An
Old Story
“Cause
here we are again on that little town street
You
almost ran the red cause you were looking over to me
Wind
in my hair, I was there
I
remember it all
too well”
Sore ini, di rumah Harry sedang sibuk. Sore ini
Harry dan Niall sedang membuat percobaan brownis keju menggunakan resep buatan
Harry. Niall tidak yakin apa kue yang dibuat Harry rasanya lezat. Selama ini
Harry hanya membuat aneka masakan dan bukan kue. Terakhir, Harry menaruh adonan
berwarna cokelat ke dalam oven dan ia berharap hasilnya tidak terlalu buruk.
Tapi menurut Niall, rasanya pasti enak karena adonan yang mentah saja sudah
enak baginya.
“Berapa
menit kita tunggu?” Tanya Niall yang tidak sabaran.
“Nggak
sampai satu jam kok.” Jawab Harry sambil mengelap keringat di dahinya.
Umur
mereka sekarang sudah mencapai dua puluh tiga tahun dan sebentar lagi mereka
lulus. Niall yang bingung mau kerja dimana memilih untuk mengikuti Harry. Dari
SD, Niall selalu mengikuti apa yang dipilih Harry. Tentu saja Harry kurang suka
dengan sifat sahabatnya yang tidak mempunyai pendirian itu.
“Hai
guys!” Ucap suara seorang gadis yang tidak lain adalah Taylor. Gadis itu tampak
cantik dan wajahnya begitu natural. Mana ada lelaki yang tidak mau menjadi
kekasihnya.
Taylor
berjalan mendekati Harry dan Niall. “Baunya enak. Nanti aku orang pertama yang
mencicipi kue buatan kalian.” Ucapnya.
“Tay..
Ng.. Ada apa kamu kesini?” Tanya Niall.
Taylor
menatap Niall heran. “Nggak boleh ya kesini? Aku kan cuma mau meminta pendapat
kalian tentang Louis. Sudah seminggu ini kami mengobrol lewat facebook dan aku
rasa Louis menyukaiku.” Ucapnya.
“Ya
dan saat kalian jadian, kamu tidak mau bersama kita lagi.” Ucap Harry.
Entah
mengapa Taylor serasa ingin menangis saat mendengar ucapan Harry. Tidak mungkin
ia bisa melupakan sahabat-sahabatnya itu. Kalau bisa, ia akan mengajak Louis
bergabung bersama mereka. Akhir-akhir ini, Taylor jarang bertemu empat
sahabatnya karena mereka pada sibuk. Taylor sedih kalau suatu hari ia jadian
dengan Louis dan berani-beraninya melupakan sahabat-sahabatnya yang idiot itu.
“Tentu
saja tidak. Aku lebih mencintai kalian dibanding Louis. Kalau Louis tidak suka
aku berteman dengan kalian, lebih baik aku melupakan lelaki itu walau rasanya
tidak mungkin.” Ucap Taylor.
Tiba-tiba
ponselnya bergetar. Ada satu pesan masuk dari Louis. Katanya, Louis ingin
bertemu dengannya di taman kampus hari ini juga. Tentu saja Taylor senang. Ia
baru saja bertemu Louis sekali dan sore ini adalah pertemuannya yang kedua
kali.
“Aku
mau ketemu Louis. Bye!” Ucap Taylor senang. Saking senangnya ia mencium pipi
Harry dan Niall dengan cepat lalu berlari meninggalkan rumah Harry.
“TAY!!
NTAR KUENYA AKU HABISIN LHOO!!” Teriak Niall.
“BIARIIN!”
Balas Taylor.
“Dasar
gadis idiot. Harr, menurutmu Louis anaknya baik tidak? Aku takut kalau Louis
menyakiti hati Taylor. Aku tidak mau melihat gadis itu menangis.” Kata Niall.
Harry
tersenyum. “Louis baik. Kemarin malam dia sempat menanyakan tentang Taylor
padaku. Dan aku yakin sekali Louis adalah lelaki yang tepat untuk Taylor.”
Ucapnya.
***
Sepi.
Sepi yang ia rasakan. Sejak Ele tau kalau Taylor menyukai Louis, ia lebih
memilih menjauhi Taylor. Kalaupun mereka berkumpul, ia lebih banyak diam dan
berbicara secukupnya. Ele yakin sekali sebentar lagi Taylor dan Louis jadian
dan dia harus menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintainya mencintai orang
lain yang adalah sahabatnya sendiri.
Louis
adalah lelaki tiga tahun lalu, yang ia anggap sebagai pangerannya. Tapi ia
tidak yakin apa Louis masih mengingatnya. Ele berharap Louis melupakannya agar
Taylor bisa bahagia bersama Louis. Ele paham sahabatnya itu sangat mencintai
Louis. Setiap malam, Taylor selalu bercerita mengenai Louis melalui sms, dan ia
membaca curhatan Taylor dengan memasang senyum palsu.
“El..”
Ucap seorang gadis yang tidak lain adalah Selena.
Ele
menjadi kaget. “Eh kamu Sel. Apa kabar? Lama ya kita tidak bertemu.” Ucapnya.
Selena
tersenyum lalu duduk di samping Ele. “Baru sehari kita tidak bertemu seperti
setahun tidak berjumpa. Hahaha…” Ucapnya sambil tertawa. Mau tidak mau Ele juga
ikutan tertawa melihat Selena tertawa.
Tiba-tiba
Selena teringat sesuatu. “El, mengapa akhir-akhir ini kau kelihatan sedih? Ada
masalah?” Tanyanya.
Lagi-lagi
Ele memasang senyum palsu. “Aku baik-baik saja.” Jawabnya.
Namun
Selena yang sudah lama mengenal Ele tentu tau kalau Ele berbohong. Dilihat dari
matanya saja Ele begitu sedih. “Jangan bohong. Aku yakin kau sedang ada masalah.
Aku curiga kalau kau tidak suka Taylor dekat dengan Louis. Apa kamu cemburu?”
Hati
Ele semakin sakit saat mendengar ucapan Selena. Namun sekuat mungkin ia hapus
rasa sakit itu. Kalau ia jujur pada Selena dan Taylor akan tau, masalah akan
semakin panjang dan bisa mengancam persahabatan yang sudah lama ini. Yang harus
ia lakukan adalah belajar untuk ikhlas dan harus melupakan Louis.
“Tidak
ada hubungannya dengan Taylor atau Louis!” Ucap Ele dengan suara yang cukup
tegas. Namun Selena masih tidak yakin. Pasti semua ini ada hubungannya dengan
Louis.
***
“Jadi,
kamu mengenal Ele?” Tanya Taylor dengan hati-hati. Tadi Selena menelponnya agar
ia menanyakan tentang Ele pada Louis. Siapa tau Louis kenal dengan sahabatnya
itu.
Mendengar
Taylor mengucap nama ‘Ele’, wajah Louis menjadi pucat. Namun cepat-cepat ia
mengembalikan air mukanya kesemula. Sesaat, Louis bingung mau menjawab apa.
Apakah ia harus jujur? Louis baru sadar kalau Ele-lah salah satu dari empat
sahabat Taylor. Louis mengira Ele sahabat Taylor bukanlah Ele yang ada
dpikirannya.
“Mmm..
Sebenarnya aku kenal dengan Ele. Ya, aku kenal. Waktu itu aku tidak sengaja
bertemu dengannya di desa pamanku. Tapi itu tiga tahun yang lalu setelah itu
aku tidak pernah berjumpa dengannya.” Jawab Louis dengan jujur, tapi masih ada
sedikit kebohongan yang ia simpan.
Taylor
puas mendengar jawaban Louis. Benar dugaan Selena. Pasti Louis dan Ele sudah
pernah bertemu tapi Ele tidak menceritakan padanya mengenai Louis. Dan Taylor
takut jika Ele menyukai Louis atau sebaliknya. Taylor tidak ingin cintanya kali
ini gagal.
“Ada
apa kau menanyakan hal itu?” Tanya Louis.
Girilan
Taylor yang menjadi gugup dan pucat. “Ng.. Cuma nanya saja.” Jawabnya.
Sesaat,
mereka diam dan bingung mau bicara apa. Taylor mulai merasa takut. Ia takut
jika Louis menyukai Ele dan Ele menyukai Louis. Itu sama saja membuat hatinya
sakit. Taylor juga bingung mengapa ia bisa dengan cepat tergila-gila oleh
seorang lelaki. Terkadang, gadis itu memang suka bingung dengan dirinya sendiri.
Karena itulah ia sering curhat dengan sahabat-sahabat tercintanya.
Akhirnya
Taylor mulai bicara dengan jantung yang berdebar-debar. “Kau.. Kau menyukai
Ele?” Tanyanya.
Louis
langsung mengangkat wajahnya. Lelaki itu kembali bingung. “Tidak. Aku tidak menyukainya.
Aku baru saja bertemu sekali dengannya. Lagipula, dia bukan tipeku. Ada gadis
lain yang kini sudah mengisi hatiku.” Jawabnya.
Jujur
saja, Louis tidak menyangka jawaban yang keluar dari mulutnya adalah jawaban
itu. Tentu saja Taylor kaget dibuatnya. Ada gadis lain yang kini sudah mengisi hatiku.
Taylor tidak yakin gadis itu adalah dirinya walau ia ingin sekali berharap
gadis itu adalah dirinya.
Taylor
menatap Louis dengan lekat dan Louis terhipnotis dengan tatapan gadis itu. “Aku
percaya denganmu. Tapi jika sedikit saja kamu berbohong, maka persahabatanku
akan hancur.” Ucapnya.
Namun
Louis tidak mendengar ucapan Taylor. Lelaki itu masih terhipnotis dengan
sepasang mata indah milik Taylor. Ia ingin terus melihat dua bola mata yang
indah itu. Merasa diperhatikan, Taylor menjadi malu. Tapi ia berani membalas
menatap sepasang mata milik Louis. Mata yang teduh dan membuat hatinya tenang.
Tanpa
Taylor sadari, tangan kanan Louis memegang bahu kirinya sementara tangan
kirinya memegang bahu kanannya. Taylor memejamkan kedua matanya. Bisa ia
rasakan sentuhan halus tangan Louis yang kini sedang menyentuh bahunya. Louis
juga bisa merasakan kehalusan bahu Taylor karena gadis itu memakai baju tanpa
lengan. Hal ini membuatnya semakin terus ingin menyentuh bahu gadis itu dan
ingin menyentuhnya lebih dalam lagi.
Tiba-tiba
Louis menjadi kaget. Cepat-cepat lelaki itu melepas kedua tangannya yang
menempel di bahu Taylor. Sesaat, lelaki tampan itu menundukkan kepalanya. Ia
merasa dirinya sangat bodoh karena telah menyentuh bahu gadis itu.
“Maaf.”
Ucap Louis singkat lalu meninggalkan Taylor.
Sementara
Taylor, gadis itu masih bingung dengan kejadian yang baru dirasakannya tadi.
Tapi jelas-jelaslah hatinya bahagia. Sentuhan tangan Louis masih membekas di
bahunya. Gadis itu memerhatikan punggung Louis yang semakin mengecil. Sebelum
meninggalkan tempatnya, Taylor memasang senyum bahagia. Tidak tau mengapa gadis
itu terus memasang senyum sampai ia sampai di rumahnya.
***
Lagi-lagi
Ele menghindarinya. Taylor memutuskan untuk berkumpul malam ini juga di balkon
kamarnya. Tapi Ele mengatakan kalau ia sedang sibuk karena tugas kuliah lumayan
banyak. Taylor tidak yakin dengan jawaban Ele dan ia merasa bersalah. Bisa saja
Louis tidak tertarik dengan Ele tapi Ele menyukai Louis.
Malam
inilah Taylor curhat dengan sahabat-sahabatnya. Kebetulan malam yang cerah itu
Harry membawa makanan lezat yang tentu saja buatannya sendiri. Tapi Taylor
tidak ada nafsu untuk makan. Ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Dengan
Louis dan juga Ele.
“Makan
Tay. Barbeque buatan Harry lezat sekali.” Kata Niall dengan mulut yang penuh
makanan.
“Tidak
terimakasih. Aku tidak butuh makanan yang dibuat Harry. Tapi aku butuh pendapat
kalian mengenai diriku yang sekarang.” Ucap Taylor.
Baru
saja Selena berbicara tapi sudah kedahuluan Harry. “Kau masih sama seperti
dirimu yang dulu. Hanya saja wajahmu sedikit pucat. Ada masalah dengan Louis?”
Tanyanya.
Taylor
menatap nanar wajah Harry. “Ya. Aku tidak tau kapan hal itu terjadi tapi
tiba-tiba Louis sudah menyentuh bahuku dan rasanya seperti…”
“Tay..
Tay.. Kau benar-benar jatuh cinta dengan lelaki itu. Kenapa harus bingung? Aku
yakin Louis pasti menyukaimu.” Kata Niall memotong ucapan Taylor.
“Iya
tapi… Tapi Ele..” Ucap Taylor.
Giliran
Selena yang bicara. “Ele baik-baik saja. Dia berkata padaku kalau dia senang
kau dekat dengan Louis. Jadi, apa yang perlu dibingungkan?”
“Tapi
aku yakin Ele berbohong!” Kata Taylor setengah membentak.
Cepat-cepat
Harry menenangkan Taylor. “Sudahlah Tay. Jalani saja. Jika memang kau dan Louis
saling mencintai, tidak ada salahnya. Jangan pikirkan Ele. Walau mungkin Ele
menyukai Louis, pasti dia mengikhlaskan kau bahagia bersama Louis. Kita ini
adalah satu. Jika salah satu dari kita bahagia, maka yang lain ikut bahagia dan
jika salah satu dari kita merasa sedih, maka yang lain ikut sedih juga. Kalau
kau benar-benar mencintai Louis, tidak ada satupun yang bisa menghalangimu
untuk mendapatkan Louis. Sekalipun itu Ele.” Ucapnya.
“Tapi
aku tidak ingin persahabatan kita hancur karena Louis. Aku tidak mau! Aku lebih
memilih kehilangan Louis dibanding kehilangan kalian.” Ucap Taylor yang hampir
mengeluarkan air mata. “Aku sayang dengan Ele dan aku tidak mau dia membenciku
hanya karena Louis.” Sambunngnya.
Selena
langsung merangkul Taylor. “Ele baik-baik saja. Aku jamin. Kalau dia
terus-terusan menjauhimu, tidak ada salahnya memaksa Ele untuk jujur terhadap
perasaannya.” Ucapnya.
Baik
Selena, Harry maupun Niall berusaha mengembalikan keceriaan Taylor. Gadis itu
kini tengah menangis. Tapi Taylor merasa senang karena ada sahabat-sahabatnya
yang selalu ada untuknya dan selalu menemaninya. Satu lagi. Taylor tidak ingin
kehilangan Ele hanya karena Louis. Ia ingin terus bersama Ele dan
sahabat-sahabatnya yang lain. Tapi gadis itu juga sedikit ragu jika memang
benar Ele menyukai Louis, akankah ia rela melupakan Louis hanya demi Ele?
Sanggupkah ia melihat Louis dan Ele bahagia demi persahabatannya itu?
Cinta
memang menyakitkan. Sangat menyakitkan. Tapi Taylor tidak bisa menyesali diri
karena ia telah jatuh cinta dengan Louis.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar