamu berumur dua puluh lima tahun, kamu harus menikah mau tidak mau.” Ucap Ayahnya.

            Lagi-lagi menikah. Taylor takut jika Ayahnya menjodohkannya dengan anak temannya. Taylor berharap Ayahnya tidak akan pernah melakukan hal gila itu dan ia berharap Ayahnya memberinya kebebasan untuk memilih mana lelaki yang tepat untuknya.

            Sekembalinya ke kamar, Taylor mendapat pesan masuk dari Louis. Ia tersenyum membaca pesan dari Louis. Louis mengucapkan selamat ulang tahun untuknya dan ingin mengajaknya makan malam untuk merayakannya. Taylor menjadi tidak sabar menunggu datangnya malam. Apa malam nanti adalah saatnya? Saat yang paling ditunggu-tunggunya.

***
           
Lelaki itu berkali-kali mondar mandir di dalam kamarnya. Ia sudah berjanji untuk mengajak Taylor makan malam di sebuah restoran terkenal. Tapi mengapa hatinya masih ragu? Malam ini ia akan menyatakan perasaannya pada Taylor agar penantian gadis itu berakir. Tapi bagaimana dengan Ele?

            Bunga mawar yang rencananya akan diberikan Taylor sudah ia beli dengan harga yang cukup mahal. Malam ini ia sudah siap. Hanya saja hatinya yang belum siap. Oh ayolah Lou, kau harus bisa melakukannya. Bukannya kau juga mencintai Taylor? Kau adalah lelaki beruntung karena gadis secantik Taylor mencintaimu. Dan setelah ia jadian dengan Taylor, dan jika Ele tau, pasti Taylor akan membencinya, juga Ele dan ia akan menyesal. Tapi Louis mempunyai ide jika memang benar ia jadian dengan Taylor, ia akan merahasiakan hubungannya dengan Taylor.

            Setelah benar-benar siap, Louis mengambil kunci mobil dan siap pergi menuju rumah Taylor. Hatinya benar-benar mantap untuk menjadikan Taylor sebagai satu-satunya gadis dihatinya, dan bukan Ele. Walau Louis masih belum bisa melupakan gadis itu.

            Akhirnya, Louis sampai di rumah Taylor dengan jantung yang berdebar-debar. Ia tidak sabar melihat wajah cantik Taylor. Kemudian, seorang wanita yang ia yakini adalah Ibunya Taylor menyuruhnya masuk ke dalam dan Louis menurutinya.

            “Tante tidak menyangka kalau Taylor akan berkencan malam ini. Tante senang sekali.” Ucap Ibu Taylor.

            Louis tersenyum. “Apa sebelumnya Taylor belum pernah berkencan?” Tanyanya.

            Ibu Taylor menggeleng lemah. “Belum pernah sama sekali. Taylor hanya sekali pacaran dan setelah itu tidak. Taylor lebih suka menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya dibanding pacaran.” Ucapnya.

            Jadi, Louis harus bisa menahan rasa cemburunya karena Taylor lebih memilih sahabat-sahabatnya dibanding dirinya. Terutama Niall dan Harry. Louis sempat curiga kalau sebenarnya Harry menyukai Taylor begitu pula sebaliknya. Tapi mungkin jatuh cinta dengans sahabat akan bisa menghancurkan persahabatan itu sendiri.

            Beberapa menit kemudian, Taylor datang dan Louis merasa terpana melihat kecantikan Taylor yang baginya seperti bidadari. Menurut Louis, Taylor cocok menjadi model karena tubuhnya yang kurus dan tinggi dan Louis baru sadar tingginya dengan Taylor hampir sama. Jika Taylor memakai high hells, Louis yakin Taylor lebih tinggi darinya.

            “Wah, anak Mama cantik sekali.” Puji Ibu Tayor yang membuat kedua pipi Taylor memerah.

            “Ma, Taylor pergi dulu.” Ucap Taylor sambil mencium tangan Ibunya. Setelah itu, ia menatap Louis dengan malu juga gugup.

            “Ng.. Kami pergi dulu ya..” Kata Louis.
           
“Iya. Jaga Taylor baik-baik.”

***

            Selama di dalam mobil Louis, Taylor memilih untuk diam karena mulutnya begitu kaku jika digerakkan. Jantungnya pun berdetak kencang karena pertama kalinya ia kencan dengan Louis, seorang lelaki yang sangat dicintainya. Taylor menganggap ulang tahunnya kali ini adalah ulang tahun terbaiknya.

            Louis memberhentikan mobilnya tepat di depan restaurant yang paling terkenal di Kota ini. Taylor ternganga melihat restaurant itu. Gadis itu tidak menyangka Louis akan membawanya ke tempat ini. Restaurant yang jelas-jelas hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu. Jadi, Louis bukan orang biasa?

            “Ayo turun.” Kata Louis setelah membuka pintu mobilnya.

            Taylor menjadi gugup dan malu. “I.. Iya..” Ucapnya.

            Baginya, Louis adalah lelaki yang benar-benar romantis. Sekarang lelaki itu mengandeng tangannya yang begitu dingin. Para pengunjung yang sedang berada di dalam restaurant tersenyum melihat kedatangan Louis. Louis mencari tempat yang cocok yaitu sebuah meja yang berada di dekat jendela, sehingga ia bisa ditemani oleh ratusan bintang di atas sana.

            “Tay, kau terlihat gugup. Santai saja. Aku melakukan semua ini demi kamu dan setelah selesai makan, aku akan memberimu hadiah spesial.” Ucap Louis.

            Pelayan pun datang sambil mencatat menu pesanannya. Taylor bingung mau pesan apa, karena itulah dia ikut Louis saja. Sebenarnya ia tidak lapar. Yang hanya ia rasakan adalah perasaan gugup, malu, bahagia, takut dan semua itu berampur menjadi satu.

            Setelah memesan pesanan, Louis tidak sengaja menatap wajah Taylor yang begitu cantik dan dapat menarik hati siapapun. Kedua pipi Taylor yang memerah membuatnya semakin mantap kalau ia lebih memilih Taylor dibanding Ele. Sementara Taylor, gadis itu memilih menunduk karena ia tidak bisa bertatapan dengan wajah tampan itu.

            Acara makan malam berjalan dengan kaku. Diantara keduanya tidak ada yang bicara. Louis bingung mau bicara apa. Apalagi Taylor. Sedaritadi gadis itu diam dan tidak bisa bicara sedikitpun. Namun hati gadis itu merasa senang dan tidak sabaran menunggu kejutan luar biasa dari Louis.

            “Ng.. Lebih baik langsung saja ya aku beri kejutan untukmu. Tapi aku ingin di luar saja.” Ucap Louis.

            Taylor yang sedaritadi menunduk langsung mengangkat kepalanya. “I.. Iya..” Ucapnya.

            Keduanya keluar menuju sebuah tempat yang tidak jauh dari restaurant dan tempat itu sepi juga gelap. Sesaat, Taylor tidak berani mengikuti Louis karena ia takut jika Louis berbuat macam-macam padanya. Selama ini, ia memang takut dengan semua lelaki kecuali Harry dan Niall tentunya karena baginya lelaki bisa saja berbuat sesuka hatinya dan tidak mau mendengar suaranya.

            Louis menghentikan langkahnya tepat di depan kolam ikan yang di dalamnya sengaja di pasang lampu-lampu agar kolam itu tidak gelap. Taylor mulai bisa merasakan detakan jantungnya yang berpacu dengan cepat. Sebelum memberi Taylor kejutan, pertama-tama Louis menatap wajah gadis itu sedalam-dalamnya agar hatinya lebih mantap lagi. Namun masih ada sedikit keraguan. Ingin sekali ia mencium gadis itu. Ingin sekali.

            Kemudian, Louis mengeluarkan hadiah spesialnya yang ia khususkan untuk Taylor. Yaitu vas yang berisi bunga mawar yang ia beli tadi. Tentu saja Taylor tidak menyangka akan mendapat bunga mawar yang tidak biasa dari Louis. Bunga mawar itu termasuk ke dalam spesies langka. Kedua tangannya bergetar sambil menerima bunga itu.

            “T.. Thanks Lou..” Ucap Taylor.

            Louis tersenyum. “Happy birthday Taylor! Itulah hadiah yang hanya bisa aku beri ke kamu. Maaf kalau kamu kurang suka atau apa.” Ucapnya.

            Jika ini siang hari, Taylor yakin Louis bisa melihat air matanya yang jatuh membasahi pipinya. Ia berjanji akan menjaga mawar ini sepenuh hatinya seperti ia mencintai Louis.

            “Darimana kamu tau kalau aku suka bunga mawar?” Tanya Taylor.

            “Aku kan tau segalanya tentangmu.” Jawabnya.

            Keduanya berjalan, bergandengan tangan menelusri malam yang gelap namun terasa romantis. Taylor sudah tidak gugup lagi. Gadis itu merasa tenang dan nyaman berada di samping Louis sambil menyelipkan tangannya di lengan Louis. I love you, Louis! Batin Taylor.

            Dan inilah saatnya. Louis yakin Taylor sudah menunggu dengan sangat lama dan sebentar lagi ia akan mengakhiri penantiannya. Louis memberhentikan langkahnya sehingga membuat Taylor heran dan bingung. Ada apa? Apakah ada kejutan lain yang lebih hebat dari ini?

            “Ada apa Lou?” Tanya Taylor.

            Yang ditanya tidak menjawab. Louis malah menatap Taylor dengan lekat seperti yang pernah dilakukannya saat pertemuan mereka yang kedua kalinya, namun sedikit lebih berbeda. Sementara Taylor, gadis itu mulai berani menatap Louis dengan lekat walau sebenarnya ia gugup dan tidak berani bertatapan dengan Louis. Perlahan, tangan Louis menyentuh pipi lembut Taylor sehingga membuat gadis itu menunduk. Tapi cepat-cepat Louis mengangkat wajahnya.

            “Kamu sangat cantik. Alangkah beruntungnya pria yang bisa memilikimu.” Ucap Louis. Tampaknya lelaki itu sudah mabuk melihat Taylor dan tidak ada satupun yang bisa menghentikannya.

            “Kau.. Kau juga sangat tampan Lou.” Balas Taylor. Gadis itu juga sama seperti Louis. Keduanya sedang di mabuk oleh cinta.

            Dan pada akhirnya, Louis dengan berani mencium bibir gadis itu dan Taylor dengan senang hati membalas ciuman Louis. Ini adalah ciuman pertamanya yang begitu nikmat dan ia ingin berlama-lama berciuman dengan Louis. Ternyata, cinta itu sangat indah. Sangat indah. Tapi adakalanya cinta itu menyakitkan dan Taylor tidak ingin merasakan kesakitan itu.

            Setelah melepaskan ciumannya, Louis tersenyum lega. Ia kembali menyentuh pipi Taylor. “I love you. Maaf karena telah membuatmu menunggu lama.” Ucapnya.

            Taylor tersenyum. “It’s alright. Aku juga mencintaimu Lou dan aku harap kamulah cinta terakhirku.” Ucapnya.

            “Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?” Tanya Louis.

            “Tentu saja.” Jawab Taylor dengan senang.

            Mereka pun tertawa dalam bingkaian cinta. Taylor tidak menyangka bahwa inilah kejutan yang diberikan Louis untuknya. Kejutan yang sejak dahulu sangat diharapkannya. Tapi Taylor berjanji akan membagi waktunya dengan baik dan ia tidak ingin hanya karena Louis ia jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya karena ia lebih mementingkan sahabat-sahabatnya dibanding Louis.

            Tiba-tiba Louis teringat sesuatu. “Tapi Tay, aku ingin hubungan kita dirahasiakan karena aku ingin memberi kejutan untuk Ibuku. Di waktunya nanti, aku akan memperkenalkanmu dengan orangtuanku. Aku yakin mereka senang aku mempunyai pacar yang cantik sepertimu.” Ucapnya.

            Tanpa berpikir panjang Taylor mengangguk. “Oke. Aku juga ingin memberi kejutan untuk Ibuku.” Ucapnya.

            Namun gadis itu tidak tau apa dibalik semua ini. Gadis itu tidak tau bahwa sebenarnya Louis yang sudah menjadi kekasihnya masih mencintai sahabatnya sendiri. Gadis itu tidak mau tau resiko kedepannya, asalkan Louis mencintainya dengan sungguh-sungguh, ia tenang dan tidak mempedulikan apapun.
            Begitu pula dengan Louis. Meski saat ini ia bahagia karena berhasil mendapatkan Taylor, ia sempat mengingat Ele dan janjinya pada Ele. Dan entah mengapa lelaki itu meneteskan air matanya. Hanya setitik, namun dapat memerihkan hatinya.
***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar