Would
You Be My Girl?
“I
want you to be mine
Somehow
Just
look at my eyes to ask you”
Malam ini adalah malam yang paling ditunggu-tunggunya.
Di langit, bintang-bintang bertaburan dan terlihat jelas disana. Hati gadis itu
begitu bahagia. Sebentar lagi umurnya dua puluh tiga tahun. Tinggal menunggu
beberapa jam saja dan ia akan berulang tahun. Taylor duduk di antara
sahabat-sahabatnya sambil memandangi bintang di langit. Tidak lupa mereka
membuat menu spesial yaitu ikan bakar. Tentu saja menggunakan resep khas Harry.
Taylor
berharap Louis datang di malam yang spesial ini. Tapi sayangnya, Louis tidak
bisa datang dan ia harus menerima kenyataan. Padahal ia ingin sekali Louis ada
disini, disampingnya. Pertanyaan demi pertanyaan datang menghampirinya. Ia
mengakui kalau ia mencintai Louis dan ingin sekali menjadi bagian hidup Louis.
Tapi ia takut jika ternyata Louis tidak mencintainya. Artinya, sia-sia ia
mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dari Louis.
“Nah
Tay, apa harapanmu di ulang tahunmu yang kedua puluh tiga ini?” Tanya Ele.
Taylor
tersenyum sambil membayangkan wajah Louis. “Aku ingin kita terus bersama dan
aku ingin sekali Louis hadir di tempat ini lalu memberiku bunga dan berkata
kalau dia juga mencintaiku.” Jawabnya.
Sebisa
mungkin Ele bersikap tenang saat mendengar harapan Taylor. Ia sedih melihat
Taylor yang menunggu dengan waktu yang cukup lama hanya untuk menunggu Louis.
Dan Ele merasa bersalah. Karena dirinya Louis tidak berjanji tidak mau menembak
Taylor dan lebih memilih dirinya.
“Tay,
kau yakin Louis mencintaimu? Kulihat dia tidak serius.” Kata Selena.
“Aku..
Aku juga tidak tau. Tapi aku sangat mencintainya dan berharap banyak padanya.”
Kata Taylor.
“Harr,
kau kan cukup kenal dengan Louis. Menurutmu, apa Louis benar-benar mencintai
Taylor atau hanya mempermainkannya saja?” Tanya Selena menatap wajah Harry.
Harry
mengangkat bahunya. “Entahlah. Aku juga bingung. Tapi dia berjanji kalau dia
tidak akan pernah menyakiti hati Taylor.” Jawabnya.
Mereka
semua menjadi diam bersama pikiran masing-masing. Taylor merasa tubuhnya
kedinginan karena angin malam yang bertiup kencang ke tubuhnya. Gadis itu
merapatkan jaket tebal yang ia gunakan. Jika ada Louis disini, tentu sekarang
ia berada di pelukan hangat Louis.
Cinta…
Selama ini ia membenci cinta dan ia bersumpah untuk tidak jatuh cinta. Tapi
setelah ia bertemu Louis, sebuah perasaan yang dihindarinya itu datang dan
merubah hidupnya. Taylor lebih sering terdiam di kamar sambil membayangkan
hal-hal indah yang dilakukannya bersama Louis. Jika terus-terusan seperti ini,
tentu ia tidak tahan. Ia harus mencari kepastian. Dan seandainya Louis tidak
mencintainya, ia tidak boleh menangis dan berusaha mencari cinta lain yang
lebih baik dari Louis.
Tiba-tiba
Taylor teringat dengan Ele dan sikap aneh gadis itu yang membuatnya bingung.
Tapi ia yakin sikap aneh Ele sudah hilang dan tidak akan muncul lagi. Taylor
senang mendengar pendapat Ele kalau ia dan Louis adalah pasangan yang serasi.
Ia cantik dan Louis tampan.
“Nah,
Taylor kan sudah jatuh cinta, bagaimana dengan kalian? Terutama kamu Harr. Aku
tidak pernah melihatmu menyukai seorang gadis. Ada apa denganmu? Kalau aku, Ele
dan Niall kan pernah jatuh cinta.” Kata Selena memecah keheningan.
Harry
tersenyum menanggapi ucapan Selena. Senyum lelaki itu masih tetap terlihat manis
dan sama seperti dulu. Dan lesung pipitnya yang menawan, yang membuat gadis
manapun tergila-gila padanya. Kalau boleh jujur, Harry pernah menyukai seorang
gadis. Tapi hanya sebatas suka saja dan tidak berniat mendekati gadis itu.
“Sebenarnya
aku pernah jatuh cinta. Jadi jangan curiga kalau aku tidak normal.” Ucap Harry.
“Cieee….
Siapa tuh?” Goda Niall.
“Dasar
kepo!” Ucap Harry dan mereka semua tertawa.
Tidak
terasa jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan umur Taylor sudah dua
puluh tiga tahun. Ia merasa bahwa dirinya semakin tua. Taylor berharap, di
umurnya yang kedua puluh tiga tahun ini, sikapnya lebih dewasa dan ia harus
bisa masak. Ia tidak mau mendengar ocehan Ibunya karena ia sama sekali tidak
bisa masak. Ke dapur pun ia jarang.
Hadiah
spesial yang ia dapat adalah kue tart buatan Harry yang ukurannya cukup besar.
Susah payah Harry membuat kue tart itu tanpa meminta bantuan siapapun. Dan
menghias kue tart sangatlah sulit. Salah sedikit saja hasilnya akan jelek.
“Wah!
Makasih banyak ya..” Kata Taylor bahagia. Ia meniup lilin yang menancap di atas
kue tart itu lalu memotongnya sambil menyanyikan lagu.
Walau
umurnya sudah dua puluh tiga tahun, tapi keusilan Taylor masih tetap ada. Ia
iseng mencolek cream kue tart itu ke pipi Niall dan tentu saja Niall tidak
suka. Niall balik membalas menghancurkan wajah Taylor dengan cream itu. Melihat
hal itu, Harry mendengus kesal. Hiasan yang sudah capek diaturnya malah
dijadikan perang oleh Taylor dan lainnya.
“BEST
FRIENDS FOREVER, TOMORROW, AND ALWAYS!!” Teriak kelimanya sambil tertawa
seperti anak kecil.
Di
dalam rumah, Ibu Taylor yang ternyata belum tidur sedang mengintip kebahagiaan
putrinya itu. Mau tidak mau ia tersenyum melihat Taylor yang bahagia bersama
sahabat-sahabatnya. Tapi ia juga sedih karena sampai sekarang putrinya itu
masih bersikap seperti anak-anak dan belum juga mempunyai seorang pacar.
Sementara
Taylor dan kawan-kawan, mereka tertawa riang dan merasa kalau dunia ini adalah
milik mereka sendiri. Mereka tertawa dan melakukan hal-hal seperti anak-anak
dan mereka tidak peduli. Mereka tidak peduli kalau mereka sudah dewasa. Mereka
selalu menanggap kalau mereka adalah lima remaja idiot yang akan terus selalu
bersama untuk selama-lamanya.
Happy
birthday Taylor!
***
Gadis
itu membuka kedua matanya dengan perlahan. Lalu ia tersenyum mengingat kejadian
yang baru dialaminya beberapa jam yang lalu. Saat ia merayakan ulang tahunnya
bersama sahabat-sahabatnya. Taylor melirik jam yang ada di poneslnya. Astaga!
Pukul dua belas siang! Baru kali ini ia bangun pukul dua belas siang. Tapi
maklumlah kan ia baru tidur jam tiga pagi.
Taylor
bangkit dari tidurnya dan ia berjalan keluar kamarnya. Sesampainya di ruang
keluarga, Taylor berlari menuju Ibu dan Ayahnya. Taylor mencium pipi Ibunya dan
Ibunya memeluknya dengan bangga.
“Kamu
sudah besar sayang.” Kata Ibunya.
“Iya,
Ma. Taylor berharap Taylor semakin dewasa dan tidak seperti anak kecil lagi.”
Kata Taylor.
Kemudian
Taylor mencium tangan Ayahnya dengan penuh cinta. “Yah, maafin Taylor kalau
sampai sekarang Taylor belum mempunyai seorang pacar.” Ucapnya.
“Sebenarnya
Ayah kurang suka dengan sikapmu. Tapi Ayah berharap sebelum kamu berumur dua
puluh lima tahun, kamu harus menikah mau tidak mau.” Ucap Ayahnya.
Lagi-lagi
menikah. Taylor takut jika Ayahnya menjodohkannya dengan anak temannya. Taylor
berharap Ayahnya tidak akan pernah melakukan hal gila itu dan ia berharap
Ayahnya memberinya kebebasan untuk memilih mana lelaki yang tepat untuknya.
Sekembalinya
ke kamar, Taylor mendapat pesan masuk dari Louis. Ia tersenyum membaca pesan
dari Louis. Louis mengucapkan selamat ulang tahun untuknya dan ingin
mengajaknya makan malam untuk merayakannya. Taylor menjadi tidak sabar menunggu
datangnya malam. Apa malam nanti adalah saatnya? Saat yang paling
ditunggu-tunggunya.
***
Lelaki itu berkali-kali mondar
mandir di dalam kamarnya. Ia sudah berjanji untuk mengajak Taylor makan malam
di sebuah restoran terkenal. Tapi mengapa hatinya masih ragu? Malam ini ia akan
menyatakan perasaannya pada Taylor agar penantian gadis itu berakir. Tapi
bagaimana dengan Ele?
Bunga
mawar yang rencananya akan diberikan Taylor sudah ia beli dengan harga yang
cukup mahal. Malam ini ia sudah siap. Hanya saja hatinya yang belum siap. Oh
ayolah Lou, kau harus bisa melakukannya. Bukannya kau juga mencintai Taylor?
Kau adalah lelaki beruntung karena gadis secantik Taylor mencintaimu. Dan
setelah ia jadian dengan Taylor, dan jika Ele tau, pasti Taylor akan
membencinya, juga Ele dan ia akan menyesal. Tapi Louis mempunyai ide jika
memang benar ia jadian dengan Taylor, ia akan merahasiakan hubungannya dengan
Taylor.
Setelah
benar-benar siap, Louis mengambil kunci mobil dan siap pergi menuju rumah
Taylor. Hatinya benar-benar mantap untuk menjadikan Taylor sebagai satu-satunya
gadis dihatinya, dan bukan Ele. Walau Louis masih belum bisa melupakan gadis
itu.
Akhirnya,
Louis sampai di rumah Taylor dengan jantung yang berdebar-debar. Ia tidak sabar
melihat wajah cantik Taylor. Kemudian, seorang wanita yang ia yakini adalah
Ibunya Taylor menyuruhnya masuk ke dalam dan Louis menurutinya.
“Tante
tidak menyangka kalau Taylor akan berkencan malam ini. Tante senang sekali.”
Ucap Ibu Taylor.
Louis
tersenyum. “Apa sebelumnya Taylor belum pernah berkencan?” Tanyanya.
Ibu
Taylor menggeleng lemah. “Belum pernah sama sekali. Taylor hanya sekali pacaran
dan setelah itu tidak. Taylor lebih suka menghabiskan waktu bersama
sahabat-sahabatnya dibanding pacaran.” Ucapnya.
Jadi,
Louis harus bisa menahan rasa cemburunya karena Taylor lebih memilih
sahabat-sahabatnya dibanding dirinya. Terutama Niall dan Harry. Louis sempat
curiga kalau sebenarnya Harry menyukai Taylor begitu pula sebaliknya. Tapi
mungkin jatuh cinta dengans sahabat akan bisa menghancurkan persahabatan itu
sendiri.
Beberapa
menit kemudian, Taylor datang dan Louis merasa terpana melihat kecantikan
Taylor yang baginya seperti bidadari. Menurut Louis, Taylor cocok menjadi model
karena tubuhnya yang kurus dan tinggi dan Louis baru sadar tingginya dengan
Taylor hampir sama. Jika Taylor memakai high hells, Louis yakin Taylor lebih
tinggi darinya.
“Wah,
anak Mama cantik sekali.” Puji Ibu Tayor yang membuat kedua pipi Taylor
memerah.
“Ma,
Taylor pergi dulu.” Ucap Taylor sambil mencium tangan Ibunya. Setelah itu, ia
menatap Louis dengan malu juga gugup.
“Ng..
Kami pergi dulu ya..” Kata Louis.
“Iya. Jaga Taylor baik-baik.”
***
Selama
di dalam mobil Louis, Taylor memilih untuk diam karena mulutnya begitu kaku
jika digerakkan. Jantungnya pun berdetak kencang karena pertama kalinya ia
kencan dengan Louis, seorang lelaki yang sangat dicintainya. Taylor menganggap
ulang tahunnya kali ini adalah ulang tahun terbaiknya.
Louis
memberhentikan mobilnya tepat di depan restaurant yang paling terkenal di Kota
ini. Taylor ternganga melihat restaurant itu. Gadis itu tidak menyangka Louis
akan membawanya ke tempat ini. Restaurant yang jelas-jelas hanya dikunjungi
oleh orang-orang tertentu. Jadi, Louis bukan orang biasa?
“Ayo
turun.” Kata Louis setelah membuka pintu mobilnya.
Taylor
menjadi gugup dan malu. “I.. Iya..” Ucapnya.
Baginya,
Louis adalah lelaki yang benar-benar romantis. Sekarang lelaki itu mengandeng
tangannya yang begitu dingin. Para pengunjung yang sedang berada di dalam
restaurant tersenyum melihat kedatangan Louis. Louis mencari tempat yang cocok
yaitu sebuah meja yang berada di dekat jendela, sehingga ia bisa ditemani oleh
ratusan bintang di atas sana.
“Tay,
kau terlihat gugup. Santai saja. Aku melakukan semua ini demi kamu dan setelah
selesai makan, aku akan memberimu hadiah spesial.” Ucap Louis.
Pelayan
pun datang sambil mencatat menu pesanannya. Taylor bingung mau pesan apa,
karena itulah dia ikut Louis saja. Sebenarnya ia tidak lapar. Yang hanya ia
rasakan adalah perasaan gugup, malu, bahagia, takut dan semua itu berampur
menjadi satu.
Setelah
memesan pesanan, Louis tidak sengaja menatap wajah Taylor yang begitu cantik
dan dapat menarik hati siapapun. Kedua pipi Taylor yang memerah membuatnya
semakin mantap kalau ia lebih memilih Taylor dibanding Ele. Sementara Taylor,
gadis itu memilih menunduk karena ia tidak bisa bertatapan dengan wajah tampan
itu.
Acara
makan malam berjalan dengan kaku. Diantara keduanya tidak ada yang bicara.
Louis bingung mau bicara apa. Apalagi Taylor. Sedaritadi gadis itu diam dan
tidak bisa bicara sedikitpun. Namun hati gadis itu merasa senang dan tidak
sabaran menunggu kejutan luar biasa dari Louis.
“Ng..
Lebih baik langsung saja ya aku beri kejutan untukmu. Tapi aku ingin di luar
saja.” Ucap Louis.
Taylor
yang sedaritadi menunduk langsung mengangkat kepalanya. “I.. Iya..” Ucapnya.
Keduanya
keluar menuju sebuah tempat yang tidak jauh dari restaurant dan tempat itu sepi
juga gelap. Sesaat, Taylor tidak berani mengikuti Louis karena ia takut jika
Louis berbuat macam-macam padanya. Selama ini, ia memang takut dengan semua
lelaki kecuali Harry dan Niall tentunya karena baginya lelaki bisa saja berbuat
sesuka hatinya dan tidak mau mendengar suaranya.
Louis
menghentikan langkahnya tepat di depan kolam ikan yang di dalamnya sengaja di
pasang lampu-lampu agar kolam itu tidak gelap. Taylor mulai bisa merasakan
detakan jantungnya yang berpacu dengan cepat. Sebelum memberi Taylor kejutan,
pertama-tama Louis menatap wajah gadis itu sedalam-dalamnya agar hatinya lebih
mantap lagi. Namun masih ada sedikit keraguan. Ingin sekali ia mencium gadis
itu. Ingin sekali.
Kemudian,
Louis mengeluarkan hadiah spesialnya yang ia khususkan untuk Taylor. Yaitu vas
yang berisi bunga mawar yang ia beli tadi. Tentu saja Taylor tidak menyangka
akan mendapat bunga mawar yang tidak biasa dari Louis. Bunga mawar itu termasuk
ke dalam spesies langka. Kedua tangannya bergetar sambil menerima bunga itu.
“T..
Thanks Lou..” Ucap Taylor.
Louis
tersenyum. “Happy birthday Taylor! Itulah hadiah yang hanya bisa aku beri ke
kamu. Maaf kalau kamu kurang suka atau apa.” Ucapnya.
Jika
ini siang hari, Taylor yakin Louis bisa melihat air matanya yang jatuh
membasahi pipinya. Ia berjanji akan menjaga mawar ini sepenuh hatinya seperti
ia mencintai Louis.
“Darimana
kamu tau kalau aku suka bunga mawar?” Tanya Taylor.
“Aku
kan tau segalanya tentangmu.” Jawabnya.
Keduanya
berjalan, bergandengan tangan menelusri malam yang gelap namun terasa romantis.
Taylor sudah tidak gugup lagi. Gadis itu merasa tenang dan nyaman berada di
samping Louis sambil menyelipkan tangannya di lengan Louis. I love you, Louis!
Batin Taylor.
Dan
inilah saatnya. Louis yakin Taylor sudah menunggu dengan sangat lama dan
sebentar lagi ia akan mengakhiri penantiannya. Louis memberhentikan langkahnya
sehingga membuat Taylor heran dan bingung. Ada apa? Apakah ada kejutan lain
yang lebih hebat dari ini?
“Ada
apa Lou?” Tanya Taylor.
Yang
ditanya tidak menjawab. Louis malah menatap Taylor dengan lekat seperti yang
pernah dilakukannya saat pertemuan mereka yang kedua kalinya, namun sedikit
lebih berbeda. Sementara Taylor, gadis itu mulai berani menatap Louis dengan
lekat walau sebenarnya ia gugup dan tidak berani bertatapan dengan Louis.
Perlahan, tangan Louis menyentuh pipi lembut Taylor sehingga membuat gadis itu
menunduk. Tapi cepat-cepat Louis mengangkat wajahnya.
“Kamu
sangat cantik. Alangkah beruntungnya pria yang bisa memilikimu.” Ucap Louis.
Tampaknya lelaki itu sudah mabuk melihat Taylor dan tidak ada satupun yang bisa
menghentikannya.
“Kau..
Kau juga sangat tampan Lou.” Balas Taylor. Gadis itu juga sama seperti Louis.
Keduanya sedang di mabuk oleh cinta.
Dan
pada akhirnya, Louis dengan berani mencium bibir gadis itu dan Taylor dengan
senang hati membalas ciuman Louis. Ini adalah ciuman pertamanya yang begitu
nikmat dan ia ingin berlama-lama berciuman dengan Louis. Ternyata, cinta itu
sangat indah. Sangat indah. Tapi adakalanya cinta itu menyakitkan dan Taylor
tidak ingin merasakan kesakitan itu.
Setelah
melepaskan ciumannya, Louis tersenyum lega. Ia kembali menyentuh pipi Taylor.
“I love you. Maaf karena telah membuatmu menunggu lama.” Ucapnya.
Taylor
tersenyum. “It’s alright. Aku juga mencintaimu Lou dan aku harap kamulah cinta
terakhirku.” Ucapnya.
“Jadi,
maukah kamu menjadi pacarku?” Tanya Louis.
“Tentu
saja.” Jawab Taylor dengan senang.
Mereka
pun tertawa dalam bingkaian cinta. Taylor tidak menyangka bahwa inilah kejutan
yang diberikan Louis untuknya. Kejutan yang sejak dahulu sangat diharapkannya.
Tapi Taylor berjanji akan membagi waktunya dengan baik dan ia tidak ingin hanya
karena Louis ia jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya karena ia lebih
mementingkan sahabat-sahabatnya dibanding Louis.
Tiba-tiba
Louis teringat sesuatu. “Tapi Tay, aku ingin hubungan kita dirahasiakan karena
aku ingin memberi kejutan untuk Ibuku. Di waktunya nanti, aku akan
memperkenalkanmu dengan orangtuanku. Aku yakin mereka senang aku mempunyai
pacar yang cantik sepertimu.” Ucapnya.
Tanpa
berpikir panjang Taylor mengangguk. “Oke. Aku juga ingin memberi kejutan untuk
Ibuku.” Ucapnya.
Namun
gadis itu tidak tau apa dibalik semua ini. Gadis itu tidak tau bahwa sebenarnya
Louis yang sudah menjadi kekasihnya masih mencintai sahabatnya sendiri. Gadis
itu tidak mau tau resiko kedepannya, asalkan Louis mencintainya dengan
sungguh-sungguh, ia tenang dan tidak mempedulikan apapun.
Begitu pula dengan Louis. Meski saat ini ia bahagia
karena berhasil mendapatkan Taylor, ia sempat mengingat Ele dan janjinya pada
Ele. Dan entah mengapa lelaki itu meneteskan air matanya. Hanya setitik, namun
dapat memerihkan hatinya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar