Part 6
.
Sesuai janjinya, Luce mengajak Helen
mengunjungi rumahnya. Di teras, Luce kaget melihat Luke yang sedang memainkan
gitarnya. Hah! Apa kakaknya sudah kembali normal? Di sampingnya, Helen menatap
Luke dengan tak kedip. Itu Luke? Itu kakak Luce?
“Itu Luke?” Tanya Helen menunjuk ke
arah Luke.
“Iya.” Jawab Luce tersenyum.
“Oh astaga! Dia tampan sekali dan
jago main gitar! Ah, dia tipe cowok impianku! Kau harus membuatku dekat dengan
Luke.” Ucap Helen bersemangat.
Luce tidak menyangka baru saja
pertama kali melihat Luke, Helen langsung naksir kakaknya. Tapi Luce tidak
berniat mencoba mendekatkan Helen dengan Luke atau lebih tepatnya lagi
mencomblangkan Helen dengan Luke. Luce tau Helen seperti mantan Luke yang
bernama Kay dan Luke muak dengan gadis seperti itu yang hanya menilainya dari
wajahnya saja.
Keduanya pun masuk ke dalam dan Helen
merasa jantungnya berdebar-debar tak karuan. Oh ya ampun! Kenapa ada cowok
sekeren Luke? Menyadari kedatangan Luce dan satu teman Luce yang tidak ia
kenal, langsung saja Luke menghentikan permainannya.
“Hai kak! Kenalin ini Helen, teman
dekat Luce.” Ucap Luce.
Mungkin ini hari keberuntungan Helen.
Dia bisa merasakan sentuhan lembut tangan Luke dan hatinya girang sekali.
Apalagi saat matanya bertatapan langsung dengan mata Luke. Luke. Cowok itu
harus takluk padanya. Harus!
“Kakakmu sudah punya pacar belum?”
Bisik Helen pelan.
Luce sedikit kaget mendengar
pertanyaan Helen. “Be.. Belum. Kenapa? Tapi aku saranin kamu jangan jatuh cinta
padanya soalnya dia sudah muak dengan cewek.” Ucapnya.
Tapi, mana mau Helen peduli.
Pikirannya sudah tertuju pada Luke. Ya, Luke. Gebetan barunya. Cowok impiannya
dan ia harus bisa mendapatkan Luke bagaimanapun caranya.
***
Hari ini ada kelas matematika dan
Michael tidak bisa serius. Ia merasa kepalanya begitu sakit dan pening. Rasa
sakitnya berbeda sekali dari biasanya. Apa ia sedang terkena penyakit? Michael
tidak berani memeriksa ke dokter. Ia takut sesuatu yang tidak ia harapkan akan
menimpanya.
Sementara itu, Calum juga tidak
serius. Seperti biasa ia suka melamun dan tidak pernah memerhatikan penjelasan
guru. Entah mengapa pikirannya akhir-akhir ini tertuju pada Helen. Gadis yang
sudah lama mengisi hatinya itu memang benar-benar menyita pikirannya. Apa benar
ia harus berubah? Tapi ia rasa ia tidak buruk sama sekali. Kata Ashton dan
Michael, ia cukup imut dan bisa bikin cewek jatuh cinta padanya walau hanya
sekali pandang.
Mungkin benar saatnya ia harus berubah
menjadi lebih baik. Ia harus memperbaiki nilai-nilainya yang hancur agar
membuat bangga siapa saja. Dan sebelumnya, ia harus bisa menjadi teman Helen
dan mencoba membuat gadis itu ramah padanya.
“Calum Thomas Hood. Selesaikan soal
di papan ini.” Pinta Mrs. Corine.
Calum yang tengah asyik melamun
langsung kaget. Apa? Mrs. Corine menyuruhnya mengerjakan soal di papan?
Benar-benar hari kematiannya. Jika ia tidak bisa menjawab, ia akan di hukum
berdiri di depan sepanjang pelajaran.
“Maaf saya tidak bisa.” Jawab Calum
jujur. Alhasil Calum dihukum berdiri di depan kelas tanpa sedikit pun rasa
malu. Padahal soal di papan sana mudah sekali.
“Ashton Irwin?”
Tanpa menunggu lama, Ashton maju ke
depan tapi tidak mengambil spidol. Melainkan mengikuti apa yang dikerjakan
Calum yaitu di hukum di depan kelas. Semua murid tertawa melihat sikap Ashton
barusan sementara Mrs. Corine menggeleng-gelengkan kepala. Lalu pandangannya
teralih pada Michael.
“Michael Clifford?”
Michael yang juga tengah melamun dan
menahan sakit di kepalanya langsung maju ke depan seakan-akan ia juga kena
hukuman. Jadilah tiga idiot itu berdiri di depan kelas sepanjang pelajaran.
Bagi Mrs. Corine, ketiga murid itulah yang paling bodoh dan tidak mau diajar.
Padahal Mrs. Corine tau ketiganya itu berbakat hanya saja tidak mau berusaha.
“Kalian masih sama saja. Kalian
tidak mau berubah. Seharusnya kalian merasa malu di hukum di depan sini.” Ucap
Mrs. Corine.
Tiba-tiba, dari arah pintu kelas,
dua orang gadis membawa beberapa buku yang mungkin adalah buku tugas milik
kelas 11-3. Dua gadis yang tidak lain adalah Luce dan Helen! Melihat kedatangan
Helen yang tidak diundang, wajah Calum langsung ceria. Dengan santainya cowok
itu berjalan mendekati Luce dan Helen.
“Ketua kelas mana?” Tanya Helen yang
merasa tidak nyaman dengan kehadiran Calum.
Kebetulan si ketua kelas tidak
masuk, akhirnya Calum yang mengambil buku-buku itu. Helen memerhatikan sikap
Calum dengan sebal. Tetapi rasa sebalnya menghilang tatkala ia tidak sengaja
melihat seorang cowok yang tidak lain adalah Luke yang sedang duduk kalem
bersama buku-bukunya.
“Len..” Ucap Luce pelan.
Helen tersadar. Ia tersadar buku
yang ada di tangannya sudah ada di tangan Calum. Otomatis seisi kelas
menggodainya dan Helen amat sebal. Ia ingin sekali menghajar Calum yang sangat
menyebalkan itu.
“Sejak kapan cowok idiot seperti
kamu jadi ketua kelas?” Tanya Helen dengan suara yang agak dibesarkan.
Calum tersenyum senang. “Sejak kamu
hadir di hatiku.” Ucapnya menggoda. Seisi kelas semakin ribut mendengar
gombalan Calum.
Wajah Helen menjadi merah padam.
“Dasar cowok sialan! Cowok tidak tau diri!” Ucapnya lalu pergi meninggalkan
tempat itu disusul Luce yang tengah bingung.
“Ahahaha Cal kau ternyata pandai
menggombal. Haha..” Tawa Ashton dengan keras. Sementara Michael hanya tersenyum
saja.
“DIAM SEMUA!” Bentak Mrs. Corine
secara tiba-tiba. Ashton yang sepertinya tidak sadar karena masih tertawa belum
sepenuhnya diam, dan ia diam setelah Mrs. Corine menatapnya dengan tajam.
Langsung saja Aston menundukkan kepala.
“Setelah sepulang sekolah ini kalian
harus menemui Ibu di ruang guru. Ada sesuatu yang ingin Ibu sampaikan.” Ucap
Mrs. Corine dan dibalas anggukan oleh Calum, Michael dan Ashton.
Setelah itu, Mrs. Corine beralih
menatap Luke. “Kau juga. Luke Robert Hemmings. Setelah sepulang sekolah nanti
kau harus menemui Ibu di ruang guru.” Ucapnya.
Otomatis Luke kaget dan kesal
mengapa dia juga yang ikut kena. Padahal masalahnya dengan Mrs. Leha belum
selesai dan kenapa ia harus berurusan dengan Mrs. Corine?
***
“Len..”
Suara Luce menyadarkannya. Luce pun
duduk di samping Helen sambil tersenyum. Helen yang sadar akan kehadiran Luce
langsung menatap Luce.
“Kamu pasti tau ya kalau selama ini
Calum mati-matian mengejarku?” Tanya Helen.
“Seharusnya kamu senang dong ada
cowok yang beneran mencintaimu dengan tulus.” Jawab Luce.
Helen tersenyum masam. “Tapi aku
muak dengan Calum, Luc. Dia menyebalkan sekali dan membuat hidupku tidak
tenang.” Ucapnya.
“Aku yakin semua yang pernah Calum
lakukan padamu itu karena Calum beneran mencintaimu dengan tulus dan mencoba
dekat denganmu. Kalau dipikir-pikir, apa salahnya sih menyukai cowok seperti
Calum? Walau dia terkenal dengan gelar idiot, nakal, atau apalah, tapi
menurutku Calum itu baik, menyenangkan dan bisa membuat tertawa.”
“Tapi Luc, masalahnya aku sedang
jatuh cinta!” Ucap Helen.
“Sama siapa?” Tanya Luce.
“Luke, Luc! Luke Robert Hemmings!”
***
Tidak taulah apakah saking
semangatnya atau tidak, tiga idiot itu sudah sampai di meja Mrs. Corine
sementara Mrs. Corine tidak ada karena masih mengajar. Padahal jam terakhir ada
guru tapi mereka lebih memilih untuk membolos saja.
“Kau kenapa Mike?” Tanya Calum
heran. Sedaritadi Michael memang diam saja dan beda sekali dari Michael yang biasanya.
“Mmm.. Tidak ada. Hanya saja…”
Sepertinya Michael tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya.
“Ungkapin aja Mike tidak apa-apa.
Kami kan sudah lama menjadi sahabatmu.” Ucap Ashton.
Akhirnya Michael melanjutkan
ucapannya. “Sebenarnya aku ingin berubah menjadi lebih baik. Aku ingin membuat
bangga Ayah-Ibuku, tapi dengan caraku sendiri. Aku tau aku tidak pintar bahkan
sangat bodoh. Tapi aku ingin membanggakan Ayah-Ibuku dengan cara yang lain.”
Ucapnya.
“Dengan cara apa?” Tanya Calum
penasaran.
Michael tersenyum. “Aku ingin
membentuk sebuah band. Kau tau, sebentar lagi akan diadakan kompetisi band
antar sekolah dan aku ingin sekali ikut disana.” Ucapnya.
“Ternyata ucapanmu yang kemarin itu
serius juga ya.” Ucap Ashton.
“Kalau begitu, kita buat band saja!
Aku juga mau! Ashton yang akan menjadi drummer-nya dan aku sendiri yang akan
menjadi bassist-nya. Gimana?” Ucap Calum dengan semangat.
Belum sempat Michael menjawab, Luke
sudah berjalan mendekati mereka dan menatap mereka dengan penuh kebencian.
Sengaja Luke duduk menjauhi mereka dan berharap secepatnya Mrs. Corine datang
sehingga ia bisa cepat pulang ke rumah.
“Anak sombong itu datang juga.
Ternyata dia juga bermasalah.” Sindir Ashton.
“Ya. Kemarin saja dia bermasalah
sama guru BK.” Tambah Calum.
Luke yang mendengarnya langsung naik
darah dan menatap mereka dengan sangat-sangat kesal. Kesal sekali! Ia memang
benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya.
“Itu semua karena kalian! Aku
menyesal bersekolah di sekolah bodoh ini dan sekelas dengan orang-orang bodoh
seperti kalian!” Balas Luke kasar.
“Hei! Kami tau kalau kami itu bodoh.
Tapi jangan mengata-ngatain kalau kami bodoh! Aku tau kau pintar dan tidak
seperti kami.” Ucap Ashton.
Untunglah Mrs. Corine datang dan
suasana menjadi agak mendingan. Terpaksa Luke duduk di dekat Calum dengan
perasaan yang jijik. Lalu ia menatap Mrs. Corine dengan sebal sekaligus penuh
dengan tanda tanya.
“Kalian ingin tau apa tujuan Ibu
menyuruh kalian kesini?” Tanya Mrs. Corine.
Semuanya terdiam.
“Bukan karena kalian bermasalah sama
Ibu. Tapi Ibu ingin kalian bekerja sama. Ibu ingin Calum, Ashton dan Michael
bekerja sama dengan Luke karena kalian sama-sama saling membutuhkan.” Ucap Mrs.
Corine dengan santai.
APA?! Umpat Luke dalam hati. Tentu
saja ia kaget bukan main mendengar ucapan gila Mrs. Corine. Sekolah ini
benar-benar aneh. Sama halnya dengan Michael, Calum dan Ashton. Bekerja sama
dengan orang sombong seperti Luke?
“Ta.. Tapi..” Ucap Calum bingung.
“Maksudnya, Ibu ingin Luke mengajari
kalian sampai kalian jago di mata pelajaran Ibu. Atau seenggaknya kalian
sedikit bisa dan sedikit menyukai matematika. Dan kau Luk, Ibu ingin kau
menjadi guru matematika untuk mereka.” Ucap Mrs. Corine.
Luke merasa perutnya begitu mual.
Menjadi guru matematika hanya untuk tiga cowok idiot yang menyebalkan itu? Tell
me this is just a dream! *eaeaeaea* Dan kenapa harus dia? Kenapa harus dia yang
mengajari tiga cowok itu? Kenapa tidak yang lainnya saja?
“Mereka yang membutuhkanku dan aku
tidak membutuhkan mereka.” Ucap Luke.
“Iya ibu tau. Tapi selama ibu
perhatikan, kamu sendiri terus. Kata Mrs. Leha kamu butuh teman agar kamu
kembali ceria seperti dulu. Nah, ibu yakin mereka nantinya bisa membantumu.
Persahabatan mereka sudah tidak diragukan lagi.” Ucap Mrs. Corine.
Sekali lagi, Luke tidak membutuhkan
yang namanya teman. Ia hanya ingin sendiri. Ia tidak membutuhkan teman. Enak
sekali Mrs. Corine menyuruhnya menjadi guru matematika untuk Calum, Michael dan
Ashton.
“Kalau kamu menolak, nilaimu akan
terancam dan Ibu tidak segan-segan memberimu nilai C di mata pelajaran
matematika!” Ucap Mrs. Corine mengancam.
Untuk kali ini, Luke tidak bisa
berbuat apa-apa. Ia melihat Calum dan lainnya tampak pasrah juga. Lagipula
mereka juga ingin nilai-nilai mereka menjadi bagus. Mungkin dengan cara ini
mereka bisa berubah. Tapi Luke sama sekali tidak menyangka akan bergabung
dengan mereka. Eh tunggu, ini kan hanya sebentar saja dan tidak selamanya kan?
Kalau mereka sudah pintar, ia pasti sudah tidak dibutuhkan lagi.
Akhirnya Luke mengangguk dengan
berat hati.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar