Part 12
.
Semenjak kejadian itu, Luke lebih
banyak diam dan tidak mau peduli dengan siapapun. Ia merasa sudah dibuat malu
oleh Calum dan lainnya. Bahkan Cheryl tidak bisa membuat keadaan Luke semakin
baik. Orang-orang mengira Luke hanya memanfaatkan Cheryl dan sebenarnya
hubungan mereka palsu. Tetapi Cheryl tidak peduli. Ia hanya ingin membantu
Luke.
Luce yang tau kejadian beberapa hari
yang lalu menjadi sakit dan hancur. Kakaknya mengancamnya untuk menjauhi
Michael dan ia tidak bisa berbuat apapun. Luke benar-benar marah dan jika
kakaknya sudah benar-benar marah, ia yang akan takut sendiri. Sejujurnya, Luce
kasihan dengan kakaknya. Mungkin kali ini ia yang akan berpihak pada Luke.
Karena itulah ia memutuskan menjauhi Michael dan tidak mau tau dengan band
mereka.
Menurut Luce, kakaknya benar-benar
stress. Dia tidak mau makan dan suka mengurung diri di kamar. Sebenarnya, Luke
bisa ceria jika dia mau berdamai dengan Calum. Luce tersenyum sedih. Jika
kakaknya mau…..
“Mama heran dengan Luke.” Ucap
Ibunya.
“Iya, Ma. Luce kasihan sama kak
Luke. Katanya dia ingin pindah ke Sydney.” Ucap Luce.
Ibunya menghela nafas panjang. “Iya
Mama sudah menduganya. Katanya Luke ingin tinggal di Sydney bersama keluarga
Ayah. Tapi Mama tidak mau jauh dari Luke.” Ucapnya.
“Jika ada sebuah keajaiban yang
dapat membuat Luke kembali normal lagi. Mama rindu dengan senyum dan tawa
Luke.”
“Luce juga Ma. Kak Luke tidak pernah
tersenyum.”
Hari-hari Luce berubah menjadi sepi.
Berkali-kali Michael menelponnya tetapi ia reject. Dan pesan-pesan Michael
tentang band-nya, Luce belajar untuk tidak peduli meski Michael mengatakan kalau
band-nya bakal bubar dan tidak mengikuti festival band antar-sekolah. Luce
harus merelakan dirinya sendiri hanya demi kakaknya karena ia sangat menyayangi
kakaknya lebih dari apapun. Bahkan dengan Michael.
“Luce berjanji akan membuat kak Luke
tersenyum. Bagaimanapun caranya!” Ucap Luce.
Tiba-tiba wajah Ibunya berubah dan
seperti tengah mendapatkan sebuah ide. “Mama punya ide yang cemerlang!”
Serunya.
***
Sejak Luke pacaran dengan Cheryl,
sejak itulah sikap Helen berubah. Gadis itu lebih banyak diam dan suka melamun.
Juga penampilan gadis itu yang sedikit tidak terurus. Helen tidak mempedulikan
bagaimana penampilannya dan tentu saja hal itu membuat heran banyak orang.
Helen juga jarang berbicara dengan Luce.
Saat jam istirahat, entah apa yang
membuatnya sengaja berjalan ke arah ruang musik. Helen berharap ia bisa
mendengar seseorang memainkan piano disana. Ia memang membutuhkan alunan musik
yang indah, yang dapat membuat hatinya terhibur.
Ketika ia tiba di ruang musik,
samar-samar Helen mendengar seseorang yang sedang bernyanyi dan Helen rasa ia
mengenali suara itu. Ketika ia tau siapa yang menyanyikan lagu itu, Helen
merasa dunia serasa berhenti berputar. Ia merasa seperti berada di dunia lain.
Hatinya begitu tersentuh mendengar orang itu bernyanyi.
“You
call me up, It’s like a broken record
Saying
that your heart hurts thought you never
get over him getting over you
And
you end up crying and I end up lying
Cause
I’m just a sucker for anything that you do..”
Helen benar-benar tidak menyangka.
Ternyata itulah sisi lain dari Calum! Ya! Cowok yang ia lihat saat ini adalah
Calum! Helen tidak pernah menyangka ternyata Calum pandai menyanyi dan bermain
gitar. Juga suara Calum yang terdengar lembut di telinganya.
“And
when the phone call finally ends
You
say thanks for being a friend
And
I’m going in circles again and again..”
Sepertinya lagu itu lagu ciptaan
Calum sendiri dan rasanya Calum menyanyikan lagu itu untuk seseorang. Tetapi
Helen tidak ge-er. Ia tidak yakin Calum menyanyikan lagu itu untuknya. Untuknya
yang selalu menyakiti Calum dan tidak mau melihat sedikit saja ke arah Calum
dan lebih memilih Luke yang jelas-jelas tidak mau dengannya.
“I
dedicate this song to you
The
one who never sees the truth
That
I can take away your hurt, heartbreak girl
Hold
you tight straight to the day light
I’m
ight here when you’re gonna realize
That
I’m your cure, Heartbreak girl…”
Cukup! Helen sudah tidak tahan lagi
melihat Calum menyanyi dan lagu itu begitu menyesakkan. Calum. Cowok yang sudah
lama mengharapkannya. Cowok yang ternyata selama ini mencintainya apa adanya.
Dan cowok yang mau menerimanya apa adanya.
“I
know someday it’s gonna happen
And
you’ll finally forget the day you met him
Sometimes
it’s so close to perfection
I’ve
gotta get it through your head
That
you belong with me instead..”
Helen tidak berkeinginan mendengar
lagu itu sampai habis. Gadis itu pun pergi meninggalkan ruang musik itu dengan
hati yang sakit dan penuh rasa bersalah. Bodoh! Ia sangat bodoh! Kenapa ia
harus sadar sekarang? Dan apakah Calum masih mencintainya?
***
Setelah bel pulang berbunyi, Luke di
panggil kembali oleh Mrs. Leha. Sebelumnya Luke sudah bilang pada Mrs. Corine
bahwa ia sudah tidak mau menjadi guru bagi Calum, Ashton, Michael dan Mrs.
Corine bisa mengerti. Luke berharap ia bisa dipindahkan dari sekolah ini karena
ia sudah tidak tahan lagi berada di sekolah ini.
Ketika ia berjalan tepat di pintu
kelas, Luke tidak sengaja berpapasan dengan Calum dan ia perhatikan wajah Calum
tampak sedih. Tadi Calum tidak hadir di jam terakhir dan entah apa yang
dilakukan cowok itu. Itu bukan urusannya.
“Ada apa Mrs. Leha memanggil saya?
Apakah ada surat pemindahan sekolah untuk saya?” Tanya Luke saat berhadapan
langsung dengan Mrs. Leha.
Sebelum menjawab, Mrs. Leha
memperbaiki letak kaca matanya. “Kamu benar-benar ingin pindah dari sekolah
ini?” Tanyanya.
“Ya!” Jawab Luke mantap.
“Ya itu terserah kamu. Tapi kamu
jangan berpikiran bahwa sekolah lain lebih baik dari sekolah ini. Bisa jadi
masalahmu bertambah banyak.”
“Tidak. Saya ingin pindah ke sekolah
lama saya. Tepatnya di Sydney.” Ucap Luke.
Mrs. Leha tentu tidak bisa menebak
bagaimana jalan pikiran Luke. Sekilas Mrs. Leha melihat bekas Luka di wajah
Luke. Pasti anak itu habis berkelahi.
“Kenapa kamu ingin pindah ke sekolah
lamamu?” Tanya Mrs. Leha.
Luke tidak menjawab pertanyaan Mrs.
Leha. Ia sendiri tidak tau kenapa tiba-tiba ingin sekali kembali ke sekolah
lamanya dan tidak memikirkan konsekuensinya. Jika ia kembali ke sekolah
lamanya, tentu ia akan menjadi sampah disana. Warga sekolah yang sudah tau
bahwa Ayahnya adalah seorang koruptor akan menertawakannya. Juga bagaimana
nasibnya jika ia kembali bertemu bersama sahabat-sahabat lamanya? Bagaimana
jika ia bertemu dengan Kay?
“Luk, jalani saja. Sekolah ini
adalah sekolah yang terbaik. Jika memang menurutmu sendiri itu lebih baik, itu
hak kamu juga kan? Ibu sudah tidak bisa merubahmu lagi. Keputusan ada di
tanganmu. Tapi Ibu berharap kamu bisa berubah.” Ucap Mrs. Leha.
Luke menghela nafas panjang. “Saya
hanya ingin kembali di kehidupan lama. Saat Ayah masih ada. Saat keluarga kami
masih tetap tinggal di Sydney.” Ucapnya.
Mrs. Leha tersenyum. “Bukankah hidup
itu perjuangan? Tidak selalu hidup itu bahagia. Ada kalanya kita mendapatkan
sebuah ujian yang berat. Ibu yakin sekali kamu bisa melewati ujian ini dan
kembali tersenyum. Kasihan Ibumu. Dia lelah dengan sikap barumu.” Ucapnya.
“Ya.. Mungkin saya masih labil. Tapi
yang Mrs. Leha katakana ada benarnya. Mungkin saya harus lebih memahami maksud
dari hidup ini.” Ucap Luke.
“Percayalah Luk. Setiap cobaan pasti
ada jalan keluarnya.” Ucap Mrs. Leha.
***
“Kau benar-benar berantakan Cal. Apa
yang kau lakukan di ruang musik?” Tanya Ashton. Saat itu mereka sedang
berkumpul di belakang sekolah setelah pulang sekolah.
“Aku bingung.” Jawab Calum.
“Bingung kenapa?” Tanya Ashton.
Calum menghela nafas panjang. “Aku
rasa aku terlalu emosi terhadap Luke. Tidak seharusnya aku menghajarnya. Dan
karena aku, Mike kehilangan Luce dan mungkin sebentar lagi band kita akan
hancur.” Ucapnya.
Michael langsung menatap Calum.
“Tidak apa Cal. Itu bukan salahmu. Mungkin memang itu jalan yang terbaik.
Kalaupun aku dan Luce jarang bertemu, tidak apa-apa. Luke benar. Aku memang
tidak pantas untuk Luce.” Ucapnya.
Tanpa mereka sadari, seorang cowok
yang tidak lain adalah Luke diam-diam melihat mereka. Entah apa yang dirasakan
cowok itu. Luke hanya ingin mengintip pembicaraan mereka.
“Tapi bagaimana dengan band kita?
Sepertinya Luce sudah melupakan kita.” Ucap Calum.
Semuanya terdiam. Lalu Michael
berkata, “Ya. Luce tidak mau mengangkat telpon-ku dan tidak mau membalas
pesan-ku. Sepertinya Luce memang sudah tidak mau peduli dengan kita.” Ucapnya.
Dari jauh, Luke bisa mendengar
pembicaraan mereka. Kebetulan suasana-nya lagi sepi. Dan Luke baru tau rahasia
lain yang disembunyikan erat oleh Luce. Ternyata selama ini Luce-lah yang
menyuruh Michael, Calum dan Ashton untuk membentuk sebuah band dan Luce sendiri
yang akan melatihnya. Luke tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Luce. Adiknya
itu memang jago dalam hal band dan pandai memainkan hampi semua alat musik.
Mungkin semuanya akan menjadi adil.
Biarkan mereka kebingungan karena sudah tidak ada Luce lagi. Mereka akan
kembali ke kehidupan lama mereka dan menjadi mereka yang tidak pernah mengenalinya
dan Luce.
Tiba-tiba Calum tertawa. Cowok itu
memang kadang-kadang aneh. Lalu, tangan jahilnya yang sedang membawa segelas es
yang tadi di beli di kantin sekolah langsung ia tuangkan ke kepala Ashton.
Tentu saja Ashton kaget. Tapi ia sadar. Rutinitas ini sudah lama mereka lupakan
dan akhirnya mereka lakukan lagi.
“Sialan kau Cal!” Ucap Ashton sambil
mengelap wajahnya.
Michael juga tidak mau diam. Ia
mengambil botol air mineral yang ada di tasnya lalu menuangkan isinya tepat di
wajah Calum. Calum yang belum siap langsung memaki-maki Michael tidak jelas.
“Kau juga sialan sekali Mike!” Ucap
Calum tertawa.
Tidak tau kenapa ketiganya bermain
kejar-kejaran dan Calum sebagai pengejarnya berusaha menangkap Ashton dan
Michael. Kelihatannya seperti tiga bocah idiot. Tapi mereka tampak bahagia dan
senang. Lalu secara tiba-tiba Michael terpeleset di tanah yang licin dan rambut
cowok itu menjadi kotor. Calum dan Ashton tertawa terbahak-bahak melihat
kemalangan sahabatnya. Pasti pulangnya Michael langsung mengganti warna
rambutnya.
Agar adil, Calum dan Ashton ikutan
jatuh dan mereka menindih tubuh Michael. Tentu saja Michael merasa sakit akibat
ulah dua sahabatnya itu. Tapi kemudian Michael tertawa diikuti oleh Calum dan
Ashton.
Betapa bahagianya mereka. Batin
Luke. Entah ia merasa begitu iri dengan mereka. Sekalipun mereka mendapatkan
sebuah masalah yang besar, mereka tidak pernah mengeluh dan malah tertawa dan
seakan-akan masalah besar itu sudah hilang. Benar apa yang dikatakan Mrs. Leha.
Walau sikap mereka seperti anak kecil dan suka jahil, tetapi persahabatan
mereka sudah tidak bisa diragukan lagi.
Luke pun meninggalkan tempat itu
dengan perasaan yang tak menentu.
***
Sesampai di rumah, Luke melihat Luce
yang sedang duduk manis di teras sambil menatapnya. Ada apa dengan adiknya itu?
Luke pun berjalan mendekati adiknya.
“Ada apa?” Tanya Luke heran.
Kemudian Luce menarik tangannya dan
mengajaknya masuk ke dalam. Adiknya itu benar-benar aneh. Padahal ia ingin
sekali cepat-cepat tidur di kasurnya. Langkah Luce terhenti saat keduanya
berada di belakang rumah. Yaitu sebuah gudang besar yang Luke tidak tau apa
isinya.
“Ada apa kau membawaku kemari?”
Tanya Luke curiga.
Luce tersenyum. “Buka aja gudang itu
kak. Tidak di kunci kok.” Jawab Luce.
Saking penasarannya, Luke pun
membuka gudang itu dan ketika ia tau apa isi dari gudang itu, Luke bingung
apakah ia harus senang, sedih, kaget atau benci.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar