expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 21 Mei 2015

5 Seconds of Summer ( Part 13 )



Part 13

.

            Bangku itu kosong. Luke memandangi bangku Cheryl yang kosong. Pihak sekolah mengatakan bahwa Cheryl pindah sekolah. Tidak seharusnya ia merasa sedih. Tapi kalau boleh jujur, Cheryl-lah yang paling dekat dengannya walau kadang-kadang anak itu suka membuatnya kesal. Beberapa anak mengejeknya yang entahlah apakah Luke sedih, galau atau kesal. Tetapi Luke tidak mempedulikan ejekan itu.

            Sekarang ia sendiri. Tidak ada orang yang mau mengajaknya bicara. Tapi bukankah hal itu yang ia inginkan? Bukankah ia memang ingin menyendiri? Hidupnya memang sepi dan tidak ada kegiatan yang dilakukannya semenjak ia berhenti menjadi guru matematika Calum cs dan Luke baru ingat bahwa ia tidak mungkin bercerita pada Ashton karena ia merasa sudah tidak dianggap lagi oleh mereka.

            Tapi Luke bersyukur guru-guru pada berbaik hati padanya, khusunya Mrs. Corine. Luce juga baik padanya walau ia telah menyakiti hati Luce. Ia-lah yang membuat Luce berpisah dengan Michael. Sebenarnya Luke tidak peduli apakah Luce pacaran dengan Michael atau tidak. Tapi karena ia benar-benar marah, maka itulah senjata satu-satunya untuk membuatnya merasa sebagai seorang pemenang.

            Jam olahraga terasa sepi baginya. Guru olahraga menyuruh anak muridnya untuk olahraga sendiri. Kalau yang cewek biasanya tidak olahraga. Tapi ada juga yang bermain basket atau kejar-kejaran tidak jelas. Sedangkan yang cowok kebanyakan bermain bola. Dari pinggir lapangan, Luke melihat Calum cs yang tengah bermain bola. Ternyata Calum jago juga bermain bola dan sudah berkali-kali memberikan gol pada tim-nya.

            Jika ia tidak mempunyai ego, pasti ia sudah ikutan bermain dengan mereka karena Luke merasa sudah lama ia tidak bermain bola. Hampir dua bulan lebih! Saat ia memandangi Calum cs, Calum tidak sengaja melihatnya. Otomatis Luke langsung membuang muka. Sebaiknya ia kembali ke kelas saja karena baginya duduk tidak jelas di pinggir lapangan adalah salah satu hal yang bodoh.

***

            “Kasihan banget ya Luke.” Ucap Donna yang adalah teman kelas Luke.

            “Ya. Coba ada Cheryl, pasti dia tidak kesepian.” Tambah Jennifer.

            Michael sempat mendengarkan suara anak-anak perempuan itu mengenai Luke. Luke memang kasihan tetapi Luke merasa baik-baik saja. Michael mengelap keringat yang ada di wajahnya lalu memilih duduk di lapangan. Tiba-tiba kepalanya menjadi sakit. Aneh. Padahal ia tidak terlalu serius belajar dan kepalanya menjadi sakit. Apa olahraga juga membuat kepalanya sakit?

            “Sakit kepala lagi?” Tanya Calum lalu duduk di dekat Michael diikuti Ashton.

            “Ya. Aku heran dengan kepalaku.” Jawab Michael sambil menekan-nekan pelipisnya yang sakit.

            “Sebaiknya kau ke dokter aja deh agar tenang.” Saran Ashton.

            Baik Michael maupun Calum langsung menatap Ashton. “Ke dokter? Aku takut Ash. Kalau aku terkena penyakit serius gimana?” Tanya Michael.

            “Jangan berpikiran seperti itu Mike.” Ucap Calum.

            “Hmmm.. Ohya, sebenar lagi festival band antar sekolah akan dimulai. Jadi bagaimana?” Tanya Michael mengalihkan topic.

            Ashton dan Calum berpikir sesaat. “Ah sangat sulit dipercaya. Ku rasa kita tidak akan bisa tampil.” Ucap Ashton.

            “Kenapa? Apa band kita tidak pantas untuk tampil? Bukankah kata Luce band kita cukup baik?” Tanya Michael. Perasaannya tidak menentu tatkala ia menyebut nama ‘Luce’.

            “Iya. Tapi selain kita hanya bertiga dan tidak ada vokalisnya, aku rasa kita belum siap. Masalahnya kita tidak mempunyai leader. Selama ini Luce yang menjadi leader kita.” Jawab Ashton.

            “Suruh saja Luce bergabung dengan kita. Apa susahnya?” Usul Calum.

            “Luce cewek Cal. Rasanya aneh kalau ada cewek dan Luce pasti tidak akan mau. Apalagi jika sampai ketahuan Luke. Aku sudah tidak mau bermasalah dengan Luke.” Jawab Ashton.

            “Terus bagaimana?” Tanya Calum.

            Tidak ada yang menjawab. Mereka merasa membentuk sebuah band adalah pekerjaan yang sangat sulit dan mereka tidak yakin apakah mereka bisa tampil atau tidak. Tapi Michael  sangat berharap dirinya bisa tampil di panggung dan membuat semua penonton bangga.

***

            Tidak Michael sangka ternyata ia berpapasan dengan Luce. Jujur saja, ia sangat merindukan gadis itu. Michael mencoba memanggil Luce dan berharap tidak ada Luke. Tetapi harapannya tidak terkabul. Ia tertangkap basah memanggil nama Luce.          

            “Kau tidak berniat bertemu Michael kan?” Tanya Luke.

            Wajah Luce menyiratkan kebingungan. Kemudian ia beralih menatap Michael yang sedang menatapnya. Ah.. Ia begitu rindu dengan wajah itu. Dan warna rambut Michael yang menjadikan Michael sebagai cowok yang unik dan langka.

            “Kakak-kan sudah bilang kalau Luce tidak boleh bertemu dengan Michael.” Jawab Luce.

            “Bagus.” Ucap Luke.

            Keduanya pun pergi meninggalkan tempat itu. Sementara itu, hati Michael begitu sakit melihat seseorang yang dicintainya menghiraukannya. Hidup ini memang susah. Bagaimanapun juga ia harus bisa berbicara dengan Luce. Bahkan jika ia harus bersujud di hadapan Luke.

***

            Browsur tentang acara festival band sudah tersebar di sekolah. Ada juga formulir pendaftarannya. Tentu saja hal itu membuat Michael semakin pusing. Ia memang masih melakukan latihan band bersama Calum dan Ashton. Tetapi Michael merasa dua sahabatnya itu tidak semangat dan suka melakukan kesalahan.

            “Hei kau mengambil formulirnya?” Tanya Calum yang melihat Ashton memegang selembar kertas.

            Ashton tersenyum. “Ya. Kita akan mengikutinya.” Ucapnya mantap.

            “Kau gila Ash! Kita bisa apa? Aku nervous jika aku berada di panggung dan dilihat oleh semua orang!” Ucap Calum putus asa.

            “Keep calm, boy. Ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan kepada mereka bahwa tiga cowok idiot adalah sebuah band yang berbakat.” Ucap Ashton.

            Calum beralih menatap Michael. “Bagaimana Mike? Kau berani tampil di panggung?” Tanyanya.

            Michael menatap dua sahabatnya dengan tatapan aneh. “Jangan membicarakan soal panggung. Diberi izin untuk ikut saja kita tidak tau.” Ucapnya.

***

            Mencari seorang vokalis memang tidak mudah. Tidak ada satupun anak yang mau bergabung dengan mereka. Kalaupun ada, belum tentu mereka cocok. Tapi hari ini ada sebuah keajaiban. Luce datang menemui mereka dan itu membuat Michael senang.

            “Aku senang kalian mau daftar. Aku mendukung kalian.” Ucap Luce.

            Calum tersenyum sedih. “Tapi Luc, kami bisa apa? Kami tidak ada leader dan kami tidak ada vokalis.” Ucapnya.

            Itu juga yang menjadi masalah bagi Luce. Luce memang sengaja datang kemari diam-diam menemui Michael cs hanya untuk menanyakan soal band.

            “Ku kira kau sudah tidak mempedulikan kami lagi.” Ucap Ashton.

            Luce tersenyum. “Aku tidak akan melupakan cowok idiot seperti kalian. Memang band kalian belum sempurna.” Ucapnya.

            “Terus bagaimana cara menyempurnakannya? Kau saja deh yang jadi vokalisnya.” Pinta Calum.

            “Ah aku tidak suka. Aku memang suka band tapi aku tidak suka membuat band. Aku sendiri cewek. Kalau begitu kalian bertiga saja.” Ucap Luce.

            “Bertiga? Kalau bertiga kami tidak siap Luc.” Ucap Michael yang sedari tadi diam.

            Mendengar suara Michael, tiba-tiba jantung Luce berdetak lebih cepat. Ia sangat merindukan suara Michael dan ia ingin sekali melihat Michael menyanyi. Jika Luke tidak melarangnya bersama Michael… Jika Luke bisa berubah menjadi Luke yang dulu…

            “Aku heran. Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu jago sekali dalam hal musik? Apa keluargamu memang bakat bermain musik?” Tanya Ashton.

            Luce tidak menjawab pertanyaan Ashton. Ia lebih dulu pergi karena ia melihat Luke dari jauh dan ia tidak mau Luke menceramahinya karena ia melanggar ucapan Luke.

***

            Tidak tau kenapa Luke memilih untuk berjalan menuju belakang sekolah. Ia memang pernah melakukannya dan ia bertemu dengan Michael. Siapa tau ia kembali melihat Michael. Ketika ia tiba di belakang sekolah, Luke menatap tak percaya apa yang dilihatnya. Mereka.. Calum, Michael dan Ashton sedang bernyanyi ria menyanyikan lagu Teenage Dream-nya Katy Perri dan mereka tidak buruk-buruk amat.

            Lagu itu salah satu lagu favoritnya yang membuatnya lebih semangat. Luke hampir melupakan lagu itu dan rasanya ia ingin sekali mendengar lagu itu dan menyanyikan lagu itu. Disana, terdengar suara Calum menyakikan bagian lirik dari lagu itu. Sementara Michael yang bermain gitar dan Ashton yang memuku-mukul sebuah kotak yang bisa berfungsi sebagai drum.

            “So let’s go all the way tonight no regrets, just love

            We can dance, until we die you and I will be young forever..

           

            You make me feel like I’m living a teenage dream

            The way you turn me on I can’t sleep

            Let’s run away and don’t ever look back don’t ever look back…”

            Mereka memilih gaya mereka sendiri dan hal itu membuat Luke berpikir dengan keras. Luke merasa ia sudah terlalu jahat dengan mereka dan ia belum meminta maaf. Ya. Luke mengaku bahwa dirinya salah. Kali pertama ini-lah ia mengaku bahwa dirinya salah.

            Entah sejak kapan penjual kantin yang merasa risih dengan mereka langsung mengusir mereka dan mengata-ngatai mereka dengan sebutan orang aneh yang suka mengganggu. Gimana tidak menganggu sementara mereka ribut sendir? Alhasil Calum, Michael dan Ashton berlari terbirit-birit sebelum si penjual kantin melempari mereka dengan makanan basi. Luke memerhatikan pemandangan itu dan ingin sekali memarahi si penjual kantin.

            Tetapi Calum dan lainnya tidak sedih atau kesal. Bahkan mereka malah tertawa ngakak menertawai penjual kantin itu. Hidup mereka memang bahagia dan seakan-akan tidak ada masalah. Ketika salah satu dari mereka sedih, yang lainnya akan membuat suasana sedih berubah menjadi bahagia. Selama hidupnya, Luke tidak pernah menemukan orang aneh seperti mereka yang menurutnya sangat luar biasa. Luke memiliki teman hanya sebatas teman dan tidak bisa disebut dengan sahabat.

            Dan Luke sadar perkataan yang pernah diucapkan Mrs. Corine saat ia dan tiga cowok idiot itu di panggil ke ruangannya. Yang mengatakan bahwa ia membutuhkan Michael, Calum, Ashton dan mereka sendiri membutuhkannya.

***

            “Luc..”

            Kehadiran Michael sangat tidak diduganya. Luce kaget bukan main mendapati Michael yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Tapi Luce senang karena ada Michael disini. Michael pun duduk di samping Luce.

            “Besok festival band akan ditampilkan. Band-band sekolah kami yang sudah dipilih akan tampil besok.” Ucap Michael.

            Luce tidak menanggapi ucapan Michael.

            “Dan sampai detik ini kami belum menemukan vokalis. Menurutmu, apa yang sebaiknya kami lakukan? Apa sebaiknya kami tidak mengikuti acara itu?” Tanya Michael.

            Luce menghela nafas panjang. “Aku juga bingung Mike. Tapi aku sangat membutuhkan kalian untuk…”

            “Untuk apa?” Tanya Michael penasaran.

            “Ah, sudahlah. Tidak penting.” Ucap Luce.

            Keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Diam-diam Michael memerhatikan wajah cantik Luce yang hampir mirip dengan Luke. Ingin sekali ia menyentuh lembut pipi gadis itu tetapi ia tau diri.

            “Bagaimanapun juga kalian harus tampil besok. Tidak apa-apa kalian hanya bertiga.” Ucap Luce.

            “Tapi Luc, rasanya belum siap kalau hanya bertiga. Calum sangat tidak siap. Dia kelihatan nervous sekali. Aku takut jika kita tampil, kita melakukan kesalahan dan banyak yang menertawakan kami.” Ucap Michael.

            Luce pun beralih menatap Michael yang juga sedang menatapnya. Jarak mereka yang begitu dekat membuat keduanya sedikit berani. Perlahan Michael mendekatkan wajahnya ke arah Luce dan Luce memejamkan matanya.

            Dan sentuhan lembut dari bibir Michael membuat hatinya terasa sejuk. Ia begitu nyaman sekali dan merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan. Tanpa keduanya sadari, Luke memerhatikan adegan itu. Tapi ia tidak marah atau kesal. Melainkan tersenyum.

            Ya, Luke tersenyum.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar