expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 21 Mei 2015

5 Seconds of Summer ( Part 8 )



Part 8

.

            Kesal. Itulah sahabat satu-satunya. Semenjak menjadi guru matematika Calum cs, Luke semakin stres. Sebenarnya mereka mau mendengarkannya tetapi tidak serius dan mereka hobi sekali tertawa. Ketika ia sudah sangat kesal dan lelah, Calum malah usil padanya. Terkadang Calum menyiram air ke wajah Luke dan membuat Luke kesal, atau mencoret-coret semua yang diajarkan Luke padanya dan Luke harus mengulang untuk menulis.

            Hari ini kondisi tubuhnya kurang fit. Semalaman Luke kurang tidur. Gimana kurang tidur sedangkan ia baru tidur jam satu pagi dan bangun jam enam pagi! Tentu saja Ibunya marah padanya kenapa ia bisa tidur sampai selarut itu. Jawabannya mudah saja. Karena ia stress dan banyak pikiran alhasil Luke jadi insomnia.

            Saat jam istirahat, Luke ingin sekali pergi ke kantin tapi ia tidak kuat berjalan kesana. Benar-benar hari yang menyebalkan dan membuatnya sengsara. Tidak mungkin Luke bisa menahan rasa laparnya jika ia tidak makan sedikit saja. Mau minta bantuan Cheryl tapi Luke tidak mau ditertawakan oleh gadis itu. Lagipula Cheryl sepertinya sudah kabur entah kemana.

            Di pertemuan kedua, Cheryl baru nampak dan dia siap belajar dengannya. Luke bersyukur ternyata Cheryl tidak bodoh-bodoh amat. Malah Cheryl bisa membantu Calum untuk mengerjakan soal. Baiklah. Luke salah menilai Cheryl. Meski Cheryl tampak tomboi dan tidak menarik, tapi gadis itu baik dan mau mengerti perasaan orang lain meski kadang-kadang menyebalkan.

            “Hei.”

            Luke mendongakkan kepalanya dan kaget melihat Michael yang sudah ada dihadapannya. Michael. Diantara ketiganya, Mihael-lah yang paling sulit untuk diajarkan. Katanya Michael suka pusing jika melihat angka-angka dan malas sekali belajar. Padahal Calum dan Ashton mau belajar.

            “Kau tidak baik. Kenapa sekolah?” Tanya Michael.

            “Aku tidak membutuhkan perhatianmu! Bahkan aku malas melihatmu. Kau tidak mau mendengarkan penjelasanku. Bagaimana bisa aku keluar dari penderitaan ini sedangkan kau tidak mau diajar?” Ucap Luke. Masih sempatnya anak itu marah.

            Michael menggaruk-garukkan kepalanya. “Maaf Luk sebenarnya aku memang tidak bisa berhitung. Aku juga tidak tau kenapa tiba-tiba kepalaku sering sakit belakang-belakangan ini.” Ucapnya.

            “Itu bukan urusanku! Mau tidak mau kau harus belajar bagaimanapun caranya!” Bentak Luke.

            “Baiklah. I’ll try. Ohya, aku punya sandwich. Mau?”

            Tanpa sepertujuan Luke, Michael berlari ke mejanya dan mengambil sekotak sandwich dan langsung ia kasih ke Luke. Michael tau Luke kelaparan dan butuh makanan. Sementara itu Luke menatap sandwich itu dengan bimbang. Perutnya sudah tidak tahan lagi. Tapi alangkah bodohnya ia menerima sandwich Michael.

            “Ambil saja tidak apa-apa.” Ucap Michael sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Luke.

            Tetapi sampai saat ini juga Luke belum menyentuh sandwich itu dan membiarkan sandwich itu basi, meski perutnya sudah tidak bisa ditahan lagi.

***

            “Helen!”

            Suara seorang cowok menghentikan langkahnya. Helen membalikkan badannya dan menatap kesal Calum yang sedang tersenyum lebar ke arahnya. Dia lagi! Helen mengira Calum sudah menyerah untuk mendapatkannya. Tetapi Calum semakin giat saja!

            “Maaf. Aku sudah punya gebetan. Sorry.” Ucap Helen.

            “Ahaha aku tau Len. Aku tau apa isi hatimu yang sebenarnya. Tapi tidak ada salahnya kan kalau aku berteman denganmu?” Ucap Calum.

            Berteman? Batin Helen bingung. Apa Calum sudah menyerah dan lebih ingin berteman saja dengannya? Apa itu rencana Calum untuk mendapatkan hatinya? Tapi dilihat dari wajah Calum, sepertinya anak itu kelihatan serius untuk berteman dengannya dan sudah tidak mau lagi mengejarnya.

            Tiba-tiba Helen teringat dengan Calum yang sekelas dengan Luke. Ide terlintas di benak Helen. Mengapa tidak?

            “Okelah. Aku mau menjadi temanmu.” Ucap Helen santai.

            Calum pun bisa bernafas lega. Dengan cara ini, Calum bisa menunjukkan kalau ia itu adalah teman yang baik untuk Helen dan ia berjanji untuk selalu ada buat Helen kapanpun Helen membutuhkannya.

            “Aku bisa minta bantuanmu tidak?” Tanya Helen.

            “Apa itu?” Tanya Calum.

            Helen tersenyum. “Aku naksir berat sama Luke. Kau kan sekelas dengan Luke dan aku ingin kau membuat aku agar bisa dekat dengan Luke.”

***

            “Pengumuman. Pak guru kita sedang sakit.” Ucap Ashton.

            Luke memang sedang sakit karena stress dan ia harus istirahat total di rumah. Bagusnya lagi di rumah sakit tetapi Luke tidak mau. Ia tidak suka bau obat-obatan rumah sakit dan Luke merasa dirinya sedang tidak terkena penyakit yang serius.

            “Apa kita yang terlalu membuatnya stress? Ayolah. Luke itu anaknya serius. Dia tidak suka bercanda apalagi cuma tersenyum saja.” Ucap Michael.

            Diantara ketiganya, Calum tampak diam dan seperti tidak bernafsu untuk bicara. Sepertinya Calum sedang mendapatkan suatu masalah yang serius. Tidak biasanya anak itu murung tidak jelas seperti itu.

            “Wah.. Wah.. Sahabat imut kita sedang murung. Kenapa bro?” Tanya Ashton sambil mendekati Calum.

            Sebisa mungkin Calum tersenyum. “Ya.. Ini tentang Helen. Ternyata gadis itu menyukai Luke.” Ucapnya.

            “Ohya? Mungkin itu bukan keberuntunganmu.” Ucap Ashton.

            “Ash, tapi aku mencintainya. Sudah lama aku mencintainya! Kenapa dia tidak sadar sih? Kenapa dia lebih menyukai cowok seperti Luke? Aku memang tidak setampan Luke atau sekeren Luke. Tapi aku berani bertaruh Luke tidak akan mau menerimanya dan aku takut Helen sakit hati.” Ucap Calum.

            “Sudah Cal. Tidak usah dipikirkan. Kita kan sedang fokus ke band. Masalah kecil itu tidak perlu dibesar-besarkan dan menjadi beban pikiran.” Kata Michael.

            Masalah kecil? Masalah cinta itu masalah besar! Batin Calum kesal. Tapi bagaimanapun juga ia memang harus fokus ke band dan melupakan sejenak mengenai Helen. Mungkin suatu saat nanti Helen mau membuka sedikit hati untuknya. Suatu hari nanti.

***

            “Great! Kalian semakin hebat saja! Cal, kau adalah bassist yang hebat. Aku kagum padamu!” Ucap Luce setelah mereka selesai latihan.

            Kebetulan sudah malam dan mereka belum makan malam, akhirnya Luce memutuskan untuk mentraktir mereka. Kali ini Luce mengajak mereka makan masakan Jepang dan Calum cs tentu tidak bisa menolak. Lagipula gratis kan hehe…

            Di sela-sela makan, Luce banyak bercerita mengenai Luke dan sikap Luke yang memang benar-benar berubah. Padahal Luke tidak seperti yang mereka bayangkan. Tapi Luce tidak sampai menceritakan sedetail-detailnya tentang Luke, termasuk alasan mengapa Luke bisa berubah. Ia tidak ingin Michael dan lainnya tau bahwa Ayahnya adalah sudah meninggal dan dituduk korupsi.

            Sementara itu, Calum malas mendengar Luce bercerita mengenai Luke. Ia rasa Luce terlalu melebih-lebihkan dan menjadikan Luke seseorang yang begitu sempurna. Tapi Luke memang sempurna. Dengan mudahnya Luke bisa membuat Helen jatuh cinta tanpa harus berusaha keras. Dan janjinya pada Helen untuk mendekatkannya dengan Luke tidak bisa ia hindari.

            “Luke sedang sakit. Dia lagi stres dan banyak pikiran.” Ucap Luce.

            “Aku harap kakakmu cepat sembuh dan bisa mengajari kami.” Ucap Michael.

            “Ya. Aku tidak menyangka Luke bisa menjadi guru matematika kalian. Semenjak kami pindah ke Perth, Luke tidak mau bergaul dengan siapapun. Ku harap kalian bisa menjadi teman baiknya.”

            “Tidak.. Tidak. Luke seakan-akan membenci kami dan menganggap kami sebagai kumpulan cowok yang bodoh. Dia mengajari kami karena terpaksa dan dibawah ancaman Mrs. Corine.” Ucap Ashton.

            “Hmm.. Mungkin Luke belum sepenuhnya kembali normal.” Ucap Luce.

            Malam ini memang begitu indah dan menyenangkan. Luce senang karena Michael, Calum dan Ashton ternyata berbakat juga dan mungkin band mereka akan menjadi band yang terkenal dan melahirkan banyak album. Bakat mereka sudah tidak bisa diragukan lagi. Tapi, mereka belum mencari vokalisnya. Tiba-tiba Luce tersenyum sedih.

            “Kira-kira nama band yang cocok apa?” Tanya Ashton.

            “Masih belum aku pikirkan.” Jawab Michael.

            Setelah selesai makan, Luce sengaja ingin berdua bersama Michael dan menyuruh Calum dan Ashton pulang duluan. Tentu saja Calum dan Ashton jadi curiga. Apa Michael dan Luce sudah pacaran? Tapi hei! Luce itu adiknya Luke. Bagaimanapun Luke tidak mau kalau adiknya pacaran sama Michael.

            “Malam yang indah.” Gumam Michael sambil menatap langit di atas sana.

            Luce tersenyum. “Ya. Malam yang indah.”

            Tanpa sadar, Michael menggenggam tangan Luce dan Luce merasa nyaman sekali. Genggaman tangan itu terasa hangat dan ia ingin terus digenggam oleh tangan itu.

            “Ohya Mike, aku mohon sama kamu dan lainnya, kalau kalian ketemu sama Luke, tolong jangan ganggu dia dan jangan ajak dia bercanda karena Luke benci itu.” Ucap Luce.

            “Baiklah. Ku rasa dia memang tipe orang yang serius dan tidak suka bercanda.” Ucap Michael.

            Malam semakin larut dan suasana semakin damai. Meski terasa dingin, Luce sama sekali tidak merasakan kedinginan melainkan rangkulan hangat Michael. Ah, Michael. Seseorang yang paling dibutuhkannya untuk mengisi hari-harinya yang kosong.

***

            Suhu tubuhnya sudah mulai turun. Malam ini Luke benar-benar tersiksa. Ia sedang terkena demam dan mau tidak mau harus istirahat total. Kata dokter, ia terlalu stres dan banyak masalah. Ibunya mengingatkannya untuk tidak terlalu stres. Tapi bagaimana tidak stres sementara ia sering berhadapan dengan Calum, Michael dan Ashton?

            “Luk, sebenarnya mereka bermaksud baik padamu.” Ucap Ibunya.

            Luke tau siapa ‘mereka’ yang disebutkan oleh Ibunya. Siapa lagi kalau bukan Calum, Michael, dan Ashton? Pernah terlintas dibenaknya untuk kembali ke Sydney tetapi Ibunya melarangnya. Ibunya tidak ingin Luke tinggal bersama keluarga Ayahnya.

            “Tapi mereka sudah sangat keterlaluan dan sikap mereka seperti anak kecil.” Bantah Luke.

            Ibunya tersenyum. “Sudahlah. Sekarang kamu istirahat saja.” Ucapnya.

            Setelah Ibunya pergi, Luke mendengar ponselnya yang berbunyi pertanda satu pesan masuk. Luke membukanya dengan malas dan ia bertambah malas sekaligus kesal ketika membaca pesan singkat itu.

            Goodnight pangeran! Cepat sembuh ya .x

            -HeLen-

            Helen, teman adiknya. Dan Luke menyadari bahwa masalahnya bukan hanya dengan Calum, Michael dan Ashton. Tetapi juga dengan Helen. Gadis yang ia simpulkan sedang mengejarnya dan ia benci akan hal itu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar