Part 8
.
Kesal. Itulah sahabat satu-satunya.
Semenjak menjadi guru matematika Calum cs, Luke semakin stres. Sebenarnya
mereka mau mendengarkannya tetapi tidak serius dan mereka hobi sekali tertawa.
Ketika ia sudah sangat kesal dan lelah, Calum malah usil padanya. Terkadang Calum
menyiram air ke wajah Luke dan membuat Luke kesal, atau mencoret-coret semua
yang diajarkan Luke padanya dan Luke harus mengulang untuk menulis.
Hari ini kondisi tubuhnya kurang
fit. Semalaman Luke kurang tidur. Gimana kurang tidur sedangkan ia baru tidur
jam satu pagi dan bangun jam enam pagi! Tentu saja Ibunya marah padanya kenapa
ia bisa tidur sampai selarut itu. Jawabannya mudah saja. Karena ia stress dan
banyak pikiran alhasil Luke jadi insomnia.
Saat jam istirahat, Luke ingin
sekali pergi ke kantin tapi ia tidak kuat berjalan kesana. Benar-benar hari
yang menyebalkan dan membuatnya sengsara. Tidak mungkin Luke bisa menahan rasa
laparnya jika ia tidak makan sedikit saja. Mau minta bantuan Cheryl tapi Luke
tidak mau ditertawakan oleh gadis itu. Lagipula Cheryl sepertinya sudah kabur
entah kemana.
Di pertemuan kedua, Cheryl baru
nampak dan dia siap belajar dengannya. Luke bersyukur ternyata Cheryl tidak
bodoh-bodoh amat. Malah Cheryl bisa membantu Calum untuk mengerjakan soal.
Baiklah. Luke salah menilai Cheryl. Meski Cheryl tampak tomboi dan tidak
menarik, tapi gadis itu baik dan mau mengerti perasaan orang lain meski
kadang-kadang menyebalkan.
“Hei.”
Luke mendongakkan kepalanya dan
kaget melihat Michael yang sudah ada dihadapannya. Michael. Diantara ketiganya,
Mihael-lah yang paling sulit untuk diajarkan. Katanya Michael suka pusing jika
melihat angka-angka dan malas sekali belajar. Padahal Calum dan Ashton mau
belajar.
“Kau tidak baik. Kenapa sekolah?”
Tanya Michael.
“Aku tidak membutuhkan perhatianmu!
Bahkan aku malas melihatmu. Kau tidak mau mendengarkan penjelasanku. Bagaimana
bisa aku keluar dari penderitaan ini sedangkan kau tidak mau diajar?” Ucap
Luke. Masih sempatnya anak itu marah.
Michael menggaruk-garukkan
kepalanya. “Maaf Luk sebenarnya aku memang tidak bisa berhitung. Aku juga tidak
tau kenapa tiba-tiba kepalaku sering sakit belakang-belakangan ini.” Ucapnya.
“Itu bukan urusanku! Mau tidak mau
kau harus belajar bagaimanapun caranya!” Bentak Luke.
“Baiklah. I’ll try. Ohya, aku punya
sandwich. Mau?”
Tanpa sepertujuan Luke, Michael
berlari ke mejanya dan mengambil sekotak sandwich dan langsung ia kasih ke
Luke. Michael tau Luke kelaparan dan butuh makanan. Sementara itu Luke menatap
sandwich itu dengan bimbang. Perutnya sudah tidak tahan lagi. Tapi alangkah
bodohnya ia menerima sandwich Michael.
“Ambil saja tidak apa-apa.” Ucap
Michael sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan Luke.
Tetapi sampai saat ini juga Luke
belum menyentuh sandwich itu dan membiarkan sandwich itu basi, meski perutnya
sudah tidak bisa ditahan lagi.
***
“Helen!”
Suara seorang cowok menghentikan
langkahnya. Helen membalikkan badannya dan menatap kesal Calum yang sedang
tersenyum lebar ke arahnya. Dia lagi! Helen mengira Calum sudah menyerah untuk
mendapatkannya. Tetapi Calum semakin giat saja!
“Maaf. Aku sudah punya gebetan.
Sorry.” Ucap Helen.
“Ahaha aku tau Len. Aku tau apa isi
hatimu yang sebenarnya. Tapi tidak ada salahnya kan kalau aku berteman
denganmu?” Ucap Calum.
Berteman? Batin Helen bingung. Apa
Calum sudah menyerah dan lebih ingin berteman saja dengannya? Apa itu rencana
Calum untuk mendapatkan hatinya? Tapi dilihat dari wajah Calum, sepertinya anak
itu kelihatan serius untuk berteman dengannya dan sudah tidak mau lagi
mengejarnya.
Tiba-tiba Helen teringat dengan
Calum yang sekelas dengan Luke. Ide terlintas di benak Helen. Mengapa tidak?
“Okelah. Aku mau menjadi temanmu.”
Ucap Helen santai.
Calum pun bisa bernafas lega. Dengan
cara ini, Calum bisa menunjukkan kalau ia itu adalah teman yang baik untuk
Helen dan ia berjanji untuk selalu ada buat Helen kapanpun Helen
membutuhkannya.
“Aku bisa minta bantuanmu tidak?”
Tanya Helen.
“Apa itu?” Tanya Calum.
Helen tersenyum. “Aku naksir berat
sama Luke. Kau kan sekelas dengan Luke dan aku ingin kau membuat aku agar bisa
dekat dengan Luke.”
***
“Pengumuman. Pak guru kita sedang
sakit.” Ucap Ashton.
Luke memang sedang sakit karena
stress dan ia harus istirahat total di rumah. Bagusnya lagi di rumah sakit
tetapi Luke tidak mau. Ia tidak suka bau obat-obatan rumah sakit dan Luke
merasa dirinya sedang tidak terkena penyakit yang serius.
“Apa kita yang terlalu membuatnya
stress? Ayolah. Luke itu anaknya serius. Dia tidak suka bercanda apalagi cuma
tersenyum saja.” Ucap Michael.
Diantara ketiganya, Calum tampak
diam dan seperti tidak bernafsu untuk bicara. Sepertinya Calum sedang
mendapatkan suatu masalah yang serius. Tidak biasanya anak itu murung tidak
jelas seperti itu.
“Wah.. Wah.. Sahabat imut kita
sedang murung. Kenapa bro?” Tanya Ashton sambil mendekati Calum.
Sebisa mungkin Calum tersenyum.
“Ya.. Ini tentang Helen. Ternyata gadis itu menyukai Luke.” Ucapnya.
“Ohya? Mungkin itu bukan
keberuntunganmu.” Ucap Ashton.
“Ash, tapi aku mencintainya. Sudah
lama aku mencintainya! Kenapa dia tidak sadar sih? Kenapa dia lebih menyukai
cowok seperti Luke? Aku memang tidak setampan Luke atau sekeren Luke. Tapi aku
berani bertaruh Luke tidak akan mau menerimanya dan aku takut Helen sakit
hati.” Ucap Calum.
“Sudah Cal. Tidak usah dipikirkan.
Kita kan sedang fokus ke band. Masalah kecil itu tidak perlu dibesar-besarkan
dan menjadi beban pikiran.” Kata Michael.
Masalah kecil? Masalah cinta itu
masalah besar! Batin Calum kesal. Tapi bagaimanapun juga ia memang harus fokus
ke band dan melupakan sejenak mengenai Helen. Mungkin suatu saat nanti Helen
mau membuka sedikit hati untuknya. Suatu hari nanti.
***
“Great! Kalian semakin hebat saja!
Cal, kau adalah bassist yang hebat. Aku kagum padamu!” Ucap Luce setelah mereka
selesai latihan.
Kebetulan sudah malam dan mereka
belum makan malam, akhirnya Luce memutuskan untuk mentraktir mereka. Kali ini
Luce mengajak mereka makan masakan Jepang dan Calum cs tentu tidak bisa
menolak. Lagipula gratis kan hehe…
Di sela-sela makan, Luce banyak
bercerita mengenai Luke dan sikap Luke yang memang benar-benar berubah. Padahal
Luke tidak seperti yang mereka bayangkan. Tapi Luce tidak sampai menceritakan
sedetail-detailnya tentang Luke, termasuk alasan mengapa Luke bisa berubah. Ia
tidak ingin Michael dan lainnya tau bahwa Ayahnya adalah sudah meninggal dan
dituduk korupsi.
Sementara itu, Calum malas mendengar
Luce bercerita mengenai Luke. Ia rasa Luce terlalu melebih-lebihkan dan
menjadikan Luke seseorang yang begitu sempurna. Tapi Luke memang sempurna.
Dengan mudahnya Luke bisa membuat Helen jatuh cinta tanpa harus berusaha keras.
Dan janjinya pada Helen untuk mendekatkannya dengan Luke tidak bisa ia hindari.
“Luke sedang sakit. Dia lagi stres
dan banyak pikiran.” Ucap Luce.
“Aku harap kakakmu cepat sembuh dan
bisa mengajari kami.” Ucap Michael.
“Ya. Aku tidak menyangka Luke bisa
menjadi guru matematika kalian. Semenjak kami pindah ke Perth, Luke tidak mau
bergaul dengan siapapun. Ku harap kalian bisa menjadi teman baiknya.”
“Tidak.. Tidak. Luke seakan-akan
membenci kami dan menganggap kami sebagai kumpulan cowok yang bodoh. Dia
mengajari kami karena terpaksa dan dibawah ancaman Mrs. Corine.” Ucap Ashton.
“Hmm.. Mungkin Luke belum sepenuhnya
kembali normal.” Ucap Luce.
Malam ini memang begitu indah dan
menyenangkan. Luce senang karena Michael, Calum dan Ashton ternyata berbakat
juga dan mungkin band mereka akan menjadi band yang terkenal dan melahirkan
banyak album. Bakat mereka sudah tidak bisa diragukan lagi. Tapi, mereka belum
mencari vokalisnya. Tiba-tiba Luce tersenyum sedih.
“Kira-kira nama band yang cocok
apa?” Tanya Ashton.
“Masih belum aku pikirkan.” Jawab
Michael.
Setelah selesai makan, Luce sengaja
ingin berdua bersama Michael dan menyuruh Calum dan Ashton pulang duluan. Tentu
saja Calum dan Ashton jadi curiga. Apa Michael dan Luce sudah pacaran? Tapi
hei! Luce itu adiknya Luke. Bagaimanapun Luke tidak mau kalau adiknya pacaran
sama Michael.
“Malam yang indah.” Gumam Michael
sambil menatap langit di atas sana.
Luce tersenyum. “Ya. Malam yang
indah.”
Tanpa sadar, Michael menggenggam
tangan Luce dan Luce merasa nyaman sekali. Genggaman tangan itu terasa hangat
dan ia ingin terus digenggam oleh tangan itu.
“Ohya Mike, aku mohon sama kamu dan
lainnya, kalau kalian ketemu sama Luke, tolong jangan ganggu dia dan jangan
ajak dia bercanda karena Luke benci itu.” Ucap Luce.
“Baiklah. Ku rasa dia memang tipe
orang yang serius dan tidak suka bercanda.” Ucap Michael.
Malam semakin larut dan suasana
semakin damai. Meski terasa dingin, Luce sama sekali tidak merasakan kedinginan
melainkan rangkulan hangat Michael. Ah, Michael. Seseorang yang paling
dibutuhkannya untuk mengisi hari-harinya yang kosong.
***
Suhu tubuhnya sudah mulai turun.
Malam ini Luke benar-benar tersiksa. Ia sedang terkena demam dan mau tidak mau
harus istirahat total. Kata dokter, ia terlalu stres dan banyak masalah. Ibunya
mengingatkannya untuk tidak terlalu stres. Tapi bagaimana tidak stres sementara
ia sering berhadapan dengan Calum, Michael dan Ashton?
“Luk, sebenarnya mereka bermaksud
baik padamu.” Ucap Ibunya.
Luke tau siapa ‘mereka’ yang
disebutkan oleh Ibunya. Siapa lagi kalau bukan Calum, Michael, dan Ashton?
Pernah terlintas dibenaknya untuk kembali ke Sydney tetapi Ibunya melarangnya.
Ibunya tidak ingin Luke tinggal bersama keluarga Ayahnya.
“Tapi mereka sudah sangat
keterlaluan dan sikap mereka seperti anak kecil.” Bantah Luke.
Ibunya tersenyum. “Sudahlah.
Sekarang kamu istirahat saja.” Ucapnya.
Setelah Ibunya pergi, Luke mendengar
ponselnya yang berbunyi pertanda satu pesan masuk. Luke membukanya dengan malas
dan ia bertambah malas sekaligus kesal ketika membaca pesan singkat itu.
Goodnight
pangeran! Cepat sembuh ya .x
-HeLen-
Helen, teman adiknya. Dan Luke
menyadari bahwa masalahnya bukan hanya dengan Calum, Michael dan Ashton. Tetapi
juga dengan Helen. Gadis yang ia simpulkan sedang mengejarnya dan ia benci akan
hal itu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar