expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 21 Mei 2015

5 Seconds of Summer ( Part 4 )



Part 4

.

            Michael memasukkan sepedanya ke garasi rumah. Jarak rumah dengan sekolah yang cukup dekat membuatnya lebih suka mengendarai sepeda biasa dan bukan motor. Selain buang bensi, naik sepeda biasa bisa menyehatkan badan. Setelah selesai memarkirkan sepeda, Michael memasuki rumahnya yang tidak terlalu besar.

            Di meja makan, ia sudah menemukan berbagai makanan yang tersusun rapi disana. Ibunya memang sangat disiplin. Ia harus makan tepat waktu jika tidak ingin terkena penyakit. Entah mengapa hari ini terasa berbeda dari hari-hari lainnya. Ia merasa kepalanya begitu pening dan dunia seakan-akan berputar. Cepat-cepat Michael mengambil makan siang dan langsung membawanya di kamar.

            Michael memakan makanannya dengan asal-asalan. Layar komputernya sudah aktif dan saatnya untuk menyelesaikan game yang belum ia kalahkan kemarin. Michael memang hobi bermain game dan terkadang bisa berada di depan komputer dalam waktu yang sangat lama sampai Ibunya sering marah-marah padanya.

            “Kenapa kamu tidak cari hobi baru sih?” Omel Ibunya.

            Tapi Michael tidak mempedulikan ucapan Ibunya. Hidupnya adalah game, game dan game. Pernah sekali-kali Ibunya mengeluh karena sikapnya yang berada di luar batas normal. Padahal Michael adalah satu-satunya anak Ibunya dan tidak mempunyai saudara lain. Sikapnya yang menjengkelkan lainnya yaitu nilainya yang selalu merah, dan warna rambut yang suka ia gonta-ganti. Juga ia memasang tindik di telinganya.

            Tidak ada satupun gadis yang mau dengannya. Tapi itu tidak membuat Michael sedih. Saat ini ia tidak berniat untuk pacaran, bahkan menyukai seorang gadis. Kecuali… Gadis yang ia temukan di toko musik yang tidak tau kenapa bisa membuatnya tersenyum aneh sampai Calum menggodanya.

            Gadis yang istimewa. Kemudian Michael mematikan komputernya lalu mengambil gitar tua yang selama ini menemaninya. Gitar yang hampir rusak tapi masih bisa digunakan. Jari-jarinya pun mulai bermain bersama senar-senar gitar itu sehingga menciptakan nada yang indah. Ya. Selain komputer, Michael senang bermain gitar dan menyanyi. Kata orang sih suaranya bagus. Michael sering mengamen di jalanan dan hasilnya lumayan.

            Entah sejak kapan dua sahabatnya yang tidak lain adalah Calum dan Ahston sudah ada di kamarnya sambil tersenyum. Yang paling jahil adalah Calum. Langsung saja Calum duduk di dekatnya sambil ikutan menyanyi. Grup musik favotit mereka adalah One Direction dan mereka berharap sekali ingin melihat One Direction secara langsung.

            “Masih ingat sama cewek yang kita temui di toko musik?” Tanya Calum.

            “Tentu saja. Wajahnya masih tergambar jelas dibenakku.” Jawab Michael.

            Calum memukul-mukul pelan pundah Michael. “Akhirnya kau jatuh cinta juga. Tapi jangan sedih kalau cintamu ditolak. Aku sudah berpengalaman. Terutama Helen, gadis impianku. Susah sekali mendapatkan hatinya.” Ucapnya.

            “Aku tidak bilang kalau aku jatuh cinta.” Bantah Michael.

            Ashton yang tadi diam kini angkat bicara. “Kalian ingat anak baru itu?” Tanyanya.

            Semua mata memandang ke arahnya. Lalu Ahston melanjutkan ucapannya. “Ku rasa dia sombong dan menganggap sekolah ini adalah sampah. Lihat saja dari matanya yang sepertinya tidak ikhlas.”

            “Iya. Entah mengapa aku ingin sekali mengerjainya. Hahaha… Aku tau kalau kita itu suka bikin onar di sekolah. Tapi kita tidak sampai membuat malu nama sekolah kan?” Ucap Calum.

            “Sudahlah tidak usah cari masalah baru. Dia kan anak baru, tidak tau apa-apa tentang sekolah ini. Kalau seandainya anak baru itu termasuk murid penting di sekolah ini gimana? Menurutku, Luke bukan anak biasa.” Ucap Michael.

            “Ya, aku sependapat denganmu. Dia terlihat begitu misterius.” Ucap Ashton.

            “Tunggu ya. Aku mau keluar dulu.” Ucap Michael tiba-tiba lalu keluar dari kamarnya. Sepertinya Ibunya-seperti biasa-selalu menyuruhnya untuk membeli berbagai bahan makanan di supermarket karena stok bahan makanan sudah habis.

            Benar saja. Ibunya memberikannya selembar kertas yang isinya berbagai jenis bahan makanan dan sayuran. Cukup banyak sih. Kalau boleh jujur, Michael enggan membeli bahan-bahan makanan karena hari ini dia malas sekali. Lagipula, tidak sopan rasanya atau lebih tepatnya lagi khawatir membiarkan Calum dan Ashton berada di kamarnya. Takutnya mereka membongkar seisi kamarnya dan tertawa melihat rahasia-rahasia konyolnya.

***

            Ibu Luke begitu senang mendengar cerita Luce. Gadis itu tampak ceria dan katanya sudah mendapatkan teman banyak. Salah satunya adalah Helen. Beda halnya dengan Luke. Wajah cowok itu tampak mendung dan seperti ingin mati saja. Ibunya tau anaknya itu belum sepenuhnya bisa menerima keaadaan ini.

            “Luk, cepat atau lambat kamu akan menanggapi hidup barumu ini seperti sedia kala kan? Mama takut kalau kamu bisa stress. Kamu satu-satunya anak laki-laki Mama. Mama berjanji akan melakukan apapun agar kamu bisa tersenyum. Kalau kamu ingin rekreasi, Mama bisa mengajakmu jalan-jalan mengelilingi Perth.” Ucap Ibunya.

            Ucapan Ibunya sama sekali tidak berpengaruh padanya. Luke begitu muak dengan kehidupan barunya. Dan sekolahnya yang begitu gila. Ditambah lagi tiga bocah idiot yang membuat perutnya ingin muntah.

            “Apa aku bisa mencari sekolah lain?” Tanya Luke tiba-tiba.

            Ibunya sedikit kaget mendengar pertanyaan Luke. “Sekolah lain? Summery High School adalah pilihan yang tepat. Luce saja betah sekolah disana. Kenapa kamu tidak?”

            Itulah hal yang paling dibenci Luke. Terkadang Ibunya suka membanding-bandingkannya dengan Luce. Padahal ia tidak suka dibanding-bandingkan. Setelah selesai makan siang, Luke langsung pergi menuju kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

            “Kakakmu aneh. Mama ingin sekali kakakmu kembali ceria seperti dulu. Tapi bagaimana caranya?” Gumam Ibu Luke.

            Luce hanya mengangkat bahu. “Kak Luke sudah berubah. Dia bukan Luke yang dulu. Hmm.. Luce mau keluar sebentar ya Ma. Mungkin ada yang mau Mama titip biar Luce nanti yang beli titipan Mama?”

***

            Michael bersama sepeda kesayangannya sudah tiba di supermarket Mario yang menjadi langganannya. Selain harganya murah, bahan-bahan makanan disana juga lengkap. Michael juga kenal baik dengan pemilik supermarket disana. Kadang-kadang ia sering diberi diskon bahkan pernah di kasih bonus.

            Tidak sengaja Michael bertatapan dengan Alex and the geng yang tergabung dalam sebuah band yang cukup tenar di sekolah. Alex dan kawan-kawannya sering menyindirnya. Tapi Michael tidak terlalu mempedulikan mereka meski mereka mengejeknya dengan kata-kata yang pedas.

            Michael masuk ke dalam supermarket yang tidak terlalu ramai. Dengan hati-hati, ia mengambil bahan makanan satu per satu. Alunan musik lembut terdengar merdu di telinganya. Michael mendengar lantunan lagu Little Things karya One Direction yang membuat pikirannya menjadi tenang. Ah, betapa kerennya One Direction. Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda berbakat yang menjadi juara tiga di X-Factor. Walau tidak bisa disebut sebagai boyband karena One Direction sendiri tidak suka disebut sebagai boyband melainkan sebuah grup musik, prestasi mereka amat gemilang. Baru menang di X-Factor saja sudah terdengar sampai di benua Amerika sana.

            Suatu hari nanti, Michael berjanji akan membentuk sebuah band dan bisa bertemu dengan One Direction. Apalagi jika ditawarin untuk menjadi band pembuka tour mereka. Itulah impiannya yang sebenarnya. Ia tidak ingin menjadi seorang programmer komputer atau pakar komputer. Ia hanya ingin memiliki band yang diterima baik oleh masyarakat dan ia sendiri yang akan menjadi gitarisnya.

            Mungkin ia merasa ia sudah memiliki sebuah band. Ya. Ahston pandai bermain drum. Sementara Calum, ia tidak tau apa bakat anak itu. Tapi Calum pernah mengatakan bahwa ia akan memegang bass.

            Setelah membayar barang-barang yang ia beli, Michael tidak sengaja bertabrakan dengan seorang gadis yang pada saat itu tengah membawa barang-barang di ranjang. Karena merasa bersalah, Michael mengambil sebagian barang yang tercecer di lantai.

            “Kau..” Ucap suara gadis itu sambil menunjuknya.

            Michael begitu kaget mendapati siapa gadis yang berada tepat dihadapannya. Gadis itu… Gadis yang pernah ia temui di toko musik.. Tuhan memang baik padanya.

            “Eh, kau mengenaliku?” Tanya Michael berusaha untuk tenang.

            Bisa ia lihat pipi gadis itu memerah. “Aku.. Aku hanya ingat wajahmu saja waktu di toko musik.” Ucapnya.

            Michael tersenyum. “Ah ya aku juga ingat. Namaku Michael Clifford. Panggil Mike aja.” Ucapnya.

            Gadis itu ikutan tersenyum. “Lucia Hemmings. Panggil saja Luce.” Ucapnya.

            Entah mengapa keduanya menjadi akrab. Michael menunggu Luce membeli barang-barang keperluannya lalu mengajaknya keluar berdua.

            “Ooo jadi kau murid baru di Summary High School?” Tanya Michael.

            “Ya. Aku pindahan dari Sydney.” Jawab Luce.

            Luce.. Luke.. Astaga! Apakah Luce adalah adik Luke? Michael sudah tidak asing lagi dengan wajah Luce karena Luce mirip dengan Luke. Dan Luke juga murid baru pindahan dari Sydney. Betapa malunya ia jika ia, Calum dan Ashton pernah mengerjai Luke dan membuat Luke kesal.

            “Kau pasti kenal kakakku. Namanya Luke Hemmings.” Ucap Luce.

            “Ya. Kami sekelas.” Ucap Michael.

            “Wah! Kebetulan sekali! Hmm.. Gimana dia? Maksudnya gimana ekspresi Luke di hari pertamanya sekolah?”

            “Hmmm.. Anaknya sedikit aneh dan misterius sih. Tapi mungkin aslinya memang begitu ya?”

            Dugaan Luce benar. Pasti Luke berpura-pura sok misterius dan tidak mau berbicara dengan siapapun. Tapi entah mengapa ia ingin sekali Luke berteman baik dengan Michael.

            “Hobiku bermain gitar. Kamu?” Tanya Luce.

            “Bermain gitar? Sama! Aku juga suka bermain gitar!” Ucap Michael.

            Benar-benar sempurna! Ternyata Michael juga suka bermain gitar. Mungkin ia bisa menjadi teman baik Michael bahkan sahabat Michael.

            “Aku belok ke gang itu ya.” Ucap Michael sambil mengarahkan sepeda yang di tuntunnya menuju arah kanan.

            “Ohyaya. Senang berkenalan dengamu, Mike!” Ucap Luce.

            Setelah Michael pergi, Luce baru sadar. Ia baru sadar kalau ia sudah menemukan seseorang yang mampu membuatnya tersenyum dalam sekejap. Dia.. Dia Michael Clifford. Cowok ramah yang jika tersenyum mampu membuat jantungnya berdetak tak karuan. Dan ia baru sadar bahwa warna rambut Michael adalah hijau. Apa Michael memang suka mewarnai rambutnya?

***

            Mungkin malam ini adalah malam yang paling tepat untuk membicarakan suatu hal yang serius. Disana ada Ayah dan Ibu Michael yang siap mengintograsinya dengan berbagai pertanyaan yang dapat membuat kepalanya sakit.

            “Mike, kau sudah besar. Kenapa sikapmu tidak pernah berubah sih?” Tanya Ibunya.

            Saat itu mereka sedang duduk di teras rumah dengan ditemani lampu neon yang membuat suasana semakin tenang. Inilah hal yang paling dibenci Michael. Orangtuanya terlalu memaksanya dan mengaturnya. Padahal ia paling benci bila dipaksa dan harus menuruti kemauan orangtuanya.

            “Mama tidak suka setiap hari kamu main game aja. Apa kamu tidak takut matamu nanti sakit atau penyakit bahaya lainnya karena terlalu banyak bermain game?” Tanya Ibunya lagi.

            Tiba-tiba Michael teringat dengan kondisi kepalanya yang belakang-belakangan ini memang suka sakit. Apalagi ketika ia di suruh berpikir dengan keras terutama dalam masalah pelajaran seperti matematika.

            “Baiklah. Mama boleh menjual komputer dan semua game yang Mike punya.” Ucap Michael tiba-tiba. Tidak tau apa yang menyebabkannya mengeluarkan kata-kata itu.

            Baik Ibu maupun Ayah Michael sama-sama kaget. Michael cuma bohongan kan? Bukannya Michael pernah bilang bahwa ia tidak bisa hidup tanpa komputer dan permainan?

            “Mama tidak menyuruhmu menjual komputer dan membuang semua game-mu. Tapi Mama ingin kamu lebih serius sekolah dan mengurangi bermain game.” Ucap Ibunya.

            Michael menatap Ibunya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Jual saja Ma. Itu kan yang sebenarnya Mama inginkan? Mike tidak apa-apa. Mike juga tau bagaimana kondsis keuangan Ayah dan seharusnya Mike mengerti dan membantu Ayah.” Ucapnya.

            Keluarga Michael memang tidak bisa dikatakan keluarga kaya. Saat ini Ayahnya sedang dihadapi utang yang cukup banyak dan bingung bagaimana cara melunasinya. Michael sadar. Selama ini yang dilakukannya adalah salah. Ia suka membuang-buang uang dan listrik hanya karena bermain game, game dan game sementara ada hobinya yang lain, yang menurutnya lebih besar dibanding hobi bermain game.

            “Baiklah. Ayah harap ucapanmu tadi bukan bohongan. Besok Ayah akan menjual komputermu dan kamu harus janji kalau kamu mau berubah. Ingat Mike, kamu satu-satunya yang kami punya. Ayah tidak ingin anak Ayah tidak bisa sukses di kemudian hari. Lakukanlah apa yang kamu inginkan selama itu tidak menganggu sekolah dan nilai-nilaimu.” Ucap Ayahnya.

            Ya, keputusannya sudah bulat. Michael mulai mencoba melupakan hobinya yaitu bermain game dan mulai serius untuk belajar karena ia adalah satu-satunya anak dari keluarga Clifford.

            Dan Michael hampir lupa kalau tadi ia telah bertemu dengan Luce, gadis yang pernah ia temui di toko musik beberapa hari yang lalu.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar