Part 5
.
Sudah dua minggu Luke berada di
sekolahnya dan semakin hari ia semakin buruk saja. Luke sering terlambat masuk
sekolah dan pakaian yang ia kenakan sangat tidak rapi. Parahnya lagi, Luke
sudah di cap sebagai siswa tersombong di sekolahnya. Bagaimana tidak sombong
sementara ia tidak mau bergaul dengan siapapun?
Oke. Luke memang cukup pintar dan
nilainya tidak pernah di bawah B. Banyak guru yang menyukainya terutama Mrs.
Corine yang adalah guru matematika di sekolah itu. Mrs. Corine menyarankan Luke
untuk mengikuti olimpiade matematika tetapi Luke menolak. Ia malas mengikuti
olimpiade seperti itu dan Mrs. Corine tidak bisa berbuat apa-apa.
Pagi ini ternyata ia sial. Tidak ada
guru yang mengajar. Tapi untunglah murid-murid di kasih tugas dan mudah saja
bagi Luke untuk mengerjakannya. Seperti biasa Cheryl, si gadis tomboi itu
sering menyempatkan diri untuk mengeluarkan ocehan tidak jelasnya yang bisa
membuat telinganya sakit. Kadang-kadang Cheryl juga suka menyontek dan
diam-diam mengambil pekerjaannya.
Mengenai Three Idiots itu,
sepertinya mereka sudah tidak menatapnya sebagai seorang buronan lagi. Ya walau
tidak semuanya sih. Terkadang Calum, si cowok berwajah Asia itu suka
menyindirnya dan mengejeknya hingga ia menjadi bahan tawa di kelas.
“Heh kamu udah jadi? Boleh lihat
tidak?” Tanya Cheryl. Gadis itu langsung mengambil bukunya dan membawanya ke
mejanya. Benar-benar tidak sopan!
“Cheryl aku juga boleh lihat tidak?”
Teriak suara seorang cowok yang tidak lain adalah Calum.
Calum, cowok itu berjalan santai ke
meja Cheryl dan langsung mengambil buku Luke. Melihat hal itu, Luke begitu
marah dan ingin sekali menghajar Calum. Ngapain juga cowok idiot itu mencontek
bukunya sementara cowok itu suka sekali membuatnya menderita?
“Bisa tidak sih kau lebih sopan?
Pantesan aja Helen jijik melihatmu!” Ucap Cheryl.
Mendengar Cheryl menyebut nama Helen,
ekspresi wajah Calum langsung berubah. Helen. Gadis yang selama ini ia impikan.
Gadis yang sangat susah sekali ia raih. Bahkan sedikit saja. Apa memang ia
sudah sangat keterlaluan?
“Menurutmu, aku itu gimana? Apa aku
terlalu buruk di mata Helen?” Tanya Calum. Lho? Kenapa Calum jadi curhat ke Cheryl?
Cheryl melihat wajah Calum secara
teliti. Sebenarnya Calum cukup manis dan cakep. Hanya saja sikap cowok itu yang
aneh dan jahilnya minta ampun.
“Sebelum aku menjawab, sebaiknya
kamu ngaca dulu aja deh di depan cermin.” Ucap Cheryl lalu secepat kilat
merebut buku Luke yang ada di tangan Calum. Tetapi Calum tau gimana sikap Cheryl
dan malah menarik buku Luke hingga Cheryl tidak bisa mengambilnya. Tetapi
karena tarikan keduanya yang begitu kuat, buku itu pun sobek dan wajah Cheryl
langsung berubah menjadi pucat. Mati aku! Batinnya.
Luke yang sudah tau bukunya sobek
secara refleks langsung memukul mejanya dengan keras. Otomatis semuanya menjadi
kaget. Bahkan Michael yang serius bermain gitar bersama Ashton di belakang sana
ikut kaget juga. Kini, semua mata memandang ke arahnya.
“Mungkin kalian menganggap aku itu
anak yang sombong. Oke, aku terima! Tapi asal kalian tau, aku muak berada di
sekolah ini, khususnya berada di kelas ini dengan teman-teman yang aneh! Kau Cheryl,
bisa tidak sih kau menjauhiku? Aku malas mendengar ocehan tidak jelasmu. Dan
kau Calum, bisa tidak kau ubah sikapmu menjadi lebih baik? Kenapa sikapmu
seperti anak kecil saja? Apa Ibumu tidak pernah mengajarimu tata karma yang
baik?”
Rasanya lega mengeluarkan seluruh
kekesalan dan kebencian yang ia rasakan. Luke pun berjalan ke tempat Cheryl dan
Calum dan langsung mengambil bukunya yang robek. Sebelum kembali ke mejanya,
Luke menatap tajam ke arah Cheryl dan Calum secara bergantian dengan tatapan
permusuhan.
“Tuh dengar! Ubah sikap burukmu biar
Helen mau melirikmu!” Bisik Cheryl.
Calum menatap Cheryl dengan tatapan
bingung. “Aku hanya ingin menjadi diriku apa adanya.” Ucapnya.
***
“Luce!”
Itu suara Helen. Tampaknya gadis itu
seperti ingin mengatakan sesuatu yang penting. Luce pun menghentikan
langkahnya.
“Ada apa?” Tanya Luce.
“Kau sudah janji kan mau
memperkenalkan aku dengan kakakmu itu?” Tanya Helen.
Luce langsung tersenyum. “Oh ya
ampun aku lupa! Hmm.. Bagaimana kalau besok? Besok kan hari libur dan kau bisa
mengunjungi rumahku.” Ucapnya.
Tidak perlu berpikir lama, Helen
akhirnya mengangguk setuju. “Oke.”
***
Entah apa yang membuatnya dipanggil
di ruang BK. Padahal Luke merasa sama sekali tidak melakukan kesalahan yang
besar. Apa karena ia suka terlambat sekolah dan memakai pakaian yang tidak
rapi? Seharusnya Cheryl dan Calum yang dipanggil ke BK. Kenapa harus ia?
Ternyata jawabannya adalah: Karena
ia harus diberi masukan sedikit mengenai sikapnya yang kurang disuka selama
menginjakkan kaki di sekolah ini. Mrs. Leha tau bahwa Luke memiliki sikap yang
berbeda diantara murid lainnya. Luke cenderung suka menyendiri dan sombong. Ia
tidak mau peduli dengan siapapun. Ada beberapa anak yang mengajaknya bergabung
seperti bermain sepak bola namun Luke menolak mentah-mentah dengan gaya
angkuhnya. Itulah yang Mrs. Leha pikirkan, dan mau tidak mau ia harus merubah
sikap Luke.
Sebenarnya Mrs. Leha sudah tau
kenapa dan alasan Luke bersikap seperti itu dikarenakan masa lalunya yang
membuatnya menjadi seperti ini. Padahal di sekolah lamanya Luke adalah murid
yang aktif dan mudah bergaul dengan siapapun.
“Kau tau kenapa Ibu menyuruhmu
kemari?” Tanya Mrs. Leha.
Luke tidak langsung menjawab. Cowok
itu menunduk sambil memainkan gelang yang ada di tangan kanannya. “Seharusnya
Ibu menyuruh Calum dan Cheryl kemari. Dia sudah merobek bukuku!” Bantah Luke.
“Bukan masalah buku, Calum atau Cheryl.
Calum memang begitu. Dia nakal dan suka membuat onar disini bersama Ashton dan
Michael.” Ucap Mrs. Leha.
“Kenapa pihak sekolah tidak berniat
mengeluarkan mereka?”
Mrs. Leha tersenyum. “Meski mereka
nakal, tapi mereka tidak senakal yang kamu kira. Sebenarnya mereka baik jika
kau mau mengenal lebih jauh tentang mereka. Dan persahabatan mereka erat
sekali. Mereka bersahabat sejak kelas sepuluh.”
Luke menghela nafas panjang. “Lantas
saya harus bagaimana?” Tanyanya dengan ekspresi kepasrahan.
“Ayo ikut Ibu!”
Mrs. Leha mengajak Luke mengelilingi
sekolah sambil berceria panjang lebar mengenai sekolah itu. Luke mendengarnya
dengan malas. Apalagi ketika Mrs. Leha menceritakan tentang kegiatan-kegiatan
sekolah yang ada di Summary High School. Termasuk kegiatan ekstrakulikulernya.
“Di sekolah ini banyak menyaring
bakat-bakat siswa yang terpendam. Ada yang tergabung dalam grup olahraga
seperti sepak bola, futsal, basket, voli dan sebagainya. Ada yang tergabung
dalam grup siswa-siswa pintar seperti olimpiade, karya ilmiah dan sebagainya.
Ada juga yang berbau seni seperti tari, dance, melukis, paduan suara, band…”
Jika boleh saja ia kembali ke rumah,
maka ia memilih kabur. Mrs. Leha menjelaskan hal-hal yang sangat tidak penting.
Dan di dalam hatinya, Luke sangat berharap hari ini juga Mrs. Leha
mengeluarkannya dari sekolah karena tidak tahan dengan sikapnya.
“Nah, Ibu minta kamu harus bergabung
dalam suatu grup. Entah itu apa, yang penting grup.” Ucap Mrs. Leha.
Grup? Luke menelan ludahnya. “Aku
tidak membutuhkan grup manapun. Bahkan teman! Mrs. Leha tau kan bagaimana kisah
masa laluku? Bagiku, mereka yang ingin menjadi temanku hanya karena ingin tenar
saja.” Ucapnya.
Mrs. Leha tersenyum penuh arti.
“Artinya kamu memilih teman yang salah. Berhati-hatilah memilih teman. Ibu
yakin sekali anak-anak disini mau berteman denganmu bagaimana dirimu.
Percayalah.”
Lama-lama Luke muak dengan ucapan
dan nasehat Mrs. Leha. “Maaf. Luke tidak butuh teman atau siapapun. Mrs. Leha
harus mengerti. Luke memang berbeda dari lainnya.” Ucapnya sedikit pelan dan
rendah.
Ya. Mrs. Leha bisa mengerti
bagaimana perasaan Luke. Anak itu tidak bisa dipaksa. Tapi bagaimanapun juga ia
harus bisa merubah sikap Luke. Bagaimanapun caranya.
***
Kesialan untuk yang kedua kalinya.
Kelas bahasa Inggris sudah dimulai lima belas menit yang lalu dan ia terlambat
masuk kelas. Katanya sih guru bahasa Inggris galak sekali dan jika ada siswa
yang terlambat masuk apapun alasannya, siswa itu tidak boleh masuk ke dalam kelas.
Luke sudah terlambat dan ia tidak bisa masuk ke dalam kelas.
“Kau juga terlambat? Sama. Jadi aku
ada temannya disini haha..”
Suara itu.. Perutnya serasa ingin
muntah saja. Itu suara Calum dan ia melihat Calum berdiri di dekat pintu kelas
dengan gaya yang menyebalkan. Tapi kenapa Calum hanya seorang diri? Mana dua
bocah idot lainnya? Katanya kan mereka selalu bersama?
“Aku tidak mengenalmu.” Ucap Luke.
Calum berjalan mendekati Luke. “Kau
memang sombong Luk. Baru pertama masuk saja sudah sangat sombong. Di sekolah
ini tidak ada yang mengajarkan kesombongan.” Ucapnya.
Kenapa seakan-akan Calum seperti
Mrs. Leha? Kenapa dia sok sekali memberi nasehat? Sebenarnya Luke ingin
menghiraukan Calum tapi entah mengapa sekali ini ia ingin sekali berbicara panas
dengan cowok itu.
“Terserah kau mengataiku somobong
atau apalah. Daripada kalian. Tiga murid idiot yang selalu mendapat nilai di
bawah C! Aku heran sekali kenapa guru-guru disini tidak mengeluarkan kalian
dari sekolah ini. Apa karena sekolah ini memang bodoh ya?”
Baru kali ini Calum menemukan orang
seperti Luke yang sombongnya bukan main. Bukan hanya sombong. Tetapi suka
mengejek dan merendahkan orang lain. Calum tau, Luke bukanlah cowok biasa. Kali
saja Luke anak orang kaya dan hidupnya hura-hura. Tapi kalau orang kaya,
mengapa Luke bisa sekolah disini?
“Hei! Kami memang nakal. Tapi kami
tidak senakal yang kau kira. Kami bukanlah sekumpulan grup yang suka nongkrong
tidak jelas di bar atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan umur kami.
Aku bisa menebak. Kau pasti anak orang kaya ya?”
Bukan. Mantan anak orang kaya. Batin
Luke dalam hati. “Terserah. Tapi aku berharap aku ingin kau dan lainnya tidak
menganggapku, karena memang aku tidak ingin dianggap di sekolah ini.” Ucap Luke
lalu pergi menjauh dari Calum.
Dari jauh, Calum menatap Luke dengan
penuh tanda tanya. Ada apa dengan Luke? Calum yakin sekali ada masa lalunya
yang buruk, yang membuatnya menjadi aneh seperti ini. Tapi jika dilihat
baik-baik, wajah Luke menyiratkan kesedihan.
***
“Ada apa Mike?”
Suara Ashton mengagetkannya.
Kemudian Ashton melihat lembaran ulangan matematika Michael yang sudah dibagi
tadi. Michael mendapat nilai D? Bahkan kalau ada di bawah D, mungkin itu yang
lebih tepat. Jawaban Michael tidak ada yang benar sama sekali. Jika disamakan
dengan angka, nilai Michael tidak jauh mendapat nilai dua puluh!
“Wah kau dalam masalah Mik.
Sebodoh-bodohnya aku, aku tidak pernah mendapat nilai seperti itu.” Ucap
Ashton.
Michael memang paling lemah di
pelajaran matematika dan otaknya sakit jika dipaksakan untuk mengerjakan soal
matematika. Pelajaran lainnya pun begitu tapi tidak seburuk matematika. Yah
minimal-lah ia mendapat nilai C.
“Mama bakal marah. Dia sudah muak
dengan sifaku dan Ayah sudah menjual komputerku.” Ucap Michael.
“Apa? Ayahmu menjual komputermu? Bagaimana
bisa?” Tanya Ashton kaget.
“Aku yang menyuruh mereka.” Jawab
Michael.
Ashton menggeleng-gelengkan kepala.
“Kau sudah bosan ya bermain game?” Tanyanya.
Michael tersenyum. “Ya. Karena aku
ingin sekali membentuk sebuah band yang real. Dan itulah keinginanku yang
sebenarnya.” Ucapnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar