expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 01 Februari 2015

Friendship ( Part 5 )



An Old Story


“Cause here we are again on that little town street
You almost ran the red cause you were looking over to me
Wind in my hair, I was there
I remember it all too well


Sore ini, di rumah Harry sedang sibuk. Sore ini Harry dan Niall sedang membuat percobaan brownis keju menggunakan resep buatan Harry. Niall tidak yakin apa kue yang dibuat Harry rasanya lezat. Selama ini Harry hanya membuat aneka masakan dan bukan kue. Terakhir, Harry menaruh adonan berwarna cokelat ke dalam oven dan ia berharap hasilnya tidak terlalu buruk. Tapi menurut Niall, rasanya pasti enak karena adonan yang mentah saja sudah enak baginya.

            “Berapa menit kita tunggu?” Tanya Niall yang tidak sabaran.

            “Nggak sampai satu jam kok.” Jawab Harry sambil mengelap keringat di dahinya.

            Umur mereka sekarang sudah mencapai dua puluh tiga tahun dan sebentar lagi mereka lulus. Niall yang bingung mau kerja dimana memilih untuk mengikuti Harry. Dari SD, Niall selalu mengikuti apa yang dipilih Harry. Tentu saja Harry kurang suka dengan sifat sahabatnya yang tidak mempunyai pendirian itu.

            “Hai guys!” Ucap suara seorang gadis yang tidak lain adalah Taylor. Gadis itu tampak cantik dan wajahnya begitu natural. Mana ada lelaki yang tidak mau menjadi kekasihnya.

            Taylor berjalan mendekati Harry dan Niall. “Baunya enak. Nanti aku orang pertama yang mencicipi kue buatan kalian.” Ucapnya.

            “Tay.. Ng.. Ada apa kamu kesini?” Tanya Niall.

            Taylor menatap Niall heran. “Nggak boleh ya kesini? Aku kan cuma mau meminta pendapat kalian tentang Louis. Sudah seminggu ini kami mengobrol lewat facebook dan aku rasa Louis menyukaiku.” Ucapnya.

            “Ya dan saat kalian jadian, kamu tidak mau bersama kita lagi.” Ucap Harry.

            Entah mengapa Taylor serasa ingin menangis saat mendengar ucapan Harry. Tidak mungkin ia bisa melupakan sahabat-sahabatnya itu. Kalau bisa, ia akan mengajak Louis bergabung bersama mereka. Akhir-akhir ini, Taylor jarang bertemu empat sahabatnya karena mereka pada sibuk. Taylor sedih kalau suatu hari ia jadian dengan Louis dan berani-beraninya melupakan sahabat-sahabatnya yang idiot itu.

            “Tentu saja tidak. Aku lebih mencintai kalian dibanding Louis. Kalau Louis tidak suka aku berteman dengan kalian, lebih baik aku melupakan lelaki itu walau rasanya tidak mungkin.” Ucap Taylor.

            Tiba-tiba ponselnya bergetar. Ada satu pesan masuk dari Louis. Katanya, Louis ingin bertemu dengannya di taman kampus hari ini juga. Tentu saja Taylor senang. Ia baru saja bertemu Louis sekali dan sore ini adalah pertemuannya yang kedua kali.

            “Aku mau ketemu Louis. Bye!” Ucap Taylor senang. Saking senangnya ia mencium pipi Harry dan Niall dengan cepat lalu berlari meninggalkan rumah Harry.

            “TAY!! NTAR KUENYA AKU HABISIN LHOO!!” Teriak Niall.

            “BIARIIN!” Balas Taylor.

            “Dasar gadis idiot. Harr, menurutmu Louis anaknya baik tidak? Aku takut kalau Louis menyakiti hati Taylor. Aku tidak mau melihat gadis itu menangis.” Kata Niall.

            Harry tersenyum. “Louis baik. Kemarin malam dia sempat menanyakan tentang Taylor padaku. Dan aku yakin sekali Louis adalah lelaki yang tepat untuk Taylor.” Ucapnya.

***

            Sepi. Sepi yang ia rasakan. Sejak Ele tau kalau Taylor menyukai Louis, ia lebih memilih menjauhi Taylor. Kalaupun mereka berkumpul, ia lebih banyak diam dan berbicara secukupnya. Ele yakin sekali sebentar lagi Taylor dan Louis jadian dan dia harus menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya mencintai orang lain yang adalah sahabatnya sendiri.

            Louis adalah lelaki tiga tahun lalu, yang ia anggap sebagai pangerannya. Tapi ia tidak yakin apa Louis masih mengingatnya. Ele berharap Louis melupakannya agar Taylor bisa bahagia bersama Louis. Ele paham sahabatnya itu sangat mencintai Louis. Setiap malam, Taylor selalu bercerita mengenai Louis melalui sms, dan ia membaca curhatan Taylor dengan memasang senyum palsu.

            “El..” Ucap seorang gadis yang tidak lain adalah Selena.

            Ele menjadi kaget. “Eh kamu Sel. Apa kabar? Lama ya kita tidak bertemu.” Ucapnya.

            Selena tersenyum lalu duduk di samping Ele. “Baru sehari kita tidak bertemu seperti setahun tidak berjumpa. Hahaha…” Ucapnya sambil tertawa. Mau tidak mau Ele juga ikutan tertawa melihat Selena tertawa.

            Tiba-tiba Selena teringat sesuatu. “El, mengapa akhir-akhir ini kau kelihatan sedih? Ada masalah?” Tanyanya.

            Lagi-lagi Ele memasang senyum palsu. “Aku baik-baik saja.” Jawabnya.

            Namun Selena yang sudah lama mengenal Ele tentu tau kalau Ele berbohong. Dilihat dari matanya saja Ele begitu sedih. “Jangan bohong. Aku yakin kau sedang ada masalah. Aku curiga kalau kau tidak suka Taylor dekat dengan Louis. Apa kamu cemburu?”

            Hati Ele semakin sakit saat mendengar ucapan Selena. Namun sekuat mungkin ia hapus rasa sakit itu. Kalau ia jujur pada Selena dan Taylor akan tau, masalah akan semakin panjang dan bisa mengancam persahabatan yang sudah lama ini. Yang harus ia lakukan adalah belajar untuk ikhlas dan harus melupakan Louis.

            “Tidak ada hubungannya dengan Taylor atau Louis!” Ucap Ele dengan suara yang cukup tegas. Namun Selena masih tidak yakin. Pasti semua ini ada hubungannya dengan Louis.

***

            “Jadi, kamu mengenal Ele?” Tanya Taylor dengan hati-hati. Tadi Selena menelponnya agar ia menanyakan tentang Ele pada Louis. Siapa tau Louis kenal dengan sahabatnya itu.

            Mendengar Taylor mengucap nama ‘Ele’, wajah Louis menjadi pucat. Namun cepat-cepat ia mengembalikan air mukanya kesemula. Sesaat, Louis bingung mau menjawab apa. Apakah ia harus jujur? Louis baru sadar kalau Ele-lah salah satu dari empat sahabat Taylor. Louis mengira Ele sahabat Taylor bukanlah Ele yang ada dpikirannya.

            “Mmm.. Sebenarnya aku kenal dengan Ele. Ya, aku kenal. Waktu itu aku tidak sengaja bertemu dengannya di desa pamanku. Tapi itu tiga tahun yang lalu setelah itu aku tidak pernah berjumpa dengannya.” Jawab Louis dengan jujur, tapi masih ada sedikit kebohongan yang ia simpan.

            Taylor puas mendengar jawaban Louis. Benar dugaan Selena. Pasti Louis dan Ele sudah pernah bertemu tapi Ele tidak menceritakan padanya mengenai Louis. Dan Taylor takut jika Ele menyukai Louis atau sebaliknya. Taylor tidak ingin cintanya kali ini gagal.

            “Ada apa kau menanyakan hal itu?” Tanya Louis.

            Girilan Taylor yang menjadi gugup dan pucat. “Ng.. Cuma nanya saja.” Jawabnya.

            Sesaat, mereka diam dan bingung mau bicara apa. Taylor mulai merasa takut. Ia takut jika Louis menyukai Ele dan Ele menyukai Louis. Itu sama saja membuat hatinya sakit. Taylor juga bingung mengapa ia bisa dengan cepat tergila-gila oleh seorang lelaki. Terkadang, gadis itu memang suka bingung dengan dirinya sendiri. Karena itulah ia sering curhat dengan sahabat-sahabat tercintanya.

            Akhirnya Taylor mulai bicara dengan jantung yang berdebar-debar. “Kau.. Kau menyukai Ele?” Tanyanya.

            Louis langsung mengangkat wajahnya. Lelaki itu kembali bingung. “Tidak. Aku tidak menyukainya. Aku baru saja bertemu sekali dengannya. Lagipula, dia bukan tipeku. Ada gadis lain yang kini sudah mengisi hatiku.” Jawabnya.

            Jujur saja, Louis tidak menyangka jawaban yang keluar dari mulutnya adalah jawaban itu. Tentu saja Taylor kaget dibuatnya.  Ada gadis lain yang kini sudah mengisi hatiku. Taylor tidak yakin gadis itu adalah dirinya walau ia ingin sekali berharap gadis itu adalah dirinya.

            Taylor menatap Louis dengan lekat dan Louis terhipnotis dengan tatapan gadis itu. “Aku percaya denganmu. Tapi jika sedikit saja kamu berbohong, maka persahabatanku akan hancur.” Ucapnya.

            Namun Louis tidak mendengar ucapan Taylor. Lelaki itu masih terhipnotis dengan sepasang mata indah milik Taylor. Ia ingin terus melihat dua bola mata yang indah itu. Merasa diperhatikan, Taylor menjadi malu. Tapi ia berani membalas menatap sepasang mata milik Louis. Mata yang teduh dan membuat hatinya tenang.

            Tanpa Taylor sadari, tangan kanan Louis memegang bahu kirinya sementara tangan kirinya memegang bahu kanannya. Taylor memejamkan kedua matanya. Bisa ia rasakan sentuhan halus tangan Louis yang kini sedang menyentuh bahunya. Louis juga bisa merasakan kehalusan bahu Taylor karena gadis itu memakai baju tanpa lengan. Hal ini membuatnya semakin terus ingin menyentuh bahu gadis itu dan ingin menyentuhnya lebih dalam lagi.

            Tiba-tiba Louis menjadi kaget. Cepat-cepat lelaki itu melepas kedua tangannya yang menempel di bahu Taylor. Sesaat, lelaki tampan itu menundukkan kepalanya. Ia merasa dirinya sangat bodoh karena telah menyentuh bahu gadis itu.

            “Maaf.” Ucap Louis singkat lalu meninggalkan Taylor.

            Sementara Taylor, gadis itu masih bingung dengan kejadian yang baru dirasakannya tadi. Tapi jelas-jelaslah hatinya bahagia. Sentuhan tangan Louis masih membekas di bahunya. Gadis itu memerhatikan punggung Louis yang semakin mengecil. Sebelum meninggalkan tempatnya, Taylor memasang senyum bahagia. Tidak tau mengapa gadis itu terus memasang senyum sampai ia sampai di rumahnya.

***

            Lagi-lagi Ele menghindarinya. Taylor memutuskan untuk berkumpul malam ini juga di balkon kamarnya. Tapi Ele mengatakan kalau ia sedang sibuk karena tugas kuliah lumayan banyak. Taylor tidak yakin dengan jawaban Ele dan ia merasa bersalah. Bisa saja Louis tidak tertarik dengan Ele tapi Ele menyukai Louis.

            Malam inilah Taylor curhat dengan sahabat-sahabatnya. Kebetulan malam yang cerah itu Harry membawa makanan lezat yang tentu saja buatannya sendiri. Tapi Taylor tidak ada nafsu untuk makan. Ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Dengan Louis dan juga Ele.

            “Makan Tay. Barbeque buatan Harry lezat sekali.” Kata Niall dengan mulut yang penuh makanan.

            “Tidak terimakasih. Aku tidak butuh makanan yang dibuat Harry. Tapi aku butuh pendapat kalian mengenai diriku yang sekarang.” Ucap Taylor.

            Baru saja Selena berbicara tapi sudah kedahuluan Harry. “Kau masih sama seperti dirimu yang dulu. Hanya saja wajahmu sedikit pucat. Ada masalah dengan Louis?” Tanyanya.

            Taylor menatap nanar wajah Harry. “Ya. Aku tidak tau kapan hal itu terjadi tapi tiba-tiba Louis sudah menyentuh bahuku dan rasanya seperti…”

            “Tay.. Tay.. Kau benar-benar jatuh cinta dengan lelaki itu. Kenapa harus bingung? Aku yakin Louis pasti menyukaimu.” Kata Niall memotong ucapan Taylor.

            “Iya tapi… Tapi Ele..” Ucap Taylor.

            Giliran Selena yang bicara. “Ele baik-baik saja. Dia berkata padaku kalau dia senang kau dekat dengan Louis. Jadi, apa yang perlu dibingungkan?”

            “Tapi aku yakin Ele berbohong!” Kata Taylor setengah membentak.

            Cepat-cepat Harry menenangkan Taylor. “Sudahlah Tay. Jalani saja. Jika memang kau dan Louis saling mencintai, tidak ada salahnya. Jangan pikirkan Ele. Walau mungkin Ele menyukai Louis, pasti dia mengikhlaskan kau bahagia bersama Louis. Kita ini adalah satu. Jika salah satu dari kita bahagia, maka yang lain ikut bahagia dan jika salah satu dari kita merasa sedih, maka yang lain ikut sedih juga. Kalau kau benar-benar mencintai Louis, tidak ada satupun yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan Louis. Sekalipun itu Ele.” Ucapnya.

            “Tapi aku tidak ingin persahabatan kita hancur karena Louis. Aku tidak mau! Aku lebih memilih kehilangan Louis dibanding kehilangan kalian.” Ucap Taylor yang hampir mengeluarkan air mata. “Aku sayang dengan Ele dan aku tidak mau dia membenciku hanya karena Louis.” Sambunngnya.

            Selena langsung merangkul Taylor. “Ele baik-baik saja. Aku jamin. Kalau dia terus-terusan menjauhimu, tidak ada salahnya memaksa Ele untuk jujur terhadap perasaannya.” Ucapnya.

            Baik Selena, Harry maupun Niall berusaha mengembalikan keceriaan Taylor. Gadis itu kini tengah menangis. Tapi Taylor merasa senang karena ada sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuknya dan selalu menemaninya. Satu lagi. Taylor tidak ingin kehilangan Ele hanya karena Louis. Ia ingin terus bersama Ele dan sahabat-sahabatnya yang lain. Tapi gadis itu juga sedikit ragu jika memang benar Ele menyukai Louis, akankah ia rela melupakan Louis hanya demi Ele? Sanggupkah ia melihat Louis dan Ele bahagia demi persahabatannya itu?

            Cinta memang menyakitkan. Sangat menyakitkan. Tapi Taylor tidak bisa menyesali diri karena ia telah jatuh cinta dengan Louis.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar