expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 21 Mei 2015

5 Seconds of Summer ( Part 12 )



Part 12

.
            Semenjak kejadian itu, Luke lebih banyak diam dan tidak mau peduli dengan siapapun. Ia merasa sudah dibuat malu oleh Calum dan lainnya. Bahkan Cheryl tidak bisa membuat keadaan Luke semakin baik. Orang-orang mengira Luke hanya memanfaatkan Cheryl dan sebenarnya hubungan mereka palsu. Tetapi Cheryl tidak peduli. Ia hanya ingin membantu Luke.

            Luce yang tau kejadian beberapa hari yang lalu menjadi sakit dan hancur. Kakaknya mengancamnya untuk menjauhi Michael dan ia tidak bisa berbuat apapun. Luke benar-benar marah dan jika kakaknya sudah benar-benar marah, ia yang akan takut sendiri. Sejujurnya, Luce kasihan dengan kakaknya. Mungkin kali ini ia yang akan berpihak pada Luke. Karena itulah ia memutuskan menjauhi Michael dan tidak mau tau dengan band mereka.

            Menurut Luce, kakaknya benar-benar stress. Dia tidak mau makan dan suka mengurung diri di kamar. Sebenarnya, Luke bisa ceria jika dia mau berdamai dengan Calum. Luce tersenyum sedih. Jika kakaknya mau…..

            “Mama heran dengan Luke.” Ucap Ibunya.

            “Iya, Ma. Luce kasihan sama kak Luke. Katanya dia ingin pindah ke Sydney.” Ucap Luce.

            Ibunya menghela nafas panjang. “Iya Mama sudah menduganya. Katanya Luke ingin tinggal di Sydney bersama keluarga Ayah. Tapi Mama tidak mau jauh dari Luke.” Ucapnya.

            “Jika ada sebuah keajaiban yang dapat membuat Luke kembali normal lagi. Mama rindu dengan senyum dan tawa Luke.”

            “Luce juga Ma. Kak Luke tidak pernah tersenyum.”

            Hari-hari Luce berubah menjadi sepi. Berkali-kali Michael menelponnya tetapi ia reject. Dan pesan-pesan Michael tentang band-nya, Luce belajar untuk tidak peduli meski Michael mengatakan kalau band-nya bakal bubar dan tidak mengikuti festival band antar-sekolah. Luce harus merelakan dirinya sendiri hanya demi kakaknya karena ia sangat menyayangi kakaknya lebih dari apapun. Bahkan dengan Michael.

            “Luce berjanji akan membuat kak Luke tersenyum. Bagaimanapun caranya!” Ucap Luce.

            Tiba-tiba wajah Ibunya berubah dan seperti tengah mendapatkan sebuah ide. “Mama punya ide yang cemerlang!” Serunya.

***

            Sejak Luke pacaran dengan Cheryl, sejak itulah sikap Helen berubah. Gadis itu lebih banyak diam dan suka melamun. Juga penampilan gadis itu yang sedikit tidak terurus. Helen tidak mempedulikan bagaimana penampilannya dan tentu saja hal itu membuat heran banyak orang. Helen juga jarang berbicara dengan Luce.

            Saat jam istirahat, entah apa yang membuatnya sengaja berjalan ke arah ruang musik. Helen berharap ia bisa mendengar seseorang memainkan piano disana. Ia memang membutuhkan alunan musik yang indah, yang dapat membuat hatinya terhibur.

            Ketika ia tiba di ruang musik, samar-samar Helen mendengar seseorang yang sedang bernyanyi dan Helen rasa ia mengenali suara itu. Ketika ia tau siapa yang menyanyikan lagu itu, Helen merasa dunia serasa berhenti berputar. Ia merasa seperti berada di dunia lain. Hatinya begitu tersentuh mendengar orang itu bernyanyi.

            “You call me up, It’s like a broken record

            Saying that your heart  hurts thought you never get over him getting over you

            And you end up crying and I end up lying

            Cause I’m just a sucker for anything that you do..”

            Helen benar-benar tidak menyangka. Ternyata itulah sisi lain dari Calum! Ya! Cowok yang ia lihat saat ini adalah Calum! Helen tidak pernah menyangka ternyata Calum pandai menyanyi dan bermain gitar. Juga suara Calum yang terdengar lembut di telinganya.

            “And when the phone call finally ends

            You say thanks for being a friend

            And I’m going in circles again and again..”

            Sepertinya lagu itu lagu ciptaan Calum sendiri dan rasanya Calum menyanyikan lagu itu untuk seseorang. Tetapi Helen tidak ge-er. Ia tidak yakin Calum menyanyikan lagu itu untuknya. Untuknya yang selalu menyakiti Calum dan tidak mau melihat sedikit saja ke arah Calum dan lebih memilih Luke yang jelas-jelas tidak mau dengannya.

            “I dedicate this song to you

            The one who never sees the truth

            That I can take away your hurt, heartbreak girl

            Hold you tight straight to the day light

            I’m ight here when you’re gonna realize

            That I’m your cure, Heartbreak girl…”

            Cukup! Helen sudah tidak tahan lagi melihat Calum menyanyi dan lagu itu begitu menyesakkan. Calum. Cowok yang sudah lama mengharapkannya. Cowok yang ternyata selama ini mencintainya apa adanya. Dan cowok yang mau menerimanya apa adanya.

            “I know someday it’s gonna happen

            And you’ll finally forget the day you met him

            Sometimes it’s so close to perfection

            I’ve gotta get it through your head

            That you belong with me instead..”

            Helen tidak berkeinginan mendengar lagu itu sampai habis. Gadis itu pun pergi meninggalkan ruang musik itu dengan hati yang sakit dan penuh rasa bersalah. Bodoh! Ia sangat bodoh! Kenapa ia harus sadar sekarang? Dan apakah Calum masih mencintainya?

***

            Setelah bel pulang berbunyi, Luke di panggil kembali oleh Mrs. Leha. Sebelumnya Luke sudah bilang pada Mrs. Corine bahwa ia sudah tidak mau menjadi guru bagi Calum, Ashton, Michael dan Mrs. Corine bisa mengerti. Luke berharap ia bisa dipindahkan dari sekolah ini karena ia sudah tidak tahan lagi berada di sekolah ini.

            Ketika ia berjalan tepat di pintu kelas, Luke tidak sengaja berpapasan dengan Calum dan ia perhatikan wajah Calum tampak sedih. Tadi Calum tidak hadir di jam terakhir dan entah apa yang dilakukan cowok itu. Itu bukan urusannya.

            “Ada apa Mrs. Leha memanggil saya? Apakah ada surat pemindahan sekolah untuk saya?” Tanya Luke saat berhadapan langsung dengan Mrs. Leha.

            Sebelum menjawab, Mrs. Leha memperbaiki letak kaca matanya. “Kamu benar-benar ingin pindah dari sekolah ini?” Tanyanya.

            “Ya!” Jawab Luke mantap.

            “Ya itu terserah kamu. Tapi kamu jangan berpikiran bahwa sekolah lain lebih baik dari sekolah ini. Bisa jadi masalahmu bertambah banyak.”

            “Tidak. Saya ingin pindah ke sekolah lama saya. Tepatnya di Sydney.” Ucap Luke.

            Mrs. Leha tentu tidak bisa menebak bagaimana jalan pikiran Luke. Sekilas Mrs. Leha melihat bekas Luka di wajah Luke. Pasti anak itu habis berkelahi.

            “Kenapa kamu ingin pindah ke sekolah lamamu?” Tanya Mrs. Leha.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Mrs. Leha. Ia sendiri tidak tau kenapa tiba-tiba ingin sekali kembali ke sekolah lamanya dan tidak memikirkan konsekuensinya. Jika ia kembali ke sekolah lamanya, tentu ia akan menjadi sampah disana. Warga sekolah yang sudah tau bahwa Ayahnya adalah seorang koruptor akan menertawakannya. Juga bagaimana nasibnya jika ia kembali bertemu bersama sahabat-sahabat lamanya? Bagaimana jika ia bertemu dengan Kay?

            “Luk, jalani saja. Sekolah ini adalah sekolah yang terbaik. Jika memang menurutmu sendiri itu lebih baik, itu hak kamu juga kan? Ibu sudah tidak bisa merubahmu lagi. Keputusan ada di tanganmu. Tapi Ibu berharap kamu bisa berubah.” Ucap Mrs. Leha.

            Luke menghela nafas panjang. “Saya hanya ingin kembali di kehidupan lama. Saat Ayah masih ada. Saat keluarga kami masih tetap tinggal di Sydney.” Ucapnya.

            Mrs. Leha tersenyum. “Bukankah hidup itu perjuangan? Tidak selalu hidup itu bahagia. Ada kalanya kita mendapatkan sebuah ujian yang berat. Ibu yakin sekali kamu bisa melewati ujian ini dan kembali tersenyum. Kasihan Ibumu. Dia lelah dengan sikap barumu.” Ucapnya.

            “Ya.. Mungkin saya masih labil. Tapi yang Mrs. Leha katakana ada benarnya. Mungkin saya harus lebih memahami maksud dari hidup ini.” Ucap Luke.

            “Percayalah Luk. Setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya.” Ucap Mrs. Leha.

***

            “Kau benar-benar berantakan Cal. Apa yang kau lakukan di ruang musik?” Tanya Ashton. Saat itu mereka sedang berkumpul di belakang sekolah setelah pulang sekolah.

            “Aku bingung.” Jawab Calum.

            “Bingung kenapa?” Tanya Ashton.

            Calum menghela nafas panjang. “Aku rasa aku terlalu emosi terhadap Luke. Tidak seharusnya aku menghajarnya. Dan karena aku, Mike kehilangan Luce dan mungkin sebentar lagi band kita akan hancur.” Ucapnya.

            Michael langsung menatap Calum. “Tidak apa Cal. Itu bukan salahmu. Mungkin memang itu jalan yang terbaik. Kalaupun aku dan Luce jarang bertemu, tidak apa-apa. Luke benar. Aku memang tidak pantas untuk Luce.” Ucapnya.

            Tanpa mereka sadari, seorang cowok yang tidak lain adalah Luke diam-diam melihat mereka. Entah apa yang dirasakan cowok itu. Luke hanya ingin mengintip pembicaraan mereka.

            “Tapi bagaimana dengan band kita? Sepertinya Luce sudah melupakan kita.” Ucap Calum.

            Semuanya terdiam. Lalu Michael berkata, “Ya. Luce tidak mau mengangkat telpon-ku dan tidak mau membalas pesan-ku. Sepertinya Luce memang sudah tidak mau peduli dengan kita.” Ucapnya.

            Dari jauh, Luke bisa mendengar pembicaraan mereka. Kebetulan suasana-nya lagi sepi. Dan Luke baru tau rahasia lain yang disembunyikan erat oleh Luce. Ternyata selama ini Luce-lah yang menyuruh Michael, Calum dan Ashton untuk membentuk sebuah band dan Luce sendiri yang akan melatihnya. Luke tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Luce. Adiknya itu memang jago dalam hal band dan pandai memainkan hampi semua alat musik.

            Mungkin semuanya akan menjadi adil. Biarkan mereka kebingungan karena sudah tidak ada Luce lagi. Mereka akan kembali ke kehidupan lama mereka dan menjadi mereka yang tidak pernah mengenalinya dan Luce.

            Tiba-tiba Calum tertawa. Cowok itu memang kadang-kadang aneh. Lalu, tangan jahilnya yang sedang membawa segelas es yang tadi di beli di kantin sekolah langsung ia tuangkan ke kepala Ashton. Tentu saja Ashton kaget. Tapi ia sadar. Rutinitas ini sudah lama mereka lupakan dan akhirnya mereka lakukan lagi.

            “Sialan kau Cal!” Ucap Ashton sambil mengelap wajahnya.

            Michael juga tidak mau diam. Ia mengambil botol air mineral yang ada di tasnya lalu menuangkan isinya tepat di wajah Calum. Calum yang belum siap langsung memaki-maki Michael tidak jelas.

            “Kau juga sialan sekali Mike!” Ucap Calum tertawa.

            Tidak tau kenapa ketiganya bermain kejar-kejaran dan Calum sebagai pengejarnya berusaha menangkap Ashton dan Michael. Kelihatannya seperti tiga bocah idiot. Tapi mereka tampak bahagia dan senang. Lalu secara tiba-tiba Michael terpeleset di tanah yang licin dan rambut cowok itu menjadi kotor. Calum dan Ashton tertawa terbahak-bahak melihat kemalangan sahabatnya. Pasti pulangnya Michael langsung mengganti warna rambutnya.

            Agar adil, Calum dan Ashton ikutan jatuh dan mereka menindih tubuh Michael. Tentu saja Michael merasa sakit akibat ulah dua sahabatnya itu. Tapi kemudian Michael tertawa diikuti oleh Calum dan Ashton.

            Betapa bahagianya mereka. Batin Luke. Entah ia merasa begitu iri dengan mereka. Sekalipun mereka mendapatkan sebuah masalah yang besar, mereka tidak pernah mengeluh dan malah tertawa dan seakan-akan masalah besar itu sudah hilang. Benar apa yang dikatakan Mrs. Leha. Walau sikap mereka seperti anak kecil dan suka jahil, tetapi persahabatan mereka sudah tidak bisa diragukan lagi.

            Luke pun meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tak menentu.

***

            Sesampai di rumah, Luke melihat Luce yang sedang duduk manis di teras sambil menatapnya. Ada apa dengan adiknya itu? Luke pun berjalan mendekati adiknya.

            “Ada apa?” Tanya Luke heran.

            Kemudian Luce menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam. Adiknya itu benar-benar aneh. Padahal ia ingin sekali cepat-cepat tidur di kasurnya. Langkah Luce terhenti saat keduanya berada di belakang rumah. Yaitu sebuah gudang besar yang Luke tidak tau apa isinya.

            “Ada apa kau membawaku kemari?” Tanya Luke curiga.

            Luce tersenyum. “Buka aja gudang itu kak. Tidak di kunci kok.” Jawab Luce.

            Saking penasarannya, Luke pun membuka gudang itu dan ketika ia tau apa isi dari gudang itu, Luke bingung apakah ia harus senang, sedih, kaget atau benci.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar